PENDAHULUAN
memerlukan perhatian khusus untuk kecukupan status gizinya sejak lahir. Setiap
harinya, anak membutuhkan gizi seimbang yang terdiri dari asupan karbohidrat,
lemak, protein, vitamin dan mineral (Soemanto, 2006). Asupan kandungan gizi
tersebut dapat diperoleh dari makanan yang dikonsumsi yang berguna untuk
pertumbuhan otak (intelegensia) dan pertumbuhan fisik. Zat gizi dari makanan
optimal sehingga dapat mencapai kesehatan yang paripurna , yaitu sehat fisik,
stunting. Stunting merupakan penggambaran dari status gizi kurang yang bersifat
Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya stunting pada balita seperti
makanan yang tidak seimbang, berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam
makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air merupakan
salah satu faktor yang dikaitkan dengan terjadinya stunting (UNICEF, 2007).
pelengkap pemenuhan gizi anak dan mengatasi masalah stunting pada anak
adalah brownies. Brownies merupakan kue yang bertekstur lembut dan padat,
berwarna cokelat kehitaman dan memiliki rasa khas cokelat. Olahan makanan
yang satu ini banyak digemari oleh masyarakat, baik dari kalangan anak-anak,
1
remaja, maupun orang tua dikarenakan dominan rasa cokelatnya yang lezat dan
teksturnya yang lembut. Brownies merupakan olahan kue yang berbahan dasar
merupakan bahan makanan tinggi protein, β-karoten dan zat besi. Brownies
makanan tambahan tinggi protein, vitamin A dan zat besi (Sugiharto, 2014).
Penggunaan rumput laut Spirulina sp. karena memiliki kandungan protein pada
100 gram spirulina kering mengandung 57.47 gram protein, 7.72 gram
oleh tubuh, seperti protein, lipid, karbohidrat, asam lemak tidak jenuh, vitamin-
vitamin, mineral, asam amino, dan beberapa jenis pigmen yang sangat
Salah satu bahan pangan yang dapat dijadikan sebagai sumber nutrisi
dalam pembuatan brownies adalah tepung ubi ungu. Tepung ubi ungu sendiri
banyak memiliki manfaat untuk kebutuhan gizi anak. Nutrisi yang terkandung di
dalam ubi jalar ungu adalah vitamin A, C, serat pangan, zat besi, potasium dan
protein (Mais, 2008). Penggunaan tepung ubi jalar ungu sebagai bahan dalam
2
pembuatan biskuit adalah kandungan anthosianin yang tersimpan dalam ubi jalar
Pada penelitian ini dilakukan substitusi tepung ubi ungu terhadap tepung
fisik, tingkat kesukaan tepung ubi ungu dengan Spirulina sp. sebagai alternatif
1. Berapa proporsi formulasi optimum tepung terigu, tepung ubi ungu dan
2. Bagaimana pengaruh subtitusi tepung terigu, tepung ubi ungu dan Spirulina
sp. terhadap kandungan gizi, sifat fisik dan tingkat penerimaan brownies.
1. Untuk mengetahui konsentrasi optimum tepung terigu, tepung ubi ungu dan
3
2. Untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung terigu, tepung ubi ungu dan
Spirulina sp. terhadap kandungan gizi, sifat fisik dan tingkat penerimaan
brownies kukus.
1.4 Hipotesis
sifat fisik dan tingkat penerimaan brownies disubsitusi tepung ubi ungu
1.5 Kegunaan
disubsitusi tepung ubi ungu untuk kebutuhan asupan gizi pada anak.
4
Kelautan Universitas Brawijaya Malang, Laboratorium Keamanan Hasil
Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang. Pada bulan Juli hingga September
2017.
5
2. TINJAUAN PUSTAKA
badan sangat dipengaruhi oleh kondisi internal, misalnya gizi yang diperoleh dari
makanan, perangai dan lain-lain. Gizi yang baik dan seimbang akan berpengaruh
yang erat hubungannya dengan kesehatan dan kecerdasan. Karena itu gizi
Zat-zat gizi seimbang yang dibutuhkan oleh tubuh melalui makanan yang
6
yang berguna untuk sumber tenaga anak. Selain itu juga makanan yang
anak juga harus mengandung vitamin yang berguna untuk katalisator. Lemak
oleh tubuh sebagai zat pembangun dan zat pengatur. Berguna untuk
pembentukan tulang dan gigi dan untuk proses pembekuan darah (Faqih, 2012).
Macam macam zat gizi yang diperlukan tubuh diperoleh dari makanan.
Zat-zat gizi yang diperoleh dari makanan antara lain adalah karbohidrat, protein,
lemak, vitamin, mineral, zat besi, fosfor dan lain-lain. Membiasakan anak untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak. Zat gizi juga diperoleh dari kualitas
makanan yang baik, makanan yang mengandung pengawet dan makanan siap
dari kebiasaan waktu makan yang sudah diberikan kepada mereka (Moehji,
stamina anak cepat menurun. Hal ini dapat dihindari dengan konsumsi makanan
yang sehat dan bergizi lengkap. Kandungan zat gizi makanan sebaiknya cukup
dari segi energi, protein, karbohidrat, lemak, serta zat gizi mikro lainnya. Angka
7
kecukupan gizi yang dianjurkan bagi anak usia sekolah seperti pada Tabel 1
berikut.
Lemak (g)
BB TB
Umu Energi(kkal Protei Karbohidra Sera Air
(kg (cm
r ) n (g) Tota n- n- t (g) t (g) (ml)
) )
l 6 3
0-6
bula 4, 0,
n 6 61 550 12 34 4 5 58 0 -
7-11
bula 4, 0,
n 9 71 725 18 36 4 5 82 10 800
1-3
tahu 0, 120
n 13 91 1125 26 44 7 7 155 16 0
4-6
tahu 0, 150
n 19 112 1600 35 62 10 9 220 22 0
7-9
tahu 0, 190
n 27 130 1850 49 72 10 9 254 26 0
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2013)
kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan
gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau
pendek (kerdil) dari standar usianya.Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali
dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga
8
faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan
(Kemenkes, 2018).
stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% di atas batasan yang ditetapkan
pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi
dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal
2.2 Cake
Cake adalah kue yang berbahan dasar tepung terigu (umumnya tepung
terigu), gula, dan telur. Cake umumnya dimatangkan dengan cara dipanggang
atau dioven, walaupun ada juga yang dikukus. Cake merupakan produk manis
yang dikembangkan akibat kocokan. Dengan kocokan maka akan ada udara
yang terperangkap kedalam adonan, dan tersimpan pada jalinan kantung protein
yang ada pada putih telur (Hamidah,2009). Cake adalah kue berbahan dasar
tepung (umumnya tepung terigu), gula, dan telur. Bolu dan cake umumnya
dimatangkan dengan cara dipanggang di dalam oven, walaupun ada juga bolu
yang dikukus, misalnya bolu kukus atau brownies kukus. Variasi lain cake dapat
dihias dengan lapisan (icing) dari krim mentega (buttercream), fondant, atau
marzipan disebut kue tart (kue tarcis). Telur dan terigu merupakan bahan dasar
pemgemulsi, koagulasi, dan daya ikat air serta pembentuk tekstur, merupakan
sifat fungsional yang cocok digunakan dalam pembuatan cake (Braker, 2003).
