Anda di halaman 1dari 78

1

PENGARUH PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI


DAN LINGKUNGAN PERGAULAN TERHADAP
PERILAKU SEKS BEBAS DI SMK
PGRI I TERBANGGI BESAR
LAMPUNG TENGAH
TAHUN 2015
SKRIPSI

Oleh:
DINI APRI FAJRIAH
NPM. 14340066

FAKULTAS KEDOKTERAN PROGRAM STUDI DIV


KEBIDANAN UNIVERSITAS MALAHAYATI
BANDAR LAMPUNG
2015

4
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
Skripsi,
Juli 2015
Dini Apri Fajriah
ABSTRAK
PENGARUH PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN
LINGKUNGAN PERGAULAN TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA
SISWA DI SMK PGRI 1 TERBANGGI BESAR
LAMPUNG TENGAH TAHUN 2015
xvi + 60 Halaman + 8 Tabel + 3 Gambar + 6 Lampiran
Data yang diperoleh dari Puskesmas Bandarjaya, tercatat pada tahun 2012 penderita IMS
berjumlah 63 orang dan 4 orang menderita HIV. Sedangkan pada tahun 2013 tercatat
sebanyak 48 orang menderita IMS dan 3 orang dinyatakan HIV, dari 3 penderita HIV 1
orang telah meninggal dunia. Pada tahun 2014 menurun menjadi 21 orang penderita
IMS dan 1 orang dinyatakan HIV dan meninggal dunia. Tujuan Penelitian: Diketahui
pengaruh pengetahuan kesehatan reproduksi dan lingkungan pergaulan terhadap perilaku
seks bebas pada siswa di SMK PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun 2015.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswasiswi kelas X dan XI di SMK PGRI 1 Terbanggi Besar
Lampung Tengah tahun 2015 sebanyak 62 responden. Analisa data yang digunakan
adalah uji chi square (X).
Hasil uji statistik
adalah terdapat pengaruh yang signifikan/bermakna antara
pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap perilaku seks bebas pada siswa di SMK
PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun 2015 (p value sebesar 0,000<0,05).
Dan terdapat pengaruh lingkungan pergaulan terhadap perilaku seks bebas pada siswa di
SMK PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun 2015 (p value sebesar
0,000<0,05). Diharapakan kepada SMK PGRI I TERBANGGI BESAR untuk
memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dan lingkungan pergaulan yang
baik bagi siswa sehingga diharapkan perilaku seks bebas bebas pada siswa tidak terjadi.
Kata kunci
: Pengetahuan, Lingkungan Pergaulan, Perilaku Seks Bebas
Kepustakaan : 19 (2002-2014)

MIDWIFERY DIPLOMA IV STUDY


PROGRAM MEDICAL FACULTY
MALAHAYATI UNIVERSITY
A Thesis,
July 2015
Dini Apri Fajriah
ABSTRACT
EFFECT OF KNOWLEDGE AND REPRODUCTIVE HEALTH ON MILIEU
FREE SEX BEHAVIOR IN STUDENTS IN SMK PGRI 1 TERBANGGI BESAR
CENTRAL LAMPUNG IN 2015
xvi + 60 pages + 8 Table + 3 Pictures + 6 Appendix
The data obtained from Puskesmas Bandarjaya, recorded in 2012 STI patients numbered
63 people and four people suffer from HIV. Whereas in 2013 there were 48 people
suffering from sexually transmitted infections and HIV expressed 3, from 3 HIV 1
person has died. In 2014 dropped to 21 people with sexually transmitted infection and
HIV, and 1 person is declared dead. Objective: Given the influence of reproductive
health knowledge and milieu towards sex behavior in students in SMK PGRI 1
Terbanggi Great Central Lampung 2015.
This type of research is quantitative with cross-sectional design. The population in this
study is siswasiswi class X and XI in SMK PGRI 1 Terbanggi Besar Central Lampung in
2015 were 62 respondents. Analysis of the data used is the chi-square test (X ).
Statistical test result is a significant influence / significant between reproductive health
knowledge towards sex behavior in students in SMK PGRI 1 Terbanggi Great Central
Lampung in 2015 (p value of 0.000 <0.05). And there is the influence of social
environment on sex behavior in students in SMK PGRI 1 Terbanggi Great Central
Lampung in 2015 (p value of 0.000 <0.05). Expected to educational institutions to
provide education on reproductive health and a good social environment for students so
expect free sex behavior in students not occur.
Keywords: Knowledge, Environment Intercourse, Sexual Behaviour Free
Bibliography: 19 (2002-2014)

MOTTO
Dalam hidup harus selalu bersyukur, bersyukur atas segala pemberianNya.
Karena bersyukur adalah kunci kebahagiaan.

BIODATA

Nama

: DINI APRI FAJRIAH

Tempat/Tanggal lahir

: Adi Jaya, 16 April 1990

Jenis kelamin

: Perempuan

Agama

: Islam

Alamat

: Adi Mulyo, RT 21 Adi Jaya, Kecamatan Terbanggi


Besar, Kabupaten Lampung Tengah

Status

: Menikah

RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Lulus SD Negeri 2 Adijaya Tahun 2002.
2. Lulus SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun 2005.
3. Lulus MAN Poncowati Terbanggi Besar Tahun 2008.
4. Lulus D III Kebidanan Gema Nusantara Bekasi Tahun 20011.
5. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Program Studi DIV Konversi Kebidanan
Malahayati Bandar Lampung Tahun 2015

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat ALLAH SWT yang selalu melindungiku disetiap


langkahku, selalu mempermudah segala urusanku, memberiku kekuatan dan
ketabahan yang begitu luar biasa kepadaku disaaat rapuh untuk bangkit dan
semangat kembali, selalu mencurahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
bisa seperti ini.
Izinkan saya persembahkan karya ini kepada :
1. Ayah Drs. Sunardi H.S dan Ibu Siti Wahyuni serta seluruh keluarga yang
selalu memberikan dukungan dan senantiasa berdoa dengan ikhlas demi
keberhasilanku.
2. Suami Sugiono, Spd.I yang selalu mendoakan, selalu sabar dan terus
memberikan semangat dan dukungan kepada saya sehingga dapat mencapai
keberhasilanku.
3. Dosen-dosen saya yang tidak pernah lelah membimbing dan mengajari saya
demi keberhasilan masa depan saya yang tidak dapat saya tuliskan satu
persatu, terimaksih atas ilmu yang telah diberikan.
4. Sahabat-sahabat dan teman seperjuangan di DIV Kebidanan Malahayati
tahun 2014/2015. Saya akan merindukan kenangan kenangan saat kita
bersama. Semoga kita semua menjadi bidan yang profesional yang akan
bermanfaat bagi sesama, agama, negara, dan bangsa. Amin ya ALLAH.

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :


Nama
: DINI APRI FAJRIAH
NPM
: 14340066
Fakultas
: Kedokteran
Kejurusan
: DIV Bidan Pendidik
Judul Skripsi

: Pengaruh Pengetahuan Kesehatan Reproduksi


dan Lingkungan Pergaulan terhadap Perilaku
Seks Bebas pada Siswa di SMK PGRI 1
Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015

Dengan ini menyatakan bahwa :


Skripsi yang saya buat tidak pernah/belum pernah dibuat oleh orang lain dan saya
menjamin orisinil skripsi yang saya buat.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar benarnya dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Bandar Lampung,
Cap jempol kanan/kiri

Juli 2015

Mahasiswa

(DINI APRI FAJRIAH)

KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

10
Skripsi dengan judul Pengaruh Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Dan
Lingkungan Pergaulan Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Siswa Di SMK PGRI
I Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015.
Proses penyusunan Skripsi ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1

dr. Toni Prasetyo, Sp.PD, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas


Malahayati Bandar Lampung.

Dainty Maternity, M.Keb, selaku Ka Prodi D IV Kebidanan Fakultas


Kedokteran Universitas Malahayati Bandar Lampung.

Dr. Hi. Marsal Usman.,MM, selaku Dosen Pembimbing I

Neneng Siti Latifah, SST,M.Kes, selaku Dosen Pembimbing II

Ike Ate Yuviska,SST. M.Kes, selaku Dosen Penguji

Keluargaku tercinta terutama ayah, ibu dan Suami yang selalu memberikan
doa dan semangat.
Penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi
memperbaiki kekurangan dalam penelitian ini.
Bandar Lampung, Juli 2015

Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LUAR .......................................................................

HALAMAN JUDUL DALAM.....................................................................

ii

11
HALAMAN JUDUL PERSETUJUAN.......................................................

iii

HALAMAN PENGESAHAN......................................................................

iv

ABSTRAK ....................................................................................................

ABSTRACT .................................................................................................

vi

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................

vii

MOTTO......................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ........................................................................................

ix

SURAT PERNYATAAN ..............................................................................

KATA PENGANTAR...................................................................................

xi

DAFTAR ISI ................................................................................................

xii

DAFTAR TABEL ......................................................................................... xiii


DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................
BAB I

BAB II

xv

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................

1.2 Rumusan Masalah ..............................................................

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................

1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Seks Bebas.............................................................

2.2 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi....................................

17

2.3 Lingkungan Pergaulan..........................................................

26

2.4 Penelitian Terkait..................................................................

31

2.5 Kerangka Teori.....................................................................

32

2.6 Kerangka Konsep.................................................................

32

2.7 Hipotesis...............................................................................

32

12

BAB III

METODE PENELITIAN
3.1

Jenis Penelitian ..................................................................

34

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................

34

3.3

Rancangan Penelitian.........................................................

34

3.4

Subjek Penelitian ...............................................................

34

3.5 Variabel Penelitian ............................................................... 35

BAB IV

3.6

Definisi Operasional ..........................................................

35

3.7

Instrumen Penelitian...........................................................

36

3.8

Pengumpulan Data..............................................................

40

3.9

Pengolahan Data.................................................................

40

3.10 Analisa Data.......................................................................

41

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


4.1

4.2

4.3

Gambaran Umum Tempat Penelitian ................................

44

4.1.1 Geografi.....................................................................

44

4.1.2 Demografi..................................................................

44

Hasil Penelitian...................................................................

45

4.2.1 Karakteristik Responden............................................

45

4.2.2 Analisis Univariat......................................................

46

4.2.3 Analisis Bivariat.........................................................

48

4.2.4 Analisis Multivariat .................................................

50

Pembahasan .......................................................................

51

4.3.1 Karakteristik Responden ..........................................

51

4.3.2 Analisis Univariat......................................................

54

4.2.3 Analisis Bivariat.........................................................

57

4.2.4 Analisis Multivariat .................................................

61

13

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN


5.1

Kesimpulan ........................................................................

63

5.2

Saran ..................................................................................

64

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN

14
1.1

Latar Belakang
Pesatnya arus globalisasi dan suburnya industri video dan bukubuku

pornografi serta kurangnya kontrol orangtua dan tersedianya prasarana yang


menunjang perilaku reproduksi menyimpang dapat menyebabkan remaja lepas
kontrol dalam hal kesehatan reproduksi remaja. Kondisi ini menyebabkan
banyaknya remaja yang hamil pranikah dan tertular infeksi menular seksual
akibat kurangnya pengetahuan dan sikap remaja terhadap perilaku kesehatan
reproduksi (Mochsen, 2004).
Disamping itu kehamilan usia remaja juga mengakibatkan kemacetan
persalinan karena ketidakseimbangan antara besar bayi dengan luas panggul.
Akibat lainnya adalah penyakit menular seksual (PMS) yang terjadi di dunia tiap
tahunnya terus meningkat sedang di Indonesia berdasarkan data kesehatan hingga
2008, dari 15.210 penderita AIDS atau orang yang hidup dengan HIV/AIDS di
Indonesia, 54% diantaranya adalah remaja (Yahdilah, 2008). Berdasarkan data di
atas, ternyata kejadian perilaku seks pranikah seperti fenomena gunung es yang
hanya menunjukan sebagian kecil dari kasus yang sebenarnya, tidak terlihat dari
luar namun insidennya terus meningkat.
Menurut data Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Pusat
(BKKBN Pusat) menyatakan hasil survey terakhir suatu lembaga survey yang
dilakukan di 33 Provinsi tahun 2008 terhadap remaja usia sekolah SMP dan
SMK, sebanyak 63 persen remaja mengaku sudah mengalami hubungan seksual
sebelum menikah dan 21% diantaranya melakukan aborsi. Berdasar data
penelitian pada 20052006 di kota besar Se-Jabodetabek, Medan, Bandung,
Surabaya dan Makassar masih berkisar 47,54% remaja mengaku melakukan
hubungan seks sebelum menikah. Persentase remaja yang melakukan hubungan
seksual pranikah tersebut mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan

15
tahun-tahun sebelumnya (Yahdillah, 2008). Beberapa laporan penelitian lokal
menunjukan angka yang mengejutkan misalnya 31% remaja di Kupang pernah
berhubungan seks atau di kota bandung 56% remajanya pernah melakukan seks
diluar nikah (Sarwono, 2010). Sementara 42,3% pelajar di Cianjur sudah pernah
melakukan hubungan seks saat duduk di bangku sekolah (BKKBN, 2007). Di
kota Denpasar dari pelajar SMA di dapati 23,4% mempunyai pengalaman
hubungan seksual (indieclrsta).
Perilaku seks bebas di Lampung mencapai sekitar 46,2% dari hasil yang
didapat remaja banyak melakukan kegiatan seks, dapat dilihat dari observasi
Koran Tribun Lampung (2013).
Kepala Puskesmas Bandajaya dr. Kiki, melalui Kasi P2M Yono
Sukendar mengatakan, pihaknya mencatat dari 21 kasus IMS beberapa di
antaranya menjangkiti pelajar. Menurut data, IMS disebabkan perilaku seks yang
tidak sehat, seperti seks bebas mau pun hubungan sesama jenis. "Kami
menemukan 21 kasus penderita IMS beberapa waktu lalu. Penderita banyak
didominasi oleh pemuda berusia 16 tahun," Saat ini pihaknya sedang berupaya
meminimalisir penularan penyakit IMS tersebut di kalangan remaja khusunya di
wilayah Kecamatan Terbanggi Besar. Data yang diperoleh dari Puskesmas
Bandarjaya, tercatat pada tahun 2012 penderita IMS berjumlah 63 orang dan 4
orang menderita HIV. Sedangkan pada tahun 2013 tercatat sebanyak 48 orang
menderita IMS dan 3 orang dinyatakan HIV, dari 3 penderita HIV 1 orang telah
meninggal dunia. Pada tahun 2014 menurun menjadi 21 orang penderita IMS
dan 1 orang dinyatakan HIV dan meninggal dunia.
Pada suatu penelitian terhadap siswa menengah pertama (SMPS) dan atas
(SMA), yang berpacaran 75% dari mereka merasa bahwa hubungan mereka
melibatkan komitmen untuk menolak melakukan kencan dengan orang lain dan

16
25% dari mereka merasa bahwa mereka benarbenar jatuh cinta. 40% secara
informal saling menyetujiu untuk menikan dan 40% lainnya melaporkan bahwa
mereka telah mempertimbangkan pernikahan secara serius tapi belum membuat
komitmen apapun dan 20% sisanya belum mempertimbangkan menikah sama
sekali.
Semakin lama remaja berpacaran, semakin serius mereka dalam
mempertimbangkan pernikahan. Bagi mereka yang baru saja berpacaran selama 2
bulan hanya 3% yang menunjukan bahwa mereka akan menikah, sementara bagi
mereka yang telah berpacaran 1 tahun atau lebih 50% menyatakan bahwa mereka
akan menikah. Kemudian, berpacaran akan lebih serius pada

masa sekolah

menengah atas dibandingkan pada remaja usia sekolah menengah pertama dan
semakin lama sebuah pasangan berpacaran semakin besar kemungkinan mereka
untuk menikah. (Santrock 2003).
Meningkatnya perilaku seksual yang menyimpang juga meningkatkan
permasalahan seksual salah satunya adalah kehamilan yang tidak diinginkan yang
akan berdampak pada kasus aborsi serta kematian ibu dan janin. WHO
memperkirakan resiko kematian akibat kehamilan 2 kali lebih tinggi pada remaja
usia 15-18 tahun dibandingkan dengan wanita usia 20 24 tahun. Deputi Bidang
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN), Siswanto Agus Wilopo mengatakan setiap tahun
terjadi 2,6 juta kasus aborsi di Indonesia. Jika dirata rata, setiap jamnya terdapat
300 wanita telah menggugurkan kandungannya. Dari jumlah itu, 700 ribu
diantaranya dilakukan oleh remaja usia di bawah usia 20 tahun dan sebanyak
11,13 % dari semua kasus aborsi di Indonesia dilakukan karena kehamilannya
yang tidak di inginkan (Yudhi 2008).

17
Ditambah lagi dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat
menyodorkan terbukanya kesempatan penyalahgunaan teknologi di daerah yang
sangat mudah menjangkau sumber informasi seperti kota Bandar Jaya. Untuk itu
maka peneliti tertarik untuk mengetahui perilaku seks bebas pada remaja di
tingkat SMK di Bandar Jaya yang di khususkan pada SMK PGRI I Terbanggi
Besar yang pada tahun 2014 didapati 3 (4%) orang siswi dari 75 siswinya
dikeluarkan dari sekolah karena hamil di luar nikah. Maka dari itu peneliti
berminat untuk melakukan penelitian dengan judul pengaruh pengetahuan
kesehatan reproduksi dan lingkungan pergaulan remaja terhadap perilaku seks
bebas pada siswa di SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun
2015?
1.2

Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka rumusan masalahnya adalah apakah terdapat

pengaruh pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan lingkungan pergaulan


terhadap perilaku seks bebas pada siswa di SMK PGRI I Terbanggi Besar
Lampung Tengah tahun 2015?
1.3
1.3.1

Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan kesehatan reproduksi dan

lingkungan pergaulan remaja terhadap hubungan seks bebas pada siswa di SMK
PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun 2015.
1.3.2

Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui distribusi frekuensi

pengetahuan kesehatan

reprodusi pada siswa di SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung


Tengah tahun 2015.
2) Untuk mengetahui lingkungan pergaulan siswa pada siswa di SMK
PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun 2015.

18
3) Untuk mengetahui perilaku seks bebas pada siswa di SMK PGRI I
Terbanggi BesarLampung Tengah tahun 2015.
4) Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan

tentang

kesehatan

reproduksi terhadap perilaku seks bebas pada siswa di SMK PGRI I


Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun 2015.
5) Untuk mengetahui pengaruh lingkungan pergaulan terhadap perilaku
seks bebas pada siswa di SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung
Tengah tahun 2015.
1.4

Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang bagaimana pengaruh
pengetahuan kesehatan reproduksi dan lingkungan pergaulan terhadap
perilaku seks bebas pada siswa di SMK PGRI I Terbanggi Besar tahun
2015 dan sebagai wahana dalam menerapkan ilmu metodologi
penelitian yang telah didapatkan dalam kuliah.
2. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi SMK PGRI I Terbanggi Besar agar
memberikan pendidikan seksual bagi siswanya sehingga remaja
memiliki pengetahuan dan lingkungan yang baik dalam pergaulan..
3. Bagi Masyarakat/ Orang tua
Diharapkan dapat terus menciptakan suasana dan kondisi lingkungan
yang baik dan memberikan pendidikan seks secara dini pada anaknya
(remaja) sehingga dapat mencegah perilaku seks bebas pada
anak/remaja.
4. Bagi Siswa
Diharapkan dapat memilih tempat/lingkungan berteman yang baik
dengan kondisi dan suasana yang dapat mendukung serta mencari
informasi tentang kesehatan reproduksi dan seks dari sumber yang
terpercaya sehingga perilaku seks bebas pada remaja tidak terjadi

19
1.5

Ruang Lingkup
Jenis penelitian yaitu analitik kuantitatif dengan rancangan cross

sectional. Subjek yang diteliti adalah siswasiswi SMK 1 Terbanggi Besar dan
objek penelitian ini adalah pengetahuan kesehatan reproduksi dan lingkungan
pergaulan remaja terhadap perilaku seks bebas pada siswa di SMK PGRI I
Terbanggi Besar. Penelitian ini dilakukan di SMK PGRI I Terbanggi Besar
Lampung Tengah. Waktu penelitian pada bulan Juni tahun 2015.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.6

Perilaku Seks Bebas

2.1.1

Pengertian Remaja

Remaja adalah periode transisi antara masa anakanak ke masa dewasa,


atau masa usia belasan tahun, atau jika seseorang menunjukan tingkah laku
tertentu seperti susah diatur, mudah tersinggung perasaannya dan sebagainya.

20
Zakiyah Derajat (1975), mendefinisikan remaja sebagi anak yang ada
pada masa peralihan dari anak anak menuju usia dewasa. Pada masa ini
biasanya terjadi percepatan pertumbuhan dalam segi fisik maupun psikis. Baik
ditinjau dari bentuk badan, sikap, cara berfikir, dan bertindak, mereka bukan lagi
anakanak. Mereka juga belum dikatakan dewasa yang memiliki kematangan
pikiran. Zakiyah Darajat membatasi usia remaja antara 13 tahun hingga 24 tahun.
(Al-Ghifari 2001).
Menurut Piaget yang dikutip oleh Hurlock (1999) secara psikologis masa
remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa.
Masa remaja adalah usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang
dewasa melainkan merasa berada dalam tingkat yang sama, sekurang
kurangnya dalam masalah hak, integrasi dalam masyarakat, mempunyai banyak
aspek efekti, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga
perubahan intelektual yang mencolok, transformasi yang khas dari cara berfikir
remaja memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang
dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umuum dari periode
perkembangan.
Dr. Sarlito wirawan Sarwono (2012), mendefinisikan remaja sebagai
individu yang tengah mengalami perkembangan fisik dan mental. Beliau
membatasi usia remaja ini antara 1124 tahun dengan pertimbangan sebagai
berikut: usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tandatanda seksual
sekunder mulai nampak kriteria fisik. Di Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap
usia baligh baik menurut adat maupun agama. Sehingga masyarakat tidak lagi
memperlakukan mereka sebagai anakanak. Pada usia tersebut mulai ada tandatanda penyempurnaan perkembangan jiwa. Batas usia 24 tahun merupakan batas

21
maksimum untuk memberi kesempatan mereka mengembangkan dirinya setelah
sebelumnya masih bergantung pada orang tua.

2.1.2

Perilaku Menyimpang pada Remaja


Menurut M. Gold dan J. Pietronio yang dikutip dalam Sarwono (2012)

berpendapat untuk mendefinisikan penyimpangan remaja berarti kenakalan anak.


Kenakalan anak adalah tindakan oleh seseorang yang belum dewasa yang sengaja
melanggar hukum dan yang diketahui oleh anak itu sendiri bahwa jika
perbuatannya itu sempat diketahui oleh petugas hukum ia bisa dikenai hukuman.
Kenakalan remaja ini menjadi 4 jenis:
1. Kenakalan yang menimbulkan korban fisik trhadap orang lain:
perkelahian, pemerkosaan, perampokan, pembunuhan, dll.
2. Kenakalan yang menimbulkan korban materi: perusakan, pencurian,
pencopetan, pemerasan dll
3. Kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban dipihak orang lain:
pelacuran, penyalahgunaan obat.
4. Kenakalan yang melawan status: mengingkari status anak sebagai pelajar
dengan cara membolos, mengingkarin status orangtua dengan cara
minggat dari rumah. (Sarwono 2012).

2.1.3

Faktor-faktor yang Menyebabkan Perilaku

Menyimpang Pada Remaja


Menurut jensen: banyak sekali faktor yang menyebabkan kenakalan
remaja maupun kelainan perilaku remaja pada umumnya, yaitu sebaai berikut:
1. Rational choice: Teori ini mengutamakan faktor individu daripaa
faktor lingkungan. Kenakalan yang dilakukan adalah atas pilihan,
interes, motivasi, atau kemauannya sendiri. Di indonesia banyak yang
percaya pada teori ini, misalnya kenakalan remaja dianggap sebagai
kurang iman sehingga anak dikirim ke pesantren kilat atau

22
dimasukkan ke sekolah agama. Yang lain menganggap remaja nakal
kurang didiplin sehingga diberi latihan militer.
2. Social disorganization: Kaum positivis pada umumnya lebih
mengutamakan faktor budaya. Yang menyebabkan kenakalan remaja
adalah mengurangnya atau menghilangnya pranata pranata
masyarakat yang selama ini menjaga keseimbangan atau harmoni
dalam masyarakat. Orang tua yang sibuk dan guru yang kelebihan
beban merupakan penyebab dari berkurangnya fungsi keluarga dan
sekolah sebagai pranata kontrol.
3. Strain: Teori ini di kemukakan oleh Merton, Intinya adalah bahwa
tekanan yang besar dalam masyarakat, misalnya kemiskinan,
menyebabkan sebagian dari anggota masyarakat yang memilih jalan
rebellion melakukan kejahatan atau kenakalan remaja.
4. Differential association: Menurut teori ini, kenakalan remaja adalah
akibat salah pergaulan. Anakanak nakal karena bergaulnya dengan
anakanak yang nakal juga.paham ini banyak dianut orang tua
diindonesia, yang seringkali melarang anakanaknya untuk bergaul
dengan teman teman yang dianggap nakal, dan menyuruh anak
anaknya untuk berkawan dengan temanteman yang pandai dan rajin
belajar.
5. Labelling: Ada pendapat yang menyatakan bahwa anak nakal selalu
dianggap atau dicap nakal. Di indonesia banyak orang tua (khususnya
ibuibu) yang ingin berbasabasi dengan tamunya, sehingga ketika
anaknya muncul di ruang tamu, ia mengatakan pada tamunya, ini loh
mbakyu, anak sulung saya. Badanyya saja yang tinggi, tetapi nakalnya
bukan main. Kalu terlalu sering anak ini diberi label seperti itu, maka
ia akan jadi betulbetul nakal.

23
6. Male phenomenon: Teori ini percaya bahwa anak laki laki lebih
nakal daripada perempuan. Alasannya karena kenakalan adalah sifat
laki

2.1.4

Perilaku Seksual Remaja

Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang


didorong oleh hasrat seksual, Baik lawan jenisnya maupun
dengan sesama jenis. Bentuk bentuk tingkah laku ini bisa
bermacam macam mulai dari persamaan tertarik sampai
tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama.
Objek seksualnya biasanya khayalan atau diri sendiri
(Sarwono, 2012).
Santrock (2003, 401) menyatakan macam-macam contoh perilaku seksual
pada remaja, antara lain :
1.
2.
3.
4.
5.

2.1.5

Necking (berciuman sampe daerah dada)


Berciuman bibir
Memegang payudara
Hubungan seks kelamin
Oral seks

Hubungan Seksual Pranikah pada Remaja


Hubungan seks didefinisikan sebagai persenyawaan, persetubuhan dan

satu aktivitas merangsang dari sentuhan kulit secara keseluruhan, sampai


mempertemukan alat kemaluan lelaki kedalam organ vital wanita. Sedangkan
hubungan seksual pranikah merupakan tindakan seksual yang dilakukan tanpa
melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama
dan kepercayaan masingmasing individu (Setyawan, 2007).

24

2.1.6

Faktor-faktor

yang

Mempengaruhi

Hubungan Seksual Pranikah


Dari berbagai hasil studi dapat disimpulkan bahwa masalah seksualitas
pada remaja timbul karena fakto-faktor sebagai berikut:
1. Perubahan-perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual
(libido

seksualitas)

remaja.

Peningkatan

hasrat

seksual

ini

membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.


2. Penyaluran ini tidak dapat segera dilakukan karena adanya penundaan
usia perkawinan, baik secara hukum karena adanya UndangUndang
tentang perkawinan yang menetapkan batas usia menikah (sedikitnya
16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk pria), maupun karena
norma sosial yang makin lama makin menuntut persyaratan yang
makin

tinggi

untuk

perkawinan

(pendidikan,

pekerjaan,

persiapanmental, dll)
3. Sementara usia kawin ditunda norma-norma agam tetap berlaku
dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum
menikah. Bahkan laranganya berkembang lebih jauh kepada tingkah
laku yang lain seperti berciuman dan masturbasi. Untuk remaja yang
tidak dapat menahan diri akan terdapat kecenderungan untuk
melanggar saja larangan-larangan tersebut,
4. Kecenderungan pelarangan makin meningkat oleh karena adanya
penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media masa
yang dengan adanya teknologi canggih seperti vidio cassette, satelit,
VCD, telepon genggam, internet, dan lain-lain menjadi tidak
terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan
ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari

25
media massa, khususnya karena mereka pada umumnya belum pernah
mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.
5. Orang tua sendiri, baik karena ketiktahuannya maupun karena
sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan
anak tidak terbuka dengan anak, malah cenderung membuat jarak
dengan anak dalam masalah seks.
6. Dipihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecenderungan pergaulan
yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai
akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga
kedudukan wanita makin sejajar dengan pria.
Mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi hubungan seksual pranikah
akan di bahas lebih luas sebagai berikut :
1. Meningkatnya libido seksualitas
Menurut Robert Havighurst, seorang remaja mengahadapi tugas
tugas perkembangan sehubungan dengan perubahan fidik dan peran
social yang sedang terjadi pada dirinya. Didalam mengisi peran
sosialnya yang baru itu, seorang remaja mendapatkan motivasinya dari
meningkatnya energy seksual atau libido. Menurut Sigmunnd Freud,
energy seksual ini berkaitan erat dengan kematangan fisik. Sedangkan
menurut Anna Freud, focus utama dari energi seksual ini adalah
perasaan perasaan disekitar alat kelamin, objekobjek seksual dan
dan tujuan seksual.
2. Penundaan usia perkawinan
Di Indonesia terutama di daerah pedesaan, masih terdapat banyak
perkawinan di bawah usia. Kebiasaan ini berasal dari adat yang
berlaku sejak dahulu yang masih terbawa sampai sekarang. Ukuran
perkawinan di masyarakat seperti itu adalah kematangan fisik belaka
(haid, bentuk tubuh yang sudah menunjukan tandatanda seksual
sekunder), atau bahkan hal hal yang sama sekali tidak ada kaitannya

26
dengan calon pengantin. Misalnya, masa panen, utangpiutang
orangtua, dan sebagainya. Akan tetapi, dengan makin meningkatnya
taraf pendidikan masyarakat dan dengan makin tertunda kebutuhan
untuk mengawinkan anakanak. Kecenderungan masyarakat untuk
meningkatkan usia perkawinan ini ternyata didukung juga oleh
undang-undang yag berlaku di Indonesia, yaitu UU No. 1/1974
tentang perkawinan. Pasal 7 ayat 1 menyatakan bahwa Perkawinan
hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai usia 19 tahun dan
pihak wanita sudah mencapai usia 16 tahun. Sedangkan pasal 6 ayat
2 berbunyi Untuk melangsungkan perkawinan, seseorang yang belum
mencapai usia 21 tahun harus mendapatkan izin dari kedua orang tua.
3. Tabu larang
Kebiasaankebiasaan dan norma-norma yang menyulitkan perkawinan
yang disebutkan oleh Fawcett tersebut muncul dalam masyarakat
berbagai bentuk. Dari berbagai jenis perkawinan tersebut, jelaslah
bahwa dalam masyarakat tradisional, pernikahan tidak langsung
terkait dengan hubungan seks. Di Indonesia terdapat berbagai variasi
bentuk perkawinan dan hubungan seks. Saah satunya adalah yang
dituturkan oleh Pramodya Ananta Toer dalam novelnya Gadis
Pantai. Dikalangan suku bangsa Marind Anim, Papua seks lebih
banyak dikaitkan dengan kesuburan (tanah) daripada perkawinan.
Sulitnya komunikasi, khususnya kepada orang tua, pada akhirnya akan
menyebabkan perilaku seksual yang tidak diharapkan.
4. Kurangnya informasi tentang seks
Berdasarkan pengalaman dapat dilihat bahwa seks antar remaja terjadi
hanya jika hubungan mereka sudah berjalan sekitar 6 bulan. Dengan
demikian, hubungan tersebut sudah cukup akrab dan intim. Lamanya
waktu yang di perlukan untuk terjadinya hubungan seks (khususnya

27
yang pertama kali) dapat dimengerti karena memang diperlukan
suasana hati tertentu untuk bisa melakukan hal itu. Khususnya pada
remaja putri harus timbul perasaan cinta, suka, percaya, menyerah dan
sebagainya terhadap pasangannya. Tetapi, apabila perasaan itu timbul,
apalagi jika pihak lakilaki cukup tekun dan sabar untuk merayu
pacarnya, remaja putri tidak dapat lagi mengendalikan diri dan
terjadilah hubungan seksual.
5. Pergaulan yang makin bebas
Kebebasan antar jenis remaja, kiranya dengan mudah bisa disaksikan
dalam kehidupan seharihari, khususnya di kotakota besar.
(Sarwono, 2012)
Menurut psikolog Kartini Kartono (1989), tidak berdayanya wanita
menolak ajakan hubungan seks bebas ini pada umumnya disebabkan karena:
a) Ketidakmampuasnnya mengekang nafsu sendiri yang lemah.
b) Dominannya sifat infatil/ kekanak kanakan dan sangat naif.
c) Ketidakmampuan menahan diri untuk menerima kenikmatan
kenikmatan seks kecil yang segera, dan mengorbankan kenikmatan
seks yang lebih besar dikemudian hari dengan suami dalam ikatan
perkawinan yang sah.
d) Seks bebas juga disebabkan oleh motif motif narsisme ekstrim,
yang kemudian berkembang menjadi nafsu petualangan cintayang
tidak mengenal rasa puas, dan senantiasa haus cinta lama kelamaan
menjadi hyperseks.
Dengan sengaja wanita muda tersebut berani menunjukan kedewasaannya
dengan melakukan intervensi-negatif dalam bentuk relasi.
Perilaku negatif remaja terutama hubungan-hubungannyadengan
penyimpangan seksualitas, pada dasarnya bukan murni tindakan diri sendiri,
melainkan ada faktor dari luar (eksternal) seperti:

28
1) Kualitas diri remaja itu sendiri seperti, perkembangan emosional yang
tidak sehat, mengalami hambatan dalam pergaulan sehat, kurang
mendalami agama, ketidak mampuan memanfaatkan waktu luang,
tidak mampu dalam mengatasi masalah sendiri.
2) Kualitas lingkungan keluarga yang tidak mendukung anak untuk
berlaku baik, seperti anak kurang kasih saying dari orang tua,
disamping itu keluarga tidak memberikan arahan tentang seks yang
sehat.
3) Kualitas lingkungan yang kurang sehat, seperi lingkungan yang tidak
ada pengajian agama dan lingkungan masyarakat yang telah
mengalami kesenjangan komunikasi (gap) antar tetangga
4) Minimnya kualitas informasi yang masuk pada remaja akibat
globalisasi. Akibatnya anak remaja sangat kesulitan atau jarang
mendapatkan informasi sehat dalam hal seksualitas (Al-Ghivari 2001)

2.1.7

Dampak

Melakukan

Hubungan

Seksual

Pranikah
Hubungan seksual pranikah memiliki banyak
dampak, antara lain :
1. Mencipatakan Kenangan Buruk
Jikapasangan itu memang menikah setelah melakukan hubunngan
seksual sebelumnya, ia tidak merasakan kesan malam pertama yang
indah. Perkawinannya terasa membosankan karena tidak ada bulan
madu atau malam pertama. Biasanya rumah tangga seperti ini tidak
bertahan lama.
2. Kehamilan dan akibatnya
Kehamilan yang terjadi

akibat

seks

pranikah

bukan

saja

mendatangkan mala petaka bagi bayiyang di kandungnya juga


menjadi beban mental yang sangat berat bagi ibunya mengingat

29
kandungan tidak bias disembunyikan. Bagi si bayi jika besar nanti
pasti akan menanyakan bapaknya.
3. Pengguguran kandungan dan pembunuhan bayi
Kasus pengguguran kandungan baik secara tradisional maupun
modern kini semakin menjamur terutama di kalangan remaja dan
mahasiswa, tentu saja hubungan ini karena hubungan seksual
pranikah. Banyak kasus bayi mungil yang baru lahir dibunuh ibunya,
sebagian dari bayi itu dibungkus plastic hidup-hidup, dibuang di kali,
dibuang tong sampah dll.
4. Penyebaran penyakit
Si wanita atau si pria dulu pernah melakukan hubugan pra nikah
ketika pacaran lalu putus, cenderung berkeinginan melakukan
hubungan serupa dengan lelaki atau wanita lain. Jika hal ini terus
dilakukan maka bukan hal yang mustahil akan terjangkit penyakit
kelamin, terlebiih lagi ternyata pasangannya itu telah mengidap
penyakit kelamin sebelumnya.
5. Menimbulkan rasa kurang hormat
Perilaku seks bebas menimbulkan suatu keterlibatan emosi dalam diri
seseorang pria dan wanita semakin sering dilakukan semakin
mendalam rasa ingin mengulangi. Sementara itu bagi seorang lelaki
melihat pasangannya begitu mudah diajak akan terus berkurang rasa
hormat dan rasa cintanya.
1.7

Pengetahuan tentang Kesehtan Reproduksi

Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2012).

30
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan pancaindranya. Pengetahuan sangat berbeda dengan kepercayaan,
takhayul dan penerangan-penerangan yang keliru. Pengetahuan adalah segala apa
yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapat oleh setiap manusia (Iqbal,
2011).
Adanya dua manfaat pengetahuan, yaitu pengetahuan sebagai alat (mean)
dan pengetahuan sebagai hasil. Sebagai alat, pengetahuan digunakan untuk
pencapaian berbagai tujuan seperti : memahami lingkungan, pengembangan
keterampilan, hidup layak sesuai kondisi lingkungan, pengembangan ketrampilan
bekerja, berkomunikasi. Sebagai hasil, pengetahuan merupakan dasar bagi
kepuasan memahami, mengetahui dan menemuka (Sukmadinata, 2009)
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu
aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap
seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan
menimbulkan sikap yang makin positif terhadap objek tertentu. Salah satu bentuk
objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari
pengalaman sendiri (Wawan dan Dewi, 2010).
Tingkatan Pengetahuan
Notoatmodjo (2012), menyatakan pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
1. Tahu (know)
Pengetahuan yang berhubungan dengan mengingat kepada suatu
bahan/ materi sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik ini dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Dimana kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari

31
antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan,
dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sesuatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar. contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap
objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya).
Aplikasi ini dapat diartikan sebagai penggunakan hukum-hukum,
rumus metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan ini meliputi mengenal bagian-bagian, hubungan antara
bagian serta prinsip yang digunakan dalam organisasi.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Menurut Notoatmodjo (2012), indikator-indikator apa yang dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, dapat dikelompokkan menjadi:
1. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi penyebab
penyakit,

gejala

atau

tanda-tanda

penyakit,

bagaimana

cara

32
pengobatan,

bagaimana

penularannya

dan

bagaimana

cara

pencegahannya, dan sebagainya.


2. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dengan cara hidup
sehat, meliputi jenis-jenis makanan yang bergizi, manfaat makan yang
bergizi bagi kesehatannya, pentingnya olahraga bagi kesehatan,
bahaya obesitas dan pentingnya istirahat

yang cukup, relaksasi,

rekreasi dan sebagainya bagi kesehatan.


3. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan adalah seperti manfaat air
bersih,

cara-cara

pembuangan

limbah

yang

sehat,

termasuk

pembuangan kotoran yang sehat dan sampah, menfaat pengcahayaan


rumah yang sehat, serta akibat polusi bagi kesehatan, dan sebagainya
Proses Perilaku yang Didasari Pengetahuan
Sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam
diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :
1. Awarness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu.
2. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus.
3. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut
bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.
4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan,
kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulas.
Perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Apabila penerimaan perilaku atau
adopsi perilaku melalui proses seperti di atas dan didasari oleh pengetahuan,
kesadaran, dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng
(long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan
dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

33
Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo yang dikutip oleh Wawan dan Dewi (2011) ada
beberapa cara memperoleh pengatahuan adalah sebagai berikut:
2.2.4.1 Cara Kuno untuk Memperoleh Pengetahuan
1. Cara coba salah (trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin
sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila
kemungkinan itu tidak berhasil maka akan dicoba. Kemungkinan yang
lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
2. Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang
pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima
mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,
tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik
berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.
3. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi masa lalu.
2.2.4.2 Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut
metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon
(1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya suatu
cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian
ilmiah.

34

2.2.5

Faktor-faktor

yang

Mempengaruhi

Pengetahuan
Menurut Wawan dan Dewi (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan meliputi :
Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk
mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pada umumnya semakin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan
bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara
mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.
Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita
waktu.
c) Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.
Faktor Eksternal
a) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia
dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
perilaku orang atau kelompok.

35
b) Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi
diri dan sikap dalam menerima informasi.

b.2.6

Kriteria Tingkat Pengetahuan


Menurut Arikunto (2006) yang dikutip oleh Wawan dan Dewi (2010)

bahwa pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala


yang bersifat kualitatif, yaitu :
1. Baik : Hasil presentase 76-100%
2. Cukup baik: Hasil presentase 56 % - 75 %
3. Kurang baik: Hasil presentase < 56 %

2.2.7

Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seorang untuk memanfaatkan

alat reproduksinya dan atur kesuburan (fertilitas) dapat menjalani kehamilan dan
persalinan secara aman serta mendapatkan bayi tanpa resiko apapun.
Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan
dengan tujuan untuk mempertahankan jenisnya.

2.2.7.1

Alat Reproduksi

a) Alat reproduksi pria terdiri dari organ reproduksi eksterna (luar) yaitu
skrotum dan penis, sedangakan organ reproduksi interna (dalam)
yaitu testis, epididimis, kelenjar prostat, vas deverns.
b) Alat reproduksi wanita terdiri dari organ reproduksi eksterna (luar)
yaitu: labia mayora, labia minora, vestibulum, hymen, klitoris
monsveneris. Dan organ reproduksi interna (dalam) yaitu: vagina,
uterus, tuba faloppy, ovarium, endometrium, dan serviks.
Munculnya dorongan seksual pada remaja dipicu oleh perubahan dan
perubahan hormone kelamin sebagai akibat dari kematangan mental dan fisiknya.

36
Secara garis besar perubahan menurut Akhmad Azhar Abu Miqad yang dikutip
Al-Ghifari (2003) antara lain:
1. Tanda perubahan primer
Tanda perubahan kelamin primer dimulai dengan berfungsinya organorgan genetal yang ada, baik dalam maupun luar atau berfungsinya
organ tertentu yang erat kaitanya dengan persetubuhan dan proses
reproduksi. Pada laki-laki ditandai dengan keluarnya mani (sperma)
dan pada wanita ditandai dengan menarche atau haid pertama kali.
2. Tanda perubahan organ sekunder.
Kelamin sekunder adalah organ tubuh tertentu yang tidak ada
hubungannya dengan proses pembuahan oatau pada proses produksi.
Pada laki laki perubahan tersebut ditandai dengan:
a) Perubahan suara
b) Bidang bahu melebar
c) Mimpi basah
d) Perubahan penis jika mendapatkan rangsangan
e) Mulai tumbuh bulu-bulu halus pada organ kelamin
Sedangkan perubahan sekunder pada wanita antara lain:
a) Suara lebih halus
b) Kulit muka dan sektar badan lebih kencang
c) Bidang bahu mengecil dan panggul melebar
d) Buah dada mulai membesar
e) Tumbuh bulu disekitar ketiak dan alat kelamin
f) Alat kelamin membesar
3. Tanda perubahan pada organ tersier
Tanda perubahan organ tertier ini ada hubungannya dengan psikis.
Yaitu laki laki Nampak kelelakiannya dan wanita tampak
kewanitaannya dalam segala gerak tubuhnya. Intinya lelaki dan
perempuan memiliki cirri khas yang bias membedakan dari keduanya.
1.8

b.3.1

Lingkungan Pergaulan

Pengertian Lingkungan
Lingkungan keluarga merupakan variabel yang sangat kuat perilakunya

terhadap perkembangan hubungan sosial remaja termasuk timbulnya perilaku


nakal (Ali dan Asrori:95).

37
Menurut OConnor(1994) yang dikutip oleh Suntrock 2003 mengatakan
bahwa Pengaruh lingkungan terbagi menjadi (shared environmental influences)
adalah pengalaman remaja yang juga dialami oleh oranglain di lingkungannya,
misalnya kepribadian dan orientasi intelektual orang tua mereka, keloas sosial
keluarga, dan lingkungan tetangga sekitar tempat tinggal mereka. Sebaliknya
pengaruh lingkungan tak terbagi (non-shared enviroumental influences) adalah
pengalaman unik remaja yang diaaminya sendiri, baik di dalam maupun di luar
lingkungan keluarga, yang tidak dialami oleh kakak atau adiknya. Orang tua
sering kali berinteraksi dengan cara yang berbeda-beda dengan setiap anaknya,
dan setiap anaknyapun berinteraksi dengan orang tua yang sama dengan cara
yang berbeda-beda. Kakak beradik biasanya memiliki teman sebaya, teman main,
sahabat, dan guru yang berbeda-beda di sekolah.
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang
dilakemukakan oleh Bandura:
Gambar 2.1 Teori Bandura

P (C)

E
(Sumber: Harlock, 2003)

Dalam teori Bandura tentang pengaruh timbal balik tingkah laku. Faktor
manusia dan kognitif, dan lingkungan.
P (c) adalah faktor manusia dan kognitif.

38
B adalah tingkah laku
E adalah lingkungan
Tingkah laku, faktor manusia dan kognitif, dan pengaruh lingkungan
beroperasi secara interaktif, tingkah laku dapat mempengaruhi kognitif dan
sebaliknya aktivitas kognitif individu dapat bmempengaruhi lingkungan,
pengaruh lingkungan dapat merubah proses pikiran individu dan sterusnya.
Sesuai

dengan

teori

piaget

(1896-1980),

menekankan

bahwa

remaja

menyesuaikan pikiran mereka dengan memasukan gagasan-gagasan baru, karena


tambahan informasi akan mengembangkan pemahaman (Santrock.2003). Dimana
pemahaman ini merupakan tingkatan dari pengetahuan dapat membentuk perilaku
seseorang (Wawan dan Dewi, 2010).
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita dan
mempengaruhi perkembangan manusia, seperti: iklim, alam sekitar, situasi
ekonomi, perumahan, makanan, pakaian, manusia lain dan lain sebagainya.
Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme, Ngalim (2004),
menyatakan lingkungan sosial adalah semua orang/manusia lain yang
mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial tesebut ada yang kita terima
langsung dan tidak langsung.
Pergaulan adalah kontak langsungantara satu individu dengan individu
lainnya (Ahmadi dan Uhbiyati, 2001).
Lingkungan pergaulan adalah tempat berkembangnya perilaku terhadap
kebiasaan yang ada di lingkungan. Lingkungan pergaulan yang kurang baik akan
berpengaruh terhadap perkembangan jiwa seseorang. Hal hal yang tidak baik
yang diterimanya dalam interaksi menjadi hal yang biasa baginya. Lingkungan

39
dan pergaulanyang tidak baik dapat mempengaruhi seseorang untuk melanggar
norma norma yang ada di dalam masyarakat (Yunita,2009).
2.2.3 Macam-macam lingkungan antara lain :
1. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan utama yang sangat
penting dalam kaitannya dengan penyesuaian diri individu. Dimana
unsur-unsur di dalam keluarga seperti konstelasi keluarga, interaksi
orang tua dan anak, interaksi antaranggota keluarga, peran sosial
dalam keluarga, dan gangguan dalam keluarga akan berpengaruh
terhadap penyesuaian diri individu (Ali dan Asrori, 2014:185-186).
Keluarga merupakan variabel yang sangat kuat perilakunya terhadap
perkembangan hubungan sosial remaja termasuk timbulnya perilaku
nakal (Ali dan Asrori: 95).
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah lingkungan pendidikan sekunder. Bagi anak yang
sudah bersekolah, lingkungan yang tiap hari dimasukinya selain
lingkungan rumah adalah lingkungan sekolah. Tidak mengherankan
jika pengaruh sekolah terhadap perkembangan jiwa remaja cukup
besarma
3. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat sebagai lingkungan tersier (ke tiga) adalah lingkungan
yang terluas bagi remaja sekaligus paling banyak menawarkan pilihan.
Terutama dengan maju pesatnya teknologi komunikasi massa, maka
tidak ada batasan geografis, etnis, politis maupun sosial antara satu
masyarakat dengan masyarakat lainnya. Pengaruh lingkungan pada
tahapannya yang pertama diawali dengan pergaulan dengan teman.
Pada usia 9 15 tahun hubungan perkawanan merupakan hubungan
yang akrab yang diikat oleh minat yang sama, kepentinngan yang

40
sama, dan saling membagi perasaan, saling tolong menolong untuk
memisahkan masalah bersama ( Sarwono: 150: 161)
Lingkungan merupakan bagian terpenting dan mendasar dari kehidupan
manusia. Sejak dilahirkan manusia sudah berada dalam lingkungan baru dan
asing baginya. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk
dengan sendirinya. Lingkungan yang baik akan membentuk pribadi yang baik,
sementara lingkungan yang buruk akan membentuk sifat dan perilaku yang buruk
pula. Anak-anak berkembang dari suatu hubungan interaksi antara gerakangerakan dalam dan kondisi lingkungan luar.
Dimensi lingkungan bisa dibedakan menjadi tiga kelompok yakni
lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan kultural. Ketiga dimensi ini
akan memberikan pengaruh yang besar terhadap perilaku manusia.
Persepsi lingkungan adalah interpretasi tentang suatu setting oleh individu,
didasarkan latar belakang budaya, nalar dan pengalaman individu tersebut. Setiap
orang dapat mempunyai gambaran yang berbeda sesuai proses persepsi masingmasing.
2.2.4 Pengelompokan Sosial remaja
Pengelompokan sosial remaja terdiri dari:
1. Teman dekat
Remaja biasanya memiliki dua atau tida teman dekat atau sahabat
karib. Mereka adalah sesame seks yang mempunyai minat dan
kemampuan yang sama. Teman dekat saling mempengaruhi satu sama
lain meskipun kadang kadang juga bertengkar.
2. Kelompok kecil

41
Kelompok ini biasanya teridiri dari kelompok teman-teman dekatnya.
Pada mulanya terdiri dari seks yang sama kemudian meliputi dari seks
yang sam, tetapi kemudian meliputi kedua jenis seks.
3. Kelompok besar
Kelompok bersar, terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok
teman dekat, berkembang dengan meningatnya minat akan pesta dan
berkencan. Karena kelompok ini besar, maka penyesuaian minat
berkurang di antara anggota-anggotanya sehingga terdapat jarak sosial
yang lebih besar diantara mereka.
4. Kelompok yang teroganisasi
Kelompok remaja yang dibina oleh orang dewasadibentuk oleh
sekolah dan dibentuk oleh sekolah dan organisasimasyarakat untuk
memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai
klikatau kelompok besar. Banyak remaja yang mengikuti kelompok
seperti itu merasa diatur dan kurang minatnya enam belas atau tujuh
belas tahun.
5. Kelompok geng
Remaja yang tidak termasuk klik atau kelompok besar dan yang
merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi mungkin
mengikuti kelompok geng. Anggota yang biasanya terdiri dari anak
anak sejnis dan minat utama mereka adalah untuk menghadapi
penolakan teman-teman untuk menghadapi penolakan teman-teman
mealui perikau antisocial (Suntrock, 2003)
1.9

Penelitian Terkait
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Apri Sulistianingsih (2010), dalam

penelitiannya yang berjudul Hubungan Lingkungan Pergaulan dan Tingkat


Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan Sikap Seks Bebas pada Remaja Di
SMA Negeri 4 Surakarta yang dilakukan terhadap 50 responden siswa SMA.
Hasil penelitian menunjukan hasil terdapat hubungan yang signifikan atau

42
bermakna antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan lingkungan
pergaulan dengan perilaku seks bebas pada remaja.

1.10

Kerangka Teori
Gambar 2.2
Kerangka Teori

Faktor-faktor yang
mempengaruhi hubungan
seksual pranikah pada remaja
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.

i.

Hormon
Agama
Pengetahuan
Perubahan fisik
Lingkungan
Media massa
Orang tua
Budaya
Pergaulan

Perilaku
Seksual

(Sumber: Sarwono 2012 dan Al Ghivari 2003)


1.11

Kerangka Konsep
Gambar 2.3
Kerangka Konsep
Variabel Independen
Variabel Dependen

Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi
Perilaku Seks Bebas
Lingkungan Pergaulan

43

1.12

Hipotesis

1. Terdapat pengaruh pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap


perilaku hubungan seksual pranikah pada siswa di SMK PGRI I
Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015.
2. Terdapat pengaruh lingkungan pergaulan terhadap perilaku seks bebas
pada siswa di SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun
2015.
3. Terdapat pengaruh pengetahuan kesehatan reproduksi dan lingkungan
pergaulan secara bersama-sama terhadap perilaku seks bebas pada
siswa di SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015.

44

BAB III
METODE PENELITIAN
3.1

Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah suatu rencana, struktur dan strategi penelitian yang

dimaksudkan untuk menjawab permasalahan yang dihadapi.

Jenis penelitian

yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penelitian kuantitatfi merupakan


jenis penelitian untuk mengolah data yang berbentuk angka sebagai hasil
pengukuran.
3.2

Waktu dan Tempat Penelitian

3.2.1

Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada 29 Juni 2015.

3.2.2

Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di SMK PGRI I Terbanggi Besar

Lampung Tengah.
3.3

Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, yakni untuk

mempelajari korelasi hubungan variable independen (pengetahuan tentang


kesehatan reproduksi dan lingkungan pergaulan) dan variabel dependen (perilaku
seks bebas) pada siswa di SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah.
3.4

Subjek Penelitian

3.4.1 Populasi

45
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas X dan XI SMK PGRI I
Jurusan Keperawatan Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015 yang
berjumlah 62 siswa.
3.4.2

Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas X dan XI Jurusan

Keperawatan SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015 yang
berjumlah 62 siswa.
3.4.3

Cara Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan

Total Sampling. Karena jumlah populasi kurang dari 100 maka sampel yang akan
diambil adalah keseluruhan dari populasi.
3.5

Variabel Penelitian
Variabel independen (bebas) penelitian ini yaitu pengetahuan dan

lingkungan. Sedangkan variabel dependen (terikat) adalah perilaku seks bebas.


3.6

Definisi Operasional
Tabel 3.1

Variabel

Definisi Operasional
Definisi
Alat
Hasil ukur
Operasional
ukur

Perilaku seks Aktivitas seksual Kuesioner


bebas
yang dilakukan
dengan
bebas
diluar
ikatan
pernikahan yang
syah diantaranya
melakukan
petting,
oral
seks, anal seks
dan senggama.

0: Ya, apabila siswa


pernah/melakukan
perilaku seks bebas
seperti petting, oral
seks, anal seks, dan
senggama

1: Tidak, apabila siswa


tidak pernah melakukan
perilaku petting, oral
seks, anal seks, dan
senggama

Skala
Ukur
Nominal

46
Kemampuan
responden/siswa
dalam menjawab
kuesioner yang
berkaitan tentang
kesehatan
reproduksi
Pengetahuan

0. Baik, apabila
menjawab benar 56100% dari skor
maksimal (13-23
jawaban benar)
Kuesioner

1. Kurang apabila
menjawab benar <56%
dari skor maksimal (013 jawaban benar).

Ordinal

(Arikunto, 2006)
Kondisi di luar
individu
yang
dapat
mempengaruhi
individu seperti:
keluarga, media,
kondisi
lingkungan
masyarakat dan
teman sebaya.
Lingkungan
pergaulan

3.7

0. Mendukung, apabila
skor responden > nilai
mean. (nilai mean > 78))

1.Tidak mendukung
apabila skor responden
< nilai mean. (nilai
mean 78)
Kuesioner

Ordinal

Instrumen Penelitian
Instumen penelitian adlah alat yang digunakan untuk mengukur
variable yang akan diteliti.
1. Data untuk mengetahui pengetahuan kesehatan reproduksi.
Untuk memperoleh data pengatahuan kesehatan reproduksi
diguanakan kuesione dalam bentuk 20 item pertanyaan tertutup
dengan alternatif A, B, C, jawaban skor 1 jika benar dan skor 0
jika salah.
2. Data untuk mengetahui lingkungan pergaulan remaja.
Untuk memperoleh data mengenai lingkungan pergaulan
digunakan metode dan intrumen kuesioner dengan 25 pernyataan
responden tentang lingkungan pergaulan. Dalam penelitian ini,
menggunakan jenis angket tertutup dengan bentuk rating-scale
(tanda centang) yaitu kuesioner yang telah tersedia jawaban
sehingga responden/siswa dapat memilih jawaban yang ada.
Dalam memberikan penilaian dengan menggunakan skala Likert,
untuk pernyataan positif (favorable): Sangat Setuju (4), Setuju
(3), Tidak Setuju (2) dan Sangat Tidak Setuju (1). Dan pernyataan
negatif (nonfavorable) : Sangat Setuju (1), Setuju (2), Tidak
Setuju (3) dan Sangat Tidak Setuju (4). Hasil pengukuran

47
lingkungan dikategorikan menjadi mendukung, apabila skor
responden > nilai mean dan tidak mendukung apabila skor
responden < nilai mean.
3. Data untuk mengetahui perilaku seks bebas pada remaja.
Untuk memperoleh data perilaku seks bebas pada siswa peneliti
menggunakan instrumen angket/kuesioner. Dalam penelitian ini,
menggunakan jenis angket tertutup berjumlah 6 item pertanyaan
perilaku seks bebas dengan bentuk rating-scale yaitu kuesioner
yang telah tersedia jawaban sehingga responden/siswa dapat
memilih jawaban yang ada. Bentuk rating-scale yang dimaksud
adalah member tanda centang pada kolom-kolom yang telah
disediakan. Hasil pengukuran perilaku dikategorikan menjadi:
ya, (apabila responden/siswa pernah melakukan perilaku seks
bebas seperti petting, oral seks, anal seks, dan senggama) dan tidak
(apabila responden/siswa tidak pernah melakukan perilaku seks
bebas seperti petting, oral seks, anal seks, dan senggama)
Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tidak baku artinya
disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang digunakan pada bab
sebelumnya sehingga perlu dilakukan pengujian keabsahan dengan menggunakan
uji validitas dan reliabilitas.
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau keaslian suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap
data dari variabel yang diteliti secara tepat. Penelitian ini menggunakan uji
validitas dengan analisa butir adalah skor-skor yang ada pada butir yang
dimaksud dikorelasikan dengan skor total, selanjutnya dihitung dengan rumus
product moment. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :

n [ ( X Y) ] - [ ( X Y) ]
rxy =

48

Keterangan :
r : Koefisien korelasi
x : Skor obyek pada item nomor 1
y

: Skor total subyek

XY : Skor pertanyaan nomor 1 dikalikan total skor. (Arikunto, 2012:213).


Uji validitas dilakukan peneliti di SMK Kesehatan Global Madhani
Yukum Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah dengan 20
responden. Hasil uji validitas dari instrumen pengetahuan kesehatan reproduksi
dengan N = 20 pada taraf signifikan = 5% maka diketahui r tabel = 0,444. Dari
hasil perhitungan keseluruhan dari 26 item soal ada 3 item soal yang tidak valid
(r hitung < 0,444) yakni, item soal nomor 11, 20, dan 25
Hasil uji validitas dari instrumen lingkungan pergaulan dengan N = 20
pada taraf signifikan = 5% maka diketahui r tabel = 0,444. Dari hasil
perhitungan keseluruhan dari 25 item diperoleh (r hitung > 0,444), maka dapat
disimpulkan seluruh item soal dinyatakan valid.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan peneliti di SMK Kesehatan Global Madhani
Yukum Jaya Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah dengan 20
responden. Hasil uji validitas dari instrumen pengetahuan kesehatan reproduksi
dengan N = 20 pada taraf signifikan = 5% maka diketahui r tabel = 0,444. Dari
hasil perhitungan keseluruhan dari 26 item soal ada 3 item soal yang tidak valid
(r hitung < 0,444) yakni, item soal nomor 11, 20, dan 25 Reliabilitas dalam

49
penelitian

ini digunakan untuk menunjukkan sejauh mana alat ukur dapat

dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk perhitungan uji reliabilitas ini harus
dilakukan hanya pada pertanyaan-pertanyaan yang sudah memiliki validitas.
Metode pengujian realibilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah internal
consiteney, yaitu melakukan uji coba sekali saja, kemudian hasil yang diperoleh
dianalisis dengan teknik tertentu. Uji reliabilitas dalam penelitian ini digunakan
rumus koefisien reliabilitas alfa cronbachs sebagai berikut:

r 11 =

k
1 2 b
(k 1)
t

Keterangan :
r11

Reliabilitas instrumen

: Jumlah item dalam instrumen

b2 : Jumlah butir varian


2t

: Varians total
Hasil uji reliabilitas yang dilakukan terhadap 20 responden menunjukkan

nilai cronbach alpha untuk variabel pengetahuan siswa tentang kesehatan


reproduksi r tabel sebesar 0,444 lebih besar dari nilai yang disyaratkan yaitu
0,541 (0,541 > 0,444) artinya semua pertanyaan yang valid dapat dikatakan
reliabel.
Sedangkan hasil uji reliabilitas instrumen lingkungan pergaulan yang
dilakukan terhadap N=20 orang responden menunjukkan nilai cronbach alpha

50
sebesar 0,794 (0,794 > 0,444) artinya keseluruhan item nomor soal angket
pertanyaan yang valid dapat dikatakan reliabel.
3.8

Pengumpulan Data
1) Data Primer
Data yang dikumpulkan dalam penelitian melalui secara langsung
(data primer). Data langsung diperoleh dari jawaban responden atas
pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner.
2) Data Sekunder
Data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, dalam penelitian ini data sekunder jumlah
siswa di SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun 2015.

3.9

Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses mengolah data kasar agar dapat

menjadi jelas dan dapat dijadikan suatu informasi. Kegiatan yang dilakukan
dalam pengolahan data adalah sebagai berikut :

1. Editing data
Data yang dikumpulkan kemudian diperiksa. Bila terdapat kesalahan
dalam pengumpulan data, data diperbaiki (editing) dengan cara
memeriksa kembali jawaban yang kurang.
2. Scorsing data
Memberi skor atau nilai pada masing-masing jawaban responden
(Notoatmodjo, 2012).

51
3. Coding data
Memberikan

tanda

pada

data

tertentu

untuk

menentukan

pengelompokan data dan pengolahannya.


4. Entry data
Data yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden dalam
bentuk kode (angka atau huruf) dimasukkan ke dalam program
software komputer dengan program SPSS for windows
5. Tabulating
Yakni mengelompokkan data ke dalam suatu tabel.
3.10

Analisa Data

3.10.1 Analisis Univariat


Analisa data yang digunakan adalah analisis univariat yang dimaksud
untuk mengetahui distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel. Analisis
univariat dalam penelitian ini menggunakan bantuan program komputer.
Dengan menggunakan rumus :

f
P = ___

x 100%

Keterangan :
P

: Persentase

: Skor responden

: Skor maksimal

100

: Konstanta

52
3.10.2 Analisis Bivariat
Penelitian ini menggunakan uji chi square X2. Pengujian ini menggunakan
cara membandingkan frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang diharapkan,
apakah ada perbedaan bermakna. Penghitungan uji chi square ini menggunakan
program SPSS. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Ha diterima
apabila p value < 0,05 berarti ada hubungan yang signifikan/bermakna antara
kedua variabel yang diteliti. Ha tolak apabila p value > 0,05 berarti tidak ada
hubungan yang signifikan/bermakna antara kedua variabel (Hastono, 2007).
Rumus yang digunakan:

X2

0 E 2
E

Keterangan :
X2 = Chi square yang dicari
= Jumlah total
0 = Frekuensi observasi
E = Frekuensi harapan
3.10.3 Analisis Multivariat
Analisis multivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui
antara lebih dari satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Uji
statistik yang digunakan adalah uji regresi berganda (multiple regression) untuk
mengetahui variabel independen mana yang lebih erat hubungannya dengan
variabel dependen.

53

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1

Gambar Umum Tempat Penelitian


4.1.1

Geografi

SMK PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah terletak di Jalan Jenderal


Ahmad Yani Poncowati Kecamatan Terbanggi Besar Kabupaten Lampung
Tengah. Sedangkan batas wilayah SMK PGRI 1 Terbanggi Besar Kabupaten
Lampung Tengah yaitu :
1) Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Purama Tunggal
2) Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Yukum Jaya
3) Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Poncowati RK C
4) Sebelah Selatan berbatsasan dengan Desa Bandar Harapan
4.1.2

Demografi
Jumlah siswa di SMK PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah
berjumlah 195 orang, kelas X Jurusan Keperawatan 30 orang (24 perempuan dan
6 laki-laki), Jurusan Akuntansi berjumlah 30 orang (25 perempuan dan 5 lakilaki), kelas XI Jurusan Keperawatan berjumlah 32 orang (28 perempuan dan 4
laki-laki), Jurusan Akuntansi berjumlah 34 orang (26 perempuan dan 8 laki-laki),
kelas XII Jurusan Keperawatan berjumlah 34 orang (24 perempuan dan 10 lakilaki), Jurusan Akuntansi berjumlah 35 siswa (28 perempuan dan 7 laki-laki)..

54
Jumlah Guru di SMK PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun 2015
berjumlah 40 guru, dengan Luas tanah 500 m2.
4.2

Hasil Penelitian

4.2.1

Karakteristik Responden

Tabel 4.1
Karasteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur

Frekuensi

Persentase (%)

< 16 tahun

11,3%

16-20 tahun

55

88,7%

Jumlah

62

100

Berdasarkan Tabel 4.1 distribusi frekuensi karakteristik responden


berdasarkan golongan umur responden yang terbanyak pada umur antara 16-20
tahun sebanyak 35 orang (88,7%) dan rsponden. Pada umur , 16 tahun sebanyak
7 responden (11,3%).
Tabel 4.2
Karasteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Pendidikan

Frekuensi

Persentase (%)

Laki-laki

12

19,4%

Perempuan

50

80,6%

Jumlah

62

100

Berdasarkan Tabel 4.2 distribusi frekuensi karakteristik responden


berdasarkan jenis kelamin sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak

55
50 orang (80,6%) dan berjenis kelamin

laki-laki sebanyak

19,4 responden

(19,4%).

Tabel 4.3
Karasteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal
Tempat Tinggal

Frekuensi

Persentase (%)

35
22
5
62

56,4%
35,5%
8,1%
100

Bersama Orangtua
Bersama Keluarga
Kontrak/Kost
Jumlah

Tabel 4.4 Distribusi karakteristik responden/ berdasarkan tempat tinggal


diketahui responden dalam kategori tinggal bersama orangtua sebanyak 35
responden (56,4%), bersama keluarga sebanyak 22 responden (35,5%), responden
dalam kategori tinggal bersama keluarga sebanyak 22 responden (35,4%) dan
responden dalam kategori tempat tinggal kontrak/kost sebanyak 5 responden
(8,1%).

4.2.2

Analisis Univariat

4.2.2.1 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Kesehatan Reproduksi pada Siswa


di SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015
Tabel 4.4
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Kesehatan reproduksi pada Siswa di
SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015

Pengetahuan
Baik
Kurang
Jumlah

Frekuensi
34
28
62

Persentase (%)
54,8%
45,2%
100

56

Berdasarkan Tabel 4.4 menunjukkan bahwa pengetahuan siswa tentang


kesehatan reproduksi di SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun
2015 sebagian besar dalam kategori baik, yaitu sebanyak 34 responden
(54,8%),dan pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi hamil di SMK
PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015 dalam kategori kurang
sebanyak 28 responden (45,2%).
4.2.2.2 Distribusi Frekuensi Lingkungan Pergaulan pada Siswa di SMK
PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015
Tabel 4.5
Distribusi Frekuensi Lingkungan Pergaulan pada Siswa di SMK PGRI I
Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015
Lingkungan Pergaulan

Frekuensi

Persentase (%)

Mendukung
Tidak mendukung
Jumlah

38
24
62

61,3%
38,7%
100

Berdasarkan Tabel 4.5 menunjukkan bahwa lingkungan pergaulan pada


Siswa di SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015 sebagian
besar dalam kategori mendukung, yaitu sebanyak 38 responden (61,3%), dan
lingkungan pergaulan pada Siswa di SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung
Tengah Tahun 2015 sebagian besar dalam kategori tidak mendukung sebanyak 24
responden (38,7%).
4.2.2.3 Distribusi Frekuensi Perilaku Seks Bebas pada Siswa di SMK PGRI I
Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015
Tabel 4.6
Distribusi Frekuensi Perilaku Seks Bebas pada Siswa di SMK PGRI I
Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015
Perilaku Seks Bebas

Frekuensi

Persentase (%)

Ya

39

62,9%

57
Perilaku Seks Bebas

Frekuensi

Persentase (%)

Tidak
Jumlah

23
62

37,1%
100

Berdasarkan Tabel 4.6 menunjukkan bahwa perilaku seks bebas pada


Siswa di SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015 yang
melakukan perilaku seks bebas, yaitu sebanyak 39 responden (62,9%), dan
perilaku seks bebas pada Siswa di SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung
Tengah Tahun 2015 yang tidak melakukan perilaku seks bebas, yaitu sebanyak 23
responden (37,1%).

4.2.3

Analisis Bivariat

4.2.3.1 Pengaruh Pengetahuan Kesehatan Reproduksi terhadap Perilaku


Seks Bebas pada siswa di SMK PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung
Tengah Tahun 2015
Tabel 4.7
Pengaruh Pengetahuan Kesehatan Reproduksi terhadap Perilaku Seks
Bebas pada Siswa di SMK PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun
2015

Pengetahuan
Kesehatan
Reproduksi

Perilaku Seks Bebas


Ya

Tidak
N
%

3
4
2
8
6
2

54,8

Baik

30

88,2

11,8

Kurang

32,1

19

67,9

39

62,9

23

37,1

Jumlah

Total

45,2

p
value

0,000

OR
95%CI

15,833(4,
27058,711)

100

Berdasarkan Tabel 4.7 hasil analisis pengaruh pengetahuan kesehatan


reproduksi terhadap perilaku seks bebas pada siswa di SMK 1 Terbanggi Besar
Lampung Tengah tahun 2015 diperoleh hasil responden yang mempunyai
pengetahuan kesehatan reproduksi dalam kategori baik sebanyak 34 responden

58
(100%), 30 responden (88,3%) melakukan perilaku seks bebas dan 4 responden
(11,8%) tidak melakukan perilaku seks dan responden yang mempunyai
pengetahuan kesehatan reproduksi kurang sebanyak 28 responden (100%), 9
responden (32,1%) melakukan perilaku seks bebas dan 19 responden (67,9%)
tidak melakukan perilaku seks bebas.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan p value
sebesar 0,000 maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh pengetahuan kesehatan
reproduksi dengan perilaku seks bebas pada siswa di SMK 1 Terbanggi Besar
Lampung Tengah tahun 2015.
Hasil analisis data diperoleh nilai OR sebesar 15,833 berarti bahwa
responden

yang

mempunyai

pengetahuan

kesehatan

reproduksi

baik

mempunyaipeluang sebanyak 15 kali mempunyai peluang perilaku seks bebas


dibandingkan dengan responden yang mempunyai pengetahuan kesehatan
reproduksi kurang.
4.2.3.2 Pengaruh Lingkungan Pergaulan terhadap Perilaku Seks Bebas pada
Siswa di SMK PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015
Tabel 4.8
Pengaruh Lingkungan Pergaulan terhadap Perilaku Seks Bebas pada Siswa
di SMK PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015
Lingkungan
Pergaulan

Perilaku Seks Bebas


Ya
Tidak

Total
%

Mendukung

N
32

%
84,2

N
6

%
15,8

38

61,3

Tidak Mendukung

29,2

17

70,8

24

38,7

39

62,9

23

37,1

62

100

Jumlah

p
value

OR
95% CI

0,000

12,952
(3,75244,712)

Berdasarkan Tabel 4.8 hasil analisis pengaruh lingkungan pergaulan


terhadap perilaku seks bebas pada siswa di SMK 1 Terbanggi Besar Lampung

59
Tengah tahun 2015 diperoleh hasil responden yang mempunyai menjawab
lingkungan pergaulan dalam kategori mendukung sebanyak 38 responden
(100%), 32 responden (84,2%) melakukan perilaku seks bebas dan 6 responden
(15,8%) tidak melakukan perilaku seks dan responden yang menjawab
lingkungan pergaulan tidak mendukung sebanyak 24 responden (100%), 7
responden (29,2%) melakukan perilaku seks bebas dan 17 responden (70,8%)
tidak melakukan perilaku seks bebas.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan p value
sebesar 0,000 maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh lingkungan pergaulan
dengan perilaku seks bebas pada siswa di SMK 1 Terbanggi Besar Lampung
Tengah tahun 2015.
Hasil analisis data diperoleh nilai OR sebesar 12,952 berarti bahwa
responden yang mempunyai pengetahuan kesehatan reproduksi baik mempunyai
peluang sebanyak 12 kali mempunyai peluang melakukan perilau seks bebas
dibandingkan dengan responden yang mempunyai pengetahuan kesehatan
reproduksi kurang.
4.2.4

Analisis Multivariat

4.2.4.1 Pengaruh Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Lingkungan


Pergaulan terhadap Perilaku Seks Bebas pada Siswa di SMK PGRI 1
Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015
Tabel 4.9
Pengaruh Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Lingkungan
Pergaulan terhadapPerilaku Seks Bebas pada Siswa di SMK PGRI 1
Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015
Model Summary
Model

Adjuste

Std

Chenge Statistics

60

Square

dR
Square

Error of
the
estimate

R
Square
Change

F
Chang
e

df
1

df 1

Sig. F
Change

.503

.486

.349

.503

29.847

59

.000

.7099

ANOVA

Model

Sum
squares

1 Regression

of

df

Mean
Square

Sig.

7.276

3.638

29.847

.000a

Residual

7.192

59

.122

Total

14.468

61

a. Predictors : (Constant), x2, x1


b. Dependen Variabel : y
Berdasarkan Tabel 4.9 di atas hasil analisis pengaruh pengetahuan
kesehatan reproduksi dan lingkungan pergaulan terhadap perilaku seks bebas
pada siswa di SMK PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015
menunjukkan nilai F hitung sebesar 29,847 dengan nilai Sig. (p value) sebesar
0,000 (p< 0,05) disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara pengetahuan
kesehatan reproduksi dan lingkungan pergaulan secara bersama-sama terhadap
perilaku seks bebas pada siswa di SMK PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung
Tengah Tahun 2015 (F hitung > F tabel dengan sig. < 0,05). Nilai harga F tabel
yang diisyaratkan ialah 3,15 (29,847>3,15).
4.3
4.3.1

Pembahasan
Karakteristik Responden
1. Umur

61
Dari hasil penelitian diketahui karakteristik responden berdasarkan
golongan umur responden sebagian besar pada umur antara 16-20 tahun sebanyak
35 orang (88,7%) dan rsponden. Pada umur, < 16 tahun sebanyak 7 responden
(11,3%).
Hasil penelitian di atas menunjukkan usia remaja sesuai dengan yang
dinyatakan Zakiyah Derajat (1975), mendefinisikan remaja sebagi anak yang ada
pada masa peralihan dari anak-anak menuju usia dewasa. Pada masa ini biasanya
terjadi percepatan pertumbuhan dalam segi fisik maupun psikis. Baik ditinjau dari
bentuk badan, sikap, cara berfikir, dan bertindak, mereka bukan lagi anakanak.
Mereka juga belum dikatakan dewasa yang memiliki kematangan pikiran.
Zakiyah Darajat membatasi usia remaja antara 13 tahun hingga 24 tahun. (AlGhifari 2001)
Sarwono (2012), mendefinisikan remaja sebagai individu yang tengah
mengalami perkembangan fisik dan mental. Beliau membatasi usia remaja ini
antara 1124 tahun dengan pertimbangan sebagai berikut: usia 11 tahun adalah
usia dimana pada umumnya tandatanda seksual sekunder mulai nampak kriteria
fisik. Di Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap usia baligh baik menurut adat
maupun agama. Sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai
anakanak. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan
perkembangan jiwa. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimum untuk
memberi kesempatan mereka mengembangkan dirinya setelah sebelumnya masih
bergantung pada orang tua.
2. Jenis Kelamin

62
Dari hasil penelitian diketahui karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 50 orang (80,6%)
dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 19,4 responden (19,4%).
Pada remaja putri, makin muda saat menstruasi pertama, makin mungkin
terjadinya hubungan seks pada remaja. Perubahan pada hormon yang terjadi
seiring dengan menstruasi berkontribusi pada meningkatkatnya keterlibatan
seksual pada sikap dan hubungan dengan lawan jenis (Santrock,2003).
Perbedaan jenis kelamin berpengaruh pada perilaku seksual, wanita
dianggap sudah lebiha dewasa dalam usia tersebut. Akan tetatpi remaja pria justru
lebih banyak pengalaman dalam hal berganti-ganti pasangan (Sarwono, 2012).
3. Tempat Tinggal
Dari hasil penelitian diketahui responden dalam kategori tinggal bersama
orangtua

sebanyak

35 responden (56,4%), bersama keluarga sebanyak 22

responden (35,5%), responden dalam kategori tinggal bersama keluarga sebanyak


22 responden

(35,4%) dan responden dalam kategori tinggal ngontrak/kost

sebanyak 5 responden (8,1%).


Menurut OConnor(1994) yang dikutip oleh Suntrock 2003 mengatakan
bahwa Pengaruh lingkungan terbagi menjadi (shared environmental influences)
adalah pengalaman remaja yang juga dialami oleh oranglain di lingkungannya,
misalnya kepribadian dan orientasi intelektual orang tua mereka, kelas sosial
keluarga, dan lingkungan tetangga sekitar tempat tinggal mereka. Sebaliknya
pengaruh lingkungan tak terbagi (non-shared enviroumental influences) adalah
pengalaman unik remaja yang dialaminya sendiri, baik di dalam maupun di luar
lingkungan keluarga, yang tidak dialami oleh kakak atau adiknya. Orang tua
sering kali berinteraksi dengan cara yang berbeda-beda dengan setiap anaknya,

63
dan setiap anaknyapun berinteraksi dengan orang tua yang sama dengan cara
yang berbeda-beda. Kakak beradik biasanya memiliki teman sebaya, teman main,
sahabat, dan guru yang berbeda-beda di sekolah.

4.3.2

Analisis Univariat

4.3.2.1 Pengetahuan Kesehatan Reproduksi


Dari hasil penelitian diketahui bahwa pengetahuan siswa tentang
kesehatan reproduksi di SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun
2015 sebagian besar dalam kategori baik, yaitu sebanyak 34 responden
(54,8%),dan pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi hamil di SMK
PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015 dalam kategori kurang
sebanyak 28 responden (45,2%).
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2012).
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan pancaindranya. Pengetahuan sangat berbeda dengan kepercayaan,
takhayul dan penerangan-penerangan yang keliru. Pengetahuan adalah segala apa
yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapat oleh setiap manusia (Iqbal,
2011).

64
Adanya dua manfaat pengetahuan, yaitu pengetahuan sebagai alat (mean)
dan pengetahuan sebagai hasil. Sebagai alat, pengetahuan digunakan untuk
pencapaian berbagai tujuan seperti : memahami lingkungan, pengembangan
keterampilan, hidup layak sesuai kondisi lingkungan, pengembangan ketrampilan
bekerja, berkomunikasi. Sebagai hasil, pengetahuan merupakan dasar bagi
kepuasan memahami, mengetahui dan menemuka (Sukmadinata, 2009)
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu
aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap
seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan
menimbulkan sikap yang makin positif terhadap objek tertentu. Salah satu bentuk
objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari
pengalaman sendiri (Wawan dan Dewi, 2010).
4.3.2.2 Lingkungan Pergaulan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa lingkungan pergaulan pada Siswa di
SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015 sebagian besar
dalam kategori mendukung, yaitu sebanyak 38 responden (61,3%), dan
lingkungan pergaulan pada Siswa di SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung
Tengah Tahun 2015 sebagian besar dalam kategori tidak mendukung sebanyak 24
responden (38,7%).
Lingkungan merupakan bagian terpenting dan mendasar dari kehidupan
manusia. Sejak dilahirkan manusia sudah berada dalam lingkungan baru dan
asing baginya. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk
dengan sendirinya. Lingkungan yang baik akan membentuk pribadi yang baik,
sementara lingkungan yang buruk akan membentuk sifat dan perilaku yang buruk
pula. Anak-anak berkembang dari suatu hubungan interaksi antara gerakan-

65
gerakan dalam dan kondisi lingkungan luar. Dimensi lingkungan bisa dibedakan
menjadi tiga kelompok yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan
kultural. Ketiga dimensi ini akan memberikan pengaruh yang besar terhadap
perilaku manusia.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita dan
mempengaruhi perkembangan manusia, seperti: iklim, alam sekitar, situasi
ekonomi, perumahan, makanan, pakaian, manusia lain dan lain sebagainya.
Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme, Ngalim (2004),
menyatakan lingkungan sosial adalah semua orang/manusia lain yang
mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial tesebut ada yang kita terima
langsung dan tidak langsung.
Lingkungan pergaulan adalah tempat berkembangnya perilaku terhadap
kebiasaan yang ada di lingkungan. Lingkungan pergaulan yang kurang baik akan
berpengaruh terhadap perkembangan jiwa seseorang. Hal-hal yang tidak baik
yang diterimanya dalam interaksi menjadi hal yang biasa baginya. Lingkungan
dan pergaulanyang tidak baik dapat mempengaruhi seseorang untuk melanggar
norma-norma yang ada di dalam masyarakat (Yunita,2009).
4.3.2.3 Perilaku Seks Bebas
Dari hasil penelitian diketahui bahwa perilaku seks bebas pada Siswa di
SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015 yang melakukan
perilaku seks bebas, yaitu sebanyak 39 responden (62,9%), dan perilaku seks
bebas pada Siswa di SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015
yang tidak melakukan perilaku seks bebas, yaitu sebanyak 23 responden (37,1%).

66
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual, baik lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk bentuk
tingkah laku ini bisa bermacammacam mulai dari persamaan tertarik sampai
tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya biasanya
khayalan atau diri sendiri (Sarwono, 2012).
Santrock (2003, 401) menyatakan macam-macam contoh perilaku seksual
pada remaja, antara lain : Necking (berciuman sampe daerah dada), berciuman
bibir, memegang payudara, hubungan seks kelamin (senggama), oral seks, anal
seks.
4.3.3

Analisis Bivariat

4.3.3.1
Pengaruh Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
dengan Perilaku Seks Bebas pada Siswa di SMK
PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun
2015
Hasil penelitian diketahui bahwa pengaruh pengetahuan kesehatan
reproduksi dengan perilaku seks bebas pada siswa di SMK 1 Terbanggi Besar
Lampung Tengah tahun 2015 diperoleh hasil responden yang mempunyai
pengetahuan kesehatan reproduksi dalam kategori baik sebanyak 34 responden
(100%), 30 responden (88,3%) melakukan perilaku seks bebas dan 4 responden
(11,8%) tidak melakukan perilaku seks dan responden yang mempunyai
pengetahuan kesehatan reproduksi kurang sebanyak 28 responden (100%), 9
responden (32,1%) melakukan perilaku seks bebas dan 19 responden (67,9%)
tidak melakukan perilaku seks bebas.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan p value
sebesar 0,000 (0,000<0,05) maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh

67
pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seks bebas pada siswa di
SMK 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun 2015.
Hasil analisis data diperoleh nilai OR sebesar 15,833 berarti bahwa
responden yang mempunyai pengetahuan kesehatan reproduksi baik mempunyai
peluang sebanyak 15 kali mempunyai peluang melakukan perilaku seks bebas
dibandingkan dengan responden yang mempunyai pengetahuan kesehatan
reproduksi kurang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Jarni Eka Sari (2008)
dilakukan oleh Jarni Eka Sari dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan
Lingkungan Pergaulan dan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan
Sikap Seks Bebas pada Remaja Di SMA Negeri 4 Surakarta yang dilakukan
terhadap 212 responden. Hasil penelitian menunjukan hasil terdapat pengaruh
yang signifikan antara pengetahuan terhadap perilaku seks bebas pada siswa di
SMK N 6 Yogyakarta.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dinyatakan Rogers (1974)
doleh Notoatmodji (1974) bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,
yakni : Awarness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. Interest, yakni orang mulai tertarik
kepada stimulus. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. Trial,
orang telah mulai mencoba perilaku baru. Adoption, subjek telah berperilaku baru
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulas. Perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Apabila penerimaan perilaku atau adopsi perilaku

68
melalui proses seperti di atas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap
yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran
maka tidak akan berlangsung lama.
Dalam penelitian ini disimpulkan ada pengaruh yang signifikan/bermakna
antara pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap perilaku seks bebas pada
siswadi SMK PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun 2015.
4.3.3.2

Pengaruh

Lingkungan

Pergaulan

dengan

Perilaku Seks Bebas pada


Siswa di SMK PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung
Tengah Tahun
2015
Dari hasil penelitian diketahui pengaruh pengaruh lingkungan pergaulan
dengan perilaku seks bebas pada siswa di SMK 1 Terbanggi Besar Lampung
Tengah tahun 2015 diperoleh hasil responden yang mempunyai menjawab
lingkungan pergaulan dalam kategori mendukung sebanyak 38 responden
(100%), 32 responden (84,2%) melakukan perilaku seks bebas dan 6 responden
(15,8%) tidak melakukan perilaku seks dan responden yang menjawab
lingkungan pergaulan tidak mendukung sebanyak 24 responden (100%), 7
responden (29,2%) melakukan perilaku seks bebas dan 17 responden (70,8%)
tidak melakukan perilaku seks bebas.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan p value
sebesar 0,000 maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh lingkungan pergaulan
dengan perilaku seks bebas pada siswa di SMK 1 Terbanggi Besar Lampung
Tengah tahun 2015.

69
Hasil analisis data diperoleh nilai OR sebesar 12,952 berarti bahwa
responden yang mempunyai pengetahuan kesehatan reproduksi baik mempunyai
peluang sebanyak 12 kali mempunyai peluang melakukan perilau seks bebas
dibandingkan dengan responden yang mempunyai pengetahuan kesehatan
reproduksi kurang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Jarni Eka Sari (2008)
dilakukan oleh Jarni Eka Sari dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan
Lingkungan Pergaulan dan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan
Sikap Seks Bebas pada Remaja Di SMA Negeri 4 Surakarta yang dilakukan
terhadap 212 responden. Hasil penelitian menunjukan hasil terdapat pengaruh
yang signifikan antara lingkungan pergaulan terhadap perilaku seks bebas pada
siswa di SMK N 6 Yogyakarta.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dinyatakan Yunita (2009)
bahwa lingkungan pergaulan adalah tempat berkembangnya perilaku terhadap
kebiasaan yang ada di lingkungan. Lingkungan pergaulan yang kurang baik akan
berpengaruh terhadap perkembangan jiwa seseorang. Hal-hal yang tidak baik
yang diterimanya dalam interaksi menjadi hal yang biasa baginya. Lingkungan
dan pergaulanyang tidak baik dapat mempengaruhi seseorang untuk melanggar
norma-norma yang ada di dalam masyarakat.
Lingkungan fisik dan biologik merupakan komponen yang penting dan
tidak dapat dipisahkan dari semua aktifitas kehidupan manusia,sehingga
kualitasnya sangat berperan dalam proses terjadinya gangguan kesehatan secara
tidak langsung bagi masyarakat. Biasanya kualitas lingkungan yang ada
merupakan resultan dari berbagai kondisi baik yang disebabkan oleh
peristiwaperistiwa alam maupun oleh karena aktifitas dan perilaku manusia.

70
Beberapa upaya untuk memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan telah
dilakukan oleh berbagai instansi terkait seperti pembangunan sarana sanitasi
dasar, pemantauan dan penataan lingkungan dan pengukuran dan pengendalian
kualitas lingkungan.
Dalam penelitian ini disimpulkan ada pengaruh yang signifikan/bermakna
antara lingkungan pergaulan terhadap perilaku seks bebas pada siswa di SMK
PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun 2015.
4.3.4

Analisis Multivariat

4.3.4.1 Pengaruh Pengetahuan Kesehatan Reproduksi dan Lingkungan


Pergaulan terhadap Perilaku Seks Bebas pada Siswa di SMK PGRI 1
Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015
Berdasarkan hasil analisis pengaruh pengetahuan kesehatan reproduksi
dan lingkungan pergaulan terhadap perilaku seks bebas pada siswa di SMK
PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015 menunjukkan nilai F
hitung sebesar 29,847 dengan nilai Sig. (p value) sebesar 0,000 (p< 0,05)
disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara tingkat pengetahuan dan lingkungan
pergaulan secara bersama-sama terhadap perilaku seks bebas pada siswa di SMK
PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015 (F hitung > F tabel
dengan sig. < 0,05). Nilai harga F tabel yang diisyaratkan ialah 3,15
(29,847>3,15).
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh Wawan dan
Dewi (2010) bahwa pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua
aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan
menentukan sikap seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang
diketahui, maka akan menimbulkan sikap yang makin positif terhadap objek

71
tertentu. Salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan
yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan dan Dewi, 2010).
Lingkungan merupakan bagian terpenting dan mendasar dari kehidupan
manusia. Sejak dilahirkan manusia sudah berada dalam lingkungan baru dan
asing baginya. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk
dengan sendirinya. Lingkungan yang baik akan membentuk pribadi yang baik,
sementara lingkungan yang buruk akan membentuk sifat dan perilaku yang buruk
pula. Anak-anak berkembang dari suatu hubungan interaksi antara gerakangerakan dalam dan kondisi lingkungan luar
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Apri
Sulistianingsih

(2010),

dalam

penelitiannya

yang

berjudul

Hubungan

Lingkungan Pergaulan dan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan


Sikap Seks Bebas pada Remaja Di SMA Negeri 4 Surakarta yang dilakukan
terhadap 50 responden siswa SMA. Hasil penelitian menunjukan hasil terdapat
hubungan yang signifikan atau bermakna antara pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi dan lingkungan pergaulan dengan perilaku seks bebas pada remaja.

72

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
1. Diketahui pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi besar kategori
baik, yaitu sebanyak 34 responden (54,8%), dan pengetahuan siswa
tentang kesehatan reproduksi dalam kategori kurang

sebanyak 28

responden (45,2%).
2. Diketahui lingkungan pergaulan kategori mendukung, yaitu sebanyak 38
responden (61,3%), dan lingkungan pergaulan pada siswa dalam kategori
tidak mendukung sebanyak 24 responden (38,7%).
3. Diketahui Perilaku seks bebas pada siswa yang melakukan perilaku seks
bebas, yaitu sebanyak 39 responden (62,9%), dan perilaku pada siswa
yang tidak melakukan perilaku seks bebas, yaitu sebanyak 23 responden
(37,1%).

73
4.

Terdapat

pengaruh

antara

pengetahuan

tentang

kesehatan

reproduksi dengan perilaku seks bebas pada siswa di SMK PGRI I


Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun 2015

dengan nilai p value

sebesar 0,000 (0,000 < 0,05) dan OR sebesar 15,833.


5.

Terdapat pengaruh antara lingkungan pergaulan dengan perilaku


seks bebas pada siswa di SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah
tahun 2015 dengan nilai p value sebesar 0,000 (0,000 < 0,05) dan OR
sebesar 12,925.

6.

Terdapat pengaruh antara pengetahuan kesehatan reproduksi dan


lingkungan pergaulan secara bersama-sama dengan perilaku seks bebas
pada siswa di SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun 2015
dengan F hitung sebesar 29,847 dengan nilai Sig. (p value) sebesar 0,000
(p< 0,05). (F hitung > F tabel dengan sig. < 0,05). Nilai harga F tabel
yang diisyaratkan ialah 3,15 (29,847>3,15).

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan bahwa adanya pengaruh antara pengetahuan
kesehatan reproduksi dan lingkungan pergaulan terhadap perilaku seks bebas
pada SMK PGRI I terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015, peneliti
menyatakan:
1. Bagi SMK PGRI 1 Terbanggi Besar
a. Memberikan penyuluhan tentang perilaku seks bebas pra nikah
b. Memberikan penyuluhan tentang bahaya IMS
c. Selalu memperhatikan pergaulan siswa siswinya di dalam
lingkungan sekolah
2. Bagi Orangtua
a. Memberikan masukan tentang seksualitas kepada anaknya

74
b. Orangtua harus selalu memantau pergaulan anaknya di luar maupun
di dalam rumah agar terhindar dari perilaku seks bebas
c. Orangutan harus memangtau media elektronik yang dimiliki oleh
anaknya seperti: handphone, laptop/computer, tablet dan lain lain
d. Orangtua harus selalu memperhatikan tingkah laku atau perubahan
yang terjadi pada anaknya.
3. Bagi masyarakat
a. Membuat organisasi yang memprioritaskan kaum remaja supaya
bertindak positif
b. Mempernayak kegiatan terutama dalam keagamaan dan marangkul
kaum remaja untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan tersebut
4. Bagi siswa
a. Dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi siswa
harus lebih aktif bertanya kepada guru, orangtua dan membaca
buku tentang kesehatan reproduksi untuk menghindari perilaku
seks bebas
b. Dalam bergaul sehari-hari siswa harus dapat memilah-milah teman
yang baik dalam kegiatan di sekolah maupun di rumah agar
terhindar dari seks bebas
c. Agar siswa terhindar dari seks bebas maka harus mempelajari ilmu
agama yang lebih luas dan mendalam baik di rumah, lingkungan
masyarakat, maupun di lingkungan sekolah.

75

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghifari,A., 2001 Gelombang Kejahatan Seks Remaja Modern. Mujahid:


Bandung
Halimah dkk., 2013. Pendidikan agama Islam Dan Budi Pekerti. PT Gelora
Aksara Pratama: Jakarta
Hurlock, B. E. Psikologi Perkembangan. PT Gelora Aksara Pratama: Jakarta
Manuaba., 2009. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. EGC. Jakarta
Mappiare, A. T., 2006. Konseling Terapi. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta
Mohammad Ali dan Muhammad Asrori.2014. Psikologi Remaja. Jakarta: PT
BUmi Askara
Notoatmodjo, S., 2005. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Rineka cipta:
Jakarta
Notoatmodjo,2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Rineka Cipta:
Jakarta
Santrock, J. W., 2003. Adolescence. Erlangga.PT Gelora Aksara Pratama: Jakarta

76
Sarwono, S.W., 2012. Psikologi Remaja. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta
Soettjinimgsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. CV.
Sanggung Seto: Jakarta
Sudarsono., 2012 Kenakalan Remaja. Rineka Cipta: Jakarta
Supeno, H., 2010. Kriminalisasi Anak. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Suryabrata, S., 2010. Metodologi Penelitian. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta
Suryabrata, S., 2010. Psikologi Kepribadian. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta
Wawan dan Dewi. 2010. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta:
Nuha Medika
http://fatimah.org/artikel/etikasosial.htm Fatimah, 2008. Etika Sosial. diakses
tanggal 22 April 2015
http://situs.kesproBKKBN.info/krr, Hanafiah, L., 2002. Pacaran: Benarkah
Faktor Utama Hubungan Pranikah.diakses 3 Mei 2015
http://lib.uanir.com, Mochsen, R., 2004. Pengaruh bimbingan kelompok terhadap
peningkatan pengetahuan dan sikap remaja SMU tentang Kesehatan
Reproduksi Remaja.diakses tanggal 22 April 2015
http://Grata.com, Sukendar, E., Hidayat, R., Farida, I., 2005. Revolusi Seks Di
Bangku Sekolah. diakses 22 April 2015-05-08
http://www.ilmupsikologi.com,

Yahdilah,

2008.,

BKKBN:63%

Remaja

Berhubungan Seks di Luar Nikah. diakses 23 april 2015


Yudhihttp://www.9000-perempuan-diIndonesia-aborsi, diakses 22 April 2015,
2008. 9000 Perempuan di Indonesia Aborsi.

77

LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI


Nama : Dini Apri Fajriah
Npm : 14340066
Judul :PENGARUH PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN
LINGKUNGAN

PERGAULAN TERHADAP PERILAKU SEKS

BEBAS DI SMK PGRI I TERBANGGI BESAR LAMPUNG


TENGAH TAHUN 2015
No

Tanggal

Kegiatan

Saran

Paraf

78

Anda mungkin juga menyukai