Anda di halaman 1dari 38

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Masa perkembangan anak dalam proses pembelajaran membutuhkan

kekuatan memori. Kekuatan tersebut berfungsi untuk mengembangkan

kemampuan belajar dan daya ingat. Daya ingat memiliki peran yang penting

untuk menyerap setiap materi atau ilmu pengetahuan. Setiap anak memiliki

daya ingat (memori) yang berbeda-beda dalam menerima sesuatu yang

disampaikan sehingga membutuhkan intensitas pengelolaanya, seperti

menghafal dan mengingat huruf depan saja ketika sulit diucapkan dan

melakukan senam otak sebagai stimulan untuk meningkatkan kemampuan

otak secara bertahap, (Adam,2007; Jin Shin, 2014).

Seorang anak menerima suatu informasi, memerlukan stimulasi yang

terarah dan teratur seperti terapi senam otak (Brain Gym)untuk memunculkan

kembali apa yang pernah diketahui dan diingatnya. Memori ini biasanya

dikenal sebagai short-term memories (ingatan jangka pendek) yang biasanya

hilang seketika. Memori jangka pendek pada anak tidak sedikit terkelola

dengan baik terutama di dunia pendidikan. Memori jangka pendek ini

memiliki peranan yang cukup penting dalam proses mengingat. Memori

jangka pendek berkapasitas terbatas dimana informasinya disimpan selama 30

detik, kecuali informasi tersebut diulang atau kalau tidak diproses lebih lanjut,

karena jika diproses informasi bisa bertahan lebih lama, Santrok (2009).

1
Penelitian tentang memori jangka pendek juga dilakukan oleh Astuti

(2014), pada siswa Sekolah Dasar Negeri Pontianak Kota menunjukkan bahwa

hasil rerata skor memori jangka pendek sebelum diberikan perlakuan senam

otak adalah 8,96±1,742. Rerata skor memori jangka pendek yang setelah

diberikan perlakuan senam otak (Brain Gym)adalah 10,70±2,350. Tidak

terdapat peningkatan bermakna skor digit span pada klompok kontrol dengan

p=0,185. Terdapat perbedaan bermakna selisih skor digit span antara

kelompok eksperimen dan kontrol dengan p=0.036. Bahwa senam otak (Brain

Gym) lebih kurang 15 menit setiap hari selama 2 minggu dapat meningkatkan

skor memori jangka pendek siswa SD Negeri 43 Pontianak Kota.

Penelitian terbaru oleh Marpaung, Zulaini, Alfonus, (2017) tentang

memori jangka pendek juga dilakukan pada Mahasiswa menunjukkan bahwa

sampel pada kelompok eksperimen mengalami peningkatan memori jangka

pendek dengan kategori baik, yaitu dari 14 orang (48,28%) naik menjadi 17

orang (77,27%). Kelompok kontrol mengalami penurunan kemampuan

memori jangka pendek dengan kategori kurang baik, yaitu 23 responden

(67,65%), turun, menjadi 20 responden (62,50%). Hal ini menunjukkan

adanya pengaruh pemberian senam otak (brain gym) terhadap kemampuan

memori jangka pendek pada Mahasiswa IKOR FIK Unimed. Melihat

fenomena tersebut, memori jangka pendek menjadi masalah yang banyak

dialami oleh anak sekolah dasar, mahasiswa dalam mengikuti pembelajaran.

Kemampuan kognitif anak sangat berhubungan dengan kemampuan

memori yang dimilikinya. Secara konseptual kognitif adalah suatu proses

2
berfikir, kemampuan individu untuk menghubungkan menilai dan

mempertimbangkan suatu kejadian atau peristiwa (Sujiono, 2008). Menurut

Piaget dalam Yudiasmini, Agung, & Ujianti, 2014 ada empat tahap

perkembangan kognitif anak, Tahap sensorimotor (0-2 tahun), tahap

praoperasional (2-7 tahun), tahap operasi konkret (8-11 tahun), tahap operasi

formal (11 tahun ke atas). Tahap sensorimotori ditandai dengan tindakan anak

bedasarkan yang ada di pikirannya. Tahap praoperasi mengenal dan

menggunakan simbol-simbol untuk menghadirkan sesuatu benda atau

pemikiran, khusunya penggunaan bahasa. Tahap operasi konkret ditandai

dengan penalaran yang logis. Tahap operasi formal memiliki ciri dengan

pemikiran abstrak, hipotesis deduktif, dan induktif (Yudiasmini et al, 2014).

Jika salah satu siswa belum lancar menghafal, mereka harus mengulang

sampai bisa dan lancar. Faktor-faktor yang biasanya mempengaruhi hafalan

adalah faktor kondisi jasmani, usia, dan emosi pada siswa Dharmawan (2016).

Belajar merupakan hak setiap individu dimana penerapannya dapat

diaplikasikan diluar maupun didalam sekolah. Aktivitas belajar setiap individu

dapat meningkatkan diri dari ketidaktahuan menjadi tahu, sesuai apa yang

mereka inginkan. Untuk menguasai sejumlah pengetahuan yang diharapkan

bagi setiap siswa, ini disebabkan apa yang terlihat melalui aktivitas seseorang

belum tentu memiliki psikologis yang sama dengan apa yang sesungguhnya

sedang individu tersebut pikirkan (Anunurahman,2014). Bedasarkan pendapat

tersebut maka dapat disimpulkan bahwa memori jangak pendek terjadi akibat

3
dari adanya tuntutan bagi siswa untuk selalu mematuhi aturan tugas-tugas

yang diemban untuk siswa.

Masalah memori jangka pendek tersebut harus segara ditangani

sehingga proses pelaksanaan belajar dan mengajar menjadi menyenangkan,

mengedepankan hasil siswa yang lebih baik dengan melakukan teknik senam

otak (Brain Gym) merupakan salah salah satu cara untuk mengatasi memori

jangka pendek. Menurut Dennison (2009), Senam otak (Brain Gym)

merupakan serangkaian sederhana gerakan sederhana menyenangkan yang

digunakan oleh para murid Educational Kinesiology (Edu-K) untuk

meningkatkan kemampuan belajar mereka dengan menggunakan keseluruhan

otak.

