Disusun Oleh :
1. Adela Etha Clarissa 22222002
2. Diah Apriliani 22222021
3. Nadya. M.H 22222048
4. Amelia Monika 22222006
5. Dewi Susantri Nengrum 22222018
6. Gita Zuhriani 22222028
7. Desia Lolita 22222016
8. Febi Try Mentari 22222025
9. Herli Sahputri 22222030
10. Sisilia Atami 22222070
Palembang, 2022
Menyetujui :
Mengetahui,
Kepala Bagian Pendidikan dan Pelatihan
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI
Visi :
Misi :
Motto :
Kesembuhan dan Kepuasan pelanggan adalah kebahagiaan kami.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus
dengan judul Asuhan Keperawatan Pasien Tn.K Dengan Anemia Di Ruang
IINFEKSI PDL RSUD Palembang Bari Tahun 2022 tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi dalam menjalankan praktik klinik Profesi Ners di RSUD Palembang Bari
tahun 2022.
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
perkenankan kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Hj. Makiani, S.H., MM., MARS sebagai Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
2. Bapak Heri Shatriadi CP, M.Kes sebagai Rektor Institut Ilmu Kesehatan dan
Teknologi Muhammadiyah Palembang.
3. Bapak Yudiansyah, SKM.,M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kesehatan
Muhammadiyah Palembang.
4. Dr. Amalia,M.Kes sebagai Wakil Direktur pelayanan Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
5. Dr. Alfarobi,M.Kes sebagai wakil direktur Umum Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
6. Bembi Farizal,S.ST.Pi.,MM sebagai kepala bagian pendidikan dan pelatihan
(Diklat) Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
7. Bety Maryanti,SKM.,M.Kes sebagai kepala sub bagian kerjasama dan
pendidikan Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
8. Ketua komite keperawatan
9. Kabid keperawatan atau kabid pelayanan medis
10. Coordinator pembimbing klinik
11. Pembimbing klinik
12. Kepala ruangan
13. Ibu yuniza M.Kep Pembimbing Akademik Institusi Kesehatan Dan Teknologi
Muhammadiyah Palembang
14. Seluruh karyawan dan karyawati Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI.
15. Seluruh dosen dan staff Institusi Kesehatan Dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang
Kami menyadari laporan kasus ini masih banyak kekurangan, dengan
demikian saran dan kritik yang sangat membantu kami harapkan dan kami terima
dengan senang hati. Kami berharap semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan tenaga kesehatan lain pada khususnya.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
A. Definisi
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin di dalamnya lebih rendah dari normal atau tidak
mencukupi kebutuhan tubuh (WHO). Menurut Kemenkes, 2019 anemia
adalah suatu keadaan tubuh dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang
dari jumlah normal atau sedang mengalami penurunan.
Anemia merupakan kondisi dimana sel darah merah tidak
mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis berbeda pada
setiap orang dipengaruhi oleh jenis kelamin, tempat tinggal, perilaku
merokok, dan tahap kehamilan. Anemia juga didefinisikan dengan suatu
keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari nilai
normal untuk kelompok individu berdasarkan usia dan jenis kelamin
(Adriani, 2012).
B. Klasifikasi
Anemia dapat dikelompokkan menjadi kedalam tiga kategori
yakni, dikatakan anemia ringan apabila kadar hemoglobin dalam darah
berkisar pada 9-10 gr % , anemia sedang apabila kadar hemoglobin
dalam darah berkisar pada 7-8 gr %, dan anemia berat apabila kadar
hemoglobin dalam darah kurang dari 7 gr % . Secara morfologis
(menurut ukuran sel darah merah dan hemoglobin yang dikandungnya),
anemia dapat dikelompokkan menjadi:
1. Makrositik
Ketika ukuran sel darah merah bertambah besar sebagaimana jumlah
hemoglobin di setiap sel yang juga bertambah. Anemia makrositik dibagi
menjadi dua yakni megaloblastik yang dikarenakan kekurangan vitamin
B12, asam folat, dan gangguan sintesis DNA, dan anemia non
megaloblastik yang disebabkan oleh eritropoesis yang dipercepat dan
peningkatan luas permukaan membran.
