Oleh:
DINI APRI FAJRIAH
NPM. 14340066
4
FAKULTAS KEDOKTERAN
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
UNIVERSITAS MALAHAYATI
Skripsi,
Juli 2015
Dini Apri Fajriah
ABSTRAK
PENGARUH PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI DAN
LINGKUNGAN PERGAULAN TERHADAP PERILAKU SEKS BEBAS PADA
SISWA DI SMK PGRI 1 TERBANGGI BESAR
LAMPUNG TENGAH TAHUN 2015
xvi + 60 Halaman + 8 Tabel + 3 Gambar + 6 Lampiran
Data yang diperoleh dari Puskesmas Bandarjaya, tercatat pada tahun 2012 penderita IMS
berjumlah 63 orang dan 4 orang menderita HIV. Sedangkan pada tahun 2013 tercatat
sebanyak 48 orang menderita IMS dan 3 orang dinyatakan HIV, dari 3 penderita HIV 1
orang telah meninggal dunia. Pada tahun 2014 menurun menjadi 21 orang penderita
IMS dan 1 orang dinyatakan HIV dan meninggal dunia. Tujuan Penelitian: Diketahui
pengaruh pengetahuan kesehatan reproduksi dan lingkungan pergaulan terhadap perilaku
seks bebas pada siswa di SMK PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun 2015.
Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan rancangan cross sectional. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswasiswi kelas X dan XI di SMK PGRI 1 Terbanggi Besar
Lampung Tengah tahun 2015 sebanyak 62 responden. Analisa data yang digunakan
adalah uji chi square (X).
Hasil uji statistik
adalah terdapat pengaruh yang signifikan/bermakna antara
pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap perilaku seks bebas pada siswa di SMK
PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun 2015 (p value sebesar 0,000<0,05).
Dan terdapat pengaruh lingkungan pergaulan terhadap perilaku seks bebas pada siswa di
SMK PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun 2015 (p value sebesar
0,000<0,05). Diharapakan kepada SMK PGRI I TERBANGGI BESAR untuk
memberikan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi dan lingkungan pergaulan yang
baik bagi siswa sehingga diharapkan perilaku seks bebas bebas pada siswa tidak terjadi.
Kata kunci
: Pengetahuan, Lingkungan Pergaulan, Perilaku Seks Bebas
Kepustakaan : 19 (2002-2014)
MOTTO
Dalam hidup harus selalu bersyukur, bersyukur atas segala pemberianNya.
Karena bersyukur adalah kunci kebahagiaan.
BIODATA
Nama
Tempat/Tanggal lahir
Jenis kelamin
: Perempuan
Agama
: Islam
Alamat
Status
: Menikah
RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Lulus SD Negeri 2 Adijaya Tahun 2002.
2. Lulus SMP Negeri 1 Terbanggi Besar Tahun 2005.
3. Lulus MAN Poncowati Terbanggi Besar Tahun 2008.
4. Lulus D III Kebidanan Gema Nusantara Bekasi Tahun 20011.
5. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Program Studi DIV Konversi Kebidanan
Malahayati Bandar Lampung Tahun 2015
PERSEMBAHAN
SURAT PERNYATAAN
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar benarnya dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Bandar Lampung,
Cap jempol kanan/kiri
Juli 2015
Mahasiswa
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan berkat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
10
Skripsi dengan judul Pengaruh Pengetahuan Tentang Kesehatan Reproduksi Dan
Lingkungan Pergaulan Terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Siswa Di SMK PGRI
I Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015.
Proses penyusunan Skripsi ini tidak terlepas dari dukungan banyak pihak.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih kepada:
1
Keluargaku tercinta terutama ayah, ibu dan Suami yang selalu memberikan
doa dan semangat.
Penulis mengharapkan saran dan kritik dari semua pihak demi
memperbaiki kekurangan dalam penelitian ini.
Bandar Lampung, Juli 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL LUAR .......................................................................
ii
11
HALAMAN JUDUL PERSETUJUAN.......................................................
iii
HALAMAN PENGESAHAN......................................................................
iv
ABSTRAK ....................................................................................................
ABSTRACT .................................................................................................
vi
vii
MOTTO......................................................................................................... viii
PERSEMBAHAN ........................................................................................
ix
KATA PENGANTAR...................................................................................
xi
xii
BAB II
xv
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Perilaku Seks Bebas.............................................................
17
26
31
32
32
2.7 Hipotesis...............................................................................
32
12
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
34
34
3.3
Rancangan Penelitian.........................................................
34
3.4
34
BAB IV
3.6
35
3.7
Instrumen Penelitian...........................................................
36
3.8
Pengumpulan Data..............................................................
40
3.9
Pengolahan Data.................................................................
40
41
4.2
4.3
44
4.1.1 Geografi.....................................................................
44
4.1.2 Demografi..................................................................
44
Hasil Penelitian...................................................................
45
45
46
48
50
Pembahasan .......................................................................
51
51
54
57
61
13
BAB V
Kesimpulan ........................................................................
63
5.2
Saran ..................................................................................
64
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
14
1.1
Latar Belakang
Pesatnya arus globalisasi dan suburnya industri video dan bukubuku
15
tahun-tahun sebelumnya (Yahdillah, 2008). Beberapa laporan penelitian lokal
menunjukan angka yang mengejutkan misalnya 31% remaja di Kupang pernah
berhubungan seks atau di kota bandung 56% remajanya pernah melakukan seks
diluar nikah (Sarwono, 2010). Sementara 42,3% pelajar di Cianjur sudah pernah
melakukan hubungan seks saat duduk di bangku sekolah (BKKBN, 2007). Di
kota Denpasar dari pelajar SMA di dapati 23,4% mempunyai pengalaman
hubungan seksual (indieclrsta).
Perilaku seks bebas di Lampung mencapai sekitar 46,2% dari hasil yang
didapat remaja banyak melakukan kegiatan seks, dapat dilihat dari observasi
Koran Tribun Lampung (2013).
Kepala Puskesmas Bandajaya dr. Kiki, melalui Kasi P2M Yono
Sukendar mengatakan, pihaknya mencatat dari 21 kasus IMS beberapa di
antaranya menjangkiti pelajar. Menurut data, IMS disebabkan perilaku seks yang
tidak sehat, seperti seks bebas mau pun hubungan sesama jenis. "Kami
menemukan 21 kasus penderita IMS beberapa waktu lalu. Penderita banyak
didominasi oleh pemuda berusia 16 tahun," Saat ini pihaknya sedang berupaya
meminimalisir penularan penyakit IMS tersebut di kalangan remaja khusunya di
wilayah Kecamatan Terbanggi Besar. Data yang diperoleh dari Puskesmas
Bandarjaya, tercatat pada tahun 2012 penderita IMS berjumlah 63 orang dan 4
orang menderita HIV. Sedangkan pada tahun 2013 tercatat sebanyak 48 orang
menderita IMS dan 3 orang dinyatakan HIV, dari 3 penderita HIV 1 orang telah
meninggal dunia. Pada tahun 2014 menurun menjadi 21 orang penderita IMS
dan 1 orang dinyatakan HIV dan meninggal dunia.
Pada suatu penelitian terhadap siswa menengah pertama (SMPS) dan atas
(SMA), yang berpacaran 75% dari mereka merasa bahwa hubungan mereka
melibatkan komitmen untuk menolak melakukan kencan dengan orang lain dan
16
25% dari mereka merasa bahwa mereka benarbenar jatuh cinta. 40% secara
informal saling menyetujiu untuk menikan dan 40% lainnya melaporkan bahwa
mereka telah mempertimbangkan pernikahan secara serius tapi belum membuat
komitmen apapun dan 20% sisanya belum mempertimbangkan menikah sama
sekali.
Semakin lama remaja berpacaran, semakin serius mereka dalam
mempertimbangkan pernikahan. Bagi mereka yang baru saja berpacaran selama 2
bulan hanya 3% yang menunjukan bahwa mereka akan menikah, sementara bagi
mereka yang telah berpacaran 1 tahun atau lebih 50% menyatakan bahwa mereka
akan menikah. Kemudian, berpacaran akan lebih serius pada
masa sekolah
menengah atas dibandingkan pada remaja usia sekolah menengah pertama dan
semakin lama sebuah pasangan berpacaran semakin besar kemungkinan mereka
untuk menikah. (Santrock 2003).
Meningkatnya perilaku seksual yang menyimpang juga meningkatkan
permasalahan seksual salah satunya adalah kehamilan yang tidak diinginkan yang
akan berdampak pada kasus aborsi serta kematian ibu dan janin. WHO
memperkirakan resiko kematian akibat kehamilan 2 kali lebih tinggi pada remaja
usia 15-18 tahun dibandingkan dengan wanita usia 20 24 tahun. Deputi Bidang
Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi Badan Koordinasi Keluarga
Berencana Nasional (BKKBN), Siswanto Agus Wilopo mengatakan setiap tahun
terjadi 2,6 juta kasus aborsi di Indonesia. Jika dirata rata, setiap jamnya terdapat
300 wanita telah menggugurkan kandungannya. Dari jumlah itu, 700 ribu
diantaranya dilakukan oleh remaja usia di bawah usia 20 tahun dan sebanyak
11,13 % dari semua kasus aborsi di Indonesia dilakukan karena kehamilannya
yang tidak di inginkan (Yudhi 2008).
17
Ditambah lagi dengan kemajuan teknologi yang semakin pesat
menyodorkan terbukanya kesempatan penyalahgunaan teknologi di daerah yang
sangat mudah menjangkau sumber informasi seperti kota Bandar Jaya. Untuk itu
maka peneliti tertarik untuk mengetahui perilaku seks bebas pada remaja di
tingkat SMK di Bandar Jaya yang di khususkan pada SMK PGRI I Terbanggi
Besar yang pada tahun 2014 didapati 3 (4%) orang siswi dari 75 siswinya
dikeluarkan dari sekolah karena hamil di luar nikah. Maka dari itu peneliti
berminat untuk melakukan penelitian dengan judul pengaruh pengetahuan
kesehatan reproduksi dan lingkungan pergaulan remaja terhadap perilaku seks
bebas pada siswa di SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun
2015?
1.2
Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka rumusan masalahnya adalah apakah terdapat
Tujuan Penelitian
Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan kesehatan reproduksi dan
lingkungan pergaulan remaja terhadap hubungan seks bebas pada siswa di SMK
PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun 2015.
1.3.2
Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui distribusi frekuensi
pengetahuan kesehatan
18
3) Untuk mengetahui perilaku seks bebas pada siswa di SMK PGRI I
Terbanggi BesarLampung Tengah tahun 2015.
4) Untuk mengetahui pengaruh pengetahuan
tentang
kesehatan
Manfaat Penelitian
1. Bagi Peneliti
Untuk menambah pengetahuan peneliti tentang bagaimana pengaruh
pengetahuan kesehatan reproduksi dan lingkungan pergaulan terhadap
perilaku seks bebas pada siswa di SMK PGRI I Terbanggi Besar tahun
2015 dan sebagai wahana dalam menerapkan ilmu metodologi
penelitian yang telah didapatkan dalam kuliah.
2. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi SMK PGRI I Terbanggi Besar agar
memberikan pendidikan seksual bagi siswanya sehingga remaja
memiliki pengetahuan dan lingkungan yang baik dalam pergaulan..
3. Bagi Masyarakat/ Orang tua
Diharapkan dapat terus menciptakan suasana dan kondisi lingkungan
yang baik dan memberikan pendidikan seks secara dini pada anaknya
(remaja) sehingga dapat mencegah perilaku seks bebas pada
anak/remaja.
4. Bagi Siswa
Diharapkan dapat memilih tempat/lingkungan berteman yang baik
dengan kondisi dan suasana yang dapat mendukung serta mencari
informasi tentang kesehatan reproduksi dan seks dari sumber yang
terpercaya sehingga perilaku seks bebas pada remaja tidak terjadi
19
1.5
Ruang Lingkup
Jenis penelitian yaitu analitik kuantitatif dengan rancangan cross
sectional. Subjek yang diteliti adalah siswasiswi SMK 1 Terbanggi Besar dan
objek penelitian ini adalah pengetahuan kesehatan reproduksi dan lingkungan
pergaulan remaja terhadap perilaku seks bebas pada siswa di SMK PGRI I
Terbanggi Besar. Penelitian ini dilakukan di SMK PGRI I Terbanggi Besar
Lampung Tengah. Waktu penelitian pada bulan Juni tahun 2015.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.6
2.1.1
Pengertian Remaja
20
Zakiyah Derajat (1975), mendefinisikan remaja sebagi anak yang ada
pada masa peralihan dari anak anak menuju usia dewasa. Pada masa ini
biasanya terjadi percepatan pertumbuhan dalam segi fisik maupun psikis. Baik
ditinjau dari bentuk badan, sikap, cara berfikir, dan bertindak, mereka bukan lagi
anakanak. Mereka juga belum dikatakan dewasa yang memiliki kematangan
pikiran. Zakiyah Darajat membatasi usia remaja antara 13 tahun hingga 24 tahun.
(Al-Ghifari 2001).
Menurut Piaget yang dikutip oleh Hurlock (1999) secara psikologis masa
remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa.
Masa remaja adalah usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang
dewasa melainkan merasa berada dalam tingkat yang sama, sekurang
kurangnya dalam masalah hak, integrasi dalam masyarakat, mempunyai banyak
aspek efekti, kurang lebih berhubungan dengan masa puber. Termasuk juga
perubahan intelektual yang mencolok, transformasi yang khas dari cara berfikir
remaja memungkinkan untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang
dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umuum dari periode
perkembangan.
Dr. Sarlito wirawan Sarwono (2012), mendefinisikan remaja sebagai
individu yang tengah mengalami perkembangan fisik dan mental. Beliau
membatasi usia remaja ini antara 1124 tahun dengan pertimbangan sebagai
berikut: usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya tandatanda seksual
sekunder mulai nampak kriteria fisik. Di Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap
usia baligh baik menurut adat maupun agama. Sehingga masyarakat tidak lagi
memperlakukan mereka sebagai anakanak. Pada usia tersebut mulai ada tandatanda penyempurnaan perkembangan jiwa. Batas usia 24 tahun merupakan batas
21
maksimum untuk memberi kesempatan mereka mengembangkan dirinya setelah
sebelumnya masih bergantung pada orang tua.
2.1.2
2.1.3
22
dimasukkan ke sekolah agama. Yang lain menganggap remaja nakal
kurang didiplin sehingga diberi latihan militer.
2. Social disorganization: Kaum positivis pada umumnya lebih
mengutamakan faktor budaya. Yang menyebabkan kenakalan remaja
adalah mengurangnya atau menghilangnya pranata pranata
masyarakat yang selama ini menjaga keseimbangan atau harmoni
dalam masyarakat. Orang tua yang sibuk dan guru yang kelebihan
beban merupakan penyebab dari berkurangnya fungsi keluarga dan
sekolah sebagai pranata kontrol.
3. Strain: Teori ini di kemukakan oleh Merton, Intinya adalah bahwa
tekanan yang besar dalam masyarakat, misalnya kemiskinan,
menyebabkan sebagian dari anggota masyarakat yang memilih jalan
rebellion melakukan kejahatan atau kenakalan remaja.
4. Differential association: Menurut teori ini, kenakalan remaja adalah
akibat salah pergaulan. Anakanak nakal karena bergaulnya dengan
anakanak yang nakal juga.paham ini banyak dianut orang tua
diindonesia, yang seringkali melarang anakanaknya untuk bergaul
dengan teman teman yang dianggap nakal, dan menyuruh anak
anaknya untuk berkawan dengan temanteman yang pandai dan rajin
belajar.
5. Labelling: Ada pendapat yang menyatakan bahwa anak nakal selalu
dianggap atau dicap nakal. Di indonesia banyak orang tua (khususnya
ibuibu) yang ingin berbasabasi dengan tamunya, sehingga ketika
anaknya muncul di ruang tamu, ia mengatakan pada tamunya, ini loh
mbakyu, anak sulung saya. Badanyya saja yang tinggi, tetapi nakalnya
bukan main. Kalu terlalu sering anak ini diberi label seperti itu, maka
ia akan jadi betulbetul nakal.
23
6. Male phenomenon: Teori ini percaya bahwa anak laki laki lebih
nakal daripada perempuan. Alasannya karena kenakalan adalah sifat
laki
2.1.4
2.1.5
24
2.1.6
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
seksualitas)
remaja.
Peningkatan
hasrat
seksual
ini
tinggi
untuk
perkawinan
(pendidikan,
pekerjaan,
persiapanmental, dll)
3. Sementara usia kawin ditunda norma-norma agam tetap berlaku
dimana seseorang dilarang untuk melakukan hubungan seks sebelum
menikah. Bahkan laranganya berkembang lebih jauh kepada tingkah
laku yang lain seperti berciuman dan masturbasi. Untuk remaja yang
tidak dapat menahan diri akan terdapat kecenderungan untuk
melanggar saja larangan-larangan tersebut,
4. Kecenderungan pelarangan makin meningkat oleh karena adanya
penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media masa
yang dengan adanya teknologi canggih seperti vidio cassette, satelit,
VCD, telepon genggam, internet, dan lain-lain menjadi tidak
terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode ingin tahu dan
ingin mencoba, akan meniru apa yang dilihat atau didengarnya dari
25
media massa, khususnya karena mereka pada umumnya belum pernah
mengetahui masalah seksual secara lengkap dari orangtuanya.
5. Orang tua sendiri, baik karena ketiktahuannya maupun karena
sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan
anak tidak terbuka dengan anak, malah cenderung membuat jarak
dengan anak dalam masalah seks.
6. Dipihak lain, tidak dapat diingkari adanya kecenderungan pergaulan
yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat sebagai
akibat berkembangnya peran dan pendidikan wanita sehingga
kedudukan wanita makin sejajar dengan pria.
Mengenai faktorfaktor yang mempengaruhi hubungan seksual pranikah
akan di bahas lebih luas sebagai berikut :
1. Meningkatnya libido seksualitas
Menurut Robert Havighurst, seorang remaja mengahadapi tugas
tugas perkembangan sehubungan dengan perubahan fidik dan peran
social yang sedang terjadi pada dirinya. Didalam mengisi peran
sosialnya yang baru itu, seorang remaja mendapatkan motivasinya dari
meningkatnya energy seksual atau libido. Menurut Sigmunnd Freud,
energy seksual ini berkaitan erat dengan kematangan fisik. Sedangkan
menurut Anna Freud, focus utama dari energi seksual ini adalah
perasaan perasaan disekitar alat kelamin, objekobjek seksual dan
dan tujuan seksual.
2. Penundaan usia perkawinan
Di Indonesia terutama di daerah pedesaan, masih terdapat banyak
perkawinan di bawah usia. Kebiasaan ini berasal dari adat yang
berlaku sejak dahulu yang masih terbawa sampai sekarang. Ukuran
perkawinan di masyarakat seperti itu adalah kematangan fisik belaka
(haid, bentuk tubuh yang sudah menunjukan tandatanda seksual
sekunder), atau bahkan hal hal yang sama sekali tidak ada kaitannya
26
dengan calon pengantin. Misalnya, masa panen, utangpiutang
orangtua, dan sebagainya. Akan tetapi, dengan makin meningkatnya
taraf pendidikan masyarakat dan dengan makin tertunda kebutuhan
untuk mengawinkan anakanak. Kecenderungan masyarakat untuk
meningkatkan usia perkawinan ini ternyata didukung juga oleh
undang-undang yag berlaku di Indonesia, yaitu UU No. 1/1974
tentang perkawinan. Pasal 7 ayat 1 menyatakan bahwa Perkawinan
hanya diizinkan jika pihak pria sudah mencapai usia 19 tahun dan
pihak wanita sudah mencapai usia 16 tahun. Sedangkan pasal 6 ayat
2 berbunyi Untuk melangsungkan perkawinan, seseorang yang belum
mencapai usia 21 tahun harus mendapatkan izin dari kedua orang tua.
3. Tabu larang
Kebiasaankebiasaan dan norma-norma yang menyulitkan perkawinan
yang disebutkan oleh Fawcett tersebut muncul dalam masyarakat
berbagai bentuk. Dari berbagai jenis perkawinan tersebut, jelaslah
bahwa dalam masyarakat tradisional, pernikahan tidak langsung
terkait dengan hubungan seks. Di Indonesia terdapat berbagai variasi
bentuk perkawinan dan hubungan seks. Saah satunya adalah yang
dituturkan oleh Pramodya Ananta Toer dalam novelnya Gadis
Pantai. Dikalangan suku bangsa Marind Anim, Papua seks lebih
banyak dikaitkan dengan kesuburan (tanah) daripada perkawinan.
Sulitnya komunikasi, khususnya kepada orang tua, pada akhirnya akan
menyebabkan perilaku seksual yang tidak diharapkan.
4. Kurangnya informasi tentang seks
Berdasarkan pengalaman dapat dilihat bahwa seks antar remaja terjadi
hanya jika hubungan mereka sudah berjalan sekitar 6 bulan. Dengan
demikian, hubungan tersebut sudah cukup akrab dan intim. Lamanya
waktu yang di perlukan untuk terjadinya hubungan seks (khususnya
27
yang pertama kali) dapat dimengerti karena memang diperlukan
suasana hati tertentu untuk bisa melakukan hal itu. Khususnya pada
remaja putri harus timbul perasaan cinta, suka, percaya, menyerah dan
sebagainya terhadap pasangannya. Tetapi, apabila perasaan itu timbul,
apalagi jika pihak lakilaki cukup tekun dan sabar untuk merayu
pacarnya, remaja putri tidak dapat lagi mengendalikan diri dan
terjadilah hubungan seksual.
5. Pergaulan yang makin bebas
Kebebasan antar jenis remaja, kiranya dengan mudah bisa disaksikan
dalam kehidupan seharihari, khususnya di kotakota besar.
(Sarwono, 2012)
Menurut psikolog Kartini Kartono (1989), tidak berdayanya wanita
menolak ajakan hubungan seks bebas ini pada umumnya disebabkan karena:
a) Ketidakmampuasnnya mengekang nafsu sendiri yang lemah.
b) Dominannya sifat infatil/ kekanak kanakan dan sangat naif.
c) Ketidakmampuan menahan diri untuk menerima kenikmatan
kenikmatan seks kecil yang segera, dan mengorbankan kenikmatan
seks yang lebih besar dikemudian hari dengan suami dalam ikatan
perkawinan yang sah.
d) Seks bebas juga disebabkan oleh motif motif narsisme ekstrim,
yang kemudian berkembang menjadi nafsu petualangan cintayang
tidak mengenal rasa puas, dan senantiasa haus cinta lama kelamaan
menjadi hyperseks.
Dengan sengaja wanita muda tersebut berani menunjukan kedewasaannya
dengan melakukan intervensi-negatif dalam bentuk relasi.
Perilaku negatif remaja terutama hubungan-hubungannyadengan
penyimpangan seksualitas, pada dasarnya bukan murni tindakan diri sendiri,
melainkan ada faktor dari luar (eksternal) seperti:
28
1) Kualitas diri remaja itu sendiri seperti, perkembangan emosional yang
tidak sehat, mengalami hambatan dalam pergaulan sehat, kurang
mendalami agama, ketidak mampuan memanfaatkan waktu luang,
tidak mampu dalam mengatasi masalah sendiri.
2) Kualitas lingkungan keluarga yang tidak mendukung anak untuk
berlaku baik, seperti anak kurang kasih saying dari orang tua,
disamping itu keluarga tidak memberikan arahan tentang seks yang
sehat.
3) Kualitas lingkungan yang kurang sehat, seperi lingkungan yang tidak
ada pengajian agama dan lingkungan masyarakat yang telah
mengalami kesenjangan komunikasi (gap) antar tetangga
4) Minimnya kualitas informasi yang masuk pada remaja akibat
globalisasi. Akibatnya anak remaja sangat kesulitan atau jarang
mendapatkan informasi sehat dalam hal seksualitas (Al-Ghivari 2001)
2.1.7
Dampak
Melakukan
Hubungan
Seksual
Pranikah
Hubungan seksual pranikah memiliki banyak
dampak, antara lain :
1. Mencipatakan Kenangan Buruk
Jikapasangan itu memang menikah setelah melakukan hubunngan
seksual sebelumnya, ia tidak merasakan kesan malam pertama yang
indah. Perkawinannya terasa membosankan karena tidak ada bulan
madu atau malam pertama. Biasanya rumah tangga seperti ini tidak
bertahan lama.
2. Kehamilan dan akibatnya
Kehamilan yang terjadi
akibat
seks
pranikah
bukan
saja
29
kandungan tidak bias disembunyikan. Bagi si bayi jika besar nanti
pasti akan menanyakan bapaknya.
3. Pengguguran kandungan dan pembunuhan bayi
Kasus pengguguran kandungan baik secara tradisional maupun
modern kini semakin menjamur terutama di kalangan remaja dan
mahasiswa, tentu saja hubungan ini karena hubungan seksual
pranikah. Banyak kasus bayi mungil yang baru lahir dibunuh ibunya,
sebagian dari bayi itu dibungkus plastic hidup-hidup, dibuang di kali,
dibuang tong sampah dll.
4. Penyebaran penyakit
Si wanita atau si pria dulu pernah melakukan hubugan pra nikah
ketika pacaran lalu putus, cenderung berkeinginan melakukan
hubungan serupa dengan lelaki atau wanita lain. Jika hal ini terus
dilakukan maka bukan hal yang mustahil akan terjangkit penyakit
kelamin, terlebiih lagi ternyata pasangannya itu telah mengidap
penyakit kelamin sebelumnya.
5. Menimbulkan rasa kurang hormat
Perilaku seks bebas menimbulkan suatu keterlibatan emosi dalam diri
seseorang pria dan wanita semakin sering dilakukan semakin
mendalam rasa ingin mengulangi. Sementara itu bagi seorang lelaki
melihat pasangannya begitu mudah diajak akan terus berkurang rasa
hormat dan rasa cintanya.
1.7
Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan
telinga (Notoatmodjo, 2012).
30
Pengetahuan adalah kesan di dalam pikiran manusia sebagai hasil
penggunaan pancaindranya. Pengetahuan sangat berbeda dengan kepercayaan,
takhayul dan penerangan-penerangan yang keliru. Pengetahuan adalah segala apa
yang diketahui berdasarkan pengalaman yang didapat oleh setiap manusia (Iqbal,
2011).
Adanya dua manfaat pengetahuan, yaitu pengetahuan sebagai alat (mean)
dan pengetahuan sebagai hasil. Sebagai alat, pengetahuan digunakan untuk
pencapaian berbagai tujuan seperti : memahami lingkungan, pengembangan
keterampilan, hidup layak sesuai kondisi lingkungan, pengembangan ketrampilan
bekerja, berkomunikasi. Sebagai hasil, pengetahuan merupakan dasar bagi
kepuasan memahami, mengetahui dan menemuka (Sukmadinata, 2009)
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu
aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap
seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan
menimbulkan sikap yang makin positif terhadap objek tertentu. Salah satu bentuk
objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari
pengalaman sendiri (Wawan dan Dewi, 2010).
Tingkatan Pengetahuan
Notoatmodjo (2012), menyatakan pengetahuan yang tercakup dalam
domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :
1. Tahu (know)
Pengetahuan yang berhubungan dengan mengingat kepada suatu
bahan/ materi sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat
ini adalah mengingat kembali sesuatu yang spesifik ini dari seluruh
bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Dimana kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
31
antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan,
dan sebagainya.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sesuatu kemampuan menjelaskan secara benar
tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar. contoh, menyimpulkan, meramalkan terhadap
objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi rill (sebenarnya).
Aplikasi ini dapat diartikan sebagai penggunakan hukum-hukum,
rumus metode, prinsip dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau
suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam satu
struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
Kemampuan ini meliputi mengenal bagian-bagian, hubungan antara
bagian serta prinsip yang digunakan dalam organisasi.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaianpenilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri,
atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
Menurut Notoatmodjo (2012), indikator-indikator apa yang dapat
digunakan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, dapat dikelompokkan menjadi:
1. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit yang meliputi penyebab
penyakit,
gejala
atau
tanda-tanda
penyakit,
bagaimana
cara
32
pengobatan,
bagaimana
penularannya
dan
bagaimana
cara
cara-cara
pembuangan
limbah
yang
sehat,
termasuk
33
Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo yang dikutip oleh Wawan dan Dewi (2011) ada
beberapa cara memperoleh pengatahuan adalah sebagai berikut:
2.2.4.1 Cara Kuno untuk Memperoleh Pengetahuan
1. Cara coba salah (trial and error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan mungkin
sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila
kemungkinan itu tidak berhasil maka akan dicoba. Kemungkinan yang
lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
2. Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan cara ini dapat berupa pemimpin-pemimpin
masyarakat baik formal atau informal, ahli agama, pemegang
pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima
mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,
tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik
berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.
3. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh
pengetahuan yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan
yang dihadapi masa lalu.
2.2.4.2 Cara Modern dalam Memperoleh Pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular disebut
metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh Francis Bacon
(1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van Daven. Akhirnya suatu
cara untuk melakukan penelitian yang dewasa ini kita kenal dengan penelitian
ilmiah.
34
2.2.5
Faktor-faktor
yang
Mempengaruhi
Pengetahuan
Menurut Wawan dan Dewi (2011) faktor-faktor yang mempengaruhi
pengetahuan meliputi :
Faktor Internal
a) Pendidikan
Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap
perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang
menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk
mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan diperlukan untuk
mendapatkan informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup. Pada umumnya semakin
tinggi pendidikan seseorang makin mudah menerima informasi.
b) Pekerjaan
Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk
menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya. Pekerjaan
bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara
mencari nafkah yang membosankan, berulang dan banyak tantangan.
Sedangkan bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita
waktu.
c) Umur
Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan
sampai berulang tahun. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan
kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja.
Faktor Eksternal
a) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia
dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan
perilaku orang atau kelompok.
35
b) Sosial budaya
Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi
diri dan sikap dalam menerima informasi.
b.2.6
2.2.7
Kesehatan Reproduksi
Kesehatan reproduksi adalah kemampuan seorang untuk memanfaatkan
alat reproduksinya dan atur kesuburan (fertilitas) dapat menjalani kehamilan dan
persalinan secara aman serta mendapatkan bayi tanpa resiko apapun.
Reproduksi adalah kemampuan makhluk hidup untuk menghasilkan keturunan
dengan tujuan untuk mempertahankan jenisnya.
2.2.7.1
Alat Reproduksi
a) Alat reproduksi pria terdiri dari organ reproduksi eksterna (luar) yaitu
skrotum dan penis, sedangakan organ reproduksi interna (dalam)
yaitu testis, epididimis, kelenjar prostat, vas deverns.
b) Alat reproduksi wanita terdiri dari organ reproduksi eksterna (luar)
yaitu: labia mayora, labia minora, vestibulum, hymen, klitoris
monsveneris. Dan organ reproduksi interna (dalam) yaitu: vagina,
uterus, tuba faloppy, ovarium, endometrium, dan serviks.
Munculnya dorongan seksual pada remaja dipicu oleh perubahan dan
perubahan hormone kelamin sebagai akibat dari kematangan mental dan fisiknya.
36
Secara garis besar perubahan menurut Akhmad Azhar Abu Miqad yang dikutip
Al-Ghifari (2003) antara lain:
1. Tanda perubahan primer
Tanda perubahan kelamin primer dimulai dengan berfungsinya organorgan genetal yang ada, baik dalam maupun luar atau berfungsinya
organ tertentu yang erat kaitanya dengan persetubuhan dan proses
reproduksi. Pada laki-laki ditandai dengan keluarnya mani (sperma)
dan pada wanita ditandai dengan menarche atau haid pertama kali.
2. Tanda perubahan organ sekunder.
Kelamin sekunder adalah organ tubuh tertentu yang tidak ada
hubungannya dengan proses pembuahan oatau pada proses produksi.
Pada laki laki perubahan tersebut ditandai dengan:
a) Perubahan suara
b) Bidang bahu melebar
c) Mimpi basah
d) Perubahan penis jika mendapatkan rangsangan
e) Mulai tumbuh bulu-bulu halus pada organ kelamin
Sedangkan perubahan sekunder pada wanita antara lain:
a) Suara lebih halus
b) Kulit muka dan sektar badan lebih kencang
c) Bidang bahu mengecil dan panggul melebar
d) Buah dada mulai membesar
e) Tumbuh bulu disekitar ketiak dan alat kelamin
f) Alat kelamin membesar
3. Tanda perubahan pada organ tersier
Tanda perubahan organ tertier ini ada hubungannya dengan psikis.
Yaitu laki laki Nampak kelelakiannya dan wanita tampak
kewanitaannya dalam segala gerak tubuhnya. Intinya lelaki dan
perempuan memiliki cirri khas yang bias membedakan dari keduanya.
1.8
b.3.1
Lingkungan Pergaulan
Pengertian Lingkungan
Lingkungan keluarga merupakan variabel yang sangat kuat perilakunya
37
Menurut OConnor(1994) yang dikutip oleh Suntrock 2003 mengatakan
bahwa Pengaruh lingkungan terbagi menjadi (shared environmental influences)
adalah pengalaman remaja yang juga dialami oleh oranglain di lingkungannya,
misalnya kepribadian dan orientasi intelektual orang tua mereka, keloas sosial
keluarga, dan lingkungan tetangga sekitar tempat tinggal mereka. Sebaliknya
pengaruh lingkungan tak terbagi (non-shared enviroumental influences) adalah
pengalaman unik remaja yang diaaminya sendiri, baik di dalam maupun di luar
lingkungan keluarga, yang tidak dialami oleh kakak atau adiknya. Orang tua
sering kali berinteraksi dengan cara yang berbeda-beda dengan setiap anaknya,
dan setiap anaknyapun berinteraksi dengan orang tua yang sama dengan cara
yang berbeda-beda. Kakak beradik biasanya memiliki teman sebaya, teman main,
sahabat, dan guru yang berbeda-beda di sekolah.
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang
dilakemukakan oleh Bandura:
Gambar 2.1 Teori Bandura
P (C)
E
(Sumber: Harlock, 2003)
Dalam teori Bandura tentang pengaruh timbal balik tingkah laku. Faktor
manusia dan kognitif, dan lingkungan.
P (c) adalah faktor manusia dan kognitif.
38
B adalah tingkah laku
E adalah lingkungan
Tingkah laku, faktor manusia dan kognitif, dan pengaruh lingkungan
beroperasi secara interaktif, tingkah laku dapat mempengaruhi kognitif dan
sebaliknya aktivitas kognitif individu dapat bmempengaruhi lingkungan,
pengaruh lingkungan dapat merubah proses pikiran individu dan sterusnya.
Sesuai
dengan
teori
piaget
(1896-1980),
menekankan
bahwa
remaja
39
dan pergaulanyang tidak baik dapat mempengaruhi seseorang untuk melanggar
norma norma yang ada di dalam masyarakat (Yunita,2009).
2.2.3 Macam-macam lingkungan antara lain :
1. Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga merupakan lingkungan utama yang sangat
penting dalam kaitannya dengan penyesuaian diri individu. Dimana
unsur-unsur di dalam keluarga seperti konstelasi keluarga, interaksi
orang tua dan anak, interaksi antaranggota keluarga, peran sosial
dalam keluarga, dan gangguan dalam keluarga akan berpengaruh
terhadap penyesuaian diri individu (Ali dan Asrori, 2014:185-186).
Keluarga merupakan variabel yang sangat kuat perilakunya terhadap
perkembangan hubungan sosial remaja termasuk timbulnya perilaku
nakal (Ali dan Asrori: 95).
2. Lingkungan Sekolah
Sekolah adalah lingkungan pendidikan sekunder. Bagi anak yang
sudah bersekolah, lingkungan yang tiap hari dimasukinya selain
lingkungan rumah adalah lingkungan sekolah. Tidak mengherankan
jika pengaruh sekolah terhadap perkembangan jiwa remaja cukup
besarma
3. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat sebagai lingkungan tersier (ke tiga) adalah lingkungan
yang terluas bagi remaja sekaligus paling banyak menawarkan pilihan.
Terutama dengan maju pesatnya teknologi komunikasi massa, maka
tidak ada batasan geografis, etnis, politis maupun sosial antara satu
masyarakat dengan masyarakat lainnya. Pengaruh lingkungan pada
tahapannya yang pertama diawali dengan pergaulan dengan teman.
Pada usia 9 15 tahun hubungan perkawanan merupakan hubungan
yang akrab yang diikat oleh minat yang sama, kepentinngan yang
40
sama, dan saling membagi perasaan, saling tolong menolong untuk
memisahkan masalah bersama ( Sarwono: 150: 161)
Lingkungan merupakan bagian terpenting dan mendasar dari kehidupan
manusia. Sejak dilahirkan manusia sudah berada dalam lingkungan baru dan
asing baginya. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk
dengan sendirinya. Lingkungan yang baik akan membentuk pribadi yang baik,
sementara lingkungan yang buruk akan membentuk sifat dan perilaku yang buruk
pula. Anak-anak berkembang dari suatu hubungan interaksi antara gerakangerakan dalam dan kondisi lingkungan luar.
Dimensi lingkungan bisa dibedakan menjadi tiga kelompok yakni
lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan kultural. Ketiga dimensi ini
akan memberikan pengaruh yang besar terhadap perilaku manusia.
Persepsi lingkungan adalah interpretasi tentang suatu setting oleh individu,
didasarkan latar belakang budaya, nalar dan pengalaman individu tersebut. Setiap
orang dapat mempunyai gambaran yang berbeda sesuai proses persepsi masingmasing.
2.2.4 Pengelompokan Sosial remaja
Pengelompokan sosial remaja terdiri dari:
1. Teman dekat
Remaja biasanya memiliki dua atau tida teman dekat atau sahabat
karib. Mereka adalah sesame seks yang mempunyai minat dan
kemampuan yang sama. Teman dekat saling mempengaruhi satu sama
lain meskipun kadang kadang juga bertengkar.
2. Kelompok kecil
41
Kelompok ini biasanya teridiri dari kelompok teman-teman dekatnya.
Pada mulanya terdiri dari seks yang sama kemudian meliputi dari seks
yang sam, tetapi kemudian meliputi kedua jenis seks.
3. Kelompok besar
Kelompok bersar, terdiri dari beberapa kelompok kecil dan kelompok
teman dekat, berkembang dengan meningatnya minat akan pesta dan
berkencan. Karena kelompok ini besar, maka penyesuaian minat
berkurang di antara anggota-anggotanya sehingga terdapat jarak sosial
yang lebih besar diantara mereka.
4. Kelompok yang teroganisasi
Kelompok remaja yang dibina oleh orang dewasadibentuk oleh
sekolah dan dibentuk oleh sekolah dan organisasimasyarakat untuk
memenuhi kebutuhan sosial para remaja yang tidak mempunyai
klikatau kelompok besar. Banyak remaja yang mengikuti kelompok
seperti itu merasa diatur dan kurang minatnya enam belas atau tujuh
belas tahun.
5. Kelompok geng
Remaja yang tidak termasuk klik atau kelompok besar dan yang
merasa tidak puas dengan kelompok yang terorganisasi mungkin
mengikuti kelompok geng. Anggota yang biasanya terdiri dari anak
anak sejnis dan minat utama mereka adalah untuk menghadapi
penolakan teman-teman untuk menghadapi penolakan teman-teman
mealui perikau antisocial (Suntrock, 2003)
1.9
Penelitian Terkait
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Apri Sulistianingsih (2010), dalam
42
bermakna antara pengetahuan tentang kesehatan reproduksi dan lingkungan
pergaulan dengan perilaku seks bebas pada remaja.
1.10
Kerangka Teori
Gambar 2.2
Kerangka Teori
Faktor-faktor yang
mempengaruhi hubungan
seksual pranikah pada remaja
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
Hormon
Agama
Pengetahuan
Perubahan fisik
Lingkungan
Media massa
Orang tua
Budaya
Pergaulan
Perilaku
Seksual
Kerangka Konsep
Gambar 2.3
Kerangka Konsep
Variabel Independen
Variabel Dependen
Pengetahuan Kesehatan
Reproduksi
Perilaku Seks Bebas
Lingkungan Pergaulan
43
1.12
Hipotesis
44
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
Jenis penelitian adalah suatu rencana, struktur dan strategi penelitian yang
Jenis penelitian
3.2.1
Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilaksanakan pada 29 Juni 2015.
3.2.2
Tempat Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di SMK PGRI I Terbanggi Besar
Lampung Tengah.
3.3
Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan cross sectional, yakni untuk
Subjek Penelitian
3.4.1 Populasi
45
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas X dan XI SMK PGRI I
Jurusan Keperawatan Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015 yang
berjumlah 62 siswa.
3.4.2
Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa/i kelas X dan XI Jurusan
Keperawatan SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015 yang
berjumlah 62 siswa.
3.4.3
Total Sampling. Karena jumlah populasi kurang dari 100 maka sampel yang akan
diambil adalah keseluruhan dari populasi.
3.5
Variabel Penelitian
Variabel independen (bebas) penelitian ini yaitu pengetahuan dan
Definisi Operasional
Tabel 3.1
Variabel
Definisi Operasional
Definisi
Alat
Hasil ukur
Operasional
ukur
Skala
Ukur
Nominal
46
Kemampuan
responden/siswa
dalam menjawab
kuesioner yang
berkaitan tentang
kesehatan
reproduksi
Pengetahuan
0. Baik, apabila
menjawab benar 56100% dari skor
maksimal (13-23
jawaban benar)
Kuesioner
1. Kurang apabila
menjawab benar <56%
dari skor maksimal (013 jawaban benar).
Ordinal
(Arikunto, 2006)
Kondisi di luar
individu
yang
dapat
mempengaruhi
individu seperti:
keluarga, media,
kondisi
lingkungan
masyarakat dan
teman sebaya.
Lingkungan
pergaulan
3.7
0. Mendukung, apabila
skor responden > nilai
mean. (nilai mean > 78))
1.Tidak mendukung
apabila skor responden
< nilai mean. (nilai
mean 78)
Kuesioner
Ordinal
Instrumen Penelitian
Instumen penelitian adlah alat yang digunakan untuk mengukur
variable yang akan diteliti.
1. Data untuk mengetahui pengetahuan kesehatan reproduksi.
Untuk memperoleh data pengatahuan kesehatan reproduksi
diguanakan kuesione dalam bentuk 20 item pertanyaan tertutup
dengan alternatif A, B, C, jawaban skor 1 jika benar dan skor 0
jika salah.
2. Data untuk mengetahui lingkungan pergaulan remaja.
Untuk memperoleh data mengenai lingkungan pergaulan
digunakan metode dan intrumen kuesioner dengan 25 pernyataan
responden tentang lingkungan pergaulan. Dalam penelitian ini,
menggunakan jenis angket tertutup dengan bentuk rating-scale
(tanda centang) yaitu kuesioner yang telah tersedia jawaban
sehingga responden/siswa dapat memilih jawaban yang ada.
Dalam memberikan penilaian dengan menggunakan skala Likert,
untuk pernyataan positif (favorable): Sangat Setuju (4), Setuju
(3), Tidak Setuju (2) dan Sangat Tidak Setuju (1). Dan pernyataan
negatif (nonfavorable) : Sangat Setuju (1), Setuju (2), Tidak
Setuju (3) dan Sangat Tidak Setuju (4). Hasil pengukuran
47
lingkungan dikategorikan menjadi mendukung, apabila skor
responden > nilai mean dan tidak mendukung apabila skor
responden < nilai mean.
3. Data untuk mengetahui perilaku seks bebas pada remaja.
Untuk memperoleh data perilaku seks bebas pada siswa peneliti
menggunakan instrumen angket/kuesioner. Dalam penelitian ini,
menggunakan jenis angket tertutup berjumlah 6 item pertanyaan
perilaku seks bebas dengan bentuk rating-scale yaitu kuesioner
yang telah tersedia jawaban sehingga responden/siswa dapat
memilih jawaban yang ada. Bentuk rating-scale yang dimaksud
adalah member tanda centang pada kolom-kolom yang telah
disediakan. Hasil pengukuran perilaku dikategorikan menjadi:
ya, (apabila responden/siswa pernah melakukan perilaku seks
bebas seperti petting, oral seks, anal seks, dan senggama) dan tidak
(apabila responden/siswa tidak pernah melakukan perilaku seks
bebas seperti petting, oral seks, anal seks, dan senggama)
Kuesioner dalam penelitian ini adalah kuesioner tidak baku artinya
disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan teori yang digunakan pada bab
sebelumnya sehingga perlu dilakukan pengujian keabsahan dengan menggunakan
uji validitas dan reliabilitas.
1. Uji Validitas
Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan
atau keaslian suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai
validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki
validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkap
data dari variabel yang diteliti secara tepat. Penelitian ini menggunakan uji
validitas dengan analisa butir adalah skor-skor yang ada pada butir yang
dimaksud dikorelasikan dengan skor total, selanjutnya dihitung dengan rumus
product moment. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut :
n [ ( X Y) ] - [ ( X Y) ]
rxy =
48
Keterangan :
r : Koefisien korelasi
x : Skor obyek pada item nomor 1
y
49
penelitian
dipercaya atau dapat diandalkan. Untuk perhitungan uji reliabilitas ini harus
dilakukan hanya pada pertanyaan-pertanyaan yang sudah memiliki validitas.
Metode pengujian realibilitas yang digunakan pada penelitian ini adalah internal
consiteney, yaitu melakukan uji coba sekali saja, kemudian hasil yang diperoleh
dianalisis dengan teknik tertentu. Uji reliabilitas dalam penelitian ini digunakan
rumus koefisien reliabilitas alfa cronbachs sebagai berikut:
r 11 =
k
1 2 b
(k 1)
t
Keterangan :
r11
Reliabilitas instrumen
: Varians total
Hasil uji reliabilitas yang dilakukan terhadap 20 responden menunjukkan
50
sebesar 0,794 (0,794 > 0,444) artinya keseluruhan item nomor soal angket
pertanyaan yang valid dapat dikatakan reliabel.
3.8
Pengumpulan Data
1) Data Primer
Data yang dikumpulkan dalam penelitian melalui secara langsung
(data primer). Data langsung diperoleh dari jawaban responden atas
pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner.
2) Data Sekunder
Data sekunder yaitu sumber yang tidak langsung memberikan data
kepada pengumpul data, dalam penelitian ini data sekunder jumlah
siswa di SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun 2015.
3.9
Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan proses mengolah data kasar agar dapat
menjadi jelas dan dapat dijadikan suatu informasi. Kegiatan yang dilakukan
dalam pengolahan data adalah sebagai berikut :
1. Editing data
Data yang dikumpulkan kemudian diperiksa. Bila terdapat kesalahan
dalam pengumpulan data, data diperbaiki (editing) dengan cara
memeriksa kembali jawaban yang kurang.
2. Scorsing data
Memberi skor atau nilai pada masing-masing jawaban responden
(Notoatmodjo, 2012).
51
3. Coding data
Memberikan
tanda
pada
data
tertentu
untuk
menentukan
Analisa Data
f
P = ___
x 100%
Keterangan :
P
: Persentase
: Skor responden
: Skor maksimal
100
: Konstanta
52
3.10.2 Analisis Bivariat
Penelitian ini menggunakan uji chi square X2. Pengujian ini menggunakan
cara membandingkan frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang diharapkan,
apakah ada perbedaan bermakna. Penghitungan uji chi square ini menggunakan
program SPSS. Tingkat kepercayaan yang digunakan adalah 95%. Ha diterima
apabila p value < 0,05 berarti ada hubungan yang signifikan/bermakna antara
kedua variabel yang diteliti. Ha tolak apabila p value > 0,05 berarti tidak ada
hubungan yang signifikan/bermakna antara kedua variabel (Hastono, 2007).
Rumus yang digunakan:
X2
0 E 2
E
Keterangan :
X2 = Chi square yang dicari
= Jumlah total
0 = Frekuensi observasi
E = Frekuensi harapan
3.10.3 Analisis Multivariat
Analisis multivariat adalah analisis yang digunakan untuk mengetahui
antara lebih dari satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Uji
statistik yang digunakan adalah uji regresi berganda (multiple regression) untuk
mengetahui variabel independen mana yang lebih erat hubungannya dengan
variabel dependen.
53
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Geografi
Demografi
Jumlah siswa di SMK PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah
berjumlah 195 orang, kelas X Jurusan Keperawatan 30 orang (24 perempuan dan
6 laki-laki), Jurusan Akuntansi berjumlah 30 orang (25 perempuan dan 5 lakilaki), kelas XI Jurusan Keperawatan berjumlah 32 orang (28 perempuan dan 4
laki-laki), Jurusan Akuntansi berjumlah 34 orang (26 perempuan dan 8 laki-laki),
kelas XII Jurusan Keperawatan berjumlah 34 orang (24 perempuan dan 10 lakilaki), Jurusan Akuntansi berjumlah 35 siswa (28 perempuan dan 7 laki-laki)..
54
Jumlah Guru di SMK PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun 2015
berjumlah 40 guru, dengan Luas tanah 500 m2.
4.2
Hasil Penelitian
4.2.1
Karakteristik Responden
Tabel 4.1
Karasteristik Responden Berdasarkan Umur
Umur
Frekuensi
Persentase (%)
< 16 tahun
11,3%
16-20 tahun
55
88,7%
Jumlah
62
100
Frekuensi
Persentase (%)
Laki-laki
12
19,4%
Perempuan
50
80,6%
Jumlah
62
100
55
50 orang (80,6%) dan berjenis kelamin
laki-laki sebanyak
19,4 responden
(19,4%).
Tabel 4.3
Karasteristik Responden Berdasarkan Tempat Tinggal
Tempat Tinggal
Frekuensi
Persentase (%)
35
22
5
62
56,4%
35,5%
8,1%
100
Bersama Orangtua
Bersama Keluarga
Kontrak/Kost
Jumlah
4.2.2
Analisis Univariat
Pengetahuan
Baik
Kurang
Jumlah
Frekuensi
34
28
62
Persentase (%)
54,8%
45,2%
100
56
Frekuensi
Persentase (%)
Mendukung
Tidak mendukung
Jumlah
38
24
62
61,3%
38,7%
100
Frekuensi
Persentase (%)
Ya
39
62,9%
57
Perilaku Seks Bebas
Frekuensi
Persentase (%)
Tidak
Jumlah
23
62
37,1%
100
4.2.3
Analisis Bivariat
Pengetahuan
Kesehatan
Reproduksi
Tidak
N
%
3
4
2
8
6
2
54,8
Baik
30
88,2
11,8
Kurang
32,1
19
67,9
39
62,9
23
37,1
Jumlah
Total
45,2
p
value
0,000
OR
95%CI
15,833(4,
27058,711)
100
58
(100%), 30 responden (88,3%) melakukan perilaku seks bebas dan 4 responden
(11,8%) tidak melakukan perilaku seks dan responden yang mempunyai
pengetahuan kesehatan reproduksi kurang sebanyak 28 responden (100%), 9
responden (32,1%) melakukan perilaku seks bebas dan 19 responden (67,9%)
tidak melakukan perilaku seks bebas.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan p value
sebesar 0,000 maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh pengetahuan kesehatan
reproduksi dengan perilaku seks bebas pada siswa di SMK 1 Terbanggi Besar
Lampung Tengah tahun 2015.
Hasil analisis data diperoleh nilai OR sebesar 15,833 berarti bahwa
responden
yang
mempunyai
pengetahuan
kesehatan
reproduksi
baik
Total
%
Mendukung
N
32
%
84,2
N
6
%
15,8
38
61,3
Tidak Mendukung
29,2
17
70,8
24
38,7
39
62,9
23
37,1
62
100
Jumlah
p
value
OR
95% CI
0,000
12,952
(3,75244,712)
59
Tengah tahun 2015 diperoleh hasil responden yang mempunyai menjawab
lingkungan pergaulan dalam kategori mendukung sebanyak 38 responden
(100%), 32 responden (84,2%) melakukan perilaku seks bebas dan 6 responden
(15,8%) tidak melakukan perilaku seks dan responden yang menjawab
lingkungan pergaulan tidak mendukung sebanyak 24 responden (100%), 7
responden (29,2%) melakukan perilaku seks bebas dan 17 responden (70,8%)
tidak melakukan perilaku seks bebas.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan p value
sebesar 0,000 maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh lingkungan pergaulan
dengan perilaku seks bebas pada siswa di SMK 1 Terbanggi Besar Lampung
Tengah tahun 2015.
Hasil analisis data diperoleh nilai OR sebesar 12,952 berarti bahwa
responden yang mempunyai pengetahuan kesehatan reproduksi baik mempunyai
peluang sebanyak 12 kali mempunyai peluang melakukan perilau seks bebas
dibandingkan dengan responden yang mempunyai pengetahuan kesehatan
reproduksi kurang.
4.2.4
Analisis Multivariat
Adjuste
Std
Chenge Statistics
60
Square
dR
Square
Error of
the
estimate
R
Square
Change
F
Chang
e
df
1
df 1
Sig. F
Change
.503
.486
.349
.503
29.847
59
.000
.7099
ANOVA
Model
Sum
squares
1 Regression
of
df
Mean
Square
Sig.
7.276
3.638
29.847
.000a
Residual
7.192
59
.122
Total
14.468
61
Pembahasan
Karakteristik Responden
1. Umur
61
Dari hasil penelitian diketahui karakteristik responden berdasarkan
golongan umur responden sebagian besar pada umur antara 16-20 tahun sebanyak
35 orang (88,7%) dan rsponden. Pada umur, < 16 tahun sebanyak 7 responden
(11,3%).
Hasil penelitian di atas menunjukkan usia remaja sesuai dengan yang
dinyatakan Zakiyah Derajat (1975), mendefinisikan remaja sebagi anak yang ada
pada masa peralihan dari anak-anak menuju usia dewasa. Pada masa ini biasanya
terjadi percepatan pertumbuhan dalam segi fisik maupun psikis. Baik ditinjau dari
bentuk badan, sikap, cara berfikir, dan bertindak, mereka bukan lagi anakanak.
Mereka juga belum dikatakan dewasa yang memiliki kematangan pikiran.
Zakiyah Darajat membatasi usia remaja antara 13 tahun hingga 24 tahun. (AlGhifari 2001)
Sarwono (2012), mendefinisikan remaja sebagai individu yang tengah
mengalami perkembangan fisik dan mental. Beliau membatasi usia remaja ini
antara 1124 tahun dengan pertimbangan sebagai berikut: usia 11 tahun adalah
usia dimana pada umumnya tandatanda seksual sekunder mulai nampak kriteria
fisik. Di Indonesia usia 11 tahun sudah dianggap usia baligh baik menurut adat
maupun agama. Sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan mereka sebagai
anakanak. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda penyempurnaan
perkembangan jiwa. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimum untuk
memberi kesempatan mereka mengembangkan dirinya setelah sebelumnya masih
bergantung pada orang tua.
2. Jenis Kelamin
62
Dari hasil penelitian diketahui karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin sebagian besar berjenis kelamin perempuan sebanyak 50 orang (80,6%)
dan berjenis kelamin laki-laki sebanyak 19,4 responden (19,4%).
Pada remaja putri, makin muda saat menstruasi pertama, makin mungkin
terjadinya hubungan seks pada remaja. Perubahan pada hormon yang terjadi
seiring dengan menstruasi berkontribusi pada meningkatkatnya keterlibatan
seksual pada sikap dan hubungan dengan lawan jenis (Santrock,2003).
Perbedaan jenis kelamin berpengaruh pada perilaku seksual, wanita
dianggap sudah lebiha dewasa dalam usia tersebut. Akan tetatpi remaja pria justru
lebih banyak pengalaman dalam hal berganti-ganti pasangan (Sarwono, 2012).
3. Tempat Tinggal
Dari hasil penelitian diketahui responden dalam kategori tinggal bersama
orangtua
sebanyak
63
dan setiap anaknyapun berinteraksi dengan orang tua yang sama dengan cara
yang berbeda-beda. Kakak beradik biasanya memiliki teman sebaya, teman main,
sahabat, dan guru yang berbeda-beda di sekolah.
4.3.2
Analisis Univariat
64
Adanya dua manfaat pengetahuan, yaitu pengetahuan sebagai alat (mean)
dan pengetahuan sebagai hasil. Sebagai alat, pengetahuan digunakan untuk
pencapaian berbagai tujuan seperti : memahami lingkungan, pengembangan
keterampilan, hidup layak sesuai kondisi lingkungan, pengembangan ketrampilan
bekerja, berkomunikasi. Sebagai hasil, pengetahuan merupakan dasar bagi
kepuasan memahami, mengetahui dan menemuka (Sukmadinata, 2009)
Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek yaitu
aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap
seseorang, semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan
menimbulkan sikap yang makin positif terhadap objek tertentu. Salah satu bentuk
objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari
pengalaman sendiri (Wawan dan Dewi, 2010).
4.3.2.2 Lingkungan Pergaulan
Dari hasil penelitian diketahui bahwa lingkungan pergaulan pada Siswa di
SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015 sebagian besar
dalam kategori mendukung, yaitu sebanyak 38 responden (61,3%), dan
lingkungan pergaulan pada Siswa di SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung
Tengah Tahun 2015 sebagian besar dalam kategori tidak mendukung sebanyak 24
responden (38,7%).
Lingkungan merupakan bagian terpenting dan mendasar dari kehidupan
manusia. Sejak dilahirkan manusia sudah berada dalam lingkungan baru dan
asing baginya. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk
dengan sendirinya. Lingkungan yang baik akan membentuk pribadi yang baik,
sementara lingkungan yang buruk akan membentuk sifat dan perilaku yang buruk
pula. Anak-anak berkembang dari suatu hubungan interaksi antara gerakan-
65
gerakan dalam dan kondisi lingkungan luar. Dimensi lingkungan bisa dibedakan
menjadi tiga kelompok yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial dan lingkungan
kultural. Ketiga dimensi ini akan memberikan pengaruh yang besar terhadap
perilaku manusia.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita dan
mempengaruhi perkembangan manusia, seperti: iklim, alam sekitar, situasi
ekonomi, perumahan, makanan, pakaian, manusia lain dan lain sebagainya.
Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu yang
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme, Ngalim (2004),
menyatakan lingkungan sosial adalah semua orang/manusia lain yang
mempengaruhi kita. Pengaruh lingkungan sosial tesebut ada yang kita terima
langsung dan tidak langsung.
Lingkungan pergaulan adalah tempat berkembangnya perilaku terhadap
kebiasaan yang ada di lingkungan. Lingkungan pergaulan yang kurang baik akan
berpengaruh terhadap perkembangan jiwa seseorang. Hal-hal yang tidak baik
yang diterimanya dalam interaksi menjadi hal yang biasa baginya. Lingkungan
dan pergaulanyang tidak baik dapat mempengaruhi seseorang untuk melanggar
norma-norma yang ada di dalam masyarakat (Yunita,2009).
4.3.2.3 Perilaku Seks Bebas
Dari hasil penelitian diketahui bahwa perilaku seks bebas pada Siswa di
SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015 yang melakukan
perilaku seks bebas, yaitu sebanyak 39 responden (62,9%), dan perilaku seks
bebas pada Siswa di SMK PGRI I Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015
yang tidak melakukan perilaku seks bebas, yaitu sebanyak 23 responden (37,1%).
66
Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat
seksual, baik lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis. Bentuk bentuk
tingkah laku ini bisa bermacammacam mulai dari persamaan tertarik sampai
tingkah laku berkencan, bercumbu, dan bersenggama. Objek seksualnya biasanya
khayalan atau diri sendiri (Sarwono, 2012).
Santrock (2003, 401) menyatakan macam-macam contoh perilaku seksual
pada remaja, antara lain : Necking (berciuman sampe daerah dada), berciuman
bibir, memegang payudara, hubungan seks kelamin (senggama), oral seks, anal
seks.
4.3.3
Analisis Bivariat
4.3.3.1
Pengaruh Pengetahuan Kesehatan Reproduksi
dengan Perilaku Seks Bebas pada Siswa di SMK
PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun
2015
Hasil penelitian diketahui bahwa pengaruh pengetahuan kesehatan
reproduksi dengan perilaku seks bebas pada siswa di SMK 1 Terbanggi Besar
Lampung Tengah tahun 2015 diperoleh hasil responden yang mempunyai
pengetahuan kesehatan reproduksi dalam kategori baik sebanyak 34 responden
(100%), 30 responden (88,3%) melakukan perilaku seks bebas dan 4 responden
(11,8%) tidak melakukan perilaku seks dan responden yang mempunyai
pengetahuan kesehatan reproduksi kurang sebanyak 28 responden (100%), 9
responden (32,1%) melakukan perilaku seks bebas dan 19 responden (67,9%)
tidak melakukan perilaku seks bebas.
Hasil uji statistik dengan menggunakan uji chi square didapatkan p value
sebesar 0,000 (0,000<0,05) maka dapat disimpulkan terdapat pengaruh
67
pengetahuan kesehatan reproduksi dengan perilaku seks bebas pada siswa di
SMK 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun 2015.
Hasil analisis data diperoleh nilai OR sebesar 15,833 berarti bahwa
responden yang mempunyai pengetahuan kesehatan reproduksi baik mempunyai
peluang sebanyak 15 kali mempunyai peluang melakukan perilaku seks bebas
dibandingkan dengan responden yang mempunyai pengetahuan kesehatan
reproduksi kurang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Jarni Eka Sari (2008)
dilakukan oleh Jarni Eka Sari dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan
Lingkungan Pergaulan dan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan
Sikap Seks Bebas pada Remaja Di SMA Negeri 4 Surakarta yang dilakukan
terhadap 212 responden. Hasil penelitian menunjukan hasil terdapat pengaruh
yang signifikan antara pengetahuan terhadap perilaku seks bebas pada siswa di
SMK N 6 Yogyakarta.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dinyatakan Rogers (1974)
doleh Notoatmodji (1974) bahwa sebelum seseorang mengadopsi perilaku baru
(berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan,
yakni : Awarness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu. Interest, yakni orang mulai tertarik
kepada stimulus. Evaluation (menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. Trial,
orang telah mulai mencoba perilaku baru. Adoption, subjek telah berperilaku baru
sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulas. Perilaku
yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak
didasari oleh pengetahuan. Apabila penerimaan perilaku atau adopsi perilaku
68
melalui proses seperti di atas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran, dan sikap
yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting).
Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran
maka tidak akan berlangsung lama.
Dalam penelitian ini disimpulkan ada pengaruh yang signifikan/bermakna
antara pengetahuan kesehatan reproduksi terhadap perilaku seks bebas pada
siswadi SMK PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun 2015.
4.3.3.2
Pengaruh
Lingkungan
Pergaulan
dengan
69
Hasil analisis data diperoleh nilai OR sebesar 12,952 berarti bahwa
responden yang mempunyai pengetahuan kesehatan reproduksi baik mempunyai
peluang sebanyak 12 kali mempunyai peluang melakukan perilau seks bebas
dibandingkan dengan responden yang mempunyai pengetahuan kesehatan
reproduksi kurang.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Jarni Eka Sari (2008)
dilakukan oleh Jarni Eka Sari dalam penelitiannya yang berjudul Hubungan
Lingkungan Pergaulan dan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi Dengan
Sikap Seks Bebas pada Remaja Di SMA Negeri 4 Surakarta yang dilakukan
terhadap 212 responden. Hasil penelitian menunjukan hasil terdapat pengaruh
yang signifikan antara lingkungan pergaulan terhadap perilaku seks bebas pada
siswa di SMK N 6 Yogyakarta.
Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dinyatakan Yunita (2009)
bahwa lingkungan pergaulan adalah tempat berkembangnya perilaku terhadap
kebiasaan yang ada di lingkungan. Lingkungan pergaulan yang kurang baik akan
berpengaruh terhadap perkembangan jiwa seseorang. Hal-hal yang tidak baik
yang diterimanya dalam interaksi menjadi hal yang biasa baginya. Lingkungan
dan pergaulanyang tidak baik dapat mempengaruhi seseorang untuk melanggar
norma-norma yang ada di dalam masyarakat.
Lingkungan fisik dan biologik merupakan komponen yang penting dan
tidak dapat dipisahkan dari semua aktifitas kehidupan manusia,sehingga
kualitasnya sangat berperan dalam proses terjadinya gangguan kesehatan secara
tidak langsung bagi masyarakat. Biasanya kualitas lingkungan yang ada
merupakan resultan dari berbagai kondisi baik yang disebabkan oleh
peristiwaperistiwa alam maupun oleh karena aktifitas dan perilaku manusia.
70
Beberapa upaya untuk memperkecil resiko turunnya kualitas lingkungan telah
dilakukan oleh berbagai instansi terkait seperti pembangunan sarana sanitasi
dasar, pemantauan dan penataan lingkungan dan pengukuran dan pengendalian
kualitas lingkungan.
Dalam penelitian ini disimpulkan ada pengaruh yang signifikan/bermakna
antara lingkungan pergaulan terhadap perilaku seks bebas pada siswa di SMK
PGRI 1 Terbanggi Besar Lampung Tengah tahun 2015.
4.3.4
Analisis Multivariat
71
tertentu. Salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan
yang diperoleh dari pengalaman sendiri (Wawan dan Dewi, 2010).
Lingkungan merupakan bagian terpenting dan mendasar dari kehidupan
manusia. Sejak dilahirkan manusia sudah berada dalam lingkungan baru dan
asing baginya. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk
dengan sendirinya. Lingkungan yang baik akan membentuk pribadi yang baik,
sementara lingkungan yang buruk akan membentuk sifat dan perilaku yang buruk
pula. Anak-anak berkembang dari suatu hubungan interaksi antara gerakangerakan dalam dan kondisi lingkungan luar
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Apri
Sulistianingsih
(2010),
dalam
penelitiannya
yang
berjudul
Hubungan
72
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Diketahui pengetahuan siswa tentang kesehatan reproduksi besar kategori
baik, yaitu sebanyak 34 responden (54,8%), dan pengetahuan siswa
tentang kesehatan reproduksi dalam kategori kurang
sebanyak 28
responden (45,2%).
2. Diketahui lingkungan pergaulan kategori mendukung, yaitu sebanyak 38
responden (61,3%), dan lingkungan pergaulan pada siswa dalam kategori
tidak mendukung sebanyak 24 responden (38,7%).
3. Diketahui Perilaku seks bebas pada siswa yang melakukan perilaku seks
bebas, yaitu sebanyak 39 responden (62,9%), dan perilaku pada siswa
yang tidak melakukan perilaku seks bebas, yaitu sebanyak 23 responden
(37,1%).
73
4.
Terdapat
pengaruh
antara
pengetahuan
tentang
kesehatan
6.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan bahwa adanya pengaruh antara pengetahuan
kesehatan reproduksi dan lingkungan pergaulan terhadap perilaku seks bebas
pada SMK PGRI I terbanggi Besar Lampung Tengah Tahun 2015, peneliti
menyatakan:
1. Bagi SMK PGRI 1 Terbanggi Besar
a. Memberikan penyuluhan tentang perilaku seks bebas pra nikah
b. Memberikan penyuluhan tentang bahaya IMS
c. Selalu memperhatikan pergaulan siswa siswinya di dalam
lingkungan sekolah
2. Bagi Orangtua
a. Memberikan masukan tentang seksualitas kepada anaknya
74
b. Orangtua harus selalu memantau pergaulan anaknya di luar maupun
di dalam rumah agar terhindar dari perilaku seks bebas
c. Orangutan harus memangtau media elektronik yang dimiliki oleh
anaknya seperti: handphone, laptop/computer, tablet dan lain lain
d. Orangtua harus selalu memperhatikan tingkah laku atau perubahan
yang terjadi pada anaknya.
3. Bagi masyarakat
a. Membuat organisasi yang memprioritaskan kaum remaja supaya
bertindak positif
b. Mempernayak kegiatan terutama dalam keagamaan dan marangkul
kaum remaja untuk ikut serta dalam kegiatan keagamaan tersebut
4. Bagi siswa
a. Dalam meningkatkan pengetahuan kesehatan reproduksi siswa
harus lebih aktif bertanya kepada guru, orangtua dan membaca
buku tentang kesehatan reproduksi untuk menghindari perilaku
seks bebas
b. Dalam bergaul sehari-hari siswa harus dapat memilah-milah teman
yang baik dalam kegiatan di sekolah maupun di rumah agar
terhindar dari seks bebas
c. Agar siswa terhindar dari seks bebas maka harus mempelajari ilmu
agama yang lebih luas dan mendalam baik di rumah, lingkungan
masyarakat, maupun di lingkungan sekolah.
75
DAFTAR PUSTAKA
76
Sarwono, S.W., 2012. Psikologi Remaja. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta
Soettjinimgsih. 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya. CV.
Sanggung Seto: Jakarta
Sudarsono., 2012 Kenakalan Remaja. Rineka Cipta: Jakarta
Supeno, H., 2010. Kriminalisasi Anak. PT Gramedia Pustaka Utama: Jakarta
Suryabrata, S., 2010. Metodologi Penelitian. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta
Suryabrata, S., 2010. Psikologi Kepribadian. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta
Wawan dan Dewi. 2010. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Manusia. Yogyakarta:
Nuha Medika
http://fatimah.org/artikel/etikasosial.htm Fatimah, 2008. Etika Sosial. diakses
tanggal 22 April 2015
http://situs.kesproBKKBN.info/krr, Hanafiah, L., 2002. Pacaran: Benarkah
Faktor Utama Hubungan Pranikah.diakses 3 Mei 2015
http://lib.uanir.com, Mochsen, R., 2004. Pengaruh bimbingan kelompok terhadap
peningkatan pengetahuan dan sikap remaja SMU tentang Kesehatan
Reproduksi Remaja.diakses tanggal 22 April 2015
http://Grata.com, Sukendar, E., Hidayat, R., Farida, I., 2005. Revolusi Seks Di
Bangku Sekolah. diakses 22 April 2015-05-08
http://www.ilmupsikologi.com,
Yahdilah,
2008.,
BKKBN:63%
Remaja
77
Tanggal
Kegiatan
Saran
Paraf
78