Teknik pada senam otak ini dapat dilakukan untuk memudahkan

kegiatan belajar menjadi lebih mudah dan mengatasi hambatan belajar yang

dialami oleh siswa. Berdasarkan latar belakang tersebut maka peneliti tertarik

untuk melakukan penelitian tentang Pengaruh Senam Otak terhadap

Peningkatan Kemampuan Memori Jangka Pendek Siswa.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah “ Adakah pengaruh senam otak terhadap

peningkatan memori jangka pendek siswa?”.

1.3. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui “Pengaruh pemberian senam otak terhadap

peningkatan memori jangka pendek siswa”.

4
1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Bagi Peneliti Secara Teoritis

Sebagai referensi yang dapat membuktikan secara ilmiah, bahwa

senam otak diharapkan dengan meningkatkan kreativitas anak dan

mengembangkan kemampuan yang lainnya sehingga tujuan dari

pembelajaran dapat tercapai dengan baik dan bisa menemukan inovasi

baru dalam pengembangan metode belajar dan mengajar.

1.4.2. Bagi Responden

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai landasan utama

bagi responden mengenai gerakan-gerakan senam otak yang benar.

Mereka juga bisa mengetahui manfaat dan pengaruhnya bagi memori

jangka pendeknya. Senam otak (Brain Gym) dapat dilaksanakan,

dikembangkan, dan diasah oleh masing-masing responden, baik untuk

praktik pribadi maupun penelitian selanjutnya.

1.4.3. Bagi perawat dan pelayanan kesehatan

Agar menjadi bahan pertimbangan dalam melakukan tindakan

intervensi alternative untuk mengatasi masalah peningkatan memori

jangka pendek pada siswa.

1.4.4. Bagi Masyarakat

Memberikan pengetahuan tentang senam otak dan pentingnya

meningkatkan kreaktivitas anak dimasa pertumbuhan anak.

5
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Memori

2.1.1. Pengertian Memori

Memori atau ingatan adalah bagian dari aspek psikologis yang

berfungsi dalam menerima, menyimpan, dan memproduksikan

informasi dan kesan (Kalat, 2009).Ingatan atau memori adalah

penarikan kembali informasi yang telah diperoleh sebelumnya Slameto,

(2010).

Sedangkan menurut Suryabrata, (2010) memori didefinisikan

sebagai kecakapan untuk menerima, menyimpan, dan memproduksi

kesan-kesan. Bedasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat

disimpulkan bahwa memori atau ingatan merupakan hubungan antara

pengalaman dengan masa lalu yang telah mereka peroleh dan mereka

pelajari. Ilmu Psikologi mendefinisikan memori sebagai sebuah proses

pengkodean, penyimpanan, dan pemanggilan kembali informasi

(Retrieval) oleh manusia dan organisme lainnya. Proses tersebut

meliputi empat fungsi, yaitu (Dani, 2013):

a) Fungsi Reseftif, yaitu sesuatu yang melibatkan kemampuan untuk

menyeleksi, memproses, mengklarifikasi, dan mengintegrasikan

informasi.

6
b) Fungsi memori/ belajar, yaitu sesuatu yang meliputi kemampuan

mengumpulkan informasi dan memanggil kembali.

c) Fungsi berfikir adalah mengenai organisasi dan reorganisasi

informasi.

d) Fungsi Ekspresif, adalah untuk mengkomunikasikan informasi-

informasi yang telah diperoleh

2.1.2. Dasar-Dasar Memori

a. Memori Sensoris

Memori sensoris adalah informasi sensoris yang masih tersisa saat

setelah stimulus diambil. Selanjutnya, manusia akan melakukan proses

selektif untuk memilih infromasi mana yang akan diproses lebih lanjut

ke memori jangka pendek atau jangka panjang (Wirawan, 2007).

b. Memori Jangka Pendek

Memori jangka pendek adalah kemampuan seseorang untuk

mengingat kembali hal atau informasi yang diberitahukan beberapa

detik sebelumnya. Informasi yang tidak cepat dikirim ke memori jangka

pendek akan menghilang selamanya. ( Wade & Travis, 2007).

Ada dua macam pengendalian dalam memori jangka pendek, antara lain

(Hidayati, 2018):

a) Rehearsal (mengulang informasi di benak manusia). Rehearsal

mempunyai fungsi, yaitu memelihara atau mempertahankan

informasi di dalam memori jangka pendek dan untuk memindahkan

7
informasi di dalam memori jangka pendek ke memori jangka

panjang.

b) Encoding (pemrosesan informasi menjadi bentuk yang lebih mudah

diingat) misalnya untuk mempermudah mengingat nomor telepon

misalnya 085749338181 dan akan lebih mudah diingat apabila

dikelompokkan empat satuan unit angka 0857-4933-8181 dari pada

menyebutkan angka satu persatu.

c. Memori Jangka Panjang

Memori jangka panjang atau disebut juga dengan memori yang

dapat menyimpan informasi dalam masa yang lama. Ketiga dasar

memori yang sesuai dengan kerangka waktu yangberbeda ini, tersebut

adalah memori sensoris(yang berlangsung selama hitungan detik

sampai beberapa detik), memori jangka pendek (berlangsung kurang

lebih dari 30 detik), dan memori jangka panjang (berlangsung sampai

seumur hidup) Khodijah, (2014).

2.1.3. Tahapan Memori

Ada tiga proses tahapan didalam memori menurut Wade & Travis,

(2007), yaitu encoding, stroage, retrieval.

a. Encoding, merupakan proses yang bertujuan untuk mengubah

informasi menjadi bentuk yang dapat diproses dan digunakan oleh

otak.

b. Stroage, yaitu menyimpan pengalaman yangtelah dipersepsikan,

sehingga suatu saat dapat ditimbulkan kembali.