9
Tabel 2. Klasifikasi Cake
Pencampuran
atu baking
powder sebagai
Tipe High –ratio pengembang. Metode creaming, Yellow layer cake,
10
campuran kuning Metode chiffon. Chiffon cakes.
telur dan telur
(putih dan kuning
telur) sebagai
pengembang.
Kombinasi tipe
batter dan tipe
foam.
Sumber: Hui (2006).
2.2.1 Brownies
kehitaman. Brownies dapat dibagi menjadi dua macam, yakni brownies kukus
dan brownies oven. Brownies oven memiliki tekstur mendekati chocolate fudge,
yakni renyah di luar, moist atau lembap di bagian dalam. Struktur brownies sama
seperti cake yaitu ketika dipotong terlihat keseragaman pori remah, berwarna
menarik, dan jika dimakan terasa lembut, lembab, dan menghasilkan cita rasa
yang baik Tekstur yang dikehendaki dari brownies agak bantat. Bahan penyusun
utamanya antara lain telur, lemak, gula, dan terigu. Sebagai bahan tambahan
adonan terbuat dari tepung terigu, telur, lemak, gula pasir dan coklat masak
dengan cara dipanggang atau dioven. Brownies termasuk kedalam jenis cake
yang berwarna coklat dan tidak mengembang, namun mempunyai tekstur dalam
yang moist (lembab), dan bagian atas brownies bertektur kering. Memiliki rasa
yang manis khas aroma khas coklat. Dalam pembuatan brownies bahan yang
11
Gambar 1. Brownies
berikut:
a. Tepung Terigu
Terigu adalah tepung/bubuk halus yang berasal dari biji gandum, dan
digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mie, roti, dan pasta. Kata terigu
dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Portugis trigo yang berarti gandum.
Tepung terigu mengandung protein dalam bentuk gluten, yang berperan dalam
2008).
Tepung terigu merupakan tepung yang berasal dari bulir gandum. Tepung
terigu umumnya digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mie dan roti.
Kadar protein tepung terigu berkisar antara 8 – 14%. Dalam pembuatan mie,
kadar protein tepung terigu yang digunakan berkisar antara 11 – 14,5% atau
tepung terigu berprotein tinggi (Gomez, 2007 dalam Lubis, 2013). Gandum yang
telah diolah menjadi tepung terigu menurut (Rustandi, 2011) dapat digolongkan
dimiliki, yakni :
12
a. Hard flour (kandungan protein 12% – 14%)
Tepung ini mudah dicampur dan difermentasikan, memiliki daya serap air
tinggi, elastis, serta mudah digiling. Jenis tepung ini cocok untuk membuat roti,
Tepung ini memiliki daya serap rendah, sukar diuleni, dan daya
pengembangan rendah. Tepung ini cocok untuk membuat kue kering, biskuit,
No Kandungan Jumlah
1 Kalori (kkal) 365
2 Protein (g) 8.9
3 Lemak (g) 1.3
4 Karbohidrat (g) 77.3
5 Kalsium (mg) 16
6 Pospor (mg) 106
7 Besi (mg) 1.2
8 Vitamin A (m) 0
9 Vitamin C (m) 0
10 Vitamin B (m) 0.12
11 Air (g) 12
Sumber : Prihatiningrum (2012)
b. Gula
13
Gula merupakan bahan yang digunakan untuk memberikan rasa
pembentukan warna yang baik. Selain itu, gula yang ditambahkan juga dapat
berfungsi sebagai pengawet karena gula dapat mengurangi kadar air bahan
pangan (Astawan, 2009). Kandungan gizi gula dapat dilihat pada Tabel 4.
No Kandungan Berat
c. Telur
manis. Telur terdiri dari 3 bagian utama, yaitu: telur utuh, kuning telur, dan putih
14
5 Kalsium (g) 54 56
6 Fosfor (mg) 180 175
7 Besi (mg) 2.7 2.8
8 Vit. A (IU) 900 1230
9 Vit. B (mg) 0.1 0.18
10 Air (g) 74 70.8
Sumber : Melia dan Juliyarsi (2005)
d. Baking Powder
dicampur dengan asam (cream of tartar) dan bahan pengering (pati). Baking
Powder ada 2 jenis, yaitu single acting dan double acting. Single Acting diaktifasi
pada saat terkena cairan (saat pencampuran) karena itu setelah pencampuran
pencampuran adonan, gas yang terbentuk mulai muncul tetapi mayoritas gas
terbentuk pada saat suhu adonan meningkat yaitu waktu dipanggang. Karenanya
adonan tidak masalah jika harus menunggu sebelum dioven. (Bahalwan. 2011).
Proses pembuatan brownies kukus dari tepung ubi jalar dimulai dengan
penyiapan alat dan bahan, kemudian kocok telur, gula, dan tbm hingga rata,
masukkan coklat bubuk, tepung ubi, meizena, susu bubuk, mentega cair, garam
dan vanili aduk hingga merata, olesi cetakan dengan mentega dan masukkan
adonan tersebut ke dalam cetakan, ratakan adonan dan pastikan tidak ada
20 menit, olesi adonan tersebut dengan coklat batang cair, masukkan lagi
15
setengah bagian adonan dan masak kembali selama 20 menit, setelah matang
Menurut Ismayani (2007) brownies adalah jenis cake coklat yang padat
awalnya merupakan adonan gagal dan keras dimana adonan terbuat dari tepung
terigu, telur, lemak, gula pasir dan coklat masak dengan cara dipanggang atau
dioven. Sedangkan menurut Astawan (2009) brownies adalah salah satu jenis
Cake yang berwarna coklat kehitaman dengan tekstur sedikit lebih keras dari
kue yang termasuk kelompok cake yang berwarna coklat kehitaman dengan
tekstur sedikit lebih keras dari pada cake. Bahannya terdiri dari tepung terigu,
margarine, telur, gula, dan coklat (coklat bubuk dan coklat masak). Standar
Syarat Mutu Cake Menurut SNI 01 - 3840 – 1995 dapat dilihat pada Tabel 6.
16
Sumber: SNI 01 - 3840 – 1995
menyerupai spiral dengan sel membentuk filamen terpilin sehingga disebut juga
alga biru hijau berfilamen. Spirulina sp. berdiameter 1-12 mikrometer dan
memiliki bentuk tubuh menyerupai benang yang merupakan rangkaian sel yang
berbentuk silindris dengan dinding sel yang tipis. Selain itu, filamen Spirulina sp.
klorofil dan dapat bertindak sebagai organisme yang bisa melakukan fotosintesis
cenderung hijau biru. Spirulina dapat tumbuh dengan baik di danau, air tawar, air
laut, dan media tanah. Spirulina juga memiliki kemampuan untuk tumbuh di
lainnya tidak bisa tumbuh dengan baik dalam kondisi ini (Kebede dan Ahlgren,
1996). Suhu terendah untuk Spirulina platensis untuk hidup adalah 15oC, dan
Kingdom : Protista
Divisi : Cyanophyta
Kelas : Cyanophyceae
Ordo : Nostocales
Famili : Oscilatoriaceae
Genus : Spirulina
17
Spesies : Spirulina sp.
mineral, dan klorofil serta fikosianin adalah komponen yang terkandung di dalam
Spirulina. Di yakini juga bahwa Spirulina bisa bertindak sebagai produk makanan
penyembuh atau obat. Kandungan nutrisi spirulina sp. dapat dilihat pada Tabel
9.
