Disusun Oleh:
Sophia Azka Amani (P1337420222008)
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karuniaNya sehingga saya dapat meyelesaikan makalah yang berjudul “Pengaruh
Pemberian Ciplukan Terhadap Diabetes”.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen mata kuliah Farmakologi. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan bagi para pembaca dan juga penulis.
Saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Supadi, Ns., M.Kep., Sp. MB,
selaku dosen mata kuliah Farmakologi yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat
menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
ii
LEMBAR PENGESAHAN
NIM : P1337420222008
Kelas : 1A
Mengetahui
iii
DAFTAR ISI
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Diabetes Mellitus adalah penyakit metabolisme manusia yang disebabkan
oleh peningkatan glukosa darah di atas normal. Peningkatan kadar glokusa darah
tersebut diakibatkan karena adanya gangguan pada sekresi insulin, kerja insulin atau
keduanya (Brunner & Suddarth, 2013).
1
Salah satu contoh kasus diabetes mellitus yang ada di Indonesia seperti di
daerah Temanggung pada tanggal 20 Februari 2019 Tn. P mengeluhkan badannya
lemas, mual, muntah sejak 2 hari yang lalu, pandangannya kabur, sering buang air
kecil, sering merasa lapar, mengalami penurunan berat dari 68 kg menjadi 52 kg,
serta aktivitasnya dibantu sebagian oleh keluarganya.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan data pada kasus diatas dapat dirumuskan masalah :
C. Tujuan Penulisan
Setelah dilakukan pembahasan, diharapkan mahasiswa mampu :
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
Diabetes memiliki 2 tipe yakni diabetes mellitus tipe 1 yang merupakan hasil
dari reaksi autoimun terhadap protein sel pulau pankreas, kemudian diabetes tipe 2
yang mana disebabkan oleh kombinasi faktor genetik yang berhubungan dengan
gangguan sekresi insulin, resistensi insulin dan faktor lingkungan seperti obesitas,
makan berlebihan, kurang makan, olahraga dan stres, serta penuaan (Ozougwu et
al., 2013).
3
abnormalitas metabolik yang menganggu sekresi insulin, abnormalitas mitokondria,
dan sekelompok kondisi lain yang menganggu toleransi glukosa. Diabetes mellitus
dapat muncul akibat penyakit eksokrin pankreas ketika terjadi kerusakan pada
mayoritas islet dari pankreas. Hormon yang bekerja sebagai antagonis insulin juga
dapat menyebabkan diabetes (Putra, 2015).
Pada diabetes tipe 1, sel beta pankreas dihancurkan dalam proses autoimun,
sehingga insulin tidak dapat diproduksi. Hiperglikemia disebabkan oleh produksi
glukosa yang tidak dapat diukur oleh hati. Meskipun glukosa dari makanan tetap
berada di dalam darah dan menyebabkan hiperglikemia postprandial (setelah
makan), namun tidak dapat disimpan di hati. Jika konsentrasi glukosa darah cukup
tinggi, ginjal tidak dapat menyerap kembali semua glukosa yang disaring. Oleh
karena itu, ginjal tidak dapat menyerap semua glukosa yang disaring. Akibatnya,
muncul di urin (diabetes). Ketika kelebihan glukosa diekskresikan dalam urin,
penurunan ini disertai dengan kelebihan sekresi dan elektrolit. Kondisi ini disebut
diuresis osmotik. Dehidrasi yang berlebihan dapat menyebabkan peningkatan buang
air kecil (poliuria) dan rasa haus (polidipsia).
4
C. Penyebab dan Gejala Diabetes Mellitus
Diabetes sering disebabkan oleh faktor genetik dan perilaku atau gaya hidup
seseorang. Selain itu faktor lingkungan sosial dan pemanfaatan pelayanan kesehatan
juga menimbulkan penyakit diabetes dan komplikasinya. Diabetes dapat
memengaruhi berbagai sistem organ tubuh manusia dalam jangka waktu tertentu,
yang disebut komplikasi. Komplikasi diabetes dapat dibagi menjadi pembuluh darah
mikrovaskular dan makrovaskuler. Komplikasi mikrovaskuler termasuk kerusakan
sistem saraf (neuropati), kerusakan sistem ginjal (nefropati) dan kerusakan mata
(retinopat) (Rosyada, 2013).
Faktor risiko kejadian penyakit diabetes melitus tipe 2 antara lain usia,
aktivitas fisik, terpapar asap, indeks massa tubuh (IMT), tekanan darah, stres, gaya
hidup, adanya riwayat keluarga, kolesterol HDL, trigliserida, DM kehamilan,
riwayat ketidaknormalan glukosa dan kelainan lainnya. Penelitian yang dilakukan
oleh Trisnawati (2012) menyatakan bahwa riwayat keluarga, aktivitas fisik, umur,
stres, tekanan darah serta nilai kolesterol berhubungan dengan terjadinya DM tipe
2, dan orang yang memiliki berat badan dengan tingkat obesitas berisiko 7,14 kali
terkena penyakit DM tipe dua jika dibandingkan dengan orang yang berada pada
berat badan ideal atau normal.
Buang air kecil lebih sering dari biasanya terutama pada malam hari
(poliuria), hal ini dikarenakan kadar gula darah melebihi ambang ginjal
(>180mg/dl), sehingga gula akan diekskresikan dalam urin. Untuk mengurangi
konsentrasi urin yang dikeluarkan, tubuh menyerap air sebanyak mungkin dalam
urin, sehingga urin dapat dikeluarkan dalam jumlah besar dan sering buang air kecil.
Pada kondisi normal pengeluaran urin per hari kurang lebih 1,5 liter, namun pada
pasien DM yang tidak terkontrol urin dikeluarkan sebanyak lima kali. Mereka sering
haus dan ingin minum air sebanyak mungkin (poliploidi). Saat urine dikeluarkan,
tubuh mengalami dehidrasi atau dehidrasi. Untuk mengatasi masalah ini, tubuh
5
memproduksi rasa haus, sehingga penderita selalu ingin minum air, terutama air
dingin, manis, segar, dan air dalam jumlah banyak.
Ketika tubuh tidak bisa mendapatkan energi yang cukup dari gula karena
kekurangan insulin, tubuh akan menggunakan lemak dan protein tubuh untuk
energi. Dalam sistem pembuangan urine, penderita DM yang tidak terkendali bisa
kehilangan sebanyak 500 gr glukosa dalam urine per 24 jam (setara dengan 2000
kalori perhari hilang dari tubuh). Kemudian gejala lain atau gejala tambahan yang
dapat timbul yang umumnya ditunjukkan karena komplikasi adalah kaki kesemutan,
gatal-gatal, atau luka yang tidak kunjung sembuh, pada wanita kadang disertai gatal
di daerah selangkangan (pruritus vulva) dan pada pria ujung penis terasa sakit
(balanitis) (Simatupang, 2017).
6
Pengobatan yang dapat dilakukan untuk penderita diabetes melitus yaitu
dengan terapi insulin, mengonsumsi obat diabetes, mencoba pengobatan alternatif,
menjalani operasi dan memperbaiki life style (pola hidup sehat) dengan memakan
makanan yang bergizi atau sehat, olahraga.
8
BAB III
PEMBAHASAN
Tn. P dikatakan menderita diabetes mellitus juga karena dari ciri-ciri atau
gejala yang diderita seperti, badannya lemas, mual, muntah sejak 2 hari yang lalu,
pandangannya kabur, sering buang air kecil, sering merasa lapar, mengalami
penurunan berat dari 68 kg menjadi 52 kg, serta aktivitasnya dibantu sebagian oleh
keluarganya.
9
Maka pertanyaan dari apakah ciplukan dapat mengontrol diabetes mellitus ?
jawabannya, benar ciplukan dapat digunakan sebagai pengobatan herbal untuk
mengontrol penyakit diabetes mellitus. Tn. P yang ingin mencoba khasiat dari
tanaman ciplukan tersebut, tentu berpengaruh pada penyakit yang dideritanya.
Namun dalam penggunaannya harus rutin dan tentu saja juga membutuhkan obat
dan suntik insulin agar proses lebih cepat.
10
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ekstrak herba tanaman ciplukan memiliki potensi sebagai antidiabetes.
Pemberian ekstrak etanol herba tanaman ciplukan (Physalis angulate 150
mg/KgBB dan 300 mg/KgBB secara signifikan mampu menurunkan kadar
glukosa darah diabetes. Pemberian ekstrak etanol herba tanaman ciplukan
(Physalis angulate L) yang paling baik menurunkan kadar glukosa darah adalah
dosis 150 mg/KgBB. Selain mengkonsumsi herba ciplukan, penderita diabetes
mellitus juga harus memperbaiki life style (pola hidup sehat) dengan memakan
makanan yang bergizi atau sehat, serta olahraga.
B. Saran
Pemberian ekstra herba tanaman ciplukan di sarankan untuk dikonsumsi
untuk mengontrol diabetes mellitus, dan kita hendaknya memberikan
pemahaman srta berbagi kepada orang lain mengenai ilmu yang kita ketahui.
11
DAFTAR PUSTAKA
12