8
c. Retrieval, menimbulkan kembali informasi yang sudah disimpan

dalam memori sehingga dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.4. Definisi Memori Jangka Pendek

Memori jangka pendek adalah alat penyimpanan informasi dimana kita

menyimpan ingatan yang baru saja kita pikirkan (Rafanani, 2014). Sedangkan

menurut Santrok (2009), Memori jangka pendek berkapasitas terbatas

dimana informasinya disimpan selama 30 detik, kecuali informasi tersebut

diulang atau kalau tidak diproses lebih lanjut, karena jika di proses

informasi bisa bertahan lebih lama.Memori jangka pendek merupakan

penyimpanan sementara pristiwa yang diterima dalam waktu sekejap,

yakni kurang dari beberapa menit (Chrias, 2011).Dari ketiga definisi di

atas, dapat disimpulkan bahwa memori jangka pendek adalah suatu sistem

di mana kemampuan seseorang dalam menyimpan informasi itu sementara

atau selama sesaat kurang lebih 30 detik atau dicirikan dengan mengingat

suatu informasi selama beberapa detik atau beberapa menit.

2.1.5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jangka Pendek

Menurut beberapa pendapat faktor-faktor yang mempengaruhi memori

yaitu (Sari, 2013) dalam Ardian eka putra, (2015).

a. Jenis kelamin, Faktor jenis kelamin mempengaruhi ingatan

seseorang, wanita diduga lebih banyak dan cenderung untuk

menjadi pelupa. Hal ini disebabkan karena pengaruh hormonal, stres

yang menyebabkan ingatan berkurang, akhirnya mudah lupa

(Susanto, 2008).

9
b. Usia, ingatan paling tajam untuk memori yang sifatnya mekanis

(ingatan untuk kesan penginderaan) adalah pada usia 10 sampai 14

tahun. Sedangkan untuk ingatakan yang mengandung pengertian

akan sesuatu dapat dipertajam pada usia 15 sampai 50 tahun.

c. Kondisi jasmani, seperti kelelahan, ketiduran kurang tidur atau

sakit dapat mempengaruhi kerja memori.

d. Nutrisi, Kecukupan zat gizi pada anak merupakan syarat yang

sangat penting dalam perkembangan anak termasuk di dalamnya

perkembangan otak. Zat gizi yang dibutuhkan untuk perkembangan

otak bukan hanya zat gizi makro tetapi juga zat gizi mikro. Anak

yang mengalami kurang nutrisi terutama selama periode kritis

pertumbuhan otak akan mempunyai nilai yang lebih rendah pada

tes perbendaharaan kata, pemahaman bacaan, aritmetika dan

pengetahuan umum serta mengalami gangguan perkembangan

motorik.

2.2. Senam Otak

2.2.1. Pengertian Senam otak

Senam otak(Brain Gym) adalah rangkaian berbasis gerakan tubuh

sederhana Muhammad, (2010).Demuth berpendapat senam otak(Brain

Gym) adalah serangkaian latihan gerak sederhana untuk memudahkan

kegiatan belajar dan penyesuaian dengan tuntutan sehari-hari (Akhmad

Sukri & Elly Purwanti, 2013).

10
Adapun definisi lain senam otak dari Anggriyana mengemukakan

bahwa senam otak merupakan sejumlah gerakan sederhana yang dapat

menyeimbangkan setiap bagian-bagian otak (Edi Sutarjo, Dewi Arum

WMP., & Ni. Kt Suarni, 2014).

Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan

bahwa senam otak merupakan serangkaian gerakan sederhana yang

dapat mengoptimalkan kinerja otak besar sehingga dapat meningkatkan

kemampuan memori jangka pendek pada anak-anak yang

melakukannya.

2.2.2. Manfaat Senam Otak

Menurut Ayinosa (2009),selain dapat meningkatkan kemampuan

belajar, brain gym (senam otak) juga dapat memberikan beberapa manfaat

sebagi berikut:

1. Adanya stres emosional dapat berkurang dan pikiran lebih jernih.

2. Hubungan antar manusia dan suasana belajar atua kerja lebih

rileks dan senang.

3. Kemampuan berbahasa dan daya ingat dapat meningkat.

4. Orang dapat menjadi lebih bersemangat, lebih kreatif dan efisien.,

5. Orangdapat merasa lebih sehat karena stresnya mengalami

pengurangan.

6. Presentasi belajar dan bekerja meningkat.

Orang yang kesulitan belajar akan berusaha terlalu keras yang bisa

mengakibatkan terjadinya stres di otak, sehingga mekanisme integrasi otak

11
melemah dan bagian-bagian otak tertentu kurang berfungsi. Oleh karena itu,

untuk mengatasi permasalahan tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan senam otak.Senam ini dapat membuka bagian-bagian otak

yagn sebelumnya tertutup atau terhambat sehingga kegiatan belajar atau

bekerja dapat menggunakan seluruh otak atau whole brain learning

(Ayinosa, 2009).

2.2.3. Pelaksanaan Senam Otak

Pelaksanaan senam otak juga praktis, karena bisa dilakukan di mana

saja, kapan saja, dan oleh siapa saja.Frekuensi latihan yang tepat adalah

sekitar 10-15 menit, sebanyak dua atau tiga kali dalam seminggu (Rochman,

2015). Senam otak ini melatih otak bekerja dengan melakukan gerakan

pembaruan (repatteing) dan aktivitas brain gym. Latihan ini membuka

bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat, di samping itu

senam otak tidak hanya memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak juga

merangsang kedua belah otak secara bersamaan (Denisson, 2009).

Secara umum pelaksanaan senam otak dilakukan dengan menerapkan

gerakan-gerakan ringan tertentu pada tangan dan kaki yang berfungsi untuk

merangsang atau menstimulasi otak.Stimulasi melalui gerakan inilah yang

mampu meningkatkan kognitif otak. Oleh sebab itu, melalui gerakan-

gerakan tertentu ini, beberapa bagian otak yang sebelum dilakukan gerakan-

gerakan itu tertutup, maka akan terbuka sehingga dalam implementasi

kegiatan belajar mengajar dapat menggunakan seluruh bagian otak yang

telah terbuka tersebut, sehingga senam otak ini tidak terbatas untuk usia

12
tertentu, melainkan dapat dilakukan mulai tingkat bayi hingga lanjut usia

(Muhammad, 2013).

Pelaksanaan senam otak ini dilandasi oleh tiga dimensi, yaitu lateralis,

pemfokusan dan pemusatan.Pertama, pada dimensi lateralis diterapkan

untuk mengoptimalkan belahan otak kanan dan kiri dan kemampuan belajar

siswa.Hal ini dilakukan dengan menggunakan beberapa hal mencakup pada

melihat, mendengar, menulis, bergerak dan sikap positif (Putra, 2015).

Adapun beberapa gerakan dalam dimensi lateralis menurut Elizabeth

dapat digambarkan di antaranya sebagai berikut (Priambodo, 2016):

a) Coretan Ganda

Pelaksanaan gerakan ini ada pada gerakan menggambar dengan

menggunakan kedua tangan dalam waktu yang sama ke dalam, ke atas,

dan ke bawah. Hal ini bermanfaat untuk memunculkan bakat seni dan

meningkatkan kapasitas dan kapabilitas menulis, bahkan sebagai cara

untuk merelaksasi tangan dan mata.

Gambar 2.1. Coretan Ganda

b) Silang Berbaring (Cross Crawl Sit Up)

Pelaksanaan gerakan ini seperti halnya mengayunkan sepeda namun

berposisi tidur dengan melakukan sentuhan lutut terhadap sisi yang

13
berlawanan.Hal ini berfungsi sebagai warming up (pemanasan) dan

menjadikan pikiran jernis serta daya ingat meningkat.

Gambar 2.2. Gerakan Silang Berbaris

c) Diagonal (Cross Crawl)

Gerakan ini memerlukan adanya asosiasi atau keterkaitan antara satu

anggota tubuh dengan anggota tubuh yang lainnya.Gerakan ini dilakukan

dimisalkan ketika satu tangan melakukan gerakan maka kaki yang

berlawanan dengan tangan ikut bergerak juga. Sedangkan gerakan badan

dilakukan ke depan, samping, belakang dan mata mengarah keseluruh

arah.

Adapun manfaat pelaksanaan gerakan ini mampu merangsang otak untuk

menerima informasi, meningkatkan koordinasi tubuh, keseimbangan

emosi, meningkatkan stamina, dan lainya.

Gambar 2.3. Gerak Diagonal

14
d) Abjad 8

Sebagaimana sebutannya, gerakan ini membentuk huruf abjad 8 yang

ditulis dari kurva atas dan bergerak ke kiri. Sedangkan huruf lain dapat

ditulis mulai dari garis tengah bergerak ke atas dan ke kanan. Adapun

fungsi gerakan ini adalah peningkatan motoric halus dan pengungkapan

pikiran.

Gambar 2.4. Abjad 8

e) 8 Malas (lazy 8)

Gerakan ini dilakukan secara berlawanan arah jarum jam ke atas dan

membentuk suatu lingkaran. Dan serah jarum jam ke atas membentuk

lingkaran juga kemudian kembali ke titik tengah. Sebaiknya setiap

tangan dilakukan tiga kali gerakan dan 3 kali gerakan dengan kedua

tangan.Hal ini dilakukan untuk mengintegrasikan antara otak kiri dan

kanan sheingga mampu menciptakan keseimbangan tubuh.

Gambar 2.5. 8 Malas

15
f) Pernafasan Perut (Bell Breathing)

Gerakan ini dilakukan dengan meletakan tangan di atas perut kemudian

melakukan pernafasan secara perlahan dan membuangnya secara

perlahan.Namun ketika mengambil dan membuang napas terus tangan

mengikuti gerakan perut.Hal ini berfungsi untuk penyediaan oksigen ke

seluruh tubuh, terutama otak.

Gambar 2.6. Pernapasan Perut

Kedua, dimensi pemfokusan, yaitu digunakan untuk sisi batang

otak dan depannya.Penerapan ini berfungsi untuk kesiapa dan konsentrasi

dalam menerima dan mengekspresikan segala sesuatu yang

diketahui.Adapun gerakan yang dilakukan mencakup pada peregangan

otot, gerakan yang terkait dengan konsetrasi, pengertian dan pemahaman

(Muhammad, 2013). Oleh karena itu, melalui dimensi ini dapat diketahui

bahwa siswa yang kurang baik dalam memori jangka pendeknya, maka

dia dapat dikatakan kurang fokus, pengertian, lambat bicara dan kurang

memperhatikan apa yang disampaikan oleh gurunya.

Pada dimensi fokus ini sebagaimana dimensi sebelumnya, juga

memiliki beberapa gerakan di antaranya sebagai berikut:

16
a) Burung hantu

Pelaksanaan gerakan ini dilakukan dengan mencengkeramkan

otot bahu kemudian menggerakan kepala dengan menengokkannya ke

belakang dan menarik nafas dalam dan menarik bahu ke

belakang.Selanjutnya menengok ke sisi lainnya.Kemudian kepala

ditundukkan dan melakukan napas dalam serta membiarkan otot

melakukan rileksasi (keadaan rileks).Gerakan ini bermanfaat untuk

meningkatkan kemampuan mendengar, berpikir, berbicasa dan ingatan

jangka pendek.

Gambar 2.7. Burung Hantu

b) Lambaian Tangan (Arm Activation).

Pelaksanaan gerakan ini dilakuakn dengan meluruskan satu tangan ke

atas, ke samping telinga kemudian membuang napas secara perlahan-

lahan.Gerakan ini memberikan peregangan otot bahu dan dada bagian

atas, sehingga mampu memberikan stimulus untuk menignkatkan

kemampuan menulis, berbicara dan berbahasa.

Gambar 2.8. Lambaian Tangan

17
c) Lambaian Kaki

Gerakan ini dilakukan dengan mencengkeramkan tempat-tempat yang

terasa sakit di bagian pergelangan kaki kbetis dan belakang lutut satu

persatu.Kemudian secara perlahan-lahan kaki digerakan ke luar gan ke

dalam.Gerakan ini bermanfaat untuk meingkatkan kemampuan

komunikasi, konsentrasi dan pemahaman secara mendalam.

2.9. Lambaian Kaki

d) Pompa Betis (Calf Pump)

Majukan badan ke depan dan buang napas, pelan-pelan tekan telapak

kaki ke belakang, selanjutnya angkat ke atas dengan bernapas dalam.

Hal ini sebaiknya tiga kali dilakukan untuk setiap kakinya.Gerakan ini

berguna untuk meningkatkan kreatifitas dan penyelesaian pekerjaan

atau tugas dengan baik sebab dapat membentuk kepercayaan diri.

Gambar 2.10. Pompa Betis

Ketiga, dimensi pemusatan, yaitu digunakan untuk sistem limbic/

midbrain dan otak besar (Putra, 2015).Hal ini dapat bermanfaat dalam

peningkatan energi yang terkait dengan berjalan, mengorganisir, dan

18
ujian. Oleh karena itu, pelaksanaan dalam dimensi ini mampu

membantu orang dalam penignkatan potensi dan keterampilannya,

pengontrolan emosi. Adapun pelaksanaan dalam dimensi ini di

antaranya dengan gerakan atas ke bawah kepala dan menganggkat

beban ringan (Muhammad, 2013).

Dimensi pemusatan juga memiliki beberapa gerakan tertentu

dalam pelaksanaannya, di antaranya sebagai berikut:

a) Tombol Otak (Brain Button)

Gerakan ini dilakukan dengan memijat sisi kiri dan kanan sambil

menyentuh pusat dan gerakan tersebut dilakukan tepat di dua sternum

di lekukan selangka.Hal ini dilakukan untuk merangsang aliran darah

yang kaya oksigen untuk disalurkan ke otak.Gerakan ini berfungsi

untuk memberikan hubungan silak antar otak untuk membaca,

menulis, berbicasa dan mengikuti petunjuk.

Gambar 2.11. Tombol Otak

b) Tombol Ruang (Space Button)

Gerkaan ini dilakukan dengan cara menaruh 2 jari tepat di atas bibir

dan meletakan tangan satunya lagi di tulang ekor selama satu menit.

Setelah itu napaskan energy ke atas tulang punggung.Gerakan ini

19
berfungsi untuk meningkatkan pengliharan, kemampuan membuat

suatu keputusan dan mengorganisir.

Gambar 2.12. Tombol Ruang

c) Pasang Telinga (The Thinking Cap)

Gerakan ini dilakukan dengan memijat-mijat daun telinga secara

perlahan-lahan sebanyak tiga kali yaitu dari atas ke bawah yang

berfungsi untuk menciptakan konsentrasi.Oleh sebab itu, gerakan ini

mampu meningkatkan kemampuan pendengaran, keterampilan berpikir

abstrak dan membantu konsentrasi.

Gambar 2.13. Pasang Telinga

d) Tombol Keseimbangan (Balance Button)

Gerakan ini dilakukan dengan menyentukkan dua jari ke belakang

telinga dan menaruh tangan satunya di pusar kemudian bernafas.Setelah

itu, selang satu menit sentuhlah belakang telinga lainnya.Hal ini

berfungsi untuk memperbaiki dan menciptakan kesimbangan, relaksasi

mata, dan meningkatkan perhatian dalam berpikir.

20
Gambar 2.14. Tombol Keseimbangan

2.2.4. Tahapan Latihan

Tahapan latihan adalah rangkaian proses dalam setiap latihan,

meliputi:

a) Pemanasan

Pemanasan adalah bagian dari suatu sistem berolahraga (Kusumoputro,

2007).

b) Kondisioning

Setelah pemanasan cukup diteruskan tahap kondisioning, yakni

melakukan berbagai rangkaian gerak dengan model latihan yang sesuai

dengan tujuan program latihan.

c) Pendinginan

Pada periode pendinginan tekanan darah harus diusahakan berangsur-

angsur turun kembali, tidak menurun secara drastis apalagi melampaui

tekanan darah atau denyut nadi jantung sebelum latihan (Kusumoputro,

2007).

2.3. Hubungan Antara Senam Otak Dengan Memori Jangka Pendek

Senam otak ini sangat bermanfaat bagi memori jangka pendek melalui

gerakan sederhana yang diaplikasikan secara teratur dapat mempengaruhi

tingkat konsentrasi pada siswa, kemampuan daya ingat meningkat,

21
berkurangnya stres emosional, dan pikiran jernih, siswa menjadi lebih

semangat, lebih kreatif dan efesien. Gerakan senam otak dapat membuka

bagian-bagian otak yang sebelumnya tertutup atau terhambat sehingga

kegiatan belajar berlangsung menggunakan seluruh otak (Andriani, 2009).

22
29

BAB 3

KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah tahapan paling penting dalam suatu penelitian, konsep

merupakan abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan dan dapat

membentuk suatu teori yang menjelaskan suatu keterkaitan variabel. Kerangka

konsep akan membantu peneliti menghubungkan hasil penemuandengan teori

(Nursalam, 2013).

Faktor yang
mempengaruhi
memori jangka pendek

1. Jenis kelamin

Senam Otak Memori Jangka Pendek


(Brain Gym)

Indikator memori

1. Encoding, pengkodean
2. Stroage.
penyimpanan
3. Retrieval.

Keterangan:

: Diteliti

: Tidak diteliti

23
: Mempengaruhi

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Penelitian Pengaruh Senam Otak Terhadap


Peningkatan Kemampuan Memori Jangka Pendek Pada Siswa.

3.2. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah definisi bedasarkan karakteristik yang

diamati dari sesuatuyang didefinisikan tersebut (Nursalam 2013). Definisi

operasional terdiri dari variabel independen dan dependen diantaranya adalah:

3.2.1. Variabel Independen

Senam Otak, serangkaian gerakan sederhana yang dapat

menghubungkan dan menyatukan pikiran dan tubuh dan

mengoptimalkan kinerja otak besar, sehingga dapat meningkatkan

kemampuan memori jangka pendek pada siswa (Nisa, 2015).

3.2.2. Variabel Dependen

Memori jangka pendek, suatu potensi siswa untuk dapat

menghubungkan, menyatukan pikiran, memanipulasi,

mengkombinasikan, dan memperbarui informasi baru atau lama

mengingat, mengucapkan kembali angka-angka yang telah diucapkan

dalam waktu tertentu selama penelitian (Solso, dkk., 2008).

24
29

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian adalah alur kegiatan peneliti dalam

memecahkan masalah (Margono, 2010). Penelitian ini menggunakan metode

Systematic Literature Review (SLR). Menurut Shuttleworth, (2009) SLR

(Systematic Literature Review) yaitu sebuah studi literatur yang melakukan

evaluasi terhadap kualitas dan temuan baru dari suatu paper ilmiah secara

sistematik, jelas, menyeluruh dengan mengidentifikasi, mengevaluasi, dan

mengumpulkan data-data penelitian yang sudah ada. Menurut Okoli,C dan

Schabran, K, (2010) tujuan dari literatur review pada penelitian ini adalah

melakukan review penelitian-penelitian sebelumnya tentang pengaruh senam

otak terhadap memori jangka pendek siswa.

Kriteria inklusi dan ekslusi sampel dalam penelitian ini dirumusan

dalam PICOT Frame Work sebagai berikut:

Tabel 4.1 Format PICOT: Pengaruh senam otak terhadap memori jangka
pendek siswa.

PICOS Framwork Kriteria Inklusi Kriteria Ekslusi


Jurnal yang berkaitanArtikel yang tidak
dengan memori jangka berkaitan dengan memori
Population pendek pada siswa aktif jangka pendek pada siswa
kegiatan, sadar dan sanggup yang tidak aktif
kegiatan ,terpaksa
Intervension Jurnal yang terkait dengan - Jurnal Musik Karawitan
Senam Otak - Jurnal Musik Klasik

25
- Strategi pembelajaran
Mnemonic
Comparators Tidak ada Tidak ada
Adanya pengaruh Tidak ada pengaruh
Outcomes peningkatan memori jangka peningkatan memori
pendek siswa jangka pendek siswa
Artikel atau jurnal yang
Artikel atau jurnal yang
Times terbit dibawah tahun
terbit pada tahun 2015-2020
2015-2020
Study design and Eksperimenal study Literatur review
publication type
Bahasa Inggris dan Bahasa selain bahasa
Language
Indonesia Inggris dan Indonesia

4.2. Sumber Artikel

Pencarian dalam Literatur Review ini peneliti menggunakan satu

database dengan kriteria kualitas tinggi dan sedang, yaitu Google Scholar

(Nursalam , 2020).

4.3. Waktu Pencarian Literatur

Waktu pencarian Literatur Review dilakukan pada bulan Juli-Agustus

2020.

4.4. Prosedur Pencarian dan Seleksi Artikel

Pencarian artikel menggunakan aplikasi Google Scholar, setelah itu

peneliti memasukkan Keyword dan Boolean Operator (AND) yang digunakan

untuk memperluas atau menspesifikan pencarian, sehingga mempermudah

dalam penentuan artikel atau jurnal yang digunanakan. Populasi dan sampel

dalam penelitian ini adalah semua artikel yang diterbitkan dalam jurnal

26
nasional, internasional yang memiliki topik tentang pengaruh senam otak

terhadap peningkatan memori jangka pendek siswa. Setelah itu peneliti akan

menemukan sejumlah jurnal artikel dengan judul pengaruh senam otak

terhadap peningkatan memori jangka pendek siswa. Selanjutnya akan

dilakukan penelusuran lebih lanjut dan akan diseleksi lagi menjadi lebih

sedikit. Artikel penelitian yang sudah memenuhi kriteria inklusi untuk

dilakukan analisis. Setelah itu ketemu jumlah artikel yang terakhir peneliti

menggunakan secara manual untuk menentukan literatur yang sesuai dengan

topik penelitian peneliti. Diagram alur pemilihan artikel peneliti sebagai

berikut:

264 Artikel penelitian yang


ditemukan Google Scholar

86 Artikel penelitian dimasukkan dalam


tinjauan abstrak

26 Artikel penelitian dimasukkan dalam 60 Artikel penelitian diekslusi


tinjauan teks lengkap (tidak termasuk penelitian
eksperimental)

5 Artikel penelitian memenuhi kriteria 21 Artikel penelitian dieklusi


inklusi untuk systematic review (tidak memenuhi kriteria
inklusi)
Gambar 4.1. Diagram Alur Pemilihan Artikel.
BAB 5

27
HASIL PENELITIAN

5.1. Karakteritik Studi

Peneliti mendapatkan artikel setelah melakukan penelusuran dari

Google Scholar sebanyak 264 jurnal artikel. Kemudian peneliti melakukan

filter sesuai kata kunci pengaruh senam otak. Langkah berikutnya adalah

peninjauan abstrak. Setelah meninjau abstrak dari 264 artikel yang dipilih

berjumlah 86 sesuai dengan kata kunci pengaruh senam otak. Kemudian

peneliti melakukan penelusuran secara manual sesuai dengan kata kunci dari

86 artikel yang dipilih, 60 artikel dikeluarkan karena bukan termasuk studi

eksperimental, dan 26 artikel dimasukkan untuk langkah berikutnya yang

merupakan tinjauan fulltext. Pencarian fulltext dari 26 artikel yang dipilih, 21

artikel dikeluarkan karena tidak termasuk dalam kriteria inklusi. Sehingga

didapatkan artikel sebanyak 5 yang dipilih untuk dianalisis.

Lima studi yang berkontribusi terhadap kondisi Brain gym siswa di

antara orang-orang adalah:

a) Adanya gerakan dan waktu pemberian Brain gym yang belum

distandarisasikan sehingga kurang maksimal dalam pemberian

perlakuan.

b) Konsentrasi didukung oleh kondisi fisik atau kondisi biologis

seseorang yang masih sangat berpengaruh pada kondisi psikologis

orang tersebut, sehingga kita tidak bisa menentukan kondisi baik

pada saat pelatian pada masing-masing subjek.

28
c) Pelaksanaan di lingkungan sekolah jadi terganggu dengan kelas-

kelas yang lain

d) Penyampaian dan pelatihan kurang maksimal seorang pelatih,

karena keterbatasan kemampuan yang dimiliki peneliti.

Untuk faktor yang berkontribusi dalam Short Term Memory diantaranya

adalah usia, jenis kelamin, kondisi jasmani, nutrisi, ekonomi, kondisi

kesehatan dan sumber informasi.

Tabel 5.1. Hasil Pencarian Artikel

No Penulis Tahun Judul Sumber Tujuan Metode Populas Hasil Kesim


. i dan pulan
sampel
1. Dinie 2016 Terapi Google Untuk Quasy- Populas Bahwa Terda
Ratri senam Scholar merang Eksperi i 25 senam pat
Desini otak sang mental siswa otak penga
ngrum. untuk kemam dengan dengan yang ruh
mensti puan one sampel dilakuk yang
mulasi memori group 10 an signifi
kemam jangka pretest- siswa. secara kan
puan pendek postest rutin denga
memori dari design. oleh n
jangka anak anak- diberi
pendek autis anak kan
pada melalui dengan geraka
anak senam autisme nsena
autis. otak. memili m
ki efek otak
untuk sebag
mening ai
katkan salah
kemam satu
puan upaya
memori menin
jangka gkatka
pendek. n
memo
ri
jangka
pende

29
k anak
autis.
2. Bunga 2018 The Google Mengid Peneliti Sampel Terdap Terda
wali effectiv Scholar entifika an ini 15 at pat
Abduh eness si menggu siswa. adanya adany
of pendek nakan dibagi peningk a
Brain atan Quasy- menjadi atan penga
Gym efektif eksperi 3 dari ruh
and yang mental kelomp fungsi yang
brain dapat dengan ok. memori signifi
training mening metode Kelomp kerja kan
interve katkan purposi ok untuk dalam
ntion fungsi ve kontrol,kedua pembe
on memori samplin kelomp kelomp rian
workin kerja g. ok ok senam
g siswa brain interve otak
memor dengan gym nsi dan terhad
y ketidak dan untuk ap
perform mampu kelomp keteram kinerj
ane of an ok pilan a
student belajar. interve memori memo
with nsi digit ri
learnin pelatihaspan kerja
g n otak. dan siswa
disabilit memori dalam
y. spasial ketida
diantara kmam
peserta puan
dalam belaja
kelomp r.
ok
interve
nsi
3. Ali 2019 Senam Google Untuk Ekperi Populas Senam Penag
Akbarj otak Scholar mengan mental i 62 otak ruh
ono (Brain alisis siswa mampu senam
Gym) pengaru dan merang otak
mening h senam sampel sang dalam
katkan otak nya 14 hipoka menin
memori terhada orang mpus gkatka
jangka p sehingg n
pendek peningk a dapat memo
(Short ata daya mempe ri
ingat
Memor ngaruhi jangka
jangka
y) pada kemam pende
endek
anak puan k anak
anak

30
tunagra tunagra memori tunagr
hita hita jangka ahita
ringan ringan. pendek ringan
usia 8-9 pada melal
tahun. anak ui
tunagra kelom
hita pok
ringan. eksper
imen
menga
lami
penin
gkatan
yang
baik.

4. Joanne 2019 Penamb Google Membu Tru Populas Menunj Adany


Ingrid ahan Scholar ktikan eksperi i 78 ukkan a beda
Robot senam bahwa mental siswa adanya penam
otakpad penamb dengan dan peningk bahan
a ahan rancang Sampel atan senam
progra senam an two 46 yang otak
m otak group siswa. signifik dalam
senam pada pre and an pada menin
sehat SSAI post SSAI gkatka
anak dapat test dalam n
indones mening control memori memo
ia katkan group jangka ri
(SSAI) memori design. pendek jangka
dapat jangka pende
mening pendek k paa
katkan dan SSAI.
memori indeks
jangka kesegar
pendek an
dan jasmani
indeks siswa.
kesegar
an
jasmani
siswa
SD

5. Ivonita 2017 Perbeda Google Menget Ekperi Sampel Ada Tidak


Mailan an Scholar ahui mental 34 pengaru ada

31
i pengaru perbeda pretest siswa. h perbe
Sudirm h an and senam daan
an senam pengaru postest otak penga
otak h two terhada ruh
dan senam group. p senam
irama otak memori otak
terhada dan jangka dan
p senam pendek irama
memori irama anak terhad
jangka terhada usia 5-6 ap
pendek p tahun, penin
anak memori ada gkatan
usia 5-6 jangka pengaru memo
tahun. pendek h ri
anak senam jangka
usia 5-6 irama pende
tahun. terhada k anak
p usia
memori 5-6
jangka tahun.
pendek
anak
usia 5-6
tahun,

32
29

BAB 6

PEMBAHASAN

Senam otak (Brain Gym) adalah kumpulan gerakan-gerakan sederhana yang

bertujuan untuk menghubungkan atau menyatukan pikiran dan tubuh (Nisa,

2015). Berdasarkan hasil pencarian artikel yang sudah dipaparkan pada BAB 5,

yaitu pengaruh senam otak terhadap memori jangka pendek pada siswa yang akan

dijelaskan sebagai berikut:

Menurt peneliti bahwa penelitian ini didukung oleh penelitian saudara

Dinie Ratri Desiningrum tahun 2016 di Semarang yang berjudul Terapi senam

otak untuk menstimulasi kemampuan memori jangka pendek pada anak autis.

Senam otak dapat dijadikan salah satu terapi bagi anak ASD (Autisme dpektrum

disorder) tanpa gangguan hiperaktivitas. Hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian

yang menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor pada pretest dan posttest yang

meningkat cukup signifikan pada kemmapuan memori jangka pendek, meski

terdapat kelemahan yaitu tidak adanya control group dan random assigment pada

desain penelitian. Penelitian ini menjelaskan bahwa ditemukan juga adaptasi pada

anak-anak autis yang membutuhkan waktu yang lebih panjang dibandingkan

dengan anak-anak pada umumnya. Treatment senam otak diberikan berupa paket

media (musik,VCD, modul, gambar), dilengkapi dengan menyedikan air putih dan

alat tulis serta permainan.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Bungawali Abduh tahun 2018 di

Malaysia yang berjudul The effectiveness of brainand brain training intervention

33
on working memory performane of student with learning disability. Penelitian ini

bertujuan untuk mengidentifikasikan pengaruh dari pendekatan efektif yang dapat

meningkatkan fungsi memori kerja siswa dengan ketidakmampuan belajar.

Metode penelitian ini menggunakan Quasy-eksperimental yang melibatkan 15

siswa dengan ketidakmampuan belajar menggunakan purposive sampling.

Penelitian semu eksperimental ini melibatkan tiga kelompok yang terdiri dari lima

siswa yang dialokasikan ke dalam kelompok kontrol, kelompok Brain gym dan

kelompok intervensi pelatihan otak. Kelompok intervensi Brain Gym melakukan

latihan Brain Gym setiap hari selama empat minggu selama sesi sekolah pertama.

Sementara itu, intervensi pelatihan otak dilakukan oleh kelompok intervensi lain

setiap hari selama empat minggu. Temuan penelitian ini menunjukkan

peningkatan yang signifikan dari fungsi memori kerja untuk kedua kelompok

intervensi. Temuan ini juga menunjukkan peningkatan yang signifikan untuk

keterampilan memori digit span dan spasial diantara peserta kelompok intervensi.

Studi penelitian ini memberikan alternatif bagi orangtua ,guru untuk memberikan

stimulus pembelajaran yang tepat yang dapat memenuhi kebutuhan siswa di

sekolah dan di rumah.

Dua penelitian diatas didukung oleh penelitian Ali Akbarjono tahun 2017 di

Bengkulu yang berjudul senam otak brain gym meningkatkan memori jangka

pendek short memory pada anak tunagrahita ringan usia 8-9 tahun. Penelitian ini

disebut penelitian kuantitatif dengan menggunakan kelompok eksperimen dan

kontrol, kelompok ekperimen diberi perlakuan dan pretest sedangkan kelompok

kontrol tidak diberi perlakuan. Pada penelitian ini dominan melakukan gerakan

34
kinestetiknya tapi tujuan yang ingin dicapai kognitif dalam meningkatkan memori

jangka pendek pada anak tunagrahita ringan. Bedasarkan hasil penelitian ini

bahwa pengaruh senam otak dalam meningkatkan memori jangka pendek melalui

kelompok eksperimen mengalami peningkatan dari 78% menjadi 85,71%. Hasil

yang diperoleh menunjukkan bahwa latihan senam otak mampu menstimulasi

hippocampus sehingga dapat mempengaruhi kemampuan memori jangka pendek

pada anak tunagrahita ringan.

Selanjutnya, Penelitian yang lain juga didukung oleh Joanne Inggrid Robot

tahun 2019 di Denpasar Bali yang berjudul penambahan senam otak pada

program senam sehat anak indonesia (SSAI) dapat meningkatkan memori jangka

pendek dan indeks kesegaran jasmani siswa SD INPRES PONDANG. SSAI ini

termasuk latihan fisik yang memberikan manfaat pada proses belajar dan memori,

serta melindungi sel saraf dari neurodegeneratif. Desain penelitian ini

membandingkan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kelompok

perlakuan dengan penambahan senam otak pada SSAI dan kelompok kontrol

dengan SSAI. Kesimpulan secara statistik ada beda penambahan senam otak pada

SSAI dalam meningkatkan memori jangka pendek siswa. Secara statistik tidak

ada beda penambahan senam otak pada SSAI dalam meningkatkan kesegaran

jasmani pada siswa SD.

Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Ivonita Mailani Sudirman tahun

2017 di Yogyakarta dengan judul perbedaan senam otak dan senam irama

terhadap memori jangka pendek anak usia 5-6 tahun di TK AISYAH

BUSTANUL ATHFAL MILANGI. Jenis penelitian ini experimentalpre test and

35
post test two group design, 34 anak TK menjadi sampel dengan purposive

sampling. Sampel dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok I mendapatkan

senam otak dilakukan 6 kali dalam 1 minggu selama 3 minggu, kelompok II

mendapatkan senam irama,dilakukan 6 kali dalam 1 minggu selama 3 minggu.

Penelitian ini menggunakan alat ukur Tes Digit Span untuk mengukur memori

jangka pendek. Hasil uji paired sampel t-test pada kelompok I adalah p = 0,000

(p< 0,05) dan hasil uji wilcoxon pada kelompok II adalah p = 0,000 (p< 0,05),

menunjukkan bahwa kedua intervensi berpengaruh terhadap peningkatan memori

jangka pendek masing-masing kelompok. Sedangkan hasil independent sampel t-

test adalah p = 0,510(p< 0,05), menunjukkan bahwa perlakuan yang dilakukan

pada kelompok I dan II tidak memiliki perbedaan pengaruh yang signifikan

terhadap peningkatan motorik kasar. Kesimpulan dari penelitian ini adalah tidak

ada perbedaan pengaruh senam otak dan senam irama terhadap peningkatan

memori jangka pendek pada anak usia 5-6 tahun di TK Aisyiyah Bustanul Athfal

Mlangi.

36
29

BAB 7

SIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan di bab 5, maka peneliti dapat menyimpulkan

ada pengaruh yang signifikan senam otak (brain gym) terhadap peningkatan

memori jangka pendek siswa.

7.2. Saran

Adapun saran penulis kepada pihak-pihak terkait sebagai berikut:

7.2.1. Bagi sekolah penelitian ini diharapkan dapat diterapkan sebagai

kegiatan senam otak setiap pagi sebelum pelajaran dimulai untuk

membantu dalam perkembangan kognitif. Peneliti mengharapkan agar

Bapak/Ibu guru lebih memperhatikan dan mengawasi tingkah laku

anak serta memberikan waktu dan perannya sebagai pendidik dengan

secara berkala memeberikan senam otak.

7.2.2. Bagi masyarakat peneliti mengharapkan agar orang tua memberikan

contoh kegiatan senam otak dan gerakan-gerakannya. Peneliti

mengharapkan pada siswa agar selalu secara rutin dalam melakukan

kegiatan senam otak (brain gym).

7.2.3. Bagi Institusi Pendidikan diharapkan agar materi brain gym lebih

ditingkatkan agar nanti bisa sebagai referensi di dalam perkuliahan

37
keperawatan anak atau sebagai bahan literasi dalam profesi atau

pendidikan keperawatan.

38

Anda mungkin juga menyukai