Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN SURVEY EPIDEMIOLOGI

BLOK KLINIK PUBLIC HEALTH OF DENTISTRY

ANALISA SITUASI KESEHATAN GIGI DAN MULUT MASYARAKAT DI DESA


HARJOWINANGUN

KECAMATAN DEMPET, KABUPATEN DEMAK

Kelompok B

1. Ani Labibah

2. Arum Dyah

3. Dyflia Irfania

4. Febri Jayanti

5. Nirmala Yekti

6. Risa Fatonalia

7. Susanti Arisonya

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2015
KATA PENGANTAR

Kesehatan masyarakat baik sebagai ilmu (teori), maupun sebagai seni praktek belum
begitu popular di bandingkan ilmu kedokteran, secara teori maupun prakteknya kesehatan
masyarakat menekankan pada upaya-upaya pencegahan penyakit(Preventif) dan peningkatan
kesehatan (promotif), sedangkan kedokteran ataupun kesehatan perorangan menekankan pada
upaya pengobatan (kuratif) dan pemulihan kesehatan (Rehabilitatif). Namun demikian peran
kedua ilmu tersebut dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat
saling melengkapi, dan kedua nya juga melakukan upaya-upaya preventif, promotif, kuatif,
dan rehabilitative. Perbedaan hanya terletak pada penekanannya saja.
Tenaga kesehatan, baik medis maupun para medis harus mempunyai keempat bidang
kemampuan tersebut, meskipun dominan(aspek) dan porsinya berbeda. Oleh sebab itu di
dalam pendidikan tenaga kesehatan /kedokteran, baik tingkat menengah, akademik, maupun
fakultas,kedua ilmu tersebut di berikan dengan porsi dan derajat yang berbeda pula.
Pembuatan laporan ini di harapkan dapat menambah pengetahuan dan informasi
kondisi kesehatan gigi dan kesehatan lingkungan masyarakat desa harjowinangun RW 01,
serta dapat menunjang proses belajar kami mahasiswa fakultas kedokteran gigi unissula
dalam bidang kesehatan masyarakat.
Kritik dan saran yang sifat membangun dari warga harjowinangun dan perangkat
desa sangat kami harapkan sehingga dapat meningkatkan derajat kesehatan yang lebih baik.

Demak, Mei 2015

Tim survey

2
SURVEI TERPADU PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT
(PHBS) DAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
PHBS adalah semua perilaku kesehatan yang dilakukan atas kesadaran
sehingga anggota keluarga atau keluarga dapat menolong dirinya sendiri di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam kegiatan-kegiatan kesehatan di masyarakat.
Adalah wujud keberdayaan masyarakat yang sadar, mau dan mampu mempraktekkan
PHBS. Dalam hal ini ada 5 program priontas yaitu KIA, Gizi, Kesehatan Lingkungan,
Gaya Hidup, Dana Sehat/Asuransi Kesehatan/JPKM. PHBS di Rumah Tangga adalah
upaya untuk memberdayakan anggota rumah tangga agar tahu, mau dan mampu
melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan
kesehatan di masyarakat.
Sasaran survei ini adalah Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan rumah
tangga serta kesehatan gigi dan mulut masyarakat yang bertempat tinggal di dukuh
Tugu, Bokopayung, Domplang, dan pangkalan di desa Tugu Sayung Demak. Survei
ini dilakukan pada anak-anak, dewasa maupun orang tua, baik laki-laki maupun
perempuan, pada seluruh lapisan sosial-ekonomi masyarakat tanpa terkecuali.
Penilaian PHBS meliputi :
1. Perilaku
- Tidak merokok - Penimbangan balita
- Persalinan (KIA) - Cuci tangan
- Periksa hamil (KIA) - Gosok gigi
- Imunisasi - Olah raga/aktivitas
2. Lingkungan
- Jamban - SPAL
- Air bersih - Ventilasi
- Sampah - Lantai rumah
Penilaian survei terpadu Kesehatan Gigi dan Mulut meliputi :
Indikator :
1. Status kesehatan Gigi dan Mulut dan kebutuhan perawatan, meliputi :

3
 Maloklusi
 Status gigi dan perawatan yang diperlukan
 Status periodontal
2. Data perorangan
 Pemanfaatan fasilitas kesehatan gigi dan mulut
 Pengetahuan dan kebiasaan memelihara kesehatan
 Kepercayaan yang menyangkut kesehatan gigi dan mulut

B. Tujuan
Survei terpadu Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) tatanan rumah tangga
serta Kesehatan Gigi dan Mulut ini bertujuan untuk :
1. Mengetahui perwujudan program Perilaku Hidup Bersaih dan Sehat (PHBS) yang
telah dilakukan warga.
2. Memperoleh data yang objektif mengenai Perilaku Hidup Bersaih dan Sehat
(PHBS) serta Kesehatan Gigi dan Mulut.
3. Memperoleh pokok-pokok permasalahan kesehatan masyarakat, keluarga, serta
gigi dan mulut.
4. Memberdayakan pribadi , keluarga maupun masyarakat dalam berperilaku hidup
bersaih dan sehat dalam mengatasi masalah kesehatan keluarga, lingkungan serta
serta kesehatan gigi dan mulut sehingga dapt meningkatkan derajat kesehatan.
5. Sebagai bahan acuan untuk menentukan prioritas dan cara pemecahan masalah
sebagai upaya peningkatan derajat kesehatan di daerah tersebut.
6. Sebagai bahan masukan bagi pemerintah daerah setempat mengenai masalah
kesehatan masyarakat di daerah tersebut.

C. Metodologi
Didalam epidemiologi terdapat dua tipe pokok pendekatan atau metode yakni :
1. Epidemiologi Deskriptif
Didalam epidemiologi deskriptif di pelajari bagaimana frekuensi penyakit berubah
menurut perubahan veriabel-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang, tempat,
dan waktu.

4
 Orang
Dibicarakan mengenai peranan umur, jenis kelamin, kelas sosisal, pekerjaan,
golongan etnik, setatus perkawinan, besarnya keluarga, struktur keluarga dan
varietas.
 Tempat
Pentingnya peranan tempat dalam mempelajari etiologi suatu penyakit
menular dapat di gambar dengan jelas pada penyelidikan suatu wabah, yang
akan di uraikan nanti, di dalam membicarakan pola penyakit antara kota dan
pedesaan, factor factor yang baru di sebutkan di atas harus di perhatikan.
Migrasi antar desa dapat menyebabkan membawa akibat pola dan penyebaran
penyakit menular, di tempat bersangkutan.
 Waktu
Mempelajari antara waktu dan penyakit merupakan kebutuhan dasar dalam
analisis epidemiologis, oleh karena perubahan penyakit menurut waktu,
menunjukan adanya perubahan factor-faktor etiologis. Melihat panjangnya
waktu dimana terjadi perubahan angka kesakitan, maka di bedakan menjadi
tiga yaitu : 1. Fluktuasi jangka pendek, dimana perubahan angka kesakitan
berlangsung beberapa jam, hari, minggu, dan bulan. 2. Perubahan-perubahan
secara siklus dimana perubahan-perubahan angka kesakitan terjadi secara
berulang-ulang, dengan antara beberapa hari, beberapa bulan(musim), tahunan
dan beberapa tahun. 3. Perubahan-perubahan angka kesakitan yang
berlangsung pada periode waktu yang panjang, bertahun-tahun atau
berpuluhan tahun yang disebut “secular trends”.
2. Epidemiologi Analitik
Pendekatan ini dipergunakan untuk mengguji data serta informasi-informasi yang
di peroleh study epidemiologi deskriptif. Ada dua study tentang epidemiologi ini :
a. Study riwayat kasus
Dalam study ini akan dibandingkan antara 2 kelompok orang, yakni orang
yang terkena penyakit dengan kelompok orang yang tidak terkena (kelompok
kontrol).
b. Study kohort

5
Dalam study ini kelompok orang dipaparkan (exposed) pada suatu penyebab
penyakit (agent). Kemudian diambil sekelompok orang lagi yang mempunyai
ciri-ciri yang sama dengan kelompok pertama

D. Manfaat
Manfaat survei PHBS serta kesehatan gigi dan mulut ini adalah untuk mengetahui
data PHBS dan data kesehatan gigi dan mulut, dari hasil survei yang diperoleh dapat
menjadi bahan evaluasi program perencanaan kesehatan dan mengembangkan potensi
daerah dari segi kesehatan khususnya masyarakat di desa Harjowinangun, kecamatan
Dempet kabupaten Demak.

6
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Penyebaran Penyakit (Segitiga epidemiologi)


Epidemiologi, sifat, penyebab, pengendalian, dan factor-faktor yang mempengaruhi
frekwensi dan distribusi penyakit, kecacatan dan kematian dalam populasi manusia
(Timmreck, 2005). Epidemiologi juga dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran
penyakit pada manusia di dalam konteks lingkungannya mencakup studi tentang pola
penyakit serta pencarian determinan-determinan penyakit tersebut. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang suatu penyakit
(Notoatmodjo, 2007).
Timmreck (2005) dalam bukunya yang berjudul “Epidemiologi Suatu Pengantar”
telah menjelaskan mengenai segitiga epidemiologi. Dalam terjadinya penyebaran suatu
penyakit dapat melibatkan keterkaitan antara 4 faktor epidemiologi. Keempat faktor
tersebut sebagai berikut :
1. Lingkungan (environment)
Lingkungan adalah segala sesuatu yang mengelilingi atau kondisi di luar manusia atau
hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penyebaran penyakit. Faktor-faktor
lingkungan dapat mencakup aspek biologi, social, budaya, dan aspek fisik lingkungan.
Sekitar tempat hidup organisme dan efek dari lingkungan terhadap organisme itu juga
merupakan bgian dari lingkungan.
2. Penjamu (Host)
Penjamu adalah organisme, biasanya manusia atau hewan yang menjadi tempat
persinggahan penyakit. Penjamu bias saja terkena atau tidak terkena penyakit.
Penjamu memberikan tempat dan penghidupan terhadap suatu pathogen.
3. Agent
Agent adalah penyebab penyakit. Bakteri, visru, parasite, kapang adalah suatu agent
yang ditemukan sebagai penyebab penyakit infeksius.
4. Waktu
Waktu dapat mempengaruhi masa inkubasi, harapan hidup penjamu atau pathogen
(agent) dan durasi perjalanan penyakit atau kondisi. Permasalahan lain yang berkaitan
dengan waktu mencakup keparahan penyakit. Dalam hal ini beberapa orang terinfeksi
atau sampai suatu kondisi menuju kematian atau sampai melewati ambang bahaya
menuju kesembuhan.

7
Beberapa konsep epidemiologi tentang penularan penyakit yang berhubungan atau
mempengaruhi penyebaran penyakit, antara lain :
1. Fomite
Adalah benda yang mempunyai peranan dalam penularan penyakit. Fomite dapat
berupa gelas, pensil, pintu, mata pena, pakaian atau benda mati lainnya yang
menghantarkan infeksi akibat terkontaminasi organisme penyebab penyakit yang
kemudian disentuh orang lain.
2. Vector
Serangga misalnya lalat, kutu, nyamuk, hewan kecil seperti mencit, tikus atau hewan
pengerat lain. Vector adalah setiap mahluk hidup selain manusia yang membawa
penyakit (carier) yang menyecarkan dan menjalani proses penyakit. Vector
menyebabkan agen infeksi dari manusia atau hewan yang terinfeksi ke manusia atau
hewan yang terinfeksi ke manusia lain yang rentan melalui kotoran, gigitan dan cairan
tubuh atau secara tidak langsung melalui kontaminasi pada makanan. Misalnya
penyakit demam berdarah.
3. Reservoir
Reservoir adalah manusia, hewan, tumbuhan, tanah atau zat organic (seperti tinja dan
makanan) yang menjadi tempat tumbuh dan berkembang organisme infeksius.
Sewaktu organisme infeksius berkembang dalam reservoir, mereka melakukannnya
sedemikian rupa sehingga penyakitdapat ditularkan pada penjamu yang rentan.

B. Pengukuran epidemiologi
Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa didalam mempelajari epidemiologi suatu
penyakit perlu untuk diketahui berbagai ukuran kesakitan dan kematian yang lazim
dipakai dalam survai atau penyelidikan-penyelidikan epidemiologi. Ujuran dasar yang
digunakan adalah “rate”.
Dalam hubungannya dengan kesakitan akan dibicarakan insidensi rate, prevalence
rate, attack rate dan dalam hubungannya dengan kematianakan dibicarakan crude death
dan disease spasific rate dan adjusted deat rate. Sebelum membicarakan masing-masing
tersebut perlu dikemukakan hal-hal sebagai berikut:
1. Untuk penyusunan rate di butuhkan tiga element, yakni jumlah orang yang terkena
penyakit atau meninggal, jumlah penduduk darimana penderita berasal dari dan waktu
atau periode dimana orang-orang terserang penyakit.

8
2. Apabila pembilang terbatas pada umur, seks atau golongan tertentu, maka penyebut
juga harus terbatas pada umur, seks atau golongan yang sama.
3. Bila penyebut terbatas pada mereka yang dapat terserang atau terjangkit. Maka
penyebut tersebut terjangkit penyakit dinamakan populasi yang mempunyai resiko :
a. Incidence Rate
Incidence rate dari suatu penyakit tertentu adalah jumlah kasus baru yang terjadi
di kalangan penduduk selama periode tertentu.

Jumlah kasus baru suatu penyakit selama periode tertentu


Incidence Rate = X1000
Populasi yang mempunyai resiko

b. Attack rate
Attack rate adalah jumlah kasus lama epidemi pada suatu populasi tertentu.

Jumlah kasus lama epidemi


Attack rate = X 1000
Populasi yang mempunyai resiko−resiko

c. Prevalence rate
Prevalence rate adalah mengukur jumlah orang di kalangan penduduk yang
menderita suatu penyakit pada suatu titik tertentu.

Jumlah kasus−kasus penyakit yang ada pada suatu titik waktu


Prevalence rate = X 1000
Jumlah penduduk seluruhnya

d. Period Prevalence
Jumlah kasus penyakit yang selama periode
Period prevalence = X 1000
Penduduk rata−rata dari periode tersebut

9
e. Crude Death Rate (CDR)
Crude Death Rate adalah jumlah kematian pada suatu kalangan penduduk dalam
periode satu tahun.

Jumlah kematian di kalangan penduduk di suatu daerah dalam satu tahun


CDR = Jumlah penduduk rata−rata (pertengahan tahun di daerah dan tahun yang sama)
X 1000

f. Age Specific Death Rate (Angka Kematian Pada Umur Tertentu)


Sebagai contoh Age Specific Death Rate pada golongan umur 20-30 tahun.

Jumlah kematian pada umur tertentu di suatu daerah dalam waktu satu tahun
Age Specific Death Rate = Jumlah penduduk berumur antara 20−30 th pada daerah dan tahun yang sama
X 1000

10
BAB III
ANALISA SITUASI KESEHATAN

A. Analisa Aspek Penduduk


1. Data Wilayah/Geografis
Dempet berada di wilayah Kecamatan Dempet Kabupaten Demak yang wilayahnya
berbatasan dengan :
 Sebelah Selatan → Kecamatan Kebun Agung
 Sebelah Barat → Kecamatan Wonosalam
 Sebelah Utara → Kecamatan Puskesmas Gajah
 SebelahTimur → Kecamatan Grobogan
2. Luas Desa Harjowinangun
a. Luas wilayah desa Harjowinangun : 513.Ha
Gambar

3. Pembagian Administrasi Dusun


a. Jumlah RT : 26 RT
b. Jumlah RW : 3 RW

11
4. Data Kependudukan
Jumlah penduduk di wilayah DEMPET pada tahun 2014 berjumlah 58.504 jiwa yang
terdiri dari 28.667 laki-laki (48,69%) dan 29.837 perempuan (51,31%).
Adapun jumlah penduduk di wilayah Dempet meliputi :
Desa atau Kelurahan Jumlah Penduduk KK
Dempet 7510
Botosengon 2659 848
Kedungori 3204 240
Jerukgulung 2215 44
Karangrejo 2403 36
Merak 4250 281
Brakas 3030 75
Kunir 4169 1325
Balerejo 4537 86
Baleromo 2786 995
Kuwu 2826 85
Kebonsari 2000 52
Sidomulyo 4955 139
Gempoldenok 1662 305
Kramat 4607 126
Harjowinangun 5691 144
JUMLAH 58.504

12
B. Analisa Situasi Kesehatan Umum
JUMLAH PENDERITA
PENYAKIT Jan Feb Maret April Mei Juni Juli Agst Sept Okt Nov Des Jml
Influenza 673 783 769 378 631 341 321 276 364 298 340 298 5472
Gastritis 592 550 781 781 562 783 526 506 326 412 312 412 6543
Artritis
reumathoid 446 567 446 816 873 886 797 612 613 596 596 596 7844
Hypertensi 362 364 414 629 309 441 381 386 316 218 299 218 4337
Of 302 163 309 631 213 100 481 412 311 286 208 286 3702
Rhinitis
allergy 196 120 120 62 60 61 56 71 216 62 162 62 1248
Den all 163 58 118 136 93 141 180 108 62 71 208 71 1409
Ge 121 57 109 86 112 62 81 68 326 62 72 62 1218
Chepelgia 62 56 108 231 61 398 112 181 196 213 210 213 2041
Asma 46 36 97 96 78 81 102 72 85 98 62 98 951
Lain-lain 0 0 10 12 96 87 62 132 217 231 201 231 1279
Jumlah
penderita 2963 2754 3281 3858 3088 3381 3099 2824 3032 2547 2670 2547
TOTAL 36044

C. Analisa Derajat Kesehatan Gigi dan Mulut


1. Prevalensi Penyakit Gigi dan Mulut
Prevalensi penyakit gigi dan mulut di wilayah kerja Puskesmas Dempet pada
tahun 2014 adalah sebagai berikut, karies (18,90%), kelainan pupla jaringan
periapikal (25,10%), kelainan gusi dan periodontal (19,50%), kelainan dentofasial
termasuk maloklusi (0,14%), gangguan pertumbuhan gigi dan erupsi (32,40%),
impaksi (0,29 %)
NAMA PENYAKIT JUMLAH PREVALENSI
KARIES 130 18.90%
KELAINAN PULPA JARINGAN PERIAPIKAL 172 25.10%
KELAINAN GUSI DAN PERIODONTAL 134 19.50%
KELAINAN DENTOFASIAL TERMASUK
MALOKLUSI 1 0.14%
GANGGUAN PERTUMBUHAN GIGI DAN ERUPSI 222 32.40%
IMPAKSI 2 0.29%
ABSES 24 3.50%

13
Data. penyakit Gigi dan Mulut
OK NO DE JA FE MA JM
NAMA PENYAKIT T V S N B R L
KARIES 17 8 7 40 30 28 130
KELAINAN PULPA JARINGAN
PERIAPIKAL 17 13 29 32 40 41 172
KELAINAN GUSI DAN PERIODONTAL 28 53 8 7 16 22 134
KELAINAN DENTOFASIAL TERMASUK
MALOKLUSI 1 0 0 0 0 0 1
GANGGUAN PERTUMBUHAN GIGI DAN
ERUPSI 42 35 29 36 51 29 222
IMPAKSI 0 0 0 0 0 2 2
ABSES 4 6 2 4 3 5 24
TOTAL 685

2. Jumlah Kunjungan dalam 6 bulan terakhir


JENIS
PELAYANAN OKT NOV DES JAN FEB MAR
Tumpatan Gigi tetap 2 0 2 2 1 2
Tumpatan Gigi susu 0 0 0 0 0 0
Pengobatan Pulpa 17 13 29 45 40 41
Pencabutan Gigi
tetap 0 1 0 0 1 0
Pencabutan Gigi
Susu 42 35 26 33 51 29
Scalling 0 1 0 1 1 1
Periodontal 28 53 8 9 16 22
Abses 4 6 2 4 3 5
JUMLAH 93 109 67 94 113 100
TOTAL 576

14
3.Gambaran penyakit gigi dan mulut pada anak
sekolah, ibu hamil dan lansia

D. Analisa Aspek Pelayanan Kesehatan


1. Sarana Kesehatan
Jumlah sarana kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Dempet tahun 2014
tercatat sebagai berikut : 1 (satu) unit Puskesmas, 3 (tiga) Puskesmas Pembantu, 9
(sembilan) buah PKD dan Posyandu sebanyak 78 buah.
2. Sarana Puskesmas
SARANA DAN PRASARANA
Puskesmas Dempet yang mencakup 16 desa dan memiliki 8 (delapan)
Polindes yaitu Gempoldenok, Sidomulyo, Brakas, Kunir, Jeruk Gulung, Merak dan
Karang rejo serta mempunyai 3 (tiga) PUSTU yaitu Harjowinangun, Balerejo,
Karangrejo. Poyandu berdiri 76 Posyandu dengan didukung Kader Posyandu
sebanyak 380 orang. Dukun Bayi Binaan sebanyak 33 orang.
Untuk mendukung kelancaran kerja, Puskesmas Dempet memiliki fasilitas 7 (
tujuh ) buah kendaraan roda dua,2 ( dua ) buah ambulance 7 ( tujuh) unit
komputer, 2 (dua) buah mesin ketik manual dan alat komunikasi (telepon), TV 2
buah, LCD 1, DVD 1, radio panggil 2.
Sedangkan untuk kelancaran pelayanan, Puskesmas DEMPET memiliki
bagian-bagian yang sudah memadai baik alat maupun SDM-Nya yang meliputi
bagian Kesga, Imunisasi, BP, Sanitasi, Laboratorium, Kesehatan Gigi dan Mulut,
Farmasi/Obat, Gizi serta bagian Administrasi termasuk Loket Pendaftaran.
Jumlah tenaga di Puskesmas DEMPET terdiri dari :
1) Dokter Umum : 2 Orang
2) Dokter Gigi : 1 Orang
3) Ka TU : 1 Orang
4) Bidan Puskesmas : 2 Orang
5) Bidan Desa : 17 Orang
6) Perawat : 5 Orang
7) Perawat Gigi : 1 Orang

15
8) Pelaksana Gizi : 1 Orang
9) Asisten apoteker : 1 Orang
10) Sanitarian : 1 Orang
11) Staf administrasi : 1 Orang
12) Pekarya Kesehatan : 1 Orang
13) Petugas Laboratorium : 1 Orang
14) Tenaga Wiyata Bhakti/Honda : 4 Orang
15) Penjaga Malam : 1 Orang
16) Petugas Kebersihan : 1 Orang

3. Upaya Kesehatan
Upaya kesehatan puskesmas ada 6 meliputi :
1) KIA
2) GIZI
3) KESEHATAN LINGKUNGAN
4) PROMOSI KESEHATAN
5) P2P (PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYAKIT)
6) PELAYANAN KESEHATAN

4. Dampak pelayanan kesehatan


Dampak pelayanan kesehatan adalah masyarakat sehat, angka kesakitan menurun
dan angka kematian menurun.
B. Analisa Aspek Perilaku Kesehatan
Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui perilaku masyarakat adalah :
1. Prosentase Rumah Tangga Berperilaku Hidup Sehat
Di wilayah kerja kecamatan Dempet tahun 2014 dari data yang ada Rumah Tangga
yang Berperilaku Sehat dan Bersih adalah sebesar 59,9%. Hal ini menunjukkan bahwa
pada umumnya penduduk di wilayah kerja kecamatan Dempet tahun 2014 berperilaku
hidup sehat.
2. Jumlah Posyandu Madya
Jumlah Posyandu aktif di wilayah kecamatan Dempet tahun 2014 sebanyak 78
Posyandu dan termasuk dalam kategori Posyandu Madya 71, Purnama 7.
3. Jumlah Sekolah dan Madrasah yang Dibina

16
Jumlah sekolah dan Madrasah di wilayah kerja kecamatan Dempet tahun 2014 yang
dibina kesehatan lingkungan adalah 100%. Dengan harapan bahwa tempat yang sehat dapat
mendukung tingkat prestasi siswa dalam belajar.

4. Jumlah Penduduk yang Menyelenggarakan Sarana Kesehatan


Jumlah Penduduk yang memanfaatkan sarana kesehatan di wilayah kerja kecamatan
Dempet tahun 2014 sebagai berikut : Puskesmas Rawat Jalan sebanyak 62634 kunjungan (
3 Pustu, 9 PKD,3 POD, 1 BP swasta, rawat jalam PKM , 2 praktek dokter ).
5. Jumlah Penduduk yang Terlindungi JPKMM/Askeskin
Jumlah Peserta Askeskin di wilayah kerja kecamatan Dempet tahun 2014 sebanyak
33.109 orang.

C. Analisa Lingkungan
KESEHATAN LINGKUNGAN
Indikator yang digunakan untuk mengtahui tingkat kesehatan lingkungan antara lain :
1. Jumlah Rumah Sehat
Jumlah rumah sehat di wilayah kerja Puskesmas Dempet tahun 2013 sebanyak 37.442
(64 %)
2. Jumlah Tempat-tempat Umum yang Sehat
Jumlah Tempat-tempat umum yang ada di wilayah kerja Puskesmas Dempet tahun 2013
adalah 167 buah, yang diperiksa sebanyak 142 buah dan memenuhi syarat kesehatan
sebanyak 81 buah (43 %)

D. Analisa Gizi
Pravalensi Balita Gizi Baik
Hasil pemantauan status gizi di wilayah kerja Puskesmas Dempet tahun 2014 seperti dalam
table berikut :
No. Status Gizi Jumlah %
1. Gizi Lebih 21 0.49
2. Gizi Baik 3661 86.66
3. Gizi Kurang 462 10.9
4. Gizi Buruk 83 1.9
Jumlah 4227 100,00

17
Dari table di atas dapat diketahui bahwa status gizi baik balita 87.66 %, sedangkan status
gizi buruk 1.9 %. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kemampuan dan pengetahuan
masyarakat dalam memenuhi kebutuan gizi khususnya bagi balita sudah baik.

18
BAB IV
UPAYA KESEHATAN GIGI DAN MULUT DI DESA BINAAN

A. Program UKGS
1. Tujuan
a. Murid memiliki pengetahuan tentang kesgilut
b. Murid memiliki sikap kebiasaan pelihara diri terhadap kesgilut
2. Sasaran
Sasaran UKGS adalah semua anak pada tingkatan TK dan SD kisaran umur 4-8
tahun.
3. Kegiatan
Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 29 Mei 2015 pada pukul 10.00-selesai di
SDN 2 Harowjinangun.
Kegiatan- kegiatan yang telah dilakukan oleh dokter gigi muda dalam UKGS
di SD Harjowinangun II adalah penyuluhan kesgilut, pemeriksaan gigi dan sikat
gigi massal
Setelah kegiatan di TK dan di SD dilanjutkan pelatihan KADER UKGS dari
SDN 2 Harjowinangun
4. Hasil Pencapaian Program

5. Kendala/ Hambatan dan Pemecahan Masalah

B. Program UKGM
1. Tujuan
 Program UKGM bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pelihara diri
masyarakat dibidang kesehatan gigi dan mulut dalam rangka terciptanya
perilaku hidup sehat.
 Untuk memupuk kebiasaan hidup sehat dan mempertinggi derajat kesehatan
gigi dan mulut yang didalamnya mencakup memiliki pengetahuan, sikap dan
keterampilan untuk melaksanakan prinsip hidup sehat, serta berperan aktif

19
didalam usaha peningkatan kesehatan gigi, terutama kesehatan gigi dan mulut
dirumah dan lingkungan masyarakat.

2. Sasaran
 Kader posyandu dari 2 posyandu (dusun dan dusun Mbicak)
 Pejabat Desa
 Ibu PKK

3. Kegiatan
Kegiatan pemilihan kader UKGMD dilaksanakan pada tanggal 03 Juni 2015 di dusun
pojok dalam acara kegiatan rutin ibu PKK pada pukul 14.00-selesai.
Dilanjutkan, dengan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) dan penyuluhan kader
posyandu dan keluarga resiko tinggi karies pada tanggal 04 juni 2015 di balai desa
Harjowinangun..

4. Hasil Pencapaian Program


Dari hasil kegiatan UKGMD :

5. Kendala/ Hambatan dan Pemecahan Masalah

20
BAB V
MASALAH, PRIORITAS DAN PENYEBAB
A. MASALAH
Berdasarkan hasil musyawarah masyarakat desa pada tanggal 04 Juni 2015
1) Anggota keluarga tidak pernah mendapat penyuluhan gigi.
2) Kurangnya kesadaran memeriksakan gigi ke PKM
3) Pengelolaan sampah
4) SPAL kurang baik
5) Ketidaktahuan masy tentang desa siaga, (Poskesdes, FKD, Ambulan Desa dan
UKGMD)
6) Kurangnya kesadaran diri tentang kebersihan lingkungan
7) Kurang kesadaran diri tentang kebersihan gigi
8) Kurang pengetahuan tetang kesehatan gilut
9) Penggunaan garam rosok

B. PRIORITAS MASALAH
1. Rendahnya perilaku masyarakat dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut
Kesehatan gigi berkaitan dengan pengetahuan dan perilaku masyarakat tentang

kesehatan gigi dan mulut. Masyarakat Harjowinangun masih kurang menjaga

kesehatan gigi dan mulut di karenakan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang

kesehatan gigi dan mulut seperti cara menyikat gigi, waktu menyikat gigi dan

mengganti sikat gigi setiap 3 bulan sekali. Apabila masyarakat mengalami sakit gigi

biasanya pasien hanya akan mengobati giginya dengan obat yang dibeli di warung.

Keadaan kesehatan rongga mulut masyarakat desa Harjowinangun masih kurang baik.

Banyak kasus karies, karang gigi dan OHI yang ditemukan menjadi cerminan

kesehatan masyarakat.

2. Ketidaktahuan masyarakat tentang JKN

Kurangnya sosialisasi membuat masyarakat desa Harjowinangun RW 02 tidak

mengetahui bahwa dirinya terdaftar dalam anggota JKN. Hal ini dikarenakan sering

hilangnya kartu JKN ketika diserahkan langsung kepada masyarakat. Untuk

21
mencegah hal tersebut terulang kembali, maka kartu JKN disimpan oleh Bidan desa

terdekat.

3. Kurangnya kesadaran masyarakat mengenai garam beryodium


Kebanyakan masyarakat desa Harjowinangun RW 02 menggunakan garam krosok.
Dikarenakan harga garam krosok yang terjangkau, akses yang mudah dan dapat
ditukarkan dengan bumbu lain. Kurangnya pengetahuan mengenai manfaat garam
beryodium mempengaruhi kesadaran masayarakat.

Berdasarkan beberapa masalah tersebut, dapat ditetapkan masalah yang mempunyai

prioritas paling utama dengan menggunakan matrik penetapan prioritas masalah sebagai

berikut :

INDIKATOR

NO DAFTAR MASALAH T R JML

P S RI DU SB PB PC

Rendahnya perilaku

masyarakat dalam menjaga

kesehatan gigi dan mulut


1 4 4 3 4 3 4 2 4 4 73. 728

Ketidaktahuan masyarakat

2 mengenai JKN 4 3 2 2 3 3 4 2 2 6.912

Kurangnya kesadaran

masyarakat mengenai garam

beryodium
3 4 4 3 4 3 3 1 3 4 20.736

22
P : Prevalency T : Technical Feasibility

S : Severity R : Resources Avaibility

RI : Rate of Increase DU : Degree of Unmeet Need

SB: Sosial Benefit PB : Pubic Concern

PC: Polotical Climate

Kesimpulan dari matrik penetapan masalah diatas bahwa yang menjadi prioritas utama

masalah adalah rendahnya perilaku masyarakat tentang dalam menjaga kehatan gigi dan

mulut.

A. Analisis Penyebab Masalah

Untuk menganalisa penyebab masalah manajemen secara menyeluruh, digunakan

pendekatan sistem input meliputi (Man, Money, Material, Method, Mechine).

KOMPONEN KELEMAHAN

- Petugas penyuluhan promosi gigi dan mulut kurang

- Kurang kesadaran masyarakat mengenai kesehatan gigi dan


MAN
mulut

INPUT

MONEY - --kurangnya alokasi dana untuk penyelenggaraan dana edkuasi

- Kurangnya sarana dan prasarana (model gigi, poster,


METHODE
kader, dan tenaga kesehatan)

23
Kurangnya materi penyuluhan dan model gigi yang bisa

MATERIAL digunakan

MACHINE - ----

B. Prioritas Penyebab Masalah

Dari hasil inventarisasi penyebab – penyebab permasalahan yang timbul pada desa

Harjowinangun RW 02, prioritas penyebab masalah diurutkan dengan metode USG

sebagai berikut :

KRITERIA
MASALAH
NO TOTAL PERINGKAT
POKOK
U S G

Rendahnya perilaku

masyarakat dalam

menjaga kesehatan

1 gigi dan mulut 4 4 3 48 I

Ketidaktahuan

masyarakat mengenai

2 JKN 4 3 3 36 II

Kurangnya kesadaran

masyarakat mengenai

3 garam beryodium 4 3 2 24 III

24
C. Alternatif Pemecahan Masalah

Dari matriks di atas dapat dilihat bahwa prioritas utama adalah SIMPUS kurang

memadai. Selanjutnya dari table alternative jalan keluar dan table prioritas jalan keluar

maka program yang diharapkan menyelesaikan permasalahan yaitu ;

Masalah Penyebab Alternatif jalan keluar

- Mengadakan pelatihan tentang kesehatan gigi


Kurangnya
dan mulut
petugas
- menambah SDM promkes dengan cara
promkes
membentuk kader UKGM dan UKGS
Rendahnya
Kesadaran - Dilakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut
perilaku
masyarakat secara periodik oleh petugas promkes, UKGM
masyarakat
untuk dan UKGS
tentang
merawat
kesehatan
gigi yang
gigi dan
rendah
mulut

Kurangnya - Pengadaan alat dan materi untuk kegiatan

sarana dan promosi kesehatan gigi dan mulut

prasarana - Pengaktifan UKGM dan UKGS

25
Efektivitas Efisiensi Jumlah

Daftar alternatif jalan


NO MxIxV
keluar
M I V C
C

Mengadakan pelatihan
tentang kesehatan gigi dan
mulut
1 4 4 3 3 16

menambah SDM promkes


dengan cara membentuk
2 kader UKGM dan UKGS 4 3 3 2 18

Dilakukan penyuluhan
kesehatan gigi dan mulut
secara periodik oleh petugas
3 promkes, UKGM dan UKGS 4 3 4 3 16

4 3 3 3 12

Pengadaan alat dan materi


untuk kegiatan promosi
4 kesehatan gigi dan mulut

4 3 4 2 24
Pengaktifan UKGM dan
5 UKGS

Tabel uji Kepler dan Tregoe


Identifik Alternatif Alternatif
Alternatif I Alternatif V
asi Alternatif II III IV
Bobot

Kriteria N NT N NT N NT N NT N NT

Hasil 5 80 400 80 400 80 400 70 350 80 400

Pelaksan
aan 4 70 280 70 280 70 280 70 280 70 280

26
Biaya 3 80 240 70 210 60 240 80 240 70 210

Tenaga 3 70 210 80 240 80 240 70 210 80 240

Waktu 4 60 240 70 280 60 240 70 280 80 280

Jumlah 1370 1410 1400 1360 1410

27
BAB VI
RENCANA PEMECAHAN MASALAH KESEHATAN DI DESA BINAAN

SOLUSI
1. Rendahnya peilaku masyarakat menjaga kesehatan gigi dan mulut
Solusi :
- Mengadakan pelatihan tentang kesehatan gigi dan mulut
- Menambah SDM promkes dengan cara membentuk kader UKGM dan UKGS
- Dilakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut secara periodik oleh petugas
promkes, UKGM dan UKGS
- Pengadaan alat dan materi untuk kegiatan promosi kesehatan gigi dan mulut
- Pengaktifan UKGM dan UKGS

2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang JKN


Solusi:
- Sosialisasi kepada masyarakat
3. Penggunaan garam krosok
Solusi:
- Kegiatan penyuluhan di posyandu tentang manfaat garam beryodium

28
BAB VII
INTERVENSI YANG DI LAKUKAN

1. Rendahnya peilaku masyarakat menjaga kesehatan gigi dan mulut


Solusi :
- Mengadakan pelatihan tentang kesehatan gigi dan mulut
- Menambah SDM promkes dengan cara membentuk kader UKGM dan UKGS
- Dilakukan penyuluhan kesehatan gigi dan mulut secara periodik oleh petugas
promkes, UKGM dan UKGS
- Pengadaan alat dan materi untuk kegiatan promosi kesehatan gigi dan mulut
- Pengaktifan UKGM dan UKGS
Penanggung jawab:
- Kader UKGS (Bu Jumiati) dan UKGMD (Bu Winarsih)
2. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang JKN
Solusi:
- Sosialisasi kepada masyarakat
Penanggung jawab:
- Pak Siswanto
3. Penggunaan garam krosok
Solusi:
- Kegiatan penyuluhan di posyandu tentang manfaat garam beryodium
Penanggung Jawab:
- Pak Rabi’in

29
BAB VIII
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari hasil survey yang dilakukan di Desa Harjowinangun RW 2 pada tanggal
26 mei – 4 juni 2015, didapatkan masalah mengenai perilaku masyarakat tentang
menjaga kesehatan gigi dan mulut. Hal ini dikarenakan rendahnya perilaku
masyarakat dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut. Kurangnya petugas promosi
kesehatan gigi dan mulut, kurangnya kesadaran masyarakat tentang kesehatan gigi
dan mulut serta kurangnya sarana dan prasarana untuk mengadakan promosi
kesehatan gigi dan mulut mempengaruhi kehatan gigi dan mulut masyarakat.
Selain itu terdapat masalah kurangnya pengetahuan masyarakat tentang JKN.
Masyarakat kurang mengetahui bahwa dirinya terdaftar, hal ini disebabkan karena
kurangya sosialisasi dari desa dan kader kesehatan setempat. Masalah lain yang
ditemukan adalah tingginya penggunaan garam krosok oleh masyarakat setempat.
Kurangnya pengetahuan mempengaruhi kurang kesadaran masyarakat tentang
manfaat garam beryodium, dan disisi lain garam krosok merupakan pilihan utama
masyarakat karena harganya yang ekonomis
Untuk mengurangi angka kesakitan gigi dan mulut masyarakat maka
diperlukan pembentukan kader promosi kesehatan dan pengaktifan UKGM dan
UKGS. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang JKN maka peru
sosialisasi lebih lanjut oleh petugas promosi kesehatan. Meningkatkan kesadaran
masyarakat tentang manfaat garam beryodium yang bisa dilakukan dengan
penyuluhan oleh kader posyandu dan petugas kesahatan puskesmas.

B. Saran
Untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat Desa
Harjowinangun RW 02, maka perlu dilakukan promosi kesehatan secara periodik
tentang kesehatan gigi dan mulut, mengenalkan dan mensosialisasikan tentang
JKN dan BPJS sebagai asuransi kesehatan, dan meningkatkan pengetahuan

30
masyarakat tentang manfaat garam beryodium agar masyarakat terhindar dari
penyakit gondok dan penyakit akibat kurang garam beryodium.

31

Anda mungkin juga menyukai