Anda di halaman 1dari 12

LOMBA PEKAN ILMIAH MAHASISWA POLTEKKES

KEMENKES SEMARANG
CLASSMEETING JURUSAN RADIODIAGNOSTIK DAN
RADIOTERAPI POLTEKKES KEMENKES SEMARANG TAHUN 2024

COOKIES TEPUNG BERAS MERAH FORTIFIKASI SERBUK DAUN


KELOR UNTUK MENGOPTIMALKAN PENCEGAHAN STUNTING

BIDANG KEGIATAN :
KTKM – PENGABDIAN MASYARAKAT

Diusulkan oleh :
Lutfi Hanifah Prodi D-III Radiologi Kelas 1A
Annisya Hasanah Rizkayani Prodi D-III Radiologi Kelas 1A
Syaira Humaira Putri Prodi D-III Radiologi Kelas 1A
Novia Arsita Prodi D-III Radiologi Kelas 1A

JURUSAN RADIODIAGNOSTIK DAN RADIOTERAPI PROGRAM


STUDI DIPLOMA TIGA RADIOLOGI SEMARANG
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG TAHUN 2024
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.............................................................................................
DAFTAR ISI............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN.......................................................................................
1.1 Latar Belakang ............................................................................................
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................
1.3 Tujuan..........................................................................................................
1.4 Manfaat........................................................................................................
BAB 2 GAMBARAN UMUM KEGIATAN...........................................................
BAB 3 METODE PELAKSANAAN......................................................................
3.1 Tahap Persiapan...........................................................................................
3.2 Tahap Pelaksanaan.......................................................................................
3.3 Tahap Evaluasi.............................................................................................
BAB 4 POTENSI HASIL IMPLEMENTASI..........................................................
4.1 Potensi Hasil Implementasi..........................................................................
4.2 Potensi Keberlanjutan..................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................
LAMPIRAN............................................................................................................
1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemenuhan gizi adalah kewajiban setiap orang untuk memelihara
kesehatan. Upaya perbaikan gizi masyarakat bertujuan untuk meningkatkan
mutu gizi serta konsumsi pangan, sehingga berdampak pada perbaikan
keadaan atau status gizi terutama pada balita. Kegiatan yang dapat
dilakukan adalah dengan pemberian makanan tambahan (PMT) berbahan
pangan lokal yang merupakan salah satu strategi mengatasi pencegahan
stunting. Menurut kementrian kesehatan, stunting ditandai dengan keadaan
panjang atau tinggi badan anak berada di bawah standar.
Cookies tepung beras merah fortifikasi serbuk daun kelor berpotensi
dalam pencegahan malnutrisi. Perpaduan ini menjadi solusi agar beras
merah dapat aman dikonsumsi lantaran kandungan antioksidan pada serbuk
daun kelor seperti antioksidan fenolik total, vitamin A (15 kali lipat lebih
banyak dibandingkan wortel), C, dan E dapat mengurangi toksisitas arsenik
pada beras merah (Syeikh, et al., 2014). Menurut penelitian, tanaman kelor
(Moringa Oleifera) dianggap sebagai tanaman serbaguna karena kaya
nutrisi dengan protein 3 kali dari protein telur, 25 kali zat besi dan 3 kali
vitamin C bayam, 12 kali kalsium serta 2 kali protein susu (Diantoro, 2015)
Di negara maju, upaya fortifikasi nutrisi atau penambahan zat gizi mikro
pada aneka produk pangan terbukti sukses mencapai target dalam upaya
memerangi malnutrisi.
Meski faktanya, daun kelor (Moringa oleifera) yang berjulukan
“Mother Best Friend” dan “The Miracle Tree” jarang diminati dari segi
rasa sehingga kurang banyak pemanfaatannya dalam berbagai olahan
produk pangan oleh masyarakat. Pembuatan cookies beras merah yang
difortifikasi daun kelor diharapkan mampu menambah kualitas yang ada
pada pangan tersebut.
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana cara yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting pada
balita?
2. Bagaimana masyarakat dapat diajak untuk peduli akan pentingnya
kecukupan gizi pada balita?
3. Bagaimana masyarakat dapat menyadari akan potensi sumber daya
alam di lingkungannya?

1.3 Tujuan
1. Membantu menekan angka kasus stunting pada balita
2. Memberdayakan masyarakat agar peduli akan pertumbuhan pada balita
3. Menciptakan masyarakat yang sadar akan potensi sumber daya di
lingkungannya

1.4 Manfaat
1. Hasil dari pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat membantu
pencegahan stunting
2. Hasil dari pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat memberi
pengetahuan dan kesadaran akan pentingnya sumber daya alam yang
memiliki potensi untuk generasi masa depan
3. Hasil dari pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat
dipertimbangkan oleh pihak yang terkait agar mempunyai kepedulian
akan persoalan yang diangkat ini.
4. Hasil dari pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat membantu
mahasiswa untuk mengembangkan ketrampilan dalam penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat.
3

BAB 2
GAMBARAN UMUM KEGIATAN

Jawa Tengah dengan jumlah penduduk ketiga terbesar di


Indonesia dengan dampak demografi yang bervariasi termasuk
dalam bidang kesehatan. Penanganan stunting adalah salah satu
persoalan yang sedang dioptimalkan oleh pemerintah saat ini. Dilihat
dari data studi status gizi Indonesia (SSGI) 2022, angka kasus
stunting di Kabupaten Semarang sebesar 18,7%. Meski angka
tersebut berada di bawah batasan yang ditentukan WHO yaitu 20%,
upaya pencegahan dan penanggulangan stunting di Kabupaten
Semarang masih perlu dilakukan karena kasus stunting masih saja
ditemukan. Oleh karena itu perlu adanya strategi untuk penurunan
angka stunting di Kabupaten Semarang.
Sehingga dalam program pengabdian masyarakat, tim
memilih mengarahkan kegiatan ini pada balita bersama pengawasan
orang tua di sekitar Puskemas Pabelan, Kabupaten Semarang, Jawa
Tengah. Objek sasaran ini sangat berpotensi karena usia balita
merupakan puncak pertumbuhan yang harus dimanfaatkan sebaik-
baiknya dengan mengonsumsi gizi yang lengkap setiap hari. Menurut
Pemerintah Kabupaten Semarang, sebanyak 3930 balita di Kabupaten
Semarang mengalami stunting, Kecamatan Pabelan adalah salah satu
dari beberapa kecamatan yang terdampak kejadian tersebut.
Menurut Badan Statistik Kabupaten Semarang, Kecamatan
Pabelan memiliki lahan pertanian sawah yang tinggi dibandingkan
kecamatan lain dengan luas pada tahun 2021 mencapai 2312,61
Hektar. Dapat kita ketahui, Indonesia adalah negara agraris dengan
4

beras sebagai produk utama. Indonesia saat ini telah mengembangkan


pertanian beras merah terutama pada provinsi Jawa Tengah (Naluri et
al., 2012). Iklim Indonesia juga memiliki iklim tropis yang baik
untuk pertumbuhan berbagai macam varietas tumbuhan seperti
halnya pada tanaman kelor. Hal ini menjadi alasan bahwa sumber
daya alam di daerah tersebut juga dapat mendukung kegiatan ini.
(Junaedi, 2022)
BAB 3
METODE PELAKSANAAN

4.1 Tahap persiapan


a. Tahap administrasi
Persiapan kegiatan dilakukan dengan membuat observasi rumusan
permasalahan yang umum dijumpai di lingkungan Puskesmas Pabelan.
Setelah permasalahan diketahui, solusi dapat ditawarkan kepada
masyarakat untuk mengatasi kesulitan yang dihadapi. Kemudian ditindak
lanjuti dengan permintaan surat pengantar dari Poltekkes Kemenkes
Semarang untuk pengajuan ijin kepada puskesmas Pabelan. Setelah
perizinan diperoleh dilakukan pembuatan proposal kegiatan pengabdian
masyarakat yang disusun secara sistematis menurut survei permasalahan
yang dihadapi masyarakat Pabelan.
b. Penyediaan alat, bahan dan simulasi
Simulasi pembuatan cookies beras merah yang difortifikasi daun kelor
dapat dilakukan sebagai persiapan materi pelatihan guna mengumpulkan
bahan tertulis (modul) dan video untuk dapat memberikan gambaran
sederhana kepada masyarakat. Cookies tersebut didapatkan melalui
langkah-langkah sebagai berikut:
A. Persiapan alat: blender, sendok, mixer, baskom, oven, sendok, gelas,
loyang, timbangan, cetakan kue.
5

B. Persiapan bahan: telur, mentega, baking powder, pasta vanilla, gula,


garam dan perbandingan 3:2:1 antara tepung beras merah, tepung daun
kelor, dan tepung terigu untuk menghasilkan warna, aroma, rasa, dan
tekstur yang terbaik.(Zadana C., 2022). Selain itu, perlu diketahui
bahwa dosis aman untuk anak-anak terhadap bubuk daun kelor adalah
14 gram setiap hari dalam dua dosis terbagi, baik jangka pendek
maupun jangka panjang (Barichella, et al., 2018).
C. Proses pembuatan: Pembuatan biskuit dilakukan dengan mencampur
telur, mentega, baking powder, pasta vanilla, gula, garam dan tepung
terigu, kemudian diaduk dengan mixer, ditambah tepung beras merah
dan tepung daun kelor, diaduk hingga adonan kalis, biskuit kemudian
dicetak dengan bentuk yang bervasiasi agar dapat menambah daya tarik
pada balita. Setelah itu, adonan dipanggang dengan suhu 80-150˚C

4.2 Tahap pelaksanaan


Tahap ini dilaksanakan pada waktu dan tempat yang telah ditentukan meliputi:
a. Melakukan pendekatan dengan masyarakat
Pendekatan dilakukan membentuk komunitas GOTULANG (Gerakan Orang
Tua Asuh Balita Anti Stunting) yang beranggotakan orang tua dan balita
setempat Puskesmas Pabelan yang bersedia menjadi pelaksana pada
kegiatan ini di bawah pendampingan tim mahasiswa terkait.
b. Penyajian materi dan pelatihan
Penyajian materi dilakukan melalui metode ceramah dan demonstrasi. Materi
yang disampaikan dalam kegiatan pelatihan meliputi pemaparan beberapa
informasi tentang gizi pada balita, penjelasan ciri – ciri fisik dari kasus
stunting, termasuk beberapa upaya pencegahannya. Variasi materi juga
disampaikan dalam bentuk video untuk memberikan gambaran visualisasi
yang dapat menggugah kesadaran warga masyarakat akan potensi daun
kelor. Beberapa saran olahan produk daun kelor juga diberikan, seperti
pudding, es krim dll. Pada bagian akhir dari penyajian materi
6

diinformasikan tahapan pembuatan cookies beras merah yang difortifikasi


serbuk daun kelor sambil mendemonstrasikan proses pembuatannya. Untuk
melihat situasi dan kondisi di masyarakat terhadap ada atau tidaknya
kegiatan pengolahan daun kelor sebagai makanan tambahan pada balita.
Kuisioner diberikan pada awal acara sebelum sesi pemateri dan setelah
pemateri,

4.3 Tahap evaluasi


Tahap ini berupa mengidentifikasi respon kuisioner berupa tingkat kepuasan
penyajian materi sebagai tolak ukur keberhasilan tersampainya ilmu dan
pengalaman
7

BAB 4
POTENSI HASIL IMPLEMENTASI

4.1 Potensi Hasil Implementasi


1. Peningkatan berat badan dan tinggi badan pada balita di sekitar
Puskesmas Pabelan.
Dalam kegiatan ini, balita dapat diberi makanan tambahan
cookies beras merah yang difortifikasi serbuk daun kelor Perpaduan
nutrisi yang tinggi dianggap dapat meningkatkan angka kecukupan gizi
(AKG) pada balita perharinya yang pada akhirnya dapat menurunkan
potensi terjadinya stunting pada balita.
2. Terciptanya masyarakat yang turut andil dalam pencegahan stunting di
Indonesia
Dengan dilaksanakannya kegiatan ini, masyarakat pada
Puskesmas Pabelan telah melaksanakan program pencegahan stunting di
Indonesia yang ditandai dengan pertambahan berat badan dan tinggi
badan balita Selain itu, kegiatan ini menjadikan masyarakat mengetahui
tips dan langkah-langkah upaya pencegahan stunting pada balita
3. Terbentuknya masyarakat yang memberdayakan potensi alam
sekitarnya.
Setelah mengetahui pengaruh serbuk daun kelor dalam bahan
pangan, masyarakat dapat membudidayakan daun kelor, beras merah,
8

serta sumber daya alam lainnya sebagai solusi atas permasalahan gizi.
Selain itu, kegiatan ini menjadi sarana informasi masyarakat untuk tidak
mengesampingkan informasi nutrisi dan gizi yang ada pada pangan.
4.2 Potensi Keberlanjutan
Keberlanjutan dalam kegiatan ini dapat didukung dengan
peran masyarakat untuk memberi makanan tambahan balita dengan
memperhatikan aspek gizi serta diharapkan dapat menarik perhatian
masyarakat terhadap inovasi produk pangan yang berkualitas
terutama pada olahan daun kelor yang memiliki nutrisi yang sangat
tinggi. Selain itu, keberlanjutan kegiatan ini mampu mendukung
aspek kehidupan seperti:
a. Aspek Lingkungan
Setelah masyarakat mengetahui potensi daun kelor, masyarakat dapat
memaksimalkan manfaat dari daun kelor yang kemudian dapat menjadi
program pelestarian pada sumber daya alam ini
b. Aspek Ekonomi
Ketika program pemberian makanan tambahan daun kelor berjalan dengan
baik. Melimpahnya permintaan pada produk pangan tersebut dapat menjadi
peluang usaha serta lahan penghasilan bagi masyarakat sekitar. Pasalnya,
daun kelor serta olahannya kini sulit ditemukan dipasaran saat ini karena
kurangnya pengetahuan masyarakat akan potensi tanaman ini.
9

DAFTAR PUSTAKA

Daftar pustaka memuat informasi lengkap ketelusuran sumber informasi dan


catatan kaki disusun urut abjad dan sesuai dengan ketentuan penulisan (Harvard
style) dalam satu spasi. Hanya pustaka yang dikutip dalam gagasan KTKM
yang dicantumkan dalam daftar pustaka. Cara penulisannya mengikuti format
contoh sebagai berikut :
Sumber jurnal:
Abdel-Daim, M. M., Khalifa, H. A., Abushouk, A. I., Dkhil, M. A., & Al
Quraishy, S. A. (2017). Diosmin attenuates methotrexate- induced hepatic,
renal, and cardiac injury: a biochemical and histopathological study in mice.
Oxidative medicine and cellular longevity, 2017. ID: 3281670. 10 pages.
Sumber buku:
Bruton, L., Lazo, J.S. and Parker, K.L., 2005, Goodman & Gilman's the
pharmacological basis of therapeutics, 11th ed, Lange: McGrawHill.
Sumber bab dalam buku:
Smith, J., 1975, A source of information. In: W. Jones, ed.,2000, One hundred
and one ways to find information about health, Oxford: Oxford University
Press. pp. 44-68.
10

Sumber karya tugas akhir(skripsi/tesis/disertasi):


Wahyuningsih, M.S.H., 2006, Selektivitas dan Mekanisme Antikanker 5a
oleandrin dan dehidrodeasetil-5a-oleandrin Hasil Isolasi daun jure (Nerium
indicum Mill), Dissertation, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sumber proceeding:
Adina, A.B., Handoko, F.F., Setyarini, I.I., Septisetyani, E.P., Riyanto, S. and
Meiyanto, E., 2008, Ethanolic extract Citrus aurantifolia increase sensitivity
MCF7 cell line towards Doxorubicin, Proceeding, Yogyakarta: Kongres Ilmiah
ISFI ke-16, ISBN:978-979-95107-6-2, pp. 55-629.
Sumber dokumen resmi:
Division of Drugs & Toxicology, 1994, Drug Evaluation Annual, New York:
American Medical Association.
Sumber website/ halaman online:
Kementerian Kesehatan RI, 2015, Stop Kanker, Infodatin, Pusat Data dan
Informasi,
website,http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/
infodatinkanker.pdf, accessed on May 25, 2015.

Anda mungkin juga menyukai