Parameter Kandungan
Protein 56-‐62
Lemak 4-‐6
Karbohidrat 17-‐25
Asam Linoleat (gamma) 0.8
Klorofill 0,8
Fikosianin 6,7-‐11,7
Karotein 0,43
Zeaxanthin 0,1
Air 3-‐6
18
Pada
tahun
1976,
Spirulina
platensis
sengaja
dipilih
sebagai
sumber
makanan
masa
depan
oleh
International
Association
of
Applied
Microbiology.
Beberapa
sumber
bahan
pangan
seperti
jamur
dan
bakteri
mikroorganisme
mempunyai
kadar
protein
yang
sangat
tinggi
sehingga
disebut
sebagai
protein
sel
tunggal
dalam konsentrasi yang tinggi, dan telah diterima sebagai makanan yang
manusia. Hal tersebut juga didukung oleh bukti digunakannya Spirulina sebagai
19
sumber pangan sejak dahulu oleh penduduk Afrika dan Mexico (Kenfack et al.,
2011).
Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L. Poir) merupakan salah satu jenis ubi
jalar yang banyak ditemui di Indonesia selain berwarna putih, kuning dan merah.
Ubi jalar ungu jenis Ipomoea batatas L. Poir memiliki warna yang ungu yang
cukup pekat pada daging ubinya sehingga banyak menarik perhatian. Dalam
sistematika (taksonami) tumbuhan yang dikutip dari Iriyanti (2012), tanaman ubi
Kingdom : Plantea
Devisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotylodonnae
Ordo : Convolvulales
Famili : Convolvulaceae
Genus : Ipomoea
20
Gambar 2. Ubi Ungu (Ipomoea batotas)
pewarna alami pangan contohnya pada pengolahan mie, jus, roti, selai dan
utama setelah padi, jagung, dan ubi kayu. Ubi jalar mempunyai peranan penting
dalam penyediaan bahan pangan, bahan baku industri maupun pakan ternak
(Zuraida dan Suprapti, 2001). Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah
satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang
cukup tinggi, sumber vitamin (A, C, B1, dan B2), mineral (Fe, P, dan Ca), protein,
21
lemak, dan serat kasar. Kandungan ubi jalar tersebut terdiri atas air (71,1%), pati
komposisi gizi yang baik dan memiliki fungsi fisiologis tertentu bagi kesehatan
tubuh. Keberadaan senyawa antosianin pada ubi jalar yaitu pigmen yang
terdapat pada ubi jalar ungu atau merah yang tidak dapat ditemukan di jenis ubi
jalar lain dapat berfungsi sebagai komponen pangan sehat dan paling komplit.
Kelebihan lain dari ubi jalar adalah kandungan vitamin B yaitu B6 dan asam folat
mengoptimalkan kerja otak sehingga daya ingat dapat dipertahankan. Ubi jalar
kaya akan kandungan serat, karbohidrat kompleks, dan rendah kalori. Hal ini
22
Abu 0,3 G
Kadar Gula 0,3 G
Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI (1993)
Pengolahan ubi jalar ungu menjadi tepung merupakan salah satu cara
untuk menyimpan dan mengawetkan ubi jalar ungu. Tepung ubi jalar
merupakan hancuran dari ubi jalar yang dihilangkan sebagian kadar airnya
sekitar 7% (Sarwono, 2005). Tepung ubi jalar ungu memiliki bentuk seperti
tepung biasa dan berwarna ungu keputihan namun setelah terkena air
warnanya menjadi ungu tua. Nurdjanah dan Yuliana (2013) melaporkan bahwa
total antosianin tepung ubi jalar ungu sebesar 18,1-25,7 mg/100 g tergantung
Secara nutrisi, ubi jalar pada umumnya didominasi oleh karbohidrat yang
dapat mencapai 27,9% dengan kadar air 68,5% (Depkes, 1981), sedang dalam
bentuk tepung karbohidratnya mencapai 85,26% dengan kadar air 7,0%. Selain
itu, Zuraida dan Supriati (2008) menyatakan bahwa tepung ubi jalar mempunyai
kadar abu dan kadar serat yang lebih tinggi, serta kandungan karbohidrat dan
kalori yang hampir setara dengan tepung terigu. Hal ini mendukung
pemanfaatan tepung ubi jalar sebagai alternatif sumber karbohidrat yang dapat
disubtitusikan pada produk terigu dan turunannya yang bernilai tambah bagi
kesehatan
Penggunaan tepung ubi ungu ini cukup potensial sebagai bahan baku
dalam pembuatan produk pangan berbasis tepung dan mampu bersaing dari
segi kualitas produk yang dihasilkan. Sebagai bahan baku kue kering dan cake
23
penggunaan tepung ubi jalar ungu dapat mencapai 50% - 100%. Variasi resep
sekarang ini tepung ubi jalar ungu bisa di dapat dari produsen. Kandungan gizi
tepung ubi jalar per 100 gram bahan disajikan pada Tabel 8.
bebas atau respon dapat dipergunakan oleh peneliti untuk mencari suatu fungsi
pendekatan yang cocok untuk meramalkan respon yang akan datang. RSM
peubah respon atau lebih dengan satu set faktor yang bersifat kuantitatif. Metode
ini digunakan setelah diidentifikasi faktor yang berpengaruh dan dapat dikontrol
dengan tujuan ingin ditemukan kondisi faktor yang bisa mengoptimalkan respon.
24
Rancangan jenis ini pada umumnya digunakan ketika diduga terdapat
adalah
4. Menguji hipotesis.
25
3. METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan untuk proses pembuatan tepung ubi ungu antara lain
pisau, nampan, wadah plasik, talenan, dandang, dan food processor. Sedangkan
timbangan digital, kompor, spatula, beaker glass, mortar dan alu, glass ware,
pipet volume 100 ml, bola hisap, cuvet, centrifuge, sendok bahan, sample tube,
gelas piala, botol timbang, desikator, erlenmeyer, kurs porselen, muffle, alat
tepung ubi ungu, garam, mentega, baking powder, elmusifier, coklat bubuk,
coklat batang, telur, gula pasir dan spirulina. Bahan yang digunakan untuk
analisis kimia meliputi kertas saring, kertas label, aquades, kapas, tablet kjeldahl,
H2BO3, H2SO4, Amonium sulfat, buffer asam asetat pH 5, biuret, bovin serum
dengan kombinasi tiga faktor (varibel bebas) yaitu proporsi tepung terigu (X 1),
proporsi tepung ubi ungu (X2) dan proporsi sebuk Spirulina (X3).
26
Variabel terikat kadar air, kadar abu, kadar lemak, protein,karbohidrat,
antosianin, daya tekstur, serat pangan, rasa, warna, aroma dan tekstur dalam
penelitian ini sebagai variable respon tiga faktor tersebut. maka ditentukan nilai-
Langkah awal dilakukan pemilihan ubi jalar ungu. Ubi yang dipilih adalah
jenis ubi ungu yang segar, maksimal disimpan dua hari setelah panen karena
setelah dua hari penyimpanan kualitas kesegaran ubi ungu akan berkurang,
dan dapat mempengaruhi kualitas tepung. Ubi jalar ungu dibersihkan dari
kotoran (tanah) dan kupas kulitnya kemudian ubi ungu dicuci dalam air mengalir
hingga bersih. Selanjutnya ubi ungu dikukus sekitar 20 menit, setelah itu blender
ubi ungu sampai halus. Ubi jalar ungu yang telah halus kemudian dikeringkan
dengan cara dijemur dengan sinar matahari atau menggunakan alat pengering
buatan hingga kadar air 10-12 atau dengan indikator ubi ungu sudah
kering,eksturnya kering dan rapuh. Ubi jalar ungu yang telah kering ditumbuk,
pengayakan dengan ayakan 100 mesh. Tepung ubi jalar ungu yang sudah jadi
dengan plastic sealer.Tepung ubi ungu disimpan dalam wadah yang bersih dan
ditempat yang kering. Alur pembuatan tepung ubi ungu dapat dilihat pada
Lampiran 3.
27
3.3.2 Formulasi Brownies
Tabel 10.
6 Telur 28,9
7 Ovalet/sp 0,23
8 Mentega 12,5
Total 100
Proses pembuatan brownies kukus dari tepung ubi jalar dimulai dengan
penyiapan alat dan bahan, kemudian kocok telur, gula, dan tbm hingga rata,
masukkan coklat bubuk, tepung ubi, meizena, susu bubuk, mentega cair, garam
dan vanili aduk hingga merata, olesi cetakan dengan mentega dan masukkan
adonan tersebut ke dalam cetakan, ratakan adonan dan pastikan tidak ada
20 menit, olesi adonan tersebut dengan coklat batang cair, masukkan lagi
28
setengah bagian adonan dan masak kembali selama 20 menit, setelah matang
terigu dan tepung ubi ungu yaitu 90:10, 80:20, dan 70:30 dan kontrol.
Selanjutnya di cari hasil yang terbaik dari 3 proporsi tersbut kemudian hasil nya
di analisa antosianin, daya tekstur dan organoleptik (tekstur, warna, rasa, dan
aroma). Perbandingan proporsi tepung terigu dan tepung ubi ungu dapat dilihat
Tabel 11. Perbandingan proporsi tepung terigu dan tepung ubi ungu
Proporsi
Perlakuan
T.Terigu:T.Ubi Ungu
Kontrol 40:20
A 36:4
B 32:8
C 28:12
penelitian utama ini rancangan RSM yang sudah di tentukan, selanjutnya di uji
hasil terhadap subtibusi tepung ubi ungu dengan penambahan spirulina platensis
pada brownies kukus. Parameter yang di uji yaitu : sifat fisik, kimia dan
organoleptik. Hasil terakhir yang di dapat dari brownies terbaik dari subsitusi
tepung ubi ungu dengan penambahan Spirulina plantensis. Alur proses dapat
29
Tabel 12. Variabel bebas pada rancangan penelitian BBD
Kode Level
Faktor
-1 0 1
Tepung terigu 28 32 36
Tepung Ubi Ungu 4 8 12
S. platensis 24 28 32
Tabel 13. Formula Brownies Kukus Rancangan RSM subtitusi tepung ubi ungu
dengan tambahan Spirulina
Factor 1 Factor 2 Factor 3
Tepung Tepung Ubi
Run Spirulina (g)
Terigu (g) Ungu (g)
1 28 12 32
2 36 8 24
3 32 12 28
4 36 4 24
5 36 8 32
6 36 12 28
7 32 4 24
8 28 8 24
9 28 4 28
10 28 12 28
11 36 8 32
12 32 4 32
13 32 12 24
30
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Respon Surface
versi 10.3.0. Pelaksanaan RSM dalam suatu proses perlu melalui beberapa
tahap, yaitu:
(BBD)
percobaan yang berbeda di sekitar titik pusat. Daerah percobaan tersebut terdiri
dari 3 taraf dari setiap variabel yang di kode dengan -1, 0 dan +1. Variabel kode -
medium dan angka 1 menunjukkan nilai variabel tertinggi. Range antara -1, 0
31
Parameter uji yang digunakan pada penelitian ini antara lain ialah analisa
kimia meliputi yang dilakukan ialah antosianin, uji kadar air, uji kadar abu, uji
kadar lemak, uji kadar protein, uji kadar karbohidrat dan penetapan total serat
pangan. Pada analisa fisika uji yang dilakukan adalah analisa daya tekstur.
A. Analisa Kimia
terdapat dalam brownies subtitusi tepung ubi ungu dan Spirulina. Analisa
Proksimat terdiri dari: Analisa kadar air (AOAC, 1995), analisa kadar protein
(Belinda dan Yunianta, 2016), analisa kadar lemak (Sudarmadji, 2007), analisa
2004), antosianin (Guisti dan Wrolstad, 2001), dan Serat pangan (Asp et al.,
B. Analisa Fisik
C. Analisa Organoleptik
untuk mengatahui tingkat kesukaan panelis yang semi terlatih terhadap brownies
manusia. Nilai yang dinilai dalam uji organoleptik adalah nilai rasa, tekstur,
6: sangat suka
32
5: suka
4: agak suka
2: tidak suka
33
Hasil Penelitian ini bertujuan untuk menentukan brownies optimum
berdasarkan analisa fisika yaitu daya tekstur, pada analisa kimia yaitu kadar air,
kadar protein, kadar lemak, kadar abu dan kadar karbohidrat, uji antosianin dan
uji serat pangan, sedangkan pada analisa organoleptik yaitu berdasarkan uji
hedonik dan skoring. Sebelum dilakukan penelitian, dilakukan analisa kimia pada
bahan baku yaitu tepung ubi ungu dan Spirullina. Hal tersebut bertujuan untuk
pertama ini diantara lain yaitu kadar antosianin daya tekstur dan organoleptik
(aroma, warna, rasa, tekstur) dengan perbedaan proporsi tepung terigu dan
tepung tempe. Ada pun data hasil uji brownies kukus akan di jelaskan pada
Antosianin adalah pigmen yang memberikan warna biru, ungu, dan merah
34
Selain itu ia juga dikatakan mempunyai sifat antikarsinogenik, memberi
Antosianin
35
(31.09±0,25)d
30
Antosianin(mg/100g)
25 (23.53±0,07)c
20
15
(10.6±0,10)b
10
5
(0.29±0,02)a (0.19±0,02)a
0
K- A B C K+
Perlakuan
Gamb
ar 4. Grafik histogram kadar Antosianin
Keterangan:
Grafik histogram pada Gambar 4. terlihat bahwa hasil rerata nilai kadar
antosianin brownies kukus terendah pada penelitian ini didapat pada perlakuan
hasil tertinggi didapat pada perlakuan tepung terigu 70% : tepung ubi ungu 30%
A, B, K- dan K+. Pelakuan K- tidak berbeda nyata dengan K+ tapi berbeda nyata
35
Analisis kadar antosianin pada brownies kukus rata – rata pada penelitian
dengan penambahan tepung ubi ungu semakin meningkat karena tepung ubi
ungu yang mengandung zat antosianin yang cukup tinggi. Penambahan tepung
ubi dapat meningkatkan kandungan antosianin semakin tinggi jumlah tepung ubi
hanya dapat dilakukan sampai 20% karena bila lebih maka akan menurunkan
mendapatkan tekstur makanan yang baik dapat digunakan turunan selulose dan
36
Daya Tekstur
3 (2.76±0,04)d (2.84±0,03)d
(2.53±0,02)c
2.5 (2.33±0,06)b
(2.17±0,01)a
Daya Tekstur(N) 2
1.5
0.5
0
K- A B C K+
Daya Tekstur
Keterangan:
analisis daya tekstur pada brownies kukus pada penelitian ini didapat pada
perlakuan komersil (K+) dengan nilai 2,84 N. Sedangkan hasil terendah didapat
pada perlakuan brownies (70% tepung terigu : 30% tepung ubi ungu) dengan
perkaluan A, B, dan C.
37
Analisis daya tekstur pada brownies kukus rata – rata pada penelitian ini
berkisar 2,17 N – 2,84 N. Penambahan tepung ubi jalar ungu pada pembuatan
tepung ubi jalar yang telah disubtitusikan kedalam adonan brownies mengurangi
tingkat keempukan brownies yang dihasilkan tetapi hal ini masih diterima oleh
4.1.3 Aroma
produk pada responden, dimana aroma dari salah satu bahan pangan akan
akan menyukai aroma yang tidak sesuai atau menyimpang dari seharusnya.
Aroma
4.65
(4.62±0,11)a
4.6
(4.55±0,01)a
4.55
(4.51±0,15)a
4.5 (4.48±0,06)a
Aroma
4.45
(4.41±0,08)a
4.4
4.35
4.3
K- A B C K+
Perlakuan
Keterangan:
38
C: Brownies penambahan ubi ungu (30%)
K+: Brownies Komersial
Grafik histogram pada Gambar 6. terlihat bahwa hasil rerata nilai aroma
brownies kukus terendah pada penelitian ini didapat pada perlakuan tepung
terigu 70% : tepung ubi ungu 30% dengan hasil 4,41. Sedangakan hasil tertinggi
didapat pada perlakuan kontrol (K-) dengan nilai 4,62. Dimana semua pelakuan
Analisis aroma pada brownies kukus rata – rata pada penelitian ini
ubi ungu maka hasil aroma pada organoleptik brownies kukus semakin. Hal ini
diduga panelis yang tidak menyukai aroma dari tepung ubi ungu yang khas maka
4.1.4 Warna
pertama yang dilihat oleh responden dalam hal penerimaan terutama pada
produk baru.
39
Warna
4.7
(4.65±0,24)a
4.65
(4.61±0,28)a
4.6
(4.56±0,14)a
Warna
4.55
(4.51±0,11)a (4.52±0,07)a
4.5
4.45
4.4
K- A B C K+
Perlakuan
Keterangan:
Grafik histogram pada Gambar 7. terlihat bahwa hasil rerata nilai warna
brownies kukus terendah pada penelitian ini didapat pada perlakuan tepung
terigu 90% : tepung ubi ungu 10% dengan hasil 4,51. Sedangakan hasil tertinggi
didapat pada perlakuan tepung terigu 70% : tepung ubi ungu 30% dengan nilai
Analisis warna pada brownies kukus rata – rata pada penelitian ini
berkisar 4,51 – 4,65 terdapat kencendurungan semakin tinggi proporsi tepung ubi
ungu maka hasil warna pada organoleptik brownies kukus semakin meningkat.
Hal ini diduga panelis yang menyukai warna dari tepung ubi ungu yang khas
maka warna brownies yang dihasilkan semakin disukai oleh panelis. Dimana
40
4.1.5 Tekstur
panelis terhadap suatu produk pangan, dimana tekstur dari suatu bahan pangan
Tekstur
4.75
(4.71±0,18)a
4.7 (4.68±0,23)a
(4.65±0,08)a
4.65
(4.61±0,05)a
4.6
Tekstur
4.55 (4.53±0,01)a
4.5
4.45
4.4
K- A B C K+
Perlakuan
Keterangan:
Grafik histogram pada Gambar 8. terlihat bahwa hasil rerata nilai tekstur
brownies kukus terendah pada penelitian ini didapat pada perlakuan control (K-)
dengan hasil 4,53. Sedangakan hasil tertinggi didapat pada perlakuan tepung
terigu 70% : tepung ubi ungu 30% dengan nilai 4,71. Dimana semua perlakuan
Analisis daya tekstur pada brownies kukus rata – rata pada penelitian ini
41
ubi ungu maka hasil aroma pada organoleptik brownies kukus semakin
meningkat.
4.1.6 Rasa
pada responden, dimana rasa merupakan perameter utama yang dipilih oleh
Rasa
4.6 (4,53±0,03)b (4.54±0,01)b (4.52±0,01)b (4.51±0,01)b
4.5
4.4
4.3
4.2
Rasa
4.1 (4.07±0,09)a
4
3.9
3.8
K- A B C K+
Perlakuan
Grafik histogram pada Gambar 9. terlihat bahwa hasil rerata nilai rasa
brownies kukus terendah pada penelitian ini didapat pada perlakuan tepung
terigu 70% : tepung ubi ungu 30% dengan hasil 4,07. Sedangakan hasil tertinggi
didapat pada perlakuan kontrol (K-) dengan nilai 4,54. Dimana perlakuan A
42
berbeda nyata dengan perlakuan C tetapi tidak berbeda nyata dengan pelakuan
B, K-, dan K+. Perlakuan C berbeda nyata dengan perlakuan A, B, K- dan K+.
Analisis warna pada brownies kukus rata – rata pada penelitian ini
berkisar 4,07 – 4,54 terdapat kencendurungan semakin tinggi proporsi tepung ubi
ungu maka hasil rasa pada organoleptik brownies kukus semakin menurun . Hal
ini diduga panelis yang menyukai rasa dari tepung ubi ungu yang khas dengan
Dari data hasil penilitian tahap pertama, hasil terbaik dari analisis
fisikokimia dan organoleptik dari semua perlakuan berdasarkan hasil uji analisis
dari perlakuan A (90% tepung terigu : 10% tepung ubi ungu), B (80% tepung
terigu : 20% tepung ubi ungu), C (70% tepung terigu : 30% ubi ungu), kontrol –
(100% tepung terigu : 0%), dan kontrol + (komersial) didapat hasil De Garmo
terigu : 20% tepung tempe) dengan nilai kadar antosinin 23,53, daya tekstur 2,33
N, organoleptik yaitu pada aroma 4,88, warna 4,52, tekstur 4,68, dan rasa 4,52.
Jika dibandingkan dengan SNI 01-3840-1995 tentang roti manis, maka hasil
yaitu penelitian kedua (utama). Hasil uji De Garmo penelitian Pendahuluan dapat
sni 01-3840-1995 tentang roti manis dapoat dilihat pada Tabel 13.
43
Sumber :SNI 01-3840-1995
dikarenakan syarat mutu dari brownies dan SNI roti manis memenuhi standart
pangan.
tahap kedua ini diantaranya yaitu kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar
Dalam mencari optimasi dari desain RSM diperlukan nilai batas bawah
dan batas atas sebagai pembatas. Proporsi tepung terigu sebagai batas bawah
sebesar 28 gram dan batas atas 36 gram, Proporsi tepung tempe sebagai batas
bawah sebesar 4 gram, dan batas atas sebesar 12 gram, sedangkan proporsi
Spirulina sebagai batas bawah sebesar 24 gram dan batas atas 32 gram dimana
10.0.Setelah didapat batas bawah, titik tengah dan batas atas dari setiap variabel
selanjutnya adalah dilakukan tiga pengujian yaitu uji Sum of Squares, uji Lack of
Fit, dan R-squared. Fungsi dilakukan tiga pengujian untuk menentukan suatu
terdapat beberapa model statistik yang dapat digunakan untuk menganalisa data
hasil penelitian yang telah didapatkan. Beberapa model statistik yang ditawarkan
dalam software design expert adalah model linier, linier dengan interaksi (2FI),
44
kuadratik serta kubik. Pemilihan model yang paling sesuai untuk menentukan
Expert, yaitu jumlah kuadrat dari urutan model (Sequential Model Surn of
respon kadar air, lemak, protein, abu, karbohidrat, daya tekstur dan antosianin
dapat dilihat pada Tabel 3. Nilai respon fraksi kadar air (Y1) yang terbentuk pada
proses ini berkisar antara 16,14% hingga 19,73%, nilai respon kadar lemak (Y2)
berkisar antara 20,18% hingga 22,74%, nilai respon kadar abu (Y3) berkisar
antara 1,15% hingga 1,99%, nilai respon protein (Y4) berkisar antara 24,64%
hingga 29,69%, nilai respon karbohidrat (Y5) berkisar antara 56,02% hingga
62,78%, nilai respon antosianin (Y6) berkisar antara 10,76% hingga 32,87%,
nilai respon daya tekstur (Y7) berkisar antara 2,17% hingga 2,83%, nilai respon
serat pangan (Y8) berkisar antara 34,89% hingga 43,41%, nilai respon rasa (Y9)
berkisar antara 3,74% hingga 5,03%, nilai respon warna (Y10) berkisar antara
4,13% hingga 5,15%, nilai respon aroma (Y11) berkisar antara 4,33% hingga
4,73%, nilai respon tekstur (Y12) berkisar antara 4,03% hingga 4,87%,
45
kombinasi proses pembuatan brownies dengan proporsi tepung terigu 28 g,
tepung ubi ungu 8 g dan Spirulina sp 24 g. Nilai kadar abu tertinggi (1,99%)
brownies dengan proporsi tepung terigu 36 g, tepung ubi ungu 8 g dan Spirulina
brownies dengan proporsi tepung terigu 36 g, tepung ubi ungu 8 g dan Spirulina
46
dan Spirulina sp 8 g. Nilai tekstur tertinggi (4,87%) didapatkan pada kombinasi
maka dilakukan evaluasi dari ketiga faktor proporsi tepung terigu, tepung ubi
ungu dan Spirulina secara bersamaan menggunakan RSM seperti terlihat pada
Lampiran
47
Daya Kuadratik Y= -0,058A + 0,14B + 0,12C + 0,023AB - 0,0130 0,9856
Tekstur 0,029AC – 4,36e-003BC + 0,041A2 +
0,033B2 + 0,014C2
untuk semua respon adalah kuadratik (quadratic model), karena model ini yang
48
4.2.2 Analisis Respon Kadar Air
0,30B2 + 0,35C2
Dimana : A: Tepung Terigu, B: tepung Ubi Ungu dan C: Spirulina
ubi ungu, interaksi antara proporsi tepung terigu dan tepung ubi ungu dan
interaksi antar proporsi Spirulina sp. Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta
yang positif. Respon kadar air akan mengalami penurunan seiring dengan
peningkatan proporsi Spirulina sp, interaksi antara proporsi tepung terigu dan
Spirulina sp, interaksi antara tepung ubi ungu dan Spirulina sp, interaksi antar
proporsi tepung terigu dan antar proporsi tepung ubi ungu. Hal ini ditunjukkan
bahwa peningkatan kadar air dipengaruhi oleh tepung terigu dan tepung ubi
ungu. Menurut Winarno (2008), Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan
kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi
sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan yang dapat mempercepat
pembusukan.
nilai aktual dan nilai yang diprediksikan pada Gambar 10, mendekati garis
kenormalan yang menunjukkan data untuk respon kadar air menyebar normal.
49
Hal ini berarti bahwa hasil aktual akan mendekati hasil yang diprediksikan oleh
Design-Expert® Software
Kadar Air Normal Plot of Residuals
Color points by value of
Kadar Air:
19,73 99
16,14
95
90
Normal % Probability
80
70
50
30
20
10
antar komponen saling mempengaruhi nilai respon kadar air. Warna-warna yang
berbeda pada grafik contour plot menunjukkan nilai kadar air. Warna biru
menunjukkan nilai respon kadar air terendah, yaitu 16,14%. Warna merah
menunjukkan respon kadar air tertinggi, yaitu 19,73%. Garis-garis yang terdiri
atas titik-titik pada grafik contour plot menunjukkan kombinasi dari ketiga
komponen dengan jumlah berbeda yang menghasilkan respon kadar air yang
sama. Bentuk permukaan dari hubungan interaksi antar komponen ini dapat
dilihat lebih jelas pada grafik tiga dimensi yang ditunjukkan pada Gambar 12.
50
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
32
Kadar Air (%)
Kadar Air (%)
Design Points
19,7303 17
16,1419
30
X1 = B: Tepung Ubi Ungu
X2 = C: Spirulina
C: Spirulina (gr)
Actual Factor
A: Tepung Terigu = 32
28
18
26
19
24
4 6 8 10 12
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Kadar Air (%)
Design points above predicted value
Design points below predicted value
19,7303
20
16,1419
Actual Factor
A: Tepung Terigu = 32 18
Kadar Air (%)
17
16
12
24
10
26
8
28
Hasil kadar air pada penelitian ini berkisar 16,14 – 19,73%. Hasil tersebut
sesuai dengan SNI 01 3840 -1995 tentang roti manis, bahwa kadar air produk
(2015) tentang brownies ubi ungu yang memiliki kandungan kadar air 20,69%
51
Kadar Lemak Y= -0,067A + 6,343B -0,91C + 0,099AB + 0,32AC – 0,030BC –
interaksi antara proporsi tepung terigu dan tepung ubi ungu, interaksi antara
proporsi tepung terigu dan Spirulina sp, dan interaksi antar proporsi tepung ubi
ungu. Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang positif. Respon kadar
terigu, Spirulina sp, interaksi antara proporsi tepung ubi ungu dan Spirulina sp,
interaksi antar proporsi tepung terigu dan antar proporsi Spirulina sp. Hal ini
bahwa penambahan tepung ubi ungu dan bahan tambahan lain seperti mentega
dan coklat. Lemak merupakan salah satu komponen makanan multifungsi yang
sangat penting untuk kehidupan. Lemak memiliki sifat pelarut vitamin A, D, E dan
K. Penambahan lemak pada makanan memberikan efek rasa lezat dan tekstur
makanan menjadi lembut serta gurih. Didalam tubuh, lemak menghasilkan energi
dua kali lebih banyak dibandingkan dengan protein dan karbohidrat (Sartika,
2008).