2. Normositik
Dimana ukuran sel darah merah tidak berubah, namun terjadi kehilangan
darah yang parah, peningkatan volume plasma darah berlebih, penyakit
hemolitik dan gangguan endokrin, hati dan ginjal.
Berdasarkan penyebabnya anemia dikelompokkan sebagai berikut :
a. Anemia defisiensi zat besi
Merupakan salah satu jenis anemia yang diakibatkan oleh kurangnya
zat besi sehingga terjadi penurunan sel darah merah.
b. Anemia pada penyakit kronik
Jenis anemia ini adalah anemia terbanyak kedua setelah anemia
defisiensi zat besi dan biasanya terkait dengan penyakit infeksi.
c. Anemia pernisius
Biasanya diderita orang usia 50-60 tahun yang merupakan akibat dari
kekurangan vitamin B12. Penyakit ini bisa diturunkan.
d. Anemia hemolitik
Anemia yang disebabkan oleh hancurnya sel darah merah yang lebih
cepat dari proses pembentukannya dimana usia sel darah merah
normalnya adalah 120 hari.
e. Anemia defisiensi asam folat
Disebabkan oleh kurangnya asupan asam folat. Selama masa
kehamilan, kebutuhan asam folat lebih besar dari biasanya.
f. Anemia aplastic
Anemia yang terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang dalam
membentuk sel darah merah.
C. Etiologi
Salah satu faktor yang menyebabkan tinggi atau rendahnya kadar
hemoglobin dalam darah adalah asupan zat gizi. Proses produksi sel darah
merah berjalan dengan lancar apabila kebutuhan zat gizi yang berguna
dalam pembentukan hemoglobin terpenuhi (Almatsier et al., 2011).
Komponen gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin adalah zat
besi, sedangkan vitamin C dan protein membantu penyerapan hemoglobin.
Zat besi merupakan salah satu komponen heme, yang dibutuhkan tubuh
untuk membentuk hemoglobin (Proverati, 2011).
Menurut, Kemenkes, 2019 anemia dapat disebabkan oleh barbagai
faktor misalnya kekurangan asupan gizi, penyakit infeksi seperti malaria,
mengalami perdarahan saat melahirkan, kebutuhan tubuh yang meningkat,
akibat mengidap penyakit kronis, dan kehilangan darah akibat menstruasi
dan infeksi parasite (cacing).
D. Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan
sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain
yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemolisis (destruksi). Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama
dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam
hati dan limpa. Hasil dari proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki
aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1
mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalamurin (hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah suatu
anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau
produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh
dengan dasar:
a. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;
b. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan
cara pematangannya, seperti yangterlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia
E. Pathway
Anemia
Gg perfusi jaringan
Cepat lelah
Intoleransi
aktivitas
F. Manifestasi klinik
WHO menyatakan bahwa hemoglobin diperlukan tubuh untuk
membawa oksigen. Akibatnya, apabila jumlah hemoglobin tidak cukup,
sel darah merah terlalu sedikit ataupun abnormal, maka akan terjadi
penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh. Hal
ini menimbulkan gejala seperti kelelahan, lemah, pusing, dan sesak napas.
Sementara itu, kadar hemoglobin optimal yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis bervariasi pada setiap individu. Hal
tersebut biasanya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, tempat tinggal,
kebiasaan merokok dan status kehamilan.
Menurut Kemenkes RI, 2019 anemia dapat mengakibatkan
gangguan ataupun hambatan pada pertumbuhan sel tubuh maupun sel otak.
Kurangnya kadar hemoglobin dalam darah dapat menimbulkan gejala
Gejala anemia sering disebut dengan 5L (lesu, letih, lemah, lelah, lalai),
disertai dengan pusing kepala terasa berputar, mata berkunang-kunang,
mudah mengantuk, serta sulit konsentrasi karena kurangnya kadar oksigen
dalam otak. Pada remaja, menurunnya kebugaran serta konsentrasi
menyebabkan menurunnya capaian belajar dan kemampuan mengikuti
kegiatan baik didalam atau diluar sekolah. Anemia juga akan menurunkan
daya tahan tubuh sehingga biasanya lebih mudah terkena infeksi
(Josephine D, 2020).
G. Komplikasi
Penderita anemia yang tidak mendapat perawatan yang baik bisa
saja mengalami beberapa komplikasi seperti kesulitan melakukan aktivitas
akibat mudah lelah. Masalah pada jantung, seperti aritmia dan gagal
jantung. Gangguan pada paru misalnya hipertensi pulmonal. Selain itu
anemia juga dapat memicu terjadinya komplikasi kehamilan, seperti
melahirkan premature, atau bayi terlahir dengan berat badan rendah serta
resiko kematian akibat perdarahan saat melahirkan. Penderita anemia juga
rentan mengalami infeksi dan akan terjadi gangguan tumbuh kembang
apabila terjadi pada anak-anak atau bayi (Josephine D, 2020). Anemia
merupakan kormobid (penyakit atau kondisi yang muncul bersamaan pada
seseorang) yang sering ditemukan pada penderita gagal jantung sementara
penyebabnya belum diketahui (Hendrata C, 2010).
H. Penatalaksanaan
Anemia dapat dicegah dengan konsumsi makanan tinggi zat besi, asam
folat, vitamin A, vitamin C dan Zink, dan pemberian tablet tambah darah
(Kemenkes RI, 2018). Penatalaksaan anemia ada 3 yakni,
a. Pemberian Zat besi oral
b. Pemberian Zat besi intramuscular. Terapi ini dipertimbangkan apabila
respon pemberian zat besi secara oral tidak berjalan baik.
c. Tranfusi darah diberikan apabila gejala anemia disertai dengan adanya
resiko gagal jantung yakni ketika kadar Hb 5-8 g/dl. Komponen darah
yang diberikan adalah PRC dengan tetesan lambat.
I. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Muscari (2015) pemeriksaan diagnostik pada anemia adalah:
a. Jumlah pemeriksaan darah lengkap dibawah normal (Hemoglobin < 12
g/dL, Hematokrit < 33%, dan sel darah merah)
b. Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi besi
c. Kadar B12 serum rendah pada anemia pernisiosa
d. Tes comb direk positif menandakan anemia hemolitik autoimuN
e. Hemoglobin elektroforesis mengidentifikasi tipe hemoglobin abnormal
pada penyakit sel sabit
f. Tes schilling digunakan untuk mendiagnosa defisiensi vitamin B12
BAB III
TINJAUAN KASUS
LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. K DENGAN ANEMIA DI
RUANG INFEKSI RSUD PALEMBANG BARI
II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang : ± 2 minggu mengeluh sesak napas, Pusing, Lemas, dan
nyeri
Riwayat Masuk Rumah Sakit : Pasien datang ke RS dengan keluhan sesak napas,
pusing, lemas.
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak Ada
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada
5. Kepala
√ Simetris - Asimetris - Perdarahan
- Bengkak - Depresi tulang tengkorak
- Echymosis - Nyeri tekan
- Kelainan bentuk tulang
- Luka, ukuran: Lokasi :
Lain-lain:
- Rambut pasien
terlihat warnanya
hitam
- Rambut pasien tidak
rontok
6. Mata
Kebiruan (Lingkaran - -
- Mata
- Perdarahan mata, - Lokasi: -
Ruptur:
- Anemia - Ananemia - Ikterik
Respon Pupil √ Isokor - Anisokor
- RC - Midriasi
Lain-lain:
- Mata pasien
terlihat simetris
- Pasien
mengatakan
penglihatannya
normal
7. Telinga
- Cairan , Warna:
- Lecet/kemerahan/laserasi
- Benda asing, berupa: Tidak ada
Lain-lain:
- Pasien mengatakan pendengarannya
normal
- Telinga pasien terlihat bersih
- Tidak ada cairan yang keluar dari
telinga pasien
8. Hidung
- Cairan , Warna:
- Lecet/kemerahan/laserasi
- Benda asing, berupa:
Lain-lain:
Pasien mengatakan tidak pilek
Hidung pasien terlihat tidak ada
secret
9. Leher
10. Dada/Paru
√ Simetris - Asimetris - Bengkak
- Lain-lain:
11. Abdomen
Dinding abdomen: - Simetris - Asimetris
- Perdarahan/bengkak - Laserasi/jejas.lecet
- Luka tusuk - Luka bakar Luas: 60%
- Distensi abdomen - Teraba keras & tegang
- Nyeri tekan
Lain-lain:
12. Genetalia
- Simetris - Asimetris
Lain-lain:
- Pasien terpasang kateter
13. Ekstremitas
- Kelainan bentuk - Perdarahan - Bengkak - Edema
- Jejas/luka/laserasi Ukuran: lokasi:
- Jari-jari hilang √ Keterbatasan gerak
- Fraktur, lokasi: - Kaku sendi
- Nyeri tekan
- Lain-lain:
14. Kulit
- Ada luka - Dekubitus Ukuran: Lokasi:
- Lembab - Kering
- Turgor cepat kembali - Turgor lambat kembali
- Luka bakar 60%
- Gatal/gatal/pruritis
- Insisi operasi Ukuran: Lokasi:
Kebutuhan edukasi
- Diagnosa dan manajemen penyakit - Obat-obatan/terapi Diet dan nutrisi
√ Tindakan Keperawatan - Rehabilitasi √ Manajemen nyeri
- Lain-lainnya, sebutkan
b. EKG
Kesan:
Gambar:
IX. PENATALAKSANAAN
a. Terapi Obat
MASALAH KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
2. Ketidakefektifan 29 1. Mengukur nadi dan suhu Tn. K 06 S: pasien mengatakan tidak merasa
perfusi jaringan September sebelum memasang produk darah April 2022 gatal atau demam.
perifer 2022 2. Mengganti cairan infuse pasien 19:15 WIB O: suhu tubuh 36,40C, Nadi
berhubungan 16 :55 dengan NaCl 0,9% 68x/menit (lemah), tidak ada
WIB
dengan penurunan 3. Mengganti infuse set dengan kemerahan di badan, hasil
konsentrasi transfuse set laboratorium tanggal 23 Juni 2018
hemoglobin 4. Melayani pemberian produk darah 1 didapatkan Hb 6,7 g/dL
dalam darah. bag @200cc (8 tetes per menit) A: masalah ketidakefektifan perfusi
DS: Pasien 5. Mengobservasi pasien adanya tanda jaringan perifer belum teratasi.
mengatakan merasa tanda alergi terhadap pemberian P: intervensi dilanjutkan.
lemas dan pusing saat darah
bangun dari tempat 6. Mengukur nadi dan suhu pasien saat
tidur. pemasangan darah.
DO: Konjungtiva 17: 15 WIB
tampak pucat, bibir 1. Memonitor data laboratorium
pasien terkait dengan hemoglobin, S: pasien mengatakan merasa nyeri
pucat.
eritrosit, hematokrit dan trombosit di lokasi pungsi di SIAS dan tibialis.
2. Mengukur suhu dan nadi pasien O: pasien tampak menangis
3. Mengantar pasien melakukan kesakitan, skala nyeri 10
pemeriksaan Bone Marrow (menggunakan skala wajah), CRT >2
Puncture (BMP) detik, suhu 35,90C, nadi 72x/menit,
belum ada hasil laboratorium terbaru.
A: masalah ketidakefektifan perfusi
jaringan belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan
I: Ajarkan pasien teknik relaksasi
napas dalam, observasi lokasi pungsi
(SIAS dan tibialis)
E: pasien tidak lagi menagis, skala
nyeri 8 (skala wajah), pasien tidak
mau berbicara.
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN