Anda di halaman 1dari 39

LAPORAN SEMINAR

“ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN Tn.K DENGAN ANEMIA DI


RUANG INFEKSI RSUD PALEMBANG BARI TAHUN 2022”

Disusun Oleh :
1. Adela Etha Clarissa 22222002
2. Diah Apriliani 22222021
3. Nadya. M.H 22222048
4. Amelia Monika 22222006
5. Dewi Susantri Nengrum 22222018
6. Gita Zuhriani 22222028
7. Desia Lolita 22222016
8. Febi Try Mentari 22222025
9. Herli Sahputri 22222030
10. Sisilia Atami 22222070

Pembimbing Lahan : Hary Budiarto, S.Kep., Ners


Pembimbing Akademik : Yuniza, M.Kep

INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI MUHAMMADIYAH


PALEMBANG FAKULTAS ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN PENDIDIKAN PROFESI NERS
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

JUDUL : ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN Tn.K DENGAN


ANEMIA DI RUANGAN INFEKSI PDL RSUD
PALEMBANG BARI TAHUN 2022

Palembang, 2022
Menyetujui :

Pembimbing Klinik (CI), Dosen Pembimbing,

Hary Budiarto, S.Kep., Ners Yuniza, M.Kep


NIP.199602112020121008 NBM.1206301

Mengetahui,
Kepala Bagian Pendidikan dan Pelatihan
Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI

Bembi Farizal, S.ST, Pi, MM


NIP.
VISI, MISI, MOTO RSUD PALEMBANG BARI

Visi :

Menjadi Rumah Sakit Unggul, Amanah, dan Terpercaya di Indonesia.

Misi :

a. Meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan dengan berorientasi pada


keselamatan dan ketepatan sesuai standar mutu berdasarkan pada etika dan
profesionalisme yang menjangkau seluruh lapisan masyarakat
b. Meningkatkan mutu manajemen sumber daya kesehatan
c. Menjadikan RSUD Palembang BARI sebagai rumah sakit pendidikan dan
pelatihan di Indonesia

Motto :
Kesembuhan dan Kepuasan pelanggan adalah kebahagiaan kami.
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kasus
dengan judul Asuhan Keperawatan Pasien Tn.K Dengan Anemia Di Ruang
IINFEKSI PDL RSUD Palembang Bari Tahun 2022 tepat pada waktunya.
Penyusunan laporan kasus ini merupakan salah satu syarat yang harus
dipenuhi dalam menjalankan praktik klinik Profesi Ners di RSUD Palembang Bari
tahun 2022.
Dalam penyusunan laporan ini penulis banyak mendapatkan bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini
perkenankan kami menyampaikan terima kasih kepada:
1. Dr. Hj. Makiani, S.H., MM., MARS sebagai Direktur Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
2. Bapak Heri Shatriadi CP, M.Kes sebagai Rektor Institut Ilmu Kesehatan dan
Teknologi Muhammadiyah Palembang.
3. Bapak Yudiansyah, SKM.,M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kesehatan
Muhammadiyah Palembang.
4. Dr. Amalia,M.Kes sebagai Wakil Direktur pelayanan Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
5. Dr. Alfarobi,M.Kes sebagai wakil direktur Umum Rumah Sakit Umum
Daerah Palembang BARI.
6. Bembi Farizal,S.ST.Pi.,MM sebagai kepala bagian pendidikan dan pelatihan
(Diklat) Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
7. Bety Maryanti,SKM.,M.Kes sebagai kepala sub bagian kerjasama dan
pendidikan Rumah Sakit Umum Daerah Palembang BARI.
8. Ketua komite keperawatan
9. Kabid keperawatan atau kabid pelayanan medis
10. Coordinator pembimbing klinik
11. Pembimbing klinik
12. Kepala ruangan
13. Ibu yuniza M.Kep Pembimbing Akademik Institusi Kesehatan Dan Teknologi
Muhammadiyah Palembang
14. Seluruh karyawan dan karyawati Rumah Sakit Umum Daerah Palembang
BARI.
15. Seluruh dosen dan staff Institusi Kesehatan Dan Teknologi Muhammadiyah
Palembang
Kami menyadari laporan kasus ini masih banyak kekurangan, dengan
demikian saran dan kritik yang sangat membantu kami harapkan dan kami terima
dengan senang hati. Kami berharap semoga laporan kasus ini bermanfaat bagi
pembaca pada umumnya dan tenaga kesehatan lain pada khususnya.

Palembang, Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang

Masalah gizi dapat menimbulkan suatu ketidakseimbangan tubuh


manusia dan dapat menimbulkan berbagai macam penyakit tertentu. Salah
satunya adalah anemia yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain yaitu
perdarahan, kurangnya makanan yang mengandung zat besi yang dapat dilihat
dari kadar Hb yang sering dialami pada wanita disebabkan oleh menstruasi
dan kehamilan.
Anemia merupakan keadaan di mana terjadinya penurunan jumlah sel
darah merah atau penurunan konsentrasi sel darah merah atau penurunan
konsentrasi hemoglobin di dalam sirkulasi darah. Anemia terjadi apabila
jumlah sel darah merah berkurang. Dengan berkurangnya hemoglobin atau
darah merah tadi, tentu kemampuan sel darah merah untuk membawa oksigen
ke seluruh tubuh berkurang. Akibatnya, tubuh kita kurang mendapatkan
pasokan oksigen, yang menyebabkan tubuh lemas dan cepat lelah.
Gizi seimbang pada penderita anemia yang dibutuhkan adalah
makanan yang dikonsumsi mengandung zat sumber tenaga, zat pembangun,
dan zat pengatur serta beraneka ragam jenisnya. Kecukupan gizi akan
berpengaruh terhadap pola makan yang beragam dan gizi seimbang.
Modifikasi menu dilakukan terhadap jenis olahan pangan dengan
memperhatikan jumlah sesuai kebutuhan gizi pada usia tertentu dimana
sangat membutuhkan makanan dengan sumber utama zat besi pangan hewani
(besi heme), seperti : hati, daging (sapi dan kambing), unggas (ayam, bebek,
burung), dan ikan. Zat besi dalam sumber pangan hewani dapat diserap tubuh
antara 20-30%. Pangan nabati (tumbuh-tumbuhan) juga mengandung zat besi
(besi non heme) namun jumlah zat besi yang diserap oleh usus jauh lebih
sedikit dibanding zat besi dari bahan makanan hewani. Zat besi non heme
(pangan nabati) yang dapat diserap oleh tubuh adalah 1-10%. Contoh pangan
nabati sumber zat besi adalah sayuran berwarna hijau tua (bayam, singkong,
kangkung) dan kelompok kacang-kacangan (tempe, tahu, kacang merah).
Masyarakat Indonesia lebih dominan mengkonsumi zat besi yang berasal dari
nabati.
Masalah gizi yang banyak terdapat di seluruh dunia yang tidak hanya
terjadi di negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penderita anemia
diperkirakan dua milyar dengan prevalensi terbanyak di wilayah Asia dan
Afrika. World Health Organization (WHO) 2019 menyebutkan bahwa anemia
merupakan 10 masalah kesehatan terbesar di abad modern. prevalensi anemia
hampir merata di berbagai wilayah dunia, yaitu berkisar 40-88%. Sekitar 25-
40% remaja putri di Asia Tenggara menderita anemia disebabkan karena
keadaan stress, haid, atau terlambat makan. Prevalensi anemia remaja 27% di
negara-negara berkembang dan 6% di negara maju.
Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menemukan
adanya kenaikan pada kasus anemia di remaja putri. Pada tahun 2013, sekitar
37,1 persen remaja putri mengalami anemia. Angka ini naik menjadi 48,9
persen pada tahun 2018. Proporsi anemia terjadi paling besar di kelompok
umur 15-24 tahun, dan 25 sampai 34 tahun. Hasil Survei Konsumsi Makanan
Individu oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia menunjukkan bahwa
97,7% penduduk Indonesia mengkonsumi beras (dalam 100 gram beras hanya
mengandung 1,8 mg zat besi). Oleh karena itu, secara umum masyarakat
Indonesia rentan menderita Anemia Gizi Besi (AGB). Banyak yang
mengalami siklus menstruasi yang tidak teratur, yakni siklusnya tidak
memiliki pola tertentu. Mungkin pada awalnya siklus menstruasinya lebih
dari 35 hari, namun kemudian akan timbul perdarahan menstruasi di luar
siklus menstruasi normal. Angka anemia gizi besi di Indonesia sebanyak
72,3%. Kekurangan zat besi pada remaja mengakibatkan pucat, lemah, letih,
pusing, dan menurunnya konsentrasi belajar. Penyebabnya, antara lain :
tingkat pendidikan orang tua, tingkat ekonomi, tingkat pengetahuan tentang
anemia dari remaja putri, konsumsi Fe, Vitamin C, dan lamanya menstruasi.
Provinsi Sumatera Selatan tahun 2019 menyebutkan bahwa cakupan
remaja putri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD sebanyak 33,95%,
sementara capaian menurut kabupaten/kota berkisar antara 5,96% - 75,82%.
Tiga Kabupaten yang mencapai cakupan tertinggi adalah Kabupaten PALI
(75,82%), kemudian diikuti oleh Kabupaten Muara Enim (73,01%) dan Kota
Prabumulih (67,37%). Sedangkan capaian terendah terjadi di Kabupaten Mura
Utara (5,96%). Itu berarti 4 dari 10 remaja di sumatera selatan menderita
anemia.
Kebanyakan remaja putri di usia sekolah cenderung kurang
mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, Kurangnya asupan zat
besi dan pola menstruasi remaja yang tidak normal pun pada akhirnya
memicu terjadinya anemia pada remaja. Mereka mengaku lebih suka
mengkonsumsi makanan cepat saji, suka melewatkan sarapan pagi, dan tidak
menyukai sayuran serta pola menstruasi mereka pun terganggu. Remaja pada
umumnya lebih memilih untuk jajan di sekolah dari pada sarapan dari rumah.
Jajanan di sekolah yang mereka beli tidak mampu mencukupi tingkat
konsumsi zat besi yang dibutuhkan oleh remaja. remaja pada umumnya tidak
perduli apakah yang mereka konsumsi mampu memenuhi zat gizi yang
mereka butuhkan, apakah menstruasi mereka lebih lama dari pada kondisi
normal.

1.2. Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang yang diuraikan di atas, maka dapat
disimpulkan dirumuskan masalah sebagai berikut : “Bagaimana gambaran
laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia?”

1.3. Tujuan Umum


Untuk mengetahui gambaran laporan pendahuluan dan asuhan keperawatan
pada pasien dengan anemia

1.4. Tujuan Khusus


a. Mengidentifikasi laporan pendahuluan mulai dari definisi anemia,
etiologi, manifestasi klinis, anatomi fisiologi, patofisiologi, pemeriksaan
penunjang, serta penatalaksanaan
b. Mengidentifikasi asuhan keperawatan mulai dari pengkajian keperawatan,
diagnosa keperawatan, rencana asuhan keperawatan, implementasi
keperawatan, dan evaluasi keperawatan

1.5. Waktu & Tempat Pelaksanaan


a. Waktu pelaksanaan
Waktu pelaksanaan dilakukan pada saat dinas bagi mahasiswa Profesi
Ners IKesT Muhammadiyah Palembang di RSUD Palembang Bari,
berlangsung selama tiga minggu mulai dari tanggal 12 Oktober 2022.
b. Tempat Pelaksanaan
Tempat pelaksanaan dilakukan bagi mahasiswa Profesi Ners IKesT
Muhammadiyah Palembang di ruang Infeksi PDL RSUD Palembang
BARI.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Anemia adalah keadaan dimana jumlah sel darah merah atau
konsentrasi hemoglobin di dalamnya lebih rendah dari normal atau tidak
mencukupi kebutuhan tubuh (WHO). Menurut Kemenkes, 2019 anemia
adalah suatu keadaan tubuh dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang
dari jumlah normal atau sedang mengalami penurunan.
Anemia merupakan kondisi dimana sel darah merah tidak
mencukupi kebutuhan fisiologis tubuh. Kebutuhan fisiologis berbeda pada
setiap orang dipengaruhi oleh jenis kelamin, tempat tinggal, perilaku
merokok, dan tahap kehamilan. Anemia juga didefinisikan dengan suatu
keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah lebih rendah dari nilai
normal untuk kelompok individu berdasarkan usia dan jenis kelamin
(Adriani, 2012).
B. Klasifikasi
Anemia dapat dikelompokkan menjadi kedalam tiga kategori
yakni, dikatakan anemia ringan apabila kadar hemoglobin dalam darah
berkisar pada 9-10 gr % , anemia sedang apabila kadar hemoglobin
dalam darah berkisar pada 7-8 gr %, dan anemia berat apabila kadar
hemoglobin dalam darah kurang dari 7 gr % . Secara morfologis
(menurut ukuran sel darah merah dan hemoglobin yang dikandungnya),
anemia dapat dikelompokkan menjadi:
1. Makrositik
Ketika ukuran sel darah merah bertambah besar sebagaimana jumlah
hemoglobin di setiap sel yang juga bertambah. Anemia makrositik dibagi
menjadi dua yakni megaloblastik yang dikarenakan kekurangan vitamin
B12, asam folat, dan gangguan sintesis DNA, dan anemia non
megaloblastik yang disebabkan oleh eritropoesis yang dipercepat dan
peningkatan luas permukaan membran.
2. Normositik
Dimana ukuran sel darah merah tidak berubah, namun terjadi kehilangan
darah yang parah, peningkatan volume plasma darah berlebih, penyakit
hemolitik dan gangguan endokrin, hati dan ginjal.
Berdasarkan penyebabnya anemia dikelompokkan sebagai berikut :
a. Anemia defisiensi zat besi
Merupakan salah satu jenis anemia yang diakibatkan oleh kurangnya
zat besi sehingga terjadi penurunan sel darah merah.
b. Anemia pada penyakit kronik
Jenis anemia ini adalah anemia terbanyak kedua setelah anemia
defisiensi zat besi dan biasanya terkait dengan penyakit infeksi.
c. Anemia pernisius
Biasanya diderita orang usia 50-60 tahun yang merupakan akibat dari
kekurangan vitamin B12. Penyakit ini bisa diturunkan.
d. Anemia hemolitik
Anemia yang disebabkan oleh hancurnya sel darah merah yang lebih
cepat dari proses pembentukannya dimana usia sel darah merah
normalnya adalah 120 hari.
e. Anemia defisiensi asam folat
Disebabkan oleh kurangnya asupan asam folat. Selama masa
kehamilan, kebutuhan asam folat lebih besar dari biasanya.
f. Anemia aplastic
Anemia yang terjadi akibat ketidakmampuan sumsum tulang dalam
membentuk sel darah merah.
C. Etiologi
Salah satu faktor yang menyebabkan tinggi atau rendahnya kadar
hemoglobin dalam darah adalah asupan zat gizi. Proses produksi sel darah
merah berjalan dengan lancar apabila kebutuhan zat gizi yang berguna
dalam pembentukan hemoglobin terpenuhi (Almatsier et al., 2011).
Komponen gizi yang berperan dalam pembentukan hemoglobin adalah zat
besi, sedangkan vitamin C dan protein membantu penyerapan hemoglobin.
Zat besi merupakan salah satu komponen heme, yang dibutuhkan tubuh
untuk membentuk hemoglobin (Proverati, 2011).
Menurut, Kemenkes, 2019 anemia dapat disebabkan oleh barbagai
faktor misalnya kekurangan asupan gizi, penyakit infeksi seperti malaria,
mengalami perdarahan saat melahirkan, kebutuhan tubuh yang meningkat,
akibat mengidap penyakit kronis, dan kehilangan darah akibat menstruasi
dan infeksi parasite (cacing).

D. Patofisiologi
Adanya suatu anemia mencerminkan adanya suatu kegagalan
sumsum atau kehilangan sel darah merah berlebihan atau keduanya.
Kegagalan sumsum (misalnya berkurangnya eritropoesis) dapat terjadi
akibat kekurangan nutrisi, pajanan toksik, invasi tumor atau penyebab lain
yang belum diketahui. Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan
atau hemolisis (destruksi). Lisis sel darah merah (disolusi) terjadi terutama
dalam sel fagositik atau dalam sistem retikuloendotelial, terutama dalam
hati dan limpa. Hasil dari proses ini adalah bilirubin yang akan memasuki
aliran darah. Setiap kenaikan destruksi sel darah merah (hemolisis) segera
direfleksikan dengan peningkatan bilirubin plasma (konsentrasi normal ≤ 1
mg/dl, kadar diatas 1,5 mg/dl mengakibatkan ikterik pada sclera).
Apabila sel darah merah mengalami penghancuran dalam sirkulasi,
(pada kelainan hemplitik) maka hemoglobin akan muncul dalam plasma
(hemoglobinemia). Apabila konsentrasi plasmanya melebihi kapasitas
haptoglobin plasma (protein pengikat untuk hemoglobin bebas) untuk
mengikat semuanya, hemoglobin akan berdifusi dalam glomerulus ginjal
dan kedalamurin (hemoglobinuria). Kesimpulan mengenai apakah suatu
anemia pada pasien disebabkan oleh penghancuran sel darah merah atau
produksi sel darah merah yang tidak mencukupi biasanya dapat diperoleh
dengan dasar:
a. hitung retikulosit dalam sirkulasi darah;
b. derajat proliferasi sel darah merah muda dalam sumsum tulang dan
cara pematangannya, seperti yangterlihat dalam biopsi; dan ada
tidaknya hiperbilirubinemia dan hemoglobinemia
E. Pathway

Perdarahan Kurang bahan baku Penghancuran Terhentinya


masif pembutan sel darah eritrosit yang pembuatan sel
berlebihan darah oleh
sum-sum tulang

Anemia

Anoreksia RestiGgnutrisi Kadar HB


kurang dari
kebutuhan Komparten sel
penghantar oksigen/ zat
nutrisi ke sel<
Lemas

Gg perfusi jaringan
Cepat lelah

Intoleransi
aktivitas
F. Manifestasi klinik
WHO menyatakan bahwa hemoglobin diperlukan tubuh untuk
membawa oksigen. Akibatnya, apabila jumlah hemoglobin tidak cukup,
sel darah merah terlalu sedikit ataupun abnormal, maka akan terjadi
penurunan kapasitas darah untuk membawa oksigen ke jaringan tubuh. Hal
ini menimbulkan gejala seperti kelelahan, lemah, pusing, dan sesak napas.
Sementara itu, kadar hemoglobin optimal yang dibutuhkan untuk
memenuhi kebutuhan fisiologis bervariasi pada setiap individu. Hal
tersebut biasanya dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, tempat tinggal,
kebiasaan merokok dan status kehamilan.
Menurut Kemenkes RI, 2019 anemia dapat mengakibatkan
gangguan ataupun hambatan pada pertumbuhan sel tubuh maupun sel otak.
Kurangnya kadar hemoglobin dalam darah dapat menimbulkan gejala
Gejala anemia sering disebut dengan 5L (lesu, letih, lemah, lelah, lalai),
disertai dengan pusing kepala terasa berputar, mata berkunang-kunang,
mudah mengantuk, serta sulit konsentrasi karena kurangnya kadar oksigen
dalam otak. Pada remaja, menurunnya kebugaran serta konsentrasi
menyebabkan menurunnya capaian belajar dan kemampuan mengikuti
kegiatan baik didalam atau diluar sekolah. Anemia juga akan menurunkan
daya tahan tubuh sehingga biasanya lebih mudah terkena infeksi
(Josephine D, 2020).

G. Komplikasi
Penderita anemia yang tidak mendapat perawatan yang baik bisa
saja mengalami beberapa komplikasi seperti kesulitan melakukan aktivitas
akibat mudah lelah. Masalah pada jantung, seperti aritmia dan gagal
jantung. Gangguan pada paru misalnya hipertensi pulmonal. Selain itu
anemia juga dapat memicu terjadinya komplikasi kehamilan, seperti
melahirkan premature, atau bayi terlahir dengan berat badan rendah serta
resiko kematian akibat perdarahan saat melahirkan. Penderita anemia juga
rentan mengalami infeksi dan akan terjadi gangguan tumbuh kembang
apabila terjadi pada anak-anak atau bayi (Josephine D, 2020). Anemia
merupakan kormobid (penyakit atau kondisi yang muncul bersamaan pada
seseorang) yang sering ditemukan pada penderita gagal jantung sementara
penyebabnya belum diketahui (Hendrata C, 2010).

H. Penatalaksanaan
Anemia dapat dicegah dengan konsumsi makanan tinggi zat besi, asam
folat, vitamin A, vitamin C dan Zink, dan pemberian tablet tambah darah
(Kemenkes RI, 2018). Penatalaksaan anemia ada 3 yakni,
a. Pemberian Zat besi oral
b. Pemberian Zat besi intramuscular. Terapi ini dipertimbangkan apabila
respon pemberian zat besi secara oral tidak berjalan baik.
c. Tranfusi darah diberikan apabila gejala anemia disertai dengan adanya
resiko gagal jantung yakni ketika kadar Hb 5-8 g/dl. Komponen darah
yang diberikan adalah PRC dengan tetesan lambat.

I. Pemeriksaan Penunjang
Menurut Muscari (2015) pemeriksaan diagnostik pada anemia adalah:
a. Jumlah pemeriksaan darah lengkap dibawah normal (Hemoglobin < 12
g/dL, Hematokrit < 33%, dan sel darah merah)
b. Feritin dan kadar besi serum rendah pada anemia defisiensi besi
c. Kadar B12 serum rendah pada anemia pernisiosa
d. Tes comb direk positif menandakan anemia hemolitik autoimuN
e. Hemoglobin elektroforesis mengidentifikasi tipe hemoglobin abnormal
pada penyakit sel sabit
f. Tes schilling digunakan untuk mendiagnosa defisiensi vitamin B12
BAB III
TINJAUAN KASUS

LAPORAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN Tn. K DENGAN ANEMIA DI
RUANG INFEKSI RSUD PALEMBANG BARI

Pengkajian tgl : 29 September 2022 Jam : 14.00 WIB


Tanggal MRS : 28 September 2022 No. RM : 80.87.67
Ruang / Kelas : Infeksi Dx. Medis : Anemia
I. IDENTITAS / BIODATA
Nama : Tn.K Jenis Kelamin :Laki-laki
Umur : 45 Tahun Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam Penanggung Jawab Biaya : BPJS
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Buruh
Suku / Bangsa : Indonesia
Alamat : Keramasan Rw 02 Rt 06

II. ANAMNESIS
Keluhan Utama : Sesak napas
Riwayat Penyakit Sekarang : ± 2 minggu mengeluh sesak napas, Pusing, Lemas, dan
nyeri
Riwayat Masuk Rumah Sakit : Pasien datang ke RS dengan keluhan sesak napas,
pusing, lemas.
Riwayat Penyakit Dahulu : Tidak Ada
Riwayat Penyakit Keluarga : Tidak ada

Masalah Keperawatan: Sesak Napas


III. PEMENUHAN KEBUTUHAN SEHARI-HARI

No. Kebutuhan Saat Dikaji


1. Nutrisi Pasien makan 3x sehari dengan porsi ¼
dihabiskan dari porsi yang diberikan oleh
ahli gizi, diberikan terapi Diet 1700 kkal
40 gram protein tinggi
BB 55 kg
TB 156 cm
2. Cairan 953 cc
3. Eliminasi BAB Pasien mengatakan belum BAB
4. Eliminasi BAK Terpasang kateter urin
5. Kebutuhan aktivitas dan personal Kebutuhan aktivitas dan personal hygiene
hygiene: berjalan, makan, minum, dibantu oleh perawat
mencuci rambut, mandi, oral hygiene

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

IV. PEMERIKKSAAN FISIK


1. Keadaan Umum : Pasien mengeluhsesak napas
2. Kesadaran : Composmentis
3. GCS : E4 M5 V6
4. Tanda Vital : TD: 105/90 mmHg N: 105x/mnt RR:26 x/mnt T:
36,50C Spo2: 80%

5. Kepala
√ Simetris - Asimetris - Perdarahan
- Bengkak - Depresi tulang tengkorak
- Echymosis - Nyeri tekan
- Kelainan bentuk tulang
- Luka, ukuran: Lokasi :
Lain-lain:
- Rambut pasien
terlihat warnanya
hitam
- Rambut pasien tidak
rontok

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

6. Mata
Kebiruan (Lingkaran - -
- Mata
- Perdarahan mata, - Lokasi: -
Ruptur:
- Anemia - Ananemia - Ikterik
Respon Pupil √ Isokor - Anisokor
- RC - Midriasi
Lain-lain:
- Mata pasien
terlihat simetris
- Pasien
mengatakan
penglihatannya
normal

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

7. Telinga
- Cairan , Warna:
- Lecet/kemerahan/laserasi
- Benda asing, berupa: Tidak ada
Lain-lain:
- Pasien mengatakan pendengarannya
normal
- Telinga pasien terlihat bersih
- Tidak ada cairan yang keluar dari
telinga pasien

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

8. Hidung
- Cairan , Warna:
- Lecet/kemerahan/laserasi
- Benda asing, berupa:
Lain-lain:
 Pasien mengatakan tidak pilek
 Hidung pasien terlihat tidak ada
secret

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

9. Leher

- Penetrasi benda asing - Nyeri tekan


- Deviasi trakea - Distensi Vena Jugularis
- Bengkak - Kebiruan sekitar leher
- - Krepitasi
Lain-lain:

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

10. Dada/Paru
√ Simetris - Asimetris - Bengkak

- Ekspansi dinding dada meningkat/menurun


- Luka tusuk Luka sayat Ukuran: Lokasi :

RR: 18x/ menit, teratur Tidak teratur

- Penggunaan otot dinding dada

- Nyeri dada - Saat aktivitas - Tanpa aktivitas

Karakterisitik nyeri Skala nyeri 1, 2, 3, 4 , 5, 6, 7, 8, 9, 10

- Seperti terbakar - Seperti tertimpa beban berat

- Menjalar - Seperti ditusuk-tusuk

- Lain-lain:

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

11. Abdomen
Dinding abdomen: - Simetris - Asimetris

- Perdarahan/bengkak - Laserasi/jejas.lecet
- Luka tusuk - Luka bakar Luas: 60%
- Distensi abdomen - Teraba keras & tegang
- Nyeri tekan

Lain-lain:

Masalah Keperawatan : Tidak Ada

12. Genetalia
- Simetris - Asimetris

- Benjolan, Ukuran: lokasi:


- Darah pada rektum BAB: x/hari Warna: Jumlah:
- Nyeri tekan Skala nyeri: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10

BAK:/hari, warna: kuning pekat jumlah: 1000cc

Lain-lain:
- Pasien terpasang kateter

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

13. Ekstremitas
- Kelainan bentuk - Perdarahan - Bengkak - Edema
- Jejas/luka/laserasi Ukuran: lokasi:
- Jari-jari hilang √ Keterbatasan gerak
- Fraktur, lokasi: - Kaku sendi
- Nyeri tekan

