Oleh :
Verdianto
2020205201052
iv
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Anak adalah seseorang yang usianya kurang dari 18 (delapan belas) tahun dalam
masa tumbuh kembang, dengan kebutuhan khusus yaitu kebutuhan fisik, psikologis,
sosial dan spiritual. Anak merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan
Anak merupakan golongan usia yang paling rawan terhadap penyakit, hal ini
berkaitan dengan fungsi protektif atau immunitas anak. Salah satu penyakit yang sering
diderita oleh anak usia 3-6 tahun adalah gangguan pernafasan atau infeksi pernafasan
(Wong, 2017). Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan penyakit infeksi akut
yang menyerang salah satu atau lebih saluran pernafasan, mulai dari hidung (saluran atas)
hingga alveoli (saluran bawah) beserta organ adneksanya seperti sinus, rongga telinga
Menurut World Health Organization (WHO) di New York jumlah penderita ISPA
adalah 48.325 anak dan memperkirakan di negara berkembang berkisar 30-70 kali lebih
tinggi dari negara maju dan diduga 20% dari bayi yang lahir di negara berkembang gagal
mencapai usia 5 tahun dan 26-30% dari kematian anak disebabkan oleh ISPA. Hal ini
dapat dilihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat ISPA. Kematian akibat
penyakit ISPA pada balita umur 0-1 tahun mencapai 12,4 juta dan sebanyak 80,3%
kematian terjadi di negara berkembang (WHO, 2016). Di Indonesia ada sekitar 4 juta dari
15 juta perkiraan kematian anak di bawah usia 5 tahun, sebanyak 2/3 kematian tersebut
1
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
menyerang bayi pada setiap tahunnya, dari seluruh kematian yang disebabkan oleh ISPA
bayi. Berdasarkan data dari program ISPA tahun 2017, cakupan penderita ISPA
melampaui target 13,4%, hasil yang diperoleh 18.749 penderita (Depkes RI, 2016).
Berdasarkan hasil Riskesdas (2018) prevalensi ISPA di Provinsi Lampung sebesar 31.462
pernapasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri,
virus, maupun tanpa atau disertai dengan radang parenkim paru (Wong, 2013). ISPA
yang menimbulkan gejala penyakit yang dapat berlangsung sampai 14 hari. (Sari, 2013).
Beberapa faktor yang turut berkontribusi terhadap kejadian ISPA pada anak-anak ialah
rendahnya antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan (Sari,2013).
Penyakit ISPA sering terjadi pada anak Balita, karena sistem pertahanan tubuh
anak masih rendah. Kejadian batuk pilek pada balita di Indonesia diperkirakan 3 sampai 6
kali pertahun, yang berarti seorang balita rata-rata mendapat serangan batuk-pilek 3
sampai 6 kali setahun. ISPA dapat ditularkan melalui air ludah, bersin, udara pernapasan
yang mengandung kuman yang terhirup oleh orang sehat kesaluran pernapasannya,
terutama yang disebabkan oleh virus, sering terjadi pada semua golongan umur, jika
berlanjut menjadi pneumonia sering terjadi pada anak kecil terutama apabila terdapat gizi
kurang dan dikombinasi dengan keadaan lingkungan yang tidak hygiene. (Sundari, dkk.
2014).
2
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Masalah ISPA diperkirakan sering terjadi pada anak usia dibawah 2 tahun yang
kekebalan tubuhnya lemah atau belum sempurna. Perihal musim hujan juga
menimbulkan risiko serangan ISPA. Pasien dengan ISPA yang seperti kategori berat dan
sangat berat biasanya ditandai dengan batuk dengan nafas cepat, stridor, dehidrasi berat,
tidur terus, tidak ada sianosis dan tidur terus (Wijayaningsi, 2013).
Gejala umum pada penderita ISPA biasanya diawali dengan demam, batuk,
hidung tersumbat, sakit tenggorokan, muntah dan terdapat suara tambahan seperti :
wheezing, ronchi, crackles, (Wong, 2015). Masalah keperawatan yang sering muncul
pada penyakit ISPA adalah pola nafas tidak efektif, takut atau cemas, nyeri, intoleransi
aktivitas, resiko tinggi infeksi, dan ketidakefektifan bersihan jalan nafas. Bersihan jalan
nafas tidak efektif adalah ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan
napas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten (DPP,PPNI, 2017). Terjadinya
obstruksi dijalan nafas karena menumpuknya dahak atau sputum pada saluran nafas yang
Oleh karena itu beberapa intervensi yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya bersihan jalan nafas tidak efektif adalah pemantauan respirasi, manajemen
jalan nafas, pemberian obat nasal, fisioterapi dada,edukasi fisioterapi dada, terapi
oksigen, dan latih batuk efektif. Sejalan dengan Penelitian Permatasari (2019) tentang
Pemberian Nafas Dalam, Batuk Efektif Dan Kebersihan Jalan Nafas Pada Anak Infeksi
Saluran Pernafasan Atas (ISPA), didapatkan hasil bahwa sebagian besar responden
sebelum diberikan nafas dalam dan batuk efektif kebersihan jalan nafas masuk dalam
kategori tidak bersih yaitu 13 responden (86,7%) dan 2 responden bersih (13,3%).
Kebersihan jalan nafas responden sesudah diberikan nafas dalam, menunjukkan bahwa
3
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
sebagian besar responden sesudah diberikan nafas dalam dan batuk efektif kebersihan
jalan nafas masuk dalam kategori tidak bersih yaitu 10 responden (66,7%) dan kategori
Wilcoxon didapatkan nilai signfikansi 0,048 dimana nilai signifikansi tersebut kurang
dari 0,05 yang artinya ada pengaruh latihan nafas dalam dan batuk efektif terhadap
pemberian jahe madu terhadap keparahan batuk pada anak ISPA menghasilkan banyak
kelompok perempuan (59,6%) dan umur 3 tahun (48,07%). Berdasarkan hasil uji t
dependent menunjukkan signifikansi dengan nilai p (0,032) < α (0,05). Pada kelompok
kontrol terjadi penurunan keparahan batuk namun tidak signifikan berdasarkan hasil uji t
dependent menunjukkan tidak terdapat signifikansi dengan nilai p (0,134) > α (0,05).
Hasil uji t independent dimana diperoleh p (0,001) < α (0,05). Hal ini berarti terdapat
perbedaan yang signifikan antara rata-rata tingkat keparahan batuk anak pada kelompok
eksperimen dan kelompok kontrol sesudah diberikan minuman jahe madu. Sedangkan
menurut hasil penelitian Susiami dan mubin (2022) mengenai pemberian terapi uap air
hangat yang dicampur dengan minyak kayu putih dapat peningkatan kebersihan jalan
nafas dengan ditandai perbaikan tanda-tanda vital ( penurunan nadi dan respiratori rate)
dan penuruan intensitas batuk, suara ronchi menurun (minimalis) serta peningkatan nilai
saturasi oksigen. Sehingga terapi uap air hangat dengan dicampur minyak kayu putih
masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak efektif yang muncul pada ispa untuk
4
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
menjegah terjadinya komplikasi seperti limfonadi serfikalis, mastoiditis, selulitis
peritonsiler, sinusitis, atau selulitis periorbital, dan otitis media (Nelson, 2013).
Berdasarkan latar belakang dan fenomena diatas penulis telah melakukan studi
kasus Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada
Anak Yang Mengalami Masalah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut) Dengan
Tahun 2023”
B. Batasan Masalah
Asuhan Keperawatan Pada Anak Yang Mengalami Masalah ISPA ( Infeksi Saluran
Pernapasan Akut ) Dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif Di
Puskesmas.
C. Rumusan Masalah
( Infeksi Saluran Pernapasan Akut ) Dengan Masalah Keperawatan Bersihan Jalan Nafas
D. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
5
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
a. Penulis Mampu Melakukan pengkajian Keperawatan Pada Anak Yang
E. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Karya Tulis ini diharapkan dapat di gunakan dalam upaya meningkatkan ilmu
tidak efektif
2. Manfaat Peraktis
6
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Karya Tulis ini sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan sumber data bagi
Karya Tulis ini sebagai bahan masukan bagi rumah sakit dalam melakukan upaya
pengontrolan bersihan jalan nafas sekaligus upaya pereventif pada pasien anak
c. Bagi Pasien
Karya Tulis ini diharapkan bisa menjadi sumber informasi kepada pasien agar
d. Bagi Peneliti
Karya Tulis ini sebagai pengalaman yang sangat berharga bagi peneliti dan
7
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Penyakit
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang melibatkan organ
saluran pernafasan bagian atas dan saluran pernafasan bagian bawah. Inveksi ini
disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri. ISPA akan menyerang host, apabila
temukan pada anak di bawah enam tahun karena pada kelompok usia ini adalah
kelompok yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang masih rentan terhadap
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit menular dari saluran
pernapasan atas atau bawah yang dapat menimbulkan berbagai spektrum penyakit
berkisar dari infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan mematikan, tergantung
pada patogen penyebabnya, faktor penjamu dan faktor lingkungan (WHO, 2019).
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi yang menyerang
salah satu bagian atau lebih dari saluran napas, mulai dari hidung (saluran atas)
hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan andeksanya, seperti sinus, rongga
1) Hidung
8
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Hidung adalah gerbang utama keluar masuknya udara setiap kali Anda bernapas.
kotoran dari udara yang Anda hirup. Selain dari hidung, udara juga bisa masuk dan
keluar dari mulut. Biasanya, bernapas lewat mulu dilakukan ketika Anda
membutuhkan udara yang lebih banyak (saat ngos-ngosan karena berolahraga) atau
2) Sinus
Sinus adalah rongga udara di tulang tengkorak. Rongga ini terletak di masing-
masing kedua sisi hidung dekat tulang pipi, di belakang tulang hidung, di
antara mata, dan di tengah dahi. Dalam sistem pernapasan manusia, sinus
berfungsi membantu mengatur suhu dan kelembaban udara yang Anda hirup
dari hidung.
3) Adenoid
dalam adenoid terdapat simpul sel dan pembuluh darah penghubung yang
infeksi dengan menyaring benda asing seperti kuman, dan memproduksi sel
4) Tonsil
Tonsil adalah nama lain dari amandel. Amandel itu sendiri adalah kelenjar
manusia. Jika amandel terinfeksi dan meradang, dokter dapat membuang atau
9
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
5) Faring
Faring (tenggorokan bagian atas) adalah tabung di belakang mulut dan rongga
menyalurkan aliran udara dari hidung dan mulut untuk diteruskan ke trakea
(batang tenggorokan).
6) Epiglotis
belakang lidah, di atas laring (kotak suara). Selama bernapas, epiglotis akan
Namun, epiglotis akan menutup selama kita makan untuk mencegah makanan
Laring adalah rumah bagi pita suara Anda. Letaknya tepat di bawah
kerongkongan. Laring memiliki dua pita suara yang membuka saat kita
bernapas dan menutup untuk memproduksi suara. Saat kita bernapas, udara
Trakea adalah bagian terpadu dari jalur napas dan memiliki fungsi vital untuk
mengalirkan udara dari dan menuju paru-paru untuk pernapasan. Trakea atau
10
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
batang tenggorokan adalah tabung berongga lebar yang menghubungkan
diameternya kurang dari 2,5 cm. Trakea memanjang dari laring hingga ke
bawah tulang dada (sternum), dan kemudian membelah menjadi dua tabung
kecil yang disebut bronkus. Setiap sisi paru-paru memiliki satu bronkus.
3) Tulang rusuk
Tulang rusuk adalah tulang yang menopang rongga dada dan melindungi
organ dalam dada, seperti jantung dan paru-paru dari benturan atau
4) Paru-paru
Masing-masing paru berada di kedua sisi dada. Peran utama paru-paru dalam
sistem pernapasan adalah menampung udara beroksigen yang kita hirup dari
5) Pleura
Paru-paru dilapisi oleh selaput tipis yang disebut pleura. Lapisan pleura
6) Bronkiolus
11
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Bronkiolus adalah cabang dari bronkus yang berfungsi untuk menyalurkan
udara dari bronkus ke alveoli. Selain itu bronkiolus juga berfungsi untuk
mengontrol jumlah udara yang masuk dan keluar saat proses bernapas
berlangsung.
7) Alveoli
Alveoli atau alveolus adalah kantung-kantung kecil dalam paru yang terletak
tempat pertukaran oksigen dan karbon dioksida. Pada alveoli juga ada kapiler
pembuluh darah. Nantinya, darah akan melewati kapiler dan dibawa oleh
pembuluh darah vena dan arteri. Alveoli kemudian menyerap oksigen dari
Setelah itu, karbon dioksida dari sel-sel tubuh mengalir bersama darah ke
8) Tabung bronchial
Pada tabung bronkial paru-paru, ada sillia berupa rambut-rambut kecil yang
dalam lubang hidung. Fungsi lendir atau dahak di tabung bronkial adalah
untuk mencegah debu, kuman, atau benda asing lain agar tidak sampai masuk
ke paru- paru. Batuk juga bisa menjadi cara sistem pernapasan manusia
9) Diafragma
12
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Diafragma adalah dinding otot kuat yang memisahkan rongga dada dari
bawah dan menciptakan rongga kosong untuk menarik udara. Ini juga bisa
3. Etiologi
Etiologi ISPA lebih dari 300 jenis bakteri, virus, dan jamur. Bakteri penyebabnya
yang paling sering menjadi penyebab ISPA diantaranya bakteri stafilokokus dan
streptokokus serta virus influenza yang di udara bebas akan masuk dan menempel
pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri
dan virus tersebut menyerang anak-anak usia dibawah 2 tahun yang kekebalan
tubuhnya lemah atau belum sempurna. Peralihan musim kemarau ke musim hujan
juga menimbulkan risiko serangan ISPA. Beberapa faktor lain yang diperkirakan
antioksidan, status gizi kurang, dan buruknya sanitasi lingkungan (Nurarif &
Kusuma, 2018).
4. Manifestasi Klinis
Gambaran klinis secara umum yang sering didapat adalah rinitis, nyeri tenggorokan,
batuk dengan dahak kuning/ putih kental, nyeri retrosternal dan konjungtivitis. Suhu
badan meningkat antara 4-7 hari disertai malaise, mialgia, nyeri kepala, anoreksia,
13
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
mual, muntah dan insomnia. Bila peningkatan suhu berlangsung lama biasanya
Virus dan bakteri penyebab ISPA dapat menyebar dan menular dengan beberapa
cara, misalnya saat anak menghirup percikan bersin dari seseorang yang terinfeksi
ISPA Penyebaran juga dapat terjadi saat anak memegang benda yang telah
terkontaminasi virus atau kuman penyebab ISPA dan secara tidak sadar menyentuh
b. Bersin
c. Batuk-batuk
f. Sakit kepala
g. Nyeri otot
h. Demam
Tanda dan gejala infeksi saluran pernapasan akut akibat infeksi virus biasanya akan
menetap selama 1-2 minggu. Setelah itu, kondisi anak akan mereda dengan
sendirinya. ISPA pada anak perlu diwaspadai jika semakin lama semakin parah atau
a. Sesak napas
14
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
b. Napas berbunyi
d. Kejang
e. Penurunan kesadaran
h. Gangguan pencernaan, seperti mual, muntah, dan diare (Nurarif & Kusuma,
2015).
6. Patofisiologis
a. Tahap prepatogenesis: penyebab telah ada tetapi belum menunjukkan reaksi apa-
apa.
b. Tahap inkubasi: virus merusak lapisan epitel dan lapisan mukosa. Tubuh menjadi
lemah apalagi bila keadaan gizi dan daya tahan sebelumnya rendah.
pneumonia.
Saluran pernafasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar sehingga untuk
mengatasinya dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien. Ketahanan
saluran pernafasan tehadap infeksi maupun partikel dan gas yang ada di udara amat
tergantung pada tiga unsur alami yang selalu terdapat pada orang sehat yaitu keutuhan
15
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
epitel mukosa dan gerak mukosilia, makrofag alveoli, dan antibodi. Infeksi bakteri
mudah terjadi pada saluran nafas yang sel-sel epitel mukosanya telah rusak akibat
infeksi yang terdahulu. Selain hal itu, hal-hal yang dapat mengganggu keutuhan
lapisan mukosa dan gerak silia adalah asap rokok dan gas SpO2 (polutan utama
Makrofag banyak terdapat di alveoli dan akan dimobilisasi ke tempat lain bila terjadi
sedangkan alkohol akan menurunkan mobilitas sel-sel ini. Antibodi setempat yang
Kekurangan antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran nafas, seperti
yang terjadi pada anak. Penderita yang rentan (imunokompkromis) mudah terkena
infeksi ini seperti pada pasien keganasan yang mendapat terapi sitostatika atau
radiasi. Penyebaran infeksi pada ISPA dapat melalui jalan hematogen, limfogen,
16
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Patway
Invasi Kuman
( Windasari, 2018 )
17
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
7. Pemeriksaan Penunjang
dilakukan:
8. Penatalaksanaan ISPA
a. Keperawatan
1) Istrirahat Total
b. Medis
1) Sistomatik
2) Obat kumur
3) Antihistamin
4) Vitamin C
5) Espektoran
6) Vaksinasi
18
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
9. Komplikasi
Komplikasi yang dapat timbul dari penyakit ini yaitu ISPA. Komplikasi lain yang
a. Otitis media
b. Croup
c. Gagal nafas
ukuran atau dimensi tingkat sel atau organ yang bisa diukur. (Soetjiningsih, 1995).
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran fisik (anatomi) dan struktur tubuh dalam
arti sebagian atau seluruhnya karena adanya multiplikasi (bertambah banyak) sel-sel
dan juga karena bertambah besarnya sel. Pertumbuhan sebagai suatu peningkatan
yang lebih kompleks dalam pola yang teratur sebagai hasil dari proses pematangan.
lebih kompleks dalam pola yang teratur, dapat diperkirakan dan diramalkan sebagai
hasil dari proses diferensiasi sel, jaringan tubuh, organ-organ dan sistemnya yang
terorganisasi.
19
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Perkembangan menitik beratkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dari
tingkat yang paling rendah ke tingkat yang paling tinggi dan kompleks melalui
a. Faktor Genetik
tulang, faktor genetik antara lain berbagai faktor bawaan yang normal dan
b. Faktor Lingkungan
Gizi ibu waktu hamil, faktor mekanis, toksin atau zat kimia, endokrin,
3. Teori Perkembangan
20
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
a. Fase Oral (0-1 tahun)
saat mendapat ASI, kepuasan bertambah dengan aktifitas mengisap jari dan
Meliputi retensi dan pengeluaran feces. Pusat kenikmatanya pada anus saat
BAB, waktu yang tepat untuk mengajarkan disiplin dan bertanggung jawab.
Tertarik pada perbedaan antomis laki dan perempuan, ibu menjadi tokoh sentral
Masa tenang tetapi anak mengalami perkembangan pesat aspek motorik dan
kognitifnya. Disebut juga fase homosexual alamiah karena anak nak mencari
teman sesuai jenis kelaminnya, serta mencari figur (role model) sesuai jenis
e. Fase Genitalia
hubungan rasa cinta dengan berbeda jenis kelamin (Whaley and Wong, 2017).
21
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
4. Tahapan Tumbuh Kembang Anak
22
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
pengertian terhadap pandangan orang lain mulai
tumbuh
4. Masa praremaja (6) sampai - Teman sebaya sangat penting
14 tahun) - Anak mulai berpikir logis, meskipun masih
konkrit operasional
- Egosentris berkurang
- Memori dan kemampuan meningkat akibat
sekolah formal
- Konsep diri tumbuh, yang mempengaruhi harga
dirinya
- Pertumbuhan fisik lambat
- Kekuatan dan keterampilan atletik meningkat
( Soetjiningsih & Ranuh, 2017 )
a. Keluarga masih merupakan focus dalam hidupnya, walaupun anak lain menjadi
lebih penting
sekitarnya
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
1) Umur
23
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Kebanyakan infeksi saluran pernafasan yang sering mengenai anak usia
menunjukkan bahwa anak pada usia muda akan lebih sering menderita ISPA
2) Jenis kelamin
Angka kesakitan ISPA sering terjadi pada usia kurang dari 2 tahun, dimana
angka kesakitan ISPA anak perempuan lebih tinggi dari pada laki-laki.
b. Riwayat Kesehatan
sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi, nafsu makan menurun,
3) Riwayat penyakit keluarga Menurut anggota keluarga ada juga yang pernah
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
2) Tanda vital: Bagaimana suhu, nadi, pernafasan dan tekanan darah klien.
3) Mata
tidak, keadaan pupil, palpebra dan apakah ada gangguan dalam penglihatan.
4) Hidung
24
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Bentuk hidung, keadaan bersih/tidak, ada/tidak sekret pada hidung serta
cairan yang keluar, ada sinus/ tidak dan apakah ada gangguan dalam
penciuman.
5) Mulut
tidak, apakah ada kemerahan/ tidak pada lidah, apakah ada gangguan dalam
6) Thoraks
a) Inspeksi
b) Palpasi
1) Adanya demam
25
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
c) Perkusi
d) Auskultasi
7) Abdomen
8) Integumen
Kaji warna kulit, integritas kulit utuh/tidak, turgor kulit kering/ tidak,
apakah ada nyeri tekan pada kulit, apakah kulit teraba panas.
9) Ekstremitas Atas
Adakah terjadi tremor atau tidak, kelemahan fisik, nyeri otot serta kelainan
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan.
kebutuhan oksigen.
3. Intervensi Keperawatan
26
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
strategi intervensi alternative dan sumber, serta menentukan prioritas, intervensi
tidak bersifat rutin, acak, atau standar, tetapi dirancang bagi klien tertentu dengan
Tabel 2.2
Rencana Keperawatan
1. Bersihan jalan nafas tidak Tujuan : Setelah Bersihan jalan nafas meningkat ( L.
efektif dilakukan tindakan 01001 )
Definisi: keperawatan kemampuan Intervensi Keperawatan
Ketidakmampuan membersihkan sekret atau Latihan batuk efektif ( I. 01006 )
membersihkan sekret atau obstruksi jalan nafas Observasi
obstruksi jalan nafas untuk mempertahankan 1. Identifikasi kemampuan batuk
untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten. 2. Monitor adanya retensi sputum
jalan nafas tidak paten. Kriteria hasil : 3. Monitor tanda dan gejala infeksi
Penyebab: a) Batuk efektif saluran nafas
Fisiologis meningkat 4. Monitor input dan output cairan
1. Spasme jalan b) Produksi sputum (mis. jumlah dan karakteristik)
nafas menurun Mengi
2. Hipersekresi jalan menurun
Terapeutik
nafas c) wheezing
3. Disfungsi menurun 1. Atur posisi semi-Fowler atau
neuromuskuler d) Frekuensi nafas Fowler
4. Benda asing 2. Pasang perlak dan bengkok
membaik
dalam jalan nafas dipangkuan pasien
5. Adanya jalan 3. Buang sekret pada tempat
nafas buatan sputum
6. Sekresi yang
tertahan Edukasi
7. Hiperplasia
1. Jelaskan tujuan dan prosedur
dinding jalan
batuk efektif
27
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
nafas 2. Anjurkan teknik nafas dalam
8. Proses infeksi melalui hidung selama 4 detik,
9. Respon alergi ditahan selama 2 detik,
10. Efek agen kemudian keluarkan dari mulut
farmakologis dengan bibir mencucu
situasional (dibulatkan) selama 8 detik
3. Anjurkan mengurangi tarik
1. Merokok aktif
nafas dalam hingga 3 kali
2. Merokok pasif
4. Anjurkan batuk dengan kuat
3. Terpajan polutan
langsung setelah tarik nafas
dalam yang ke-3
Gejala dan tanda
mayor
Kolaborasi
Subjektif : -
1. Kolaborasi pemberian mukolitik
Objektif :
atau ekspektoran, jika perlu
1. Batuk tidak
efektif
2. Tidak mampu
batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi, wheezing,
dan/atau ronkhi
kering
5. Mekonium
dijalan nafas
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
28
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Objektif :
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi nafas
menurun
4. Frekuensi nafas
berubah
5. Pola nafas
berubah
(DPP,PPNI, 2017).
4. Implementasi Keperawatan
5. Evaluasi
29
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
1. Definisi
mempertahankan jalan nafas tetap paten ( SDKI, 2017). Bersihan jalan nafas tidak
efektif merupakan suatu keadaan dimana individu mengalami ancaman yang nyata
2. Penyebab
Menurut SDKI (2017) penyebab bersihan jalan tidak efektif secara fisiologis yaitu
dalam jalan nafas, adanya jalan nafas buatan, sekresi yang tertahan, hiperplasia
dinding jalan nafas, proses infeksi, respon alergi, dan efek agen farmakologis (mis.
anastesi), secara situasional penyebabnya yaitu merokok aktif, merokok pasif, dan
terpajan polutan.
Menurut SDKI (2017) gejala dan tanda mayor objektifnya yaitu batuk tidak
efektif,tidak mampu batuk, sputum berlebih, mengi, wheezing, dan/atau ronkhi kering,
dan mekonium dijalan nafas, gejala dan tanda minor subjektifnya yaitu dyspnea, sulit
bicara, dan ortopnea, gejala dan tanda minor objektifnya yaitu gelisah, sianosis, bunyi
30
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus. Penelitian
menggunakan studi kasus adalah eksplorasi mendalam dari sistem terikat berdasarkan
pengumpulan data yang luas. Studi kasus melibatkan investigasi kasus, yang dapat
didefinisikan sebagai suatu entitas atau objek studi yang dibatasi, atau terpisah untuk
penelitian dalam hal waktu, tempat, atau batas-batas fisik (Fitrah & Lutfiah, 2017).
Pendekatan studi kasus yang digunakan adalah pendekatan asuhan keperawatan keluarga
evaluasi.
B. Batasan Istilah
Infeksi Saluran Pernafasan Akut Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) Wawancara Observasi
adalah infeksi akut yang melibatkan dan Pemeriksaan Fisik
(ISPA)
organ saluran pernafasan bagian atas Studi dokumentasi.
dan saluran pernafsan bagiam bawah.
Infeksi ini disebabkan oleh virus, jamur,
dan bakteri.
31
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
C. Partisipan
Partisipan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1 klien yang mengalami infeksi
saluran pernafasan akut (ISPA) dengan masalah keperawatan bersihan jalan nafas tidak
efektif.
Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini di UPT Puskesmas Pringsewu, dengan klien
yang mengalami infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dengan masalah keperawatan
bersihan jalan nafas tidak efektif. Lama waktu penelitian adalah minimal 3 hari, jika
pasien pulang maka akan dilakukan perawatan home care dengan karakteristik perawatan
E. Pengumpulan Data
1. Wawancara
dilakukan dengan cara tanya jawab antara penanya (interviewer) dengan penjawab
pengaturan fisik dimana kegiatan tersebut berlangsung secara terus menerus dari
lokus aktivitas bersifat alami untuk menghasilkan fakta, oleh karena itu, observasi
32
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
merupakan bagian integral dari cakupan penelitian lapangan. Pemeriksaan fisik
dilakukan pada pasien dengan pendekataan latihan batuk efektif : melatih pasien yang
tidak memiliki kemampuan batuk secara efektif untuk membersihkan laring, trakea,
4. Studi Dokumentasi
Pada metode pengumpulan data ini juga, dokumentasi ini diambil dan dipelajari dari
catatan medis Puskesmas, catatan dari perawat untuk memperoleh data mengenali
F. Analisa Data
1. Pengumpulan data
Metode pengumpulan data dimana data dikumpulkan dari hasil wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Hasil data yang telah dikumpulkan ditulis dalam bentuk catatan
2. Mereduksi Data
Tahap selanjutnya, menganalisa data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk
hasil pengkajian dikelompokkan menjadi data subyektif dan data obyektif dianalisis
33
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
berdasarkan hasil pengkajian dianostic kemudian dibandingkan dan dilakukan
pembahasan.
3. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan dengan menggunakan tabel, gambar, bagan maupun teks
naratif, kerahasiaan klien dijaga sepenuhnya dengan membuat nama inisial dalam
identitas klien.
4. Kesimpulan
Tahapan terakhir yang dilakukan adalah kesimpulan. Dimana data yang sudah
disajikan tersebut dibahas dan dibandingkan dengan hasil penelitian terdahulu dan
metode induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan proses keperawatan, yaitu data
pengkajian, diagnosa, perencanaan tindakan, dan evaluasi (Siyoto & Ali, 2015).
G. Etik Penelitian
1. Informed Consent
Pada etika penelitian ini, peneliti memberikan Informed consent kepada klien.
penelitian setelah mendapatkan penjelasan yang lengkap dan terbuka dari peneliti
Penulis merahasiakan nama klien dengan tidak memberikan atau mencantumkan nama
klien dan hanya menuliskan inisial pada data atau hasil penelitian yang akan disajikan.
3. Self Determinan
34
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Menghormati otonomi, yang mensyaratkan bahwa manusia mampu menalar pilihan
keputusan mandiri.
4. Confidentiality (Kerahasiaan)
Confidentiality adalah menjaga privasi atau rahasia klien, segala sesuatu mengenai
klien boleh diketahui jika digunakan untuk pengobatan klien atau mendapat izin dari
klien.
Etika penelitian selanjutnya yaitu berbuat baik, dimana peneliti harus melakukan yang
terbaik bagi klien, tidak merugikan klien, dan mencegah bahaya bagi klien.
6. Non Maleficience
Etika penelitian yang terakhir adalah Non maleficience, dimana prinsip pada etika
penelitian ini tidak melukai atau tidak menimbulkan bahaya atau cedera bagi orang
lain. Pada etika penelitian ini, sangat penting untuk peneliti memperkirakan
kemungkinan-kemungkinan apa yang akan terjadi dalam penelitian. Sehingga hal itu
1. Langkah persiapan
a. Pengajuan judul
setuju.
2. Langkah pelaksanaan
35
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
a. Pengumpulan data berlangsung selama 3 hari, kelengkapan hasil observasi di
periksa kembali.
1) Hari 1
2) Hari 2
3) Hari 3
nafas untuk mempertahankan jalan nafas tetap paten dengan kriteria hasil :
c) Mengi menurun
d) Wheezing menurun
36
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
b. Melakukan pengkajian terhadap klien yang mengalami ISPA dengan masalah
3. Langkah akhir
a. Hasil analisis yang telah disetujui oleh dosen pembimbing akan disajikan dalam
c. Dilakukan uji hasil penelitian lalu hasil akan dikumpulkan sesuai dengan jadwal
37
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Daftar Pustaka
Alamsyah. 2018. Pola Kejadian ISPA pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Anak Air
Padang. http://jurnal.fk.unand.ac.id/index.php/ka
Depkes RI. (2018). Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernapasan Akut. Jakarta: Dirjen
Firza Dian dkk.2018. Angka Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Dengan Jenis Kelamin Dan
Hidayat. (2019). Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Keperawatan (Jakarta).
Salemba Medika.
Nelson, A,. & Behrman, K 2013, Nelson Ilmu Kesehatan Anak Volume 1. (S. Wahab, Ed.) (15 th
Nuraeni Syarifuddin & Siska Natsir. 2019. Profil Penggunaan Obat Pada Pasien Penderita
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (Ispa) Di Puskesmas Empage Kabupaten Sidenreng Rappang.
Kemenkes RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar: Riskesdas. Jakarta Kemenkes RI.
Luthfiyah, M.F. (2018) Metodologi penelitian: penelitian kualitatif, tindakan kelas & studi
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Sukarto.2018.Gambaran Faktor Kesehatan Lingkungan Pada Bali 12-59 Bul Dengan Penyakit
Ispa Di Wilayah Kerja Puskesmas Kema Tahun 2020. Jurnal KESMAS, Vol. 9, No 7.
38
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
Wijaya dan Yessie (2013) Keperawatan Medikal Bedah 2. Pertama. Yogyakarta: Nuha Medika.
Wulandari.D & Purnamasari.L.2019.Asuhan Keperawatan Anak. Jakarta: TIM PPNI, Tim Pokja
39
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu
42
Fakultas Kesehatan Universitas Muhammadiyah Pringsewu