PENDAHULUAN
4. Persiapan Alat :
a. Inkubator
b. Peralatan untuk membersihkan inkubator
c. Alat tenun untuk inkubator
d. Perlak
e. Selimut
f. Termometer
g. Sarung tangan bersih
h. Hand rub
1
5. Persiapan Pasien dan lingkungan:
a. Pastikan identitas pasien
b. Kaji kondisi anak (adanya hambatan, riwayat perdarahan, fraktur)
c. Jaga privasi pasien
d. Jelaskan maksud dan tujuan pada anak/keluarga
e. Libatkan orang tua/pengasuh
6. Persiapan perawat
a. Lakukan pengkajian kebutuhan pemberian inkubator: umur dan berat badan,
prematuritas, baca catatan keperawatan dan medis
b. Rumuskan diagnosa terkait
c. Buat perencanaan tindakan (intervensi)
7. Kaji kebutuhan tenaga perawat, minta perawat lain membantu jika perlu
8. Prosedur Kerja
a. Tahap prainteraksi
1) Kaji kabutuhan pemberian fototerapi
2) Siapkan alat
3) Cuci tangan
b. Tahap orientasi
1) Berikan salam, perkenalkan nama dan tanggung jawab perawat
2) Jelaskan prosedur, tujuan dan lamanya tindakan pada keluarga
(Berikankesempatan keluarga untuk bertanya, berikan petunjuk alternatif
komunikasijika keluarga merasa tidak nyaman dengan prosedur yang
dilakukan)
3) Jaga privasi pasien
c. Tahap kerja
1) Bersihkan inkubator setiap hari dengan desinfektan
2) Tutup matras dengan kain bersih
3) Kosongkan air reservoir setiap hari
4) Periksa kelayakan incubator, mulai dari kasur, lampu sampai suhu. Jika
tidak layak, siapkan terlebih dahulu
5) Tekan tombol power (On) untuk menyalakan inkubator
6) Atur suhu sesuai umur dan BB
2
7) Atur suhu ruangan (31℃) dalam incubator, untuk bayi normal 31℃-32℃
dan untuk bayi BBLR 33℃
8) Hangatkan inkubator sebelum digunakan
9) Lepaskan seluruh pakaian bayi
10) Letakkan bayi pada inkubator dalam keadaan telanjang
11) Tutup inkubator, jaga agar lubang selalu tertutup
12) Gunakan satu inkubator untuk satu bayi
13) Periksa inkubator dengan termometer ruang dan ukur suhunya pada 8 jam
pertama, kemudian setiap 3 jam sekali
14) Bila suhu inkubator < 36,5 dan >37,5, atur suhu secepatnya
15) Bila inkubator tidak sesuai dengan suhu yang sudah diatur, maka inkubator
tidak berfungsi dengan baik. Atur suhu incubator sampai tercapai suhu
yang dikehendaki atau gunakan cara lain untuk menghangatkan bayi
16) Cuci tangan
d. Tahap terminasi
19) Akhiri dan simpulkan kegiatan
20) Mengevaluasi suhu bayi, suhu blue light, intake cairan dan lama
penyinaran
21) kontrak untuk kegiatan selanjutnya
22) Bereskan alat
23) Cuci tangan
24) Dokumentasikan tindakan dan kondisi perkembangan bayi
CATATAN:
- Pastikan bahwa semua petugas yang terlibat dalam perawatan ini
mampumenggunakan inkubator dengan benar
- Tentukan suhu yang tepat untuk inkubator berdasarkan usia dan berat badanbayi
3
- menyesuaikan suhu inkubator untuk mempertahankan lingkungan suhu netral ( NTE
).Inkubator memerlukan pasokan listrik yang tidak terputus. Hangatkaninkubator
sampai suhu yang diinginkan sebelum meletakkan bayi didalamnya
- Perhatikan lokasi inkubator di ruang bayi. Inkubator harus jauh dari jendelayang
tidak bisa ditutup rapat.
- Bersihkan kasur dan tutupi dengan lembaran seprai bersih.
- Pastikan bahwa reservoir air inkubator kosong; bakteri yang berbahaya
dapatberkembang dalam air dan menginfeksi bayi. Membiarkan reservoir
keringtidak akan mempengaruhi fungsi inkubator.
- Pastikan bahwa kepala bayi tertutup dan bayi diberi baju atau tertutup kecualijika
bayi perlu telanjang atau dilepaskan bajunya sebagian untuk pengamatanatau
prosedur.
- Tutup kap secepat mungkin setelah meletakkan bayi di dalamnya, danpertahankan
jendela inkubator tetap tertutup setiap saat guna mempertahankankehangatan
inkubator.
- Ukur suhu bayi setiap jam selama delapan jam pertama, dan kemudian setiaptiga
jam
- Suhu neonatus harus dipantau secara berkala, setiap 4 jam atau sesuai instruksi
dokter.
- Lubang jendela inkubator sedapat mungkin harus digunakan saat
melakukanperawatan neonatus, dan tidak dengan membuka pintu inkubator yang
lebihbesar.
- Berikan bayi kepada ibu segera setelah bayi tidak lagi membutuhkanperawatan
khusus dan prosedur serta terapi yang sering.
- Biasanya bayi hipotermia menderita hipoglikemia, sehingga bayi harus diberi
ASIsedikit-sedikit sesering mungkin. Bila bayi tidak menghisap, diberi
infusglukosa10% sebanyak 60-80 ml/kg per hari
B. Nesting
1. Pengertian Nesting
Nesting adalah suatu alat yang digunakan di ruang NICU yang diberikan pada
BBLR atau bayi prematur yang bertujuan untuk meminimalkan pergerakan badan
bayi.
2. Tujuan Nesting
4
Menstimulasikan perasaan seperti di dalam rahim sehingga membuat membuat
berkurangnya kegelisahan bayi dan tidak rentan terkejut.
3. Langkah-Langkah Melakukan Nesting
Langkah-Langkah Pembuatan Nest
1) Siapkan selembar kain bedong 4 buah (minimal)
2) Letakkan kain bedong di meja dan di gulung
3) Ambil kain bedong dan lebarkan
4) Ambil kain yang sudah digulung dan letakkan di atas kain bedong yang
sudah dilebarkan
5) Plester ujung lipatan nest
6) Nest kemudian dibentuk huruf “U”
7) Satukan kedua nest sehingga menjadi huruf “O”
8) Tutup nest dengan kain lembut (opsional)
9) Posisikan bayi dalam nest
1. Persiapan
a. Pengkajian sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b. Evaluasi tindakan
c. Alat-alat yang dibutuhkan: Bedongan bayi sebanyak 7 buah, perlak dan
selotip
2. Pelaksanaan
a. Lakukan pengkajian awal pada bayi yang dirawat diruang Perinatologi/NICU
khususnya untuk bayi prematur dan BBLR
b. Pengkajian meliputi skala nyeri, TTV serta tindakan-tindakan yang akan
dilakukan
c. Saat melakukan tindakan perhatikan keadaan umum bayi, bila bayi dalam
keadaan stress dapat ditunjukan dengan tangisan yang melengking,
perubahan warna kulit serta apnoe
d. Setelah melakukan tindakan berikan sentuhan positif seperti mengelus
ataupun menggendong bayi
e. Setelah bayi dalam kondisi tenang kemudian letakkan dalam nesting yang
sudah dibuat
f. Cara membuat nesting: Buat gulungan dari 3 bedongan kemudian ikat kedua
ujungnya sehingga didapatkan 2 gulungan bedongan dari 6 bedongan yang
dipersiapkan. Gunakan selotip untuk merekatkan sisi gulungan bedongan, 1
gulungan bedong tersebut dibuat setengah lingkaran, jadi dari 2 gulungan
bedongan tersebut terlihat seperti lingkaran, kemudian bayi diletakkan
didalam nest dengan posisi fleksi diatas kaki dibuat seperti penyangga
dengan menggunakan kain bedongan
3. Evaluasi
Setelah melakukan tindakan yang dapat membuat stress pada bayi, bayi yang
terpasang nest tersebut tampak tenang tidak rewel, dan nyaman didalam nest
tersebut
5
4. Manfaat Penggunaan Nesting
Manfaat penggunaan nesting pada neonatus diantaranya adalah:
1. Memfasilitasi perkembangan neonatus
2. Memfasilitasi pola posisi hand to hand dan hand to mouth pada neonatus
sehingga posisi fleksi tetap terjaga
3. Mencegah komplikasi yang disebabkan karena pengaruh perubahan posisi
akibat gaya gravitasi
4. Mendorong perkembangan normal neonatus
5. Dapat mengatur posisi neonatus
6. Mempercepat masa rawat neonatus
5. Kriteria
1. Neonatus (usia 0-28 hari)
2. Prematur atau BBLR
6
mengabsorbsi cahaya, terjadi reaksi fotokimia yaitu isomerisasi. Juga terdapat
konversi ireversibel menjadi isomer kimia lainnya bernama lumirubin yang
dengan cepat dibersihkan dari plasma melalui empedu. Lumirubin adalah produk
terbanyak degradasi bilirubin akibat fototerapi pada manusia. Sejumlah kecil
bilirubin plasma tak terkonyugasi diubah oleh cahaya menjadi dipyrole yang
diekskresikan lewat urin. Foto isomer bilirubin lebih polar dibandingkan bentuk
asalnya dan secara langsung bisa dieksreksikan melalui empedu. Hanya produk
foto oksidan saja yang bisa diekskresikan lewat urin (Maisels & McDonagh,
2008).
Paparan sinar terhadap permukaan tubuh bayi secara terus menerus
menyebabkan peningkatan suhu tubuh dan mengawali terjadinya peningkatan
aliran darah perifer dan kehilangan cairan yang tidak disadari selama proses
fototerapi (Maisels & McDonagh, 2008).
5. Indikasi Fototerapi
Fototerapi direkomendasikan apabila :
1. Kadar bilirubin total 5-8 mg/dl pada bayi dengan berat badan <1500 gram.
2. Kadar 8-12 mg/dl pada bayi dengan berat badan 1500-1999 gram.
3. Kadar 11-14mg/dl pada bayi dengan berat badan 2000-2499 gram.
6. Evektivitas Fototerapi
1. Jenis Cahaya
Cahaya biru (fluoresens biru) dengan spektrum 460-490 nm merupakan cahaya
yang paling efektif dalam fototerapi karena dapat menembus jaringan dan
diabsorbsi oleh bilirubin (bilirubin menyerap lebih kuar pada cahaya biru dengan
spektrum 460 nm ini).
7
berkisar 30-40 µ watt/cm¬¬2 nm yang dapat menjangkau permukaan tubuh bayi
dengan lebih luas. (Maisels & McDonagh, 2008).
3. Jarak antara bayi dengan sumber cahaya dan luasnya area kulit yang terpajan
Jarak antara bayi dengan sumber cahaya tidak boleh kurang dari 45 cm.
Penelitian terkontrol menyebutkan bahwa semakin luas daerah kulit yang
terpajan, semakin besar reduksi kadar bilirubin total. (Wong et al.,
2009).Efektivitas fototerapi tergantung pada kualitas cahaya yang dipancarkan
lampu (panjang gelombang), intensitas cahaya (iridasi), luas permukaan tubuh,
ketebalan kulit dan pigmentasi, lama paparan cahaya, kadar bilirubuin total saat
awal fototerapi (Sakundarno,2008).
7. Komplikasi Fototerapi
1. Fototerapi standart
4. Fototerapi circle
9. Prosedur fototerapi
A. Pengertian
Foto terapi adalah pemberian terapi sinar pada bayi baru lahir dengan
Pajanan sinar berintensitas tinggi dan ber spektrum terlihat untuk mengurangi
kadar bilirubin in direct
B. Tujuan
Mengurangi kadar bilirubin
C. Persiapan alat
Penutup mata
Penutup plastik
8
Lampu fluorense
Box bayi
Alas box bayi
D. Pase orientasi
Mengucapkan salam
Memperkenalkan diri dan menjelaskan tujuan pada keluarga
Menjelaskan langkah prosedur
Menjaga privasi klien
E.Fase kerja
Siapkan box dengan penutup plastik dibawahnya untuk menghindari cedera
apabila lampu pecah
Hangatkan ruangan box dengan suhu 28-30 C
Nyalakan lampu dan pastikan semua lampu flourence menyala
Ganti tabung lampu yang sudah terbakar, pemakaian 2000 jam atau 3 bulan
walaupun lampu masih bekerja
Pasang seprai putih atau Alas kasur pada pelbet, tempat tidur bayi atau Inkubator
dan letakkan tirai putih di sekitarnya untuk memantulkan kembali sinar ke bayi
sebanyak mungkin
Letakkan bayi di bawah sinar foto terapi
Cahaya diberikan pada jarak 35-50 Cm di atas bayi
Jika berat bayi di atas 2 kg letakkan bayi telanjang
Tutup mata bayi dengan penutup mata
Ubah posisi bayi tiap 3 jam
Pastikan bayi juga diberi makan atau minum
Ukur suhu bayi, bila lebih dari 37,5 C hentikan sementara
Cek kadar bilirubin setelah 12 jam
Hentikan bila selama 3 hari Bilirubin tidak teratur
Rapikan alat
Cuci tangan
F. Fasha terminasi
Mengevaluasi respon klien
Menyampaikan rencana tindak lanjut
Mengucapkan salam
G. Penampilan profesional
Ketenangan
Melakukan komunikasi Terapeutik
Menjaga keamanan pasienMenjaga keamanan Perawat atau diri
BAB III
9
PENUTUP
Simpulan
Inkubator adalah alat yang dipanasi dengan aliran listrik pada suhu
tertentu yang dipakai untuk menghangatkan bayi baru lahir dengan berat lahir
rendah atau bayi yang lahir premature
Nesting adalah suatu alat yang digunakan di ruang NICU yang diberikan
pada BBLR atau bayi prematur yang bertujuan untuk meminimalkan
pergerakan badan bayi
Fototerapi atau terapi cahaya adalah bentuk pengobatan untuk kulit dengan
menggunakan panjang gelombang cahaya buatan dari ultraviolet (cahaya biru),
bagian dari spektrum matahari.
10
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
http://ernhaer03myblog.blogspot.com/2017/04/prosedur-pemberian-fototerapi-
pada-bayi_28.html
https://id.scribd.com/document/391019324/SOP-NESTING-docx
11