- Kekuatan otot (1-5) (1)

- Lain-lain:

14. Kulit
- Ada luka - Dekubitus Ukuran: Lokasi:

- Echymosis - Ptechie - Pucat - Sianosis

- Lembab - Kering
- Turgor cepat kembali - Turgor lambat kembali
- Luka bakar 60%
- Gatal/gatal/pruritis
- Insisi operasi Ukuran: Lokasi:

- Nyeri tekan Skala nyeri: 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10

Masalah Keperawatan : Tidak Ada

V. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL, BUDAYA, SPIRITUAL

Psikologis : Perasaan pasien setelah mengalami masalah ini


dengan berobat / kontrol dengan keseahatanya
Rencana pasien setelah masalahnya terselesaikan
Jika rencana ini tidak dapat dilaksanakan
Pengetahuan pasien tentang masalah/penyakit yang
ada
Sosial : Aktifitas/peran pasien di masyarakat seperti biasa
dan ingin berinteraksi sosial disekitaran lingkungan.
Budaya : Budaya yang diikuti pasien dengan aktifitasnya
dalam sehari- hari bahasa indonesia sumatera
selatan palembang
Spiritual : Aktifitas ibadah dan kegiatan keagamaan yang biasa
dilakukan sehari-hari
Aktifitas ibadah dan kegiatan keagamaan sekarang
dapat dilaksanakan di atas tempat tidur
Perasaan pasien ingin sembuh dan mengikuti dalam
kegiatan sehari-hari
Keyakinan ingin sembuh tentang peristiwa/masalah
kesehatan yang sekarang sedang dialami

Masalah Keperawatan : Tidak ada masalah keperawatan

VI. KEBUTUHAN EDUKASI


Terdapat hambatan dalam pembelajaran:
√ Tidak - Ya, Jika Ya - Pendengaran - Penglihatan - Kognitif - Fisik
- Budaya - Emosi - Bahasa
Lain-lainnya:
Dibutuhkan penerjemah - Ya √ Tidak

Kebutuhan edukasi
- Diagnosa dan manajemen penyakit - Obat-obatan/terapi Diet dan nutrisi
√ Tindakan Keperawatan - Rehabilitasi √ Manajemen nyeri
- Lain-lainnya, sebutkan

Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan

VII. RISIKO CEDERA/JATUH


- Tidak - Ya, jika ya gelang resiko jatuh warna kuning harus dipasang
Masalah Keperawatan: Tidak ada masalah keperawatan
VIII. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil Pemeriksaan
a. Laboratorium
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Normal Hasil Pemeriksaan

Hemoglobin 4.9 g/dL 20 – 40 Pada


Eritrosit 2.23 10^6/uL Nilai kritis: >250 pemeriksaan
0.6 – 1.1 darah tepi
Hematokrit 15.7% 20 – 180
Nilai kritis:
didapatkan hasil
Eosonofil 0.0% Umum <45 - eritrosit:
>400 normokrom
Neutrofil 74.6%
normositik,
Limfosit 17.7% 3.8 – 5.1 polikromatia (- )
Nilai kritis : <3.8
normoblast (-).
Trombosit 68 10^3/uL - >5.1
Leukosit: kesan
PCT 0.07%. jumlah normal,
135 – 155 dominasi netrofil
Nilai kritis: segmen, blast (-).
Umum <125 -
160
Trombosit: kesan
jumlah menurun,
Umum <2.5 - platelet
>6.0 berukuran besar
(+). Kesimpulan
yang didapat:
anemia
normokromik,
normositik ec
suspect chronic
disease,
trombositopenia

b. EKG
Kesan:
Gambar:

IX. PENATALAKSANAAN

a. Terapi Obat

Nama Obat Dosis Cara Golongan Fungsi/Indikasi


Pemberian
O2 nasal 5 lpm IV Terapi oksigen pada
kanul pasien dengan kebutuhan
oksigen rendah atau
sedang
IVFD NaCl 8 tpm IV Obat keras Untuk mengembalikan
keseimbangan elektrolit
pada dehidrasi
Furosemide 3x2 IV Diuretik Mengatasi penumpukan
ampul cairan didalam tubuh
Asam folat 2x1 IV bebas Mengatasi kekurangan
ampul asam folat
ANALISA DATA
MASALAH
SYMPTOM ETIOLOGI
KEPERAWATAN
DS : ACKD Pola napas tidak
Pasien mengatakan badan ↓ efektif
terasa lemas Retensi Na
Pasien mengatakan mual ↓
dan muntah Total CES meningkat
Pasien mengatakan sesak ↓
(+) Tekanan kapiler
DO : meningkat
Pasien tampak lemah ↓
Tampak jenis pernafasan Edema
pasien dispnea ↓
Bunyi napas tambahan Beban jantung
ronchi meningkat
TD = 130/80 mmHg ↓
N = 82 x/menit Hipertrofi ventrikel kiri
RR = 24 x/menit ↓
S = 36oC Bendungan atrium kiri
SPO2 93% meningkat
Hasil pemeriksaan ↓
radiologi Thorax AP, kesan Tekanan vena
: edema paru pulmonalis

Edema paru

Pola Nafas Tidak
Efektif

DS: Pasien mengatakan Penurunan Ketidakefektifan


merasa lemas dan pusing ↓ perfusi jaringan
saat bangun dari tempat Kadar perifer
tidur. ↓
DO: Konjungtiva tampak Hemoglobin
pucat, bibir pucat, pada

pemeriksaan laboratorium
dalam darah
tanggal 29 September 2022
pukul 03.27 Wib,
didapatkan hasil
pemeriksaan APTT 44,8
detik, Hemoglobin
6,0g/dL, Eritrosit 2,71
10^6/uL, Hematokrit
19,0%, Trombosit 71
10^3/uL.
Pemeriksaan laboratorium
tanggal 29 September 2022
pukul 13.24 didapatkan
hasil hemoglobin 4.9 g/dL,
jumlah eritrosit 2.23
10^6/uL, hematokrit
15.7%, jumlah trombosit
68 10^3/uL.

MASALAH KEPERAWATAN
1. Pola napas tidak efektif
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer

PRIORITAS MASALAH KEPERAWATAN


1. Pola napas tidak efektif
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer
DIAGNOSA KEPERAWATAN (PES)
1. Pola napas tidak efektif berhubugan dengan
2. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan
konsentrasi hemoglobin dalam darah.
RENCANA KEPERAWATAN
Nama Pasien : Tn. K
Diagnosa Medis : Anemia
Jenis kelamin : Laki-laki
Hari/Tanggal : Rabu/ 29 September 2022
No. RM :80.87.67
Shift : Pagi

Diagnosa Rencana Keperawatan


No
keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi Rasional
1. Pola napas tidak Pola Napas Manajemen jalan Pemantauan
efektif Setelah diberikan nafas Respirasi
DS : asuhan keperawatan 1. Observasi Monitor
Pasien mengatakan selama 1x2 jam, maka Monitor pola frekuensi,
pola nafas membaik nafas irama,
badan
dengan kriteria hasil : (frekuensi, kedalaman dan
terasa lemas
Ventilasi kedalaman, upaya napas
Pasien mengatakan
semenit usaha nafas) Monitor pola
mual Kapasitas vital Monitor bunyi napas
dan muntah Diameter nafas Monitor
Pasien mengatakan thorak anterior tambahan kemempuan
sesak posterior (mis. batuk efektif
(+) Tekanan Gurgling,
Monitor
DO : ekspirasi mengi,
produksi
Pasien tampak lemah Tekanan wheezing,
sputum
Tampak jenis inspirasi ronkhi)
2. Terapeutik Monitor
pernafasan Tidak
Posisikan semi sumbatan jalan
pasien dispnea Dyspnea fowler napas
Bunyi napas Penggunaan Berikan Palpasi
tambahan otot bantu minuman kesimetrisan
ronchi napas hangat ekspansi paru
Pemanjangan Berikan Auskultasi
TD = 130/80 mmHg
fase ekspirasi oksigen bunyi napas
N = 82 x/menit
Tidak Ajarkan Monitor
RR = 24 x/menit Teknik
Ortopnea saturasi
S = 36oC nofarmakologi
Pernapasan oksigen
SPO2 93% pursed lip (relaksasi
Monitor nilai
Hasil pemeriksaan Pernapasan nafas dalam)
AGD
radiologi Thorax AP, cuping hidung 3. Edukasi
Monitor foto
kesan Frekuensi Anjurkan
thorax
: edema paru napas normal asupan cairan
Atur interval
Kedalaman 200 ml/hari,
pemantauan
napas normal jika tidak
respirasi sesuai
kontraindikasi
Ekskursi dada kondisi pasien
Ajarkan
teknik batuk Dokumentasik
efektif an hasil
Kolaborasi pemantauan
Kolaborasi Jelaskan
pemberian tujuan dan
bronkodilator, prosedur
ekspektoran, pemantauan
mukolitik, jika Informasikan
perlu hasil
pemantauan
2. Ketidakefektifan Domain II Kesehatan Domain II Fisiologis
perfusi jaringan Fisiologi Kompleks
perifer Kelas E: Jantung Paru Kelas N: Manajemen
berhubungan Kode 0407 Perfusi Perfusi Jaringan
dengan penurunan Jaringan: Perifer Kode 4180 Manajemen
konsentrasi Definisi: Hipovolemi
hemoglobin Kecukupan aliran darah Definisi: Ekspansi dari
dalam darah. melalui pembuluh kecil volume cairan
DS: Pasien diujung kaki dan tangan intravaskuler pada pasien
mengatakan merasa untuk mempertahankan yang cairannya berkurang
lemas dan pusing saat fungsi jaringan. 14. Timbang berat
bangun dari tempat Setelah dilakukan asuhan badan diwaktu
tidur. keperawatan selama 24 yang sama
DO: Konjungtiva jam perfusi jaringan 15. Monitor status
tampak pucat, bibir perifer adekuat dengan homeodinamik
pucat, pada kriteria hasil: meliputi nadi dan
pemeriksaan 4. Pengisian kapiler tekanan darah
laboratorium tanggal ekstremitas 16. Monitor adanya
29 September 2022 5. Muka tidak pucat tanda-tanda
pukul 03.27 Wib, 6. Capilary Refill dehidrasi
didapatkan hasil Time <2 detik 17. Monitor asupan
pemeriksaan APTT dan pengeluaran
44,8 detik, 18. Monitor adanya
Hemoglobin 6,0g/dL, hipotensi
Eritrosit 2,71 ortostatis dan
10^6/uL, Hematokrit pusing saat berdiri
19,0%, Trombosit 71 19. Monitor adanya
10^3/uL. sumber-sumber
kehilangan cairan
(perdarahan,
muntah, diare,
keringat yang
berlebihan, dan
takipnea)
20. Monitor adanya
data laboratorium
terkait dengan
kehilangan darah
(misalnya
hemoglobin,
hematokrit)
21. Dukung asupan
cairan oral
22. Jaga kepatenan
akses IV
23. Berikan produk
darah yang
diresepkan
dokkter
24. Bantu pasien
dengan ambulasi
pada kasus
hipotensi postural
25. Instruksikan pada
pasien/keluarga
untuk mencatat
intake dan output
dengan tepat
26. Instruksikan pada
pasien/keluarga
tindakan-tindakan
yang dilakukan
untuk mengatasi
hipovolemia.
Domain II Fisiologis
Kompleks
Kelas N: Manajemen
Perfusi Jaringan
Kode 4030 Pemberian
Produk-Produk darah
Definisi:
memberikan
darah atau produk darah
dan memonitor respon
pasien
11. Cek kembali
instruksi dokter
12. Dapakan riwayat
tranfusi pasien
13. Dapatkan atau
verifikasi
kesediaan
(informed
consent) pasien

IMPLEMENTASI& EVALUASI KEPERAWATAN


Nama Pasien : Tn. K Diagnosa Medis : Anemia
Jenis kelamin : Laki-laki Hari/Tanggal : Rabu/ 30 September 2022
No. RM :80.86.67 Shift : Sore
N Hari, Tgl Hari, Tgl
Diagnosa Implementasi Evaluasi Paraf
O & Jam & Jam
1. Pola napas tidak efektif 29 29 S : pasien mengatakan badannya masih
DS : September September lemas namun sudah
pasien mengatakan 2022 2022 tidak lemas seperti sebelumnya, sesak
badannya lemas, 15: 00 WIB 19:15 WIB berkurang
mual, muntah, dan sesak O : pasien tampak lemas
(+), nyeri 15: 10 WIB - Mengkaji pasien Melakukan TD = 130/80 mmHg
saat kencing pemeriksaan vital sign N = 82 x/menit
DO : 15: 25 WIB RR = 24 x/menit
pasien tampak terbaring S = 36oC
lemas 16: 15 WIB - Memberikan pasien oksigen dengan oksigen nasal kanul 5 lpm telah terpasang
SPO2 93% nasal kanul 5 lpm → SPO2 98%
TD = 130/80 mmHg A : Pola Nafas tidak efektif
N = 82 x/menit - Memeriksa hasil laboratorium P : Terapi lanjut di Ruangan Nakula :
RR = 24 x/menit O2 nasal kanul 5 lpm
S = 36oC NaCl 8 tpm
oksigen nasal kanul 5 Furosemide 3 x 2 ampul (IV)
lpm telah - Mengantar pasien untuk melaukan Planning HD elektif di ruangan
terpasang → SPO2 98% pemeriksaan radiologi Insulin tunda dulu
DS : -
Asam folat 2 x 1 (PO)
DO :
Cek gula darah di ruangan
BUN : 131,7 mg/dL (H)
Moxifloxacin 400 mg 1 x 1 (IV)
Kreatinin : 5,2 mg/dL
Nebulisasi N-asetilsistein @8jam
(H)
Sedimen urin Eritrosit Kultur darah
8-15 (H)
Sedimen urin Lekosit
banyak (H)
DS :
Pasien bersedia
dilakukan
pemeriksaan radiologi
DO :
Pasien telah dilakukan
pemeriksaan
radiologi Thorax AP +
BNO

2. Ketidakefektifan 29 1. Mengukur nadi dan suhu Tn. K 06 S: pasien mengatakan tidak merasa
perfusi jaringan September sebelum memasang produk darah April 2022 gatal atau demam.
perifer 2022 2. Mengganti cairan infuse pasien 19:15 WIB O: suhu tubuh 36,40C, Nadi
berhubungan 16 :55 dengan NaCl 0,9% 68x/menit (lemah), tidak ada
WIB
dengan penurunan 3. Mengganti infuse set dengan kemerahan di badan, hasil
konsentrasi transfuse set laboratorium tanggal 23 Juni 2018
hemoglobin 4. Melayani pemberian produk darah 1 didapatkan Hb 6,7 g/dL
dalam darah. bag @200cc (8 tetes per menit) A: masalah ketidakefektifan perfusi
DS: Pasien 5. Mengobservasi pasien adanya tanda jaringan perifer belum teratasi.
mengatakan merasa tanda alergi terhadap pemberian P: intervensi dilanjutkan.
lemas dan pusing saat darah
bangun dari tempat 6. Mengukur nadi dan suhu pasien saat
tidur. pemasangan darah.
DO: Konjungtiva 17: 15 WIB
tampak pucat, bibir 1. Memonitor data laboratorium
pasien terkait dengan hemoglobin, S: pasien mengatakan merasa nyeri
pucat.
eritrosit, hematokrit dan trombosit di lokasi pungsi di SIAS dan tibialis.
2. Mengukur suhu dan nadi pasien O: pasien tampak menangis
3. Mengantar pasien melakukan kesakitan, skala nyeri 10
pemeriksaan Bone Marrow (menggunakan skala wajah), CRT >2
Puncture (BMP) detik, suhu 35,90C, nadi 72x/menit,
belum ada hasil laboratorium terbaru.
A: masalah ketidakefektifan perfusi
jaringan belum teratasi.
P: Intervensi dilanjutkan
I: Ajarkan pasien teknik relaksasi
napas dalam, observasi lokasi pungsi
(SIAS dan tibialis)
E: pasien tidak lagi menagis, skala
nyeri 8 (skala wajah), pasien tidak
mau berbicara.
BAB IV
PEMBAHASAN
BAB V
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai