Di Susun Oleh
Anggota Kelompok I :
1. Achmad YudistiraP.M
2. M. HidayaturRozaq
3. Ma’rifatulKhusnah
4. MelindaDamayanti D.a
5. NinaFerly
6. Putri PujiPangestuti
7. SitiFatimah
8. VidyaNury
9. Windy SilegarMaelani
Ketua Pelaksana
Mengetahui
Kepala Desa
PENDAHULUAN
1.1 LatarBelakang
ASI eksklusif yaitu air susu ibu yang diberikan kepada bayi sampai enam bulan tanpa
ditambahkan dengan makanan lain seperti susu formula, jeruk , madu, air teh, air putih, pisang,
bubur susu,biskuit , dan lainnya. Bayi yang diberikan asi eksklusif dapat terhindar dari berbagai
penyakit. Bayi yang sakit diberikan ASI secara eksklusif dapat mempercepat proses penyembuhan.
ASI juga dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan kecerdasan. Bayi yang tidak
diberikan asi secara eksklusif mempunyai IQ (intellectual quotient) yang lebih rendah,
dibandingkan dengan bayi yang diberikan ASI secara eksklusif. Hal ini dikarenakan didalam ASI
terdapat berbagai macam nutrisi yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan otak yaitu berupa
taurin, laktosa, DHA, AA, Omega 3 dan Omega 6( Kristianasari,2011).
Profil data kesehatan indonesia pada tahun 2015 menunjukkan pemberian ASI eksklusif
sebesar 52,3% yang berarti hasil tersebut masih dibawah target nasional yaitu sebesar 80% hasil
capaian pemberian ASI eksklusif masih rendah karena kesadaran masyarakat dalam mendorong
peningkatan pemberian ASI eksklusif masih relatif rendah (Kemenkes RI,2015) Khusus mengenai
kekurangan kalori dan protein pada bayi di pedesaan, disamping penakaran susu yang kurang tepat
juga sering disebabkan karena penyapihan yang terlalu dini. Pada masyarakat yang buta gizi
dimana air susu ibu diganti dengan susu formula. Kekurangan kalori dan protein pada bayi ini
sangat berbahaya karena jumlah sel otak dan juga luas permukaan otak yang sebenarnya masih
dalam taraf terganggu/terhenti sehingga menyebabkan penurunan kapsitas mental, intelektual dan
juga fisik dimasa mendatang.
Diprovinsi Jawa Timur dalam indikator kinerja upaya perbaikan gizi masyarakat
disebutkan bahwa target cankupan pemberian ASI eksklusif 2011 sebesar 67% berdasarkan laporan
yang diterima dari Dinas Kesehatan 2013 diketahui bahwa cakupan pemberian ASI eksklusif tahun
2013 adalah 68,3% dari target sebesar 80% (Dinkes Provinsi Jawa Timur 2013).
Sedangkan di Kabupaten Jombang cakupan ASI eksklusif kembali mengalami penurun
yang sebelumnya 79,4% ditahun 2011, turun menjadi 71,9% ditahun 2012, tahun 2013 cakupan
ASI eksklusif sebesar 79,42%dan 2014cakupan ASI eksklusif sebesar 76,91%.
Data dari puskesmas Tembelang pada ibu yang mempunyai anak usia 0-6 bulan yang
mendapat ASI saja sebanyak 52 bayi,sedangkan jumlah bayi usia 0-6 bulan yang diperiksa
sebanyak 75 bayi dengan demikian cakupan bayi mendapatkan ASI eksklusif tahun 2020 besar
69,3% , cakupan ini belum mencapai target SPM 80%.
Data cakupan yang tidak ASI eksklusif bayi usia 0-6 bulan di dusun mojo sebesar 46%.
Masih banyaknya ibu yang kurang memiliki kesadaran untuk memberikan ASI eksklusif kepada
bayinya di dusun mojo desa tampingmojo maka penelitian ingin mengetahui hubungan status
pekerjaan, tingkat pendidikan, pengetahuan ibu tentang ASI terhadap waktu pemberhentian
pemberian ASI eksklusif di dusun mojo desa tampingmojo
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
ASI eksklusif adalah asi yang diberikan kepada bayi dan tidak menerima makanan tambahan
lainnya selama enam bulan pertama kelahiran dan dilanjutkan sampai usia 2 tahun. Asi eksklusif
yang diberikan pada enam bulan pertama dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh pada bayi
(Ojong,2015).
ASI adalah suatu emulasi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik
yang disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bagi bayi. Asi
ekslusif adalah pemberian air susu ibu kepada bayi usia 0 – 6 bulan tanpa makanan pendamping
ASI
2.1.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan ASI
1. Perubahan sosial budaya
2. Faktor psikologis
3. Faktor fisik ibu
4. Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau
dorongan tentang manfaat pemberian ASI
5. Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI
6. Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan
pengganti ASI dengan susu kaleng
2.1.3 Akibat tidak ASI eksklusif
Pada ibu:
1. Bertambahnya kerentanan terhadap penyakit (baik anak maupun ibu)
2. Biaya kesehatan untuk pengobatan
3. Kerugian kognitif (hilangnya pendapatan bagi individual)
4. Biaya susu formula
Pada bayi :
1. Obesitas
2. Risiko penyakit dan infeksi
3. Manja dan Tidak Mandiri
4. Menurunkan kecerdasan otak
5. Kurang Gizi
6. Risiko kematian
7. Kerusakan struktur gigi (karies gigi)
8. Risiko menjadi pemarah saat dewasa
2.1.4 Cara menyusui dengan benar
1. Posisi dekapan
Posisi ini membeolehkan perut bayi dan perut ibu bertemu supaya tidak perlu memutar
kepalanya untuk menyusu. Kepala bayi berada di dekapan, sokong kepala badan dan punggung
bayi serta lengan bayi perlu berada di bagian sisinya (saryono, 2008;34)
2. Posisi football hold
Posisi ini sangat sesuai jika baru pulih dari pembedahan caesar, memiliki payudara yang besar,
menyusui bayi prematur atau bayi yang kecil ukuranya atau menyusui kembar pada waktu yang
bersamaan. Sokong kepala kecil dengan tangan, menggunakan bantal untuk menyongkong
belakang badan ibu (saryono,2008;35)
3. Posisi berbaring
Posisi ini apabila ibu dan bayi merasa letih. Jika baru pulih dari pembedahan caesar ini mungkin
satu satunya posisi yang biasa pada beberapa hari pertama. Sokong kepala ibu dengan lengan
dan sokong bayi dengan lengan atas. (suryono 2008:35)
4. Pelekatan
• Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan dekat lengkungan siku ibu,
bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
• Perut bayi menempel ke tubuh ibu.
• Mulut bayi berada di depan puting ibu.
• Lengan yang di bawah merangkul tubuh ibu, jangan berada di antara tubuh ibu dan bayi.
Tangan yang di atas boleh dipegang ibu atau diletakkan di atas dada ibu.
• Telinga dan lengan yang di atas berada dalam satu garis lurus. (IDAI,2013)
BAB III
TUJUAN DANMANFAAT
3.1 TujuanKegiatan
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini yang berupa penyuluhan tentang ASI
eksklusif, yang bertujuan untuk :
Meningkatkan pengetahuan warga Dusun Mojo yang memerlukan pandangan yang
lebih luas tentang ASI esklusif
Meningkatkan kesadaran warga Dusun Mojo tentang pemberian ASI eksklusif
3.2 ManfaatKegiatan
Dengan melakukan kegitan penyuluhan Peningkatan Kesadaran dalam pemberian
ASI esklusif ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
Dapat meningkatakan pengetahuan serta kesadaran bagi ibu tentang pemberian ASI
eksklusif
.
BAB IV
METODE PELAKSANAAN KEGIATAN
4.1 Sasaran
Sasaran untuk kegiatan penyuluhan dalam Peningkatan Kesadaran Pemberian ASI esklusif
meliputi:
1. Ibu hamil
2. Ibu yang mempunyai balita usia 0-6 bulan
3. Ibu nifas
4. Remaja
5.1 Kesimpulan
A. AnalisaSituasi
a. Warga DusunMojo
Warga yangdi undang berjumlah 15orang
Ibu yang mempunyai balita usia 0 -6 bulan
Ibu hamil
Ibu nifas
Remaja
b. Situasi Tempat KegiatanPenyuluhan
Kondisi Balaidesa cukup luas dan memadai untuk dilakukan kegiatan
penyuluhan
Memiliki kursi perorang dan dapatdipindahkan
Ruangan tenang jauh dari keramaian, sehingga memungkinkan
terjadinya proses penyuluhan secaraoptimal
Penerangan cukupmemadai
Prasarana kegiatan penyuluhan yang tersedia adalahleaflet,Lcd,video
B. Tujuan Intruksional Umum
Pada akhir proses penyuluhan warga Dusun Mojo mampu untuk menjelaskan
tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif
C. Tujuan Intruksional Khusus
Setelah diberikan penyuluhan ibu yang mempunyai balita usia 0-6 bulan
warga Dusun Mojo dapat :
Menjelaskan Pengertian ASI eksklusif
Menjelaskan keuntungan ASI bagi bayi dan ibu
Menjelaskan Factor yang mempengaruhi pengguna ASI eksklusif
Menjelaskan Dampak tidak diberikannya ASI eksklusif
Menjelaskan cara menyusui dengan benar
D. Metode
Ceramah
Diskusi
Tanya Jawab
E. Kegiatan Penyuluhan
Tahap Waktu Penyuluhan Warga
Pendahuluan 5 1. Membuka kegiatan dengan 1. Menjawabsalam
Menit mengucapkansalam. 2. Mendengarkan dan
2. Memperkenalkandiri memperhatikan
3. Menjelaskan tujuan dari 3. Memberipersetujuan
penyuluhan
4. Menyebutkan materi yang akan
diberikan
- Lcd
- Video
• Lampiran Materi
Terlampir
• Sumber/Referensi
Latif,A. 1995. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Penduduk dalam Pemberian ASI
ESKLUSIF
Sitepoe, Unus. 1996. Pentingnya asi esklusif dalam pertumbuhan. Jakarta: Grasindo.
MATERI
Asi eksklusif adalah asi yang diberikan kepada bayi dan tidak menerima makanan tambahan
lainnya selama enam bulan pertama kelahiran dan dilanjutkan sampai usia 2 tahun. Asi eksklusif
yang diberikan pada enam bulan pertama dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh pada bayi
(Ojong,2015).
Asi adalah suatu emulasi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam organik yang
disekresi oleh kedua belah kelenjar payudara ibu sebagai makanan utama bagi bayi. Asi ekslusif
adalah pemberian air susu ibu kepada bayi usia 0 – 6 bulan tanpa makanan pendamping ASI.
4. Faktor kurangnya petugas kesehatan, sehingga masyarakat kurang mendapat penerangan atau
dorongan tentang manfaat pemberian ASI
5. Meningkatkan promosi susu kaleng sebagai pengganti ASI
6. Penerangan yang salah justru datangnya dari petugas kesehatan sendiri yang menganjurkan
pengganti ASI dengan susu kaleng
f. Hal-hal yang perlu diperhatikan waktu meneteki
Susuilah bayi segera setelah melahirkan
Bayi harus diberi minum bila lapar dan tidak perlu jadwal secara padat
Berilah ASI pada bayi sampai umur 2 tahun
Cuci tangan sebelum dan sudah meneteki
Sebelum dan sesudah meneteki puting susu dibersihkan
Setelah meneteki, mulut bayi dibersihkan
Selama meneteki usahakan bayi selalu menghisap
Hindarkan agar hidung bayi tidak tertutup oleh payudara ibu
Meneteki tidak boleh tergesa-gesa agar tidak tersedak, kemudian bayidisendawakan dengan
cara menepuk punggung bayi
2. Ketenangan jiwa dan pikiran :Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh faktor kejiwaan, ibu selalu
dalam kondisi tenang. Apabila ibu dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dan
ketegangan emosional akan menurunkan produksi ASI
3. Frekuensi menyusui
4. Istirahat yang cukup
5. Perawatan payudara yang teratur
h. Cara memerah ASI
Dalam susu formula mengandung lemak yang tinggi sehingga mengakibatkan bayi yang
mengkonsumsi susu formula bisa mengalami kegemukan atau obesitas. Jika sudah kelebihan
berat badan maka tumbuh kembang bayi akan terlambat seperti tengkurap, merangkak dan
lain sebagainya.
2. Risiko penyakit dan infeksi
Mengkonsumsi susu formula akan meningkatkan peluang bayi mengalami alergi, asma,
gangguan pencernaan, anemia dan sebagainya. Hal ini di sebabkan oleh kandungan nutrisi
yang ada dalam susu formula tidak sesuai dengan nutrisi yang bayi butuhkan sesuai dengan
umurnya. Jika bayi tidak mengkonsumsi ASI otomatis dia akan mengkonsumsi susu formula
menggunakan dot. Dot yang terbuat dari karet dan plastik rentan sekali terhadap jamur dan
kuman yang mudah sekali berkembang sehingga jika di konsumsi bayi secara terus menerus
akan semakin menurunkan daya tahan tubuh yang berakhir pada mudahnya tubuh bayi
terkena infeksi atau penyakit.
3. Manja dan Tidak Mandiri
Penggunaan dot secara terus menerus ternyata tidak hanya memberi dampak buruk terhadap
daya tahan tubuh bayi tapi juga memiliki dampak jangka panjang yaitu menjadikan anak
manja dan tidak mandiri. Hal ini di sebabkan oleh jika anak mengkonsumsi susu melalui dot,
bayi akan selalu di belai dan di gendong yang mengakibatkan anak kurang mandiri, manja,
dan agresif. Contohnya saja jika seorang bayi minum ASI, otomatis dia akan mencari puting
sang ibu dengan sendirinya. Lain halnya jika menggunakan dot, bayi akan selalu di beri dan
di beri tanpa usaha sedikit pun dari sang bayi itu sendiri.
4. Menurunkan kecerdasan otak
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh smith dkk yang di dalam Roesli (2008), bayi yang
tidak memperoleh ASI dengan maksimal bahkan sama sekali tidak mendapatkan ASI
kecerdasan otak (kognitif) anak akan menurun. Hal ini di buktikan dengan test semua fungsi
intelektual, kemampuan verbal, dan motorik anak. Hasilnya adalah score yang di dapatkan
oleh anak yang tidak minum ASI lebih rendah daripada anak yang minum ASI.
5. Kurang Gizi
Pemberian susu formula secara berlebihan telah di sebutkan di atas bahwa anak
kemungkinan akan mengalami kegemukan. Namun, jika memberikan susu formula terlalu
sedikit dan encer dengan tujuan untuk irit. Ini akan sangat berbahaya bagi bayi. Mengurangi
jumlah takaran susu formula sama dengan mengurangi jumlah nutrisi yang akan di berikan
kepada sang anak. Jika hal ini di lakukan secara terus menerus, bayi akan kekurangan gizi
yang kemudian akan berefek mudahnya terserang penyakit seperti diare.
6. Risiko kematian
Sebuah penelitian mengungkapkan bahwa di Amerika serikat banyak bayi yang tidak minum
ASI mengalami demam, takikardia, menurunnya aliran darah, dan kejang pada usia 11 hari
dan meninggal di usia 20 hari (Weir (2002) dalam Roesli, 2008). Hal ini mungkin memang
tidak akan terjadi jika takaran susu formula yang di berikan kepada sang buah hati sesuai
dan juga peralatan alat minum bayi yang di bersihkan dengan teratur. Roesli (2008) juga
menyebutkan bahwa bayi yang tidak di berikan ASI risiko kematiannya akan meningkat
25% setelah kelahiran. baca juga : ( Makanan Bayi 1 Tahun Biar Gemuk , penyakit akibat
kekurangan gizi pada bayi)
7. Kerusakan struktur gigi (karies gigi)
Bayi yang tidak di berikan ASI, akan terus menerus meminum susu formula. Di dalam susu
formula terdapat kandungan sukrosa yang cukup tinggi. Sukrosa merupakan karbohidrat di
dalam susu yang memberikan rasa manis pada susu formula. Jika anak terus menerus
mengkonsumsi susu formula dalam jangka waktu yang cukup lama. Sukrosa akan terus
menumpuk dan dapat merusak struktur gigi bayi.
8. Risiko menjadi pemarah saat dewasa
Air Susu Ibu (ASI) mengandung serotonin atau zat anti stres yang di bentuk di 2 tahun
pertama pertumbuhan anak. Jika bayi tidak mengkonsumsi ASI maka anak tidak akan
mendapatkan zat ini dan akan lebih berisiko menjadi anak yang pemarah. Hal ini mungkin
tidak akan terlihat jika anak masih kecil karena anak masih bisa di kendalikan oleh orang
tua. Namun, jika sudah dewasa terkadang anak akan mudah depresi dan pemarah. Hal ini
juga di dukung dengan zat yang ada dalam susu formula, yaitu Mangan (Mn). Zat ini bisa
membuat anak menjadi lebih stres. (IDAI,2016)
k. Cara menyusui dengan benar
1. Posisi dekapan
Posisi klasik dan telah menjadi kegemaran kebanyakan para ibu, posisi ini membeolehkan
perut bayi dan perut ibu bertemu supaya tidak perlu memutar kepalanya untuk menyusu.
Kepala bayi berada di dekapan, sokong kepala badan dan punggung bayi serta lengan bayi
perlu berada di bagian sisinya (saryono, 2008;34)
2. Posisi football hold
Posisi ini sangat sesuai jika baru pulih dari pembedahan caesar, memiliki payudara yang
besar, menyusui bayi prematur atau bayi yang kecil ukuranya atau menyusui kembar pada
waktu yang bersamaan. Sokong kepala kecil dengan tangan, menggunakan bantal untuk
menyongkong belakang badan ibu (saryono,2008;35)
3. Posisi berbaring
Posisi ini apabila ibu dan bayi merasa letih. Jika baru pulih dari pembedahan caesar ini
mungkin satu satunya posisi yang biasa pada beberapa hari pertama. Sokong kepala ibu
dengan lengan dan sokong bayi dengan lengan atas. (suryono 2008:35)
4. Pelekatan
a. Cuci tangan dengan air bersih yang mengalir.
b. Perah sedikit ASI dan oleskan ke puting dan areola sekitarnya. Manfaatnya adalah
sebagai desinfektan dan menjaga kelembaban puting susu.
c. Ibu duduk dengan santai kaki tidak boleh menggantung.
d. Posisikan bayi dengan benar
Bayi dipegang dengan satu lengan. Kepala bayi diletakkan dekat lengkungan siku ibu,
bokong bayi ditahan dengan telapak tangan ibu.
Perut bayi menempel ke tubuh ibu.
Mulut bayi berada di depan puting ibu.
Lengan yang di bawah merangkul tubuh ibu, jangan berada di antara tubuh ibu dan
bayi. Tangan yang di atas boleh dipegang ibu atau diletakkan di atas dada ibu.
Telinga dan lengan yang di atas berada dalam satu garis lurus.
e. Cek apakah perlekatan sudah benar
Dagu menempel ke payudara ibu.
Mulut terbuka lebar.
Sebagian besar areola terutama yang berada di bawah, masuk ke dalam mulut bayi.
Bibir bayi terlipat keluar.
Pipi bayi tidak boleh kempot (karena tidak menghisap, tetapi memerah ASI).
Tidak boleh terdengar bunyi decak, hanya boleh terdengar bunti menelan.
Ibu tidak kesakitan.
Bayi tenang. (IDAI,2013)
Lampiran 2
Dokumentasi