nilai aktual dan nilai yang diprediksikan pada Gambar 13, mendekati garis
normal. Hal ini berarti bahwa hasil aktual akan mendekati hasil yang
52
Design-Expert® Software
Kadar Lemak Normal Plot of Residuals
Color points by value of
Kadar Lemak:
22,74 99
20,18
95
90
Normal % Probability
80
70
50
30
20
10
yang berbeda pada grafik contour plot menunjukkan nilai kadar lemak. Warna
biru menunjukkan nilai respon kadar lemak terendah, yaitu 20,18%. Warna
yang terdiri atas titik-titik pada grafik contour plot menunjukkan kombinasi dari
lemak yang sama. Bentuk permukaan dari hubungan interaksi antar komponen
ini dapat dilihat lebih jelas pada grafik tiga dimensi yang ditunjukkan pada
Gambar 15
53
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual Kadar Lemak (%)
32
Kadar Lemak (%)
Design Points
22,74 21
20,18
30
X1 = B: Tepung Ubi Ungu 21,5
X2 = C: Spirulina
C: Spirulina (gr)
Actual Factor
A: Tepung Terigu = 32
28
22
26
22,5
24
4 6 8 10 12
Gambar 14. Grafik Contour Plot Hasil Uji Respon Kadar Lemak
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Kadar Lemak (%)
Design points above predicted value
Design points below predicted value
22,74
20,18
Actual Factor
22,50
A: Tepung Terigu = 32
22,00
Kadar Lemak (%)
21,50
21,00
20,50
24
20,00
26
12 28
10 C: Spirulina (gr)
8 30
4 32
B: Tepung Ubi Ungu (gr)
Gambar 15. Grafik Tiga Dimensi Hasil Uji Respon Kadar Lemak
Hasil kadar lemak pada penelitian ini berkisar 20,18 – 22,74%. Hasil
tersebut lebih kecil bila dibandingkan dengan penelitian Handayani (2015) tentang
brownies ubi ungu yang memiliki kandungan kadar lemak 29,89% maka Spirulina
54
4.2.4. Analisis Respon Kadar Abu
ungu,proporsi Spirulina sp, interaksi antar proporsi tepung terigu dan interaksi
antar proporsi tepung ubi ungu. Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang
peningkatan proporsi tepung terigu, interaksi antara proporsi tepung terigu dan
Spirulina sp, dan interaksi antar proporsi tepung ubi ungu. Hal ini ditunjukkan
bahwa peningkatan kadar abu dipengaruhi oleh tepung ubi ungu dan Spirulina
sp. Kadar abu merupakan parameter untuk menunjukkan nilai kandungan bahan
anorganik (mineral) yang ada di dalam suatu bahan atau produk. Semakin tinggi
nilai kadar abu maka semakin banyak kandungan bahan anorganik di dalam
nilai aktual dan nilai yang diprediksikan pada Gambar 16, mendekati garis
55
normal. Hal ini berarti bahwa hasil aktual akan mendekati hasil yang
Design-Expert® Software
Kadar Abu Normal Plot of Residuals
Color points by value of
Kadar Abu:
1,99 99
1,15
95
90
Normal % Probability
80
70
50
30
20
10
yang berbeda pada grafik contour plot menunjukkan nilai kadar abu. Warna biru
menunjukkan nilai respon kadar abu terendah, yaitu 1,15%. Warna merah
menunjukkan respon kadar abu tertinggi, yaitu 1,99%. Garis-garis yang terdiri
atas titik-titik pada grafik contour plot menunjukkan kombinasi dari ketiga
komponen dengan jumlah berbeda yang menghasilkan respon kadar abu yang
sama. Bentuk permukaan dari hubungan interaksi antar komponen ini dapat
dilihat lebih jelas pada grafik tiga dimensi yang ditunjukkan pada Gambar 18.
56
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual Kadar Abu (%)
32
Kadar Abu (%)
Design Points 1,8
1,99
1,15
1,6
30
X1 = B: Tepung Ubi Ungu
X2 = C: Spirulina
C: Spirulina (gr)
Actual Factor
A: Tepung Terigu = 32 1,4
28
26
1,2
1,4
24
4 6 8 10 12
Gambar 17. Grafik Contour Plot Hasil Uji Respon Kadar Abu
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Kadar Abu (%)
Design points above predicted value
Design points below predicted value
1,99
1,15 2,00
1,40
1,20
1,00
32 12
30 10
28 8
26 6
C: Spirulina (gr) B: Tepung Ubi Ungu (gr)
24 4
Gambar 18. Grafik Tiga Dimensi Hasil Uji Respon Kadar Abu
Hasil kadar abu pada penelitian ini berkisar 1,15 – 1,99%. Hasil tersebut
sesuai dengan SNI 01 3840 -1995 tentang roti manis, bahwa kadar abu produk
(2015) tentang brownies ubi ungu yang memiliki kandungan kadar abu 1,38%
57
4.2.5. Analisis Respon Kadar Protein
1,64B2 – 1,75C2
Dimana : A: Tepung Terigu, B: tepung Ubi Ungu dan C: Spirulina
berbanding lurus dengan peningkatan proporsi tepung terigu, proporsi tepung ubi
ungu, proporsi Spirulina sp, interaksi antara proporsi tepung terigu dan ubi ungu,
dan interaksi antara proporsi tepung ubi ungu dan Spirulina sp. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai konstanta yang positif. Respon kadar protein akan
tepung terigu dan Spirulina sp, interaksi antar proporsi tepung terigu, interaksi
antar tepung ubi ungu dan interaksi antar Spirulina sp. Hal ini ditunjukkan dengan
bahwa peningkatan kadar protein dipengaruhi oleh tepung terigu,tepung ubi ungu
dan Spirulina sp. Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi
tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga
berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-
nilai aktual dan nilai yang diprediksikan pada Gambar 19, mendekati garis
58
normal. Hal ini berarti bahwa hasil aktual akan mendekati hasil yang
Design-Expert® Software
Kadar Protein Normal Plot of Residuals
Color points by value of
Kadar Protein:
29,69 99
24,64
95
90
Normal % Probability
80
70
50
30
20
10
yang berbeda pada grafik contour plot menunjukkan nilai kadar protein. Warna
biru menunjukkan nilai respon kadar protein terendah, yaitu 24,64%. Warna
yang terdiri atas titik-titik pada grafik contour plot menunjukkan kombinasi dari
protein yang sama. Bentuk permukaan dari hubungan interaksi antar komponen
ini dapat dilihat lebih jelas pada grafik tiga dimensi yang ditunjukkan pada
Gambar 21.
59
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
32
Kadar Protein (%)
Kadar Protein (%)
Design Points
29,6884 27
24,6362
30
X1 = B: Tepung Ubi Ungu
X2 = C: Spirulina
C: Spirulina (gr)
Actual Factor
A: Tepung Terigu = 32 30
28
29
28
26
26 27
26
25
25
24
4 6 8 10 12
24,6362 31
Actual Factor
28
A: Tepung Terigu = 32
Kadar Protein (%)
27
26
25
24
32 12
30 10
28 8
26 6
C: Spirulina (gr) B: Tepung Ubi Ungu (gr)
24 4
Hasil kadar protein pada penelitian ini berkisar 24,64 – 29,89%. Hasil
tentang brownies ubi ungu yang memiliki kandungan kadar abu 6,73% maka
60
4.2.6. Analisis Respon Kadar Karbohidrat
ubi ungu, proporsi Spirulina sp, interaksi antara proporsi tepung terigu dan
tepung ubi ungu, interaksi antara tepung terigu dan Spirulina sp, interaksi antara
tepung ubi ungu dan Spirulina sp, interaksi antar tepung ubi ungu dan interaksi
antar Spirulina sp. Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang positif. Respon
interaksi antar tepung terigu Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang
negatif.
dan Spirulina sp. Hal ini menunjukkan pada penelitian Dwis (2017) seiring
(Erlania, 2009).
nilai aktual dan nilai yang diprediksikan pada Gambar 22, mendekati garis
61
normal. Hal ini berarti bahwa hasil aktual akan mendekati hasil yang
Design-Expert® Software
Kadar Karbohidrat Normal Plot of Residuals
Color points by value of
Kadar Karbohidrat:
63,79 99
55,12
95
90
Normal % Probability
80
70
50
30
20
10
warna yang berbeda pada grafik contour plot menunjukkan nilai kadar
yaitu 63,79%. Garis-garis yang terdiri atas titik-titik pada grafik contour plot
hubungan interaksi antar komponen ini dapat dilihat lebih jelas pada grafik tiga
62
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
32
Kadar Karbohidrat (%)
Kadar Karbohidrat (%)
Design Points
63,79
62
55,12
30
X1 = B: Tepung Ubi Ungu
X2 = C: Spirulina
C: Spirulina (gr)
58
Actual Factor 60
A: Tepung Terigu = 32
28
26
62
58
24
4 6 8 10 12
Gambar 23. Grafik Contour Plot Hasil Uji Respon Kadar Karbohidrat
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Kadar Karbohidrat (%)
Design points above predicted value
Design points below predicted value
63,79
66,00
55,12
X2 = C: Spirulina
62,00
Kadar Karbohidrat (%)
Actual Factor
A: Tepung Terigu = 32 60,00
58,00
56,00
54,00
32
12
30
10
28
8
C: Spirulina (gr) 26
6
B: Tepung Ubi Ungu (gr)
24 4
Gambar 24. Grafik Tiga Dimensi Hasil Uji Respon Kadar Karbohidrat
(2015) tentang brownies ubi ungu yang memiliki kandungan kadar karbohidrat
karbohidrat.
63
4.2.7. Analisis Respon Antosianin
interaksi antara tepung terigu dan Spirulina sp dan interaksi antar tepung terigu.
Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang positif. Respon antosianin akan
proporsi Spirulina sp, interaksi antara tepung terigu dan tepung ubi ungu,
interaksi antara tepung ubi ungu dan Spirulina sp, interaksi antar tepung ubi ungu
dan interaksi antar Spirulina sp Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang
negatif.
nilai aktual dan nilai yang diprediksikan pada Gambar 25, mendekati garis
Hal ini berarti bahwa hasil aktual akan mendekati hasil yang diprediksikan oleh
64
Design-Expert® Software
Antosianin Normal Plot of Residuals
Color points by value of
Antosianin:
32,87 99
10,76
95
90
Normal % Probability
80
70
50
30
20
10
yang berbeda pada grafik contour plot menunjukkan nilai antosinin. Warna biru
yang terdiri atas titik-titik pada grafik contour plot menunjukkan kombinasi dari
yang sama. Bentuk permukaan dari hubungan interaksi antar komponen ini
dapat dilihat lebih jelas pada grafik tiga dimensi yang ditunjukkan pada Gambar
27.
65
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual Antosianin (%)
32
Antosianin (%)
Design Points
32,87
10,76
30
X1 = B: Tepung Ubi Ungu
X2 = C: Spirulina
C: Spirulina (gr)
Actual Factor
A: Tepung Terigu = 32
15 20 25 30
28
26
24
4 6 8 10 12
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Antosianin (%)
Design points above predicted value
Design points below predicted value
32,87
10,76 35,00
20,00
15,00
10,00
32 12
30 10
28 8
26 6
C: Spirulina (gr) B: Tepung Ubi Ungu (gr)
24 4
mg/100g. Hasil tersebut hampir sama bila dibandingkan dengan penelitian tahap
dilakukan sampai 20% karena bila lebih maka akan menurunkan mutu produk
(Hardoko et al.,2010)
66
4.2.8. Analisis Respon Daya Tekstur
proporsi Spirulina sp, interaksi antara tepung terigu dan tepung ubi ungu,
interaksi antar tepung terigu, interaksi antar tepung ubi ungu dan interaksi antar
Spirulina sp. Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang positif. Respon daya
terigu, interaksi antara tepung terigu dan Spirulina sp dan interaksi antara
tepung ubi ungu dan Spirulina sp. Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang
negatif.
nilai aktual dan nilai yang diprediksikan pada Gambar 28, mendekati garis
normal. Hal ini berarti bahwa hasil aktual akan mendekati hasil yang
67
Design-Expert® Software
Daya Tekstur Normal Plot of Residuals
Color points by value of
Daya Tekstur:
2,83 99
2,17
95
90
Normal % Probability
80
70
50
30
20
10
berbeda pada grafik contour plot menunjukkan nilai antosinin. Warna biru
menunjukkan nilai respon daya tekstur terendah, yaitu 2,17%. Warna merah
menunjukkan respon daya tekstur tertinggi, yaitu 2,83%. Garis-garis yang terdiri
atas titik-titik pada grafik contour plot menunjukkan kombinasi dari ketiga
komponen dengan jumlah berbeda yang menghasilkan respon daya tekstur yang
sama. Bentuk permukaan dari hubungan interaksi antar komponen ini dapat
dilihat lebih jelas pada grafik tiga dimensi yang ditunjukkan pada Gambar 30.
68
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
32
Daya Tekstur (N)
Daya Tekstur (N)
2,7
Design Points
2,83
2,17
2,6
30
X1 = B: Tepung Ubi Ungu
X2 = C: Spirulina
C: Spirulina (gr)
Actual Factor 2,5
A: Tepung Terigu = 32
28
2,4
26
2,3
24
4 6 8 10 12
Gambar 29. Grafik Contour Plot Hasil Uji Respon Daya Tekstur
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Daya Tekstur (N)
Design points above predicted value
Design points below predicted value
2,83
2,17 3,00
2,40
2,20
2,00
32 12
30 10
28 8
26 6
C: Spirulina (gr) B: Tepung Ubi Ungu (gr)
24 4
Gambar 30. Grafik Tiga Dimensi Hasil Uji Respon Daya Tekstur
Hasil kadar antosianin pada penelitian ini berkisar 2,17 – 2,83%. Hasil
69
4.2.8. Analisis Respon Serat Pangan
tepung ubi ungu, proporsi Spirulina sp, interaksi antara tepung terigu dan
Spirulina sp dan interaksi antara tepung ubi ungu dan Spirulina sp. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai konstanta yang positif. Respon serat pangan akan
dan tepung ubi ungu, interaksi antar tepung terigu, interaksi antar tepung ubi
ungu dan interaksi antar Spirulina sp. Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta
yang negatif.
nilai aktual dan nilai yang diprediksikan pada Gambar 31, mendekati garis
normal. Hal ini berarti bahwa hasil aktual akan mendekati hasil yang
70
Design-Expert® Software
Serat Pangan Normal Plot of Residuals
Color points by value of
Serat Pangan:
43,41
99
34,89
95
90
Normal % Probability
80
70
50
30
20
10
berbeda pada grafik contour plot menunjukkan nilai serat pangan. Warna biru
menunjukkan nilai respon daya tekstur terendah, yaitu 34,89%. Warna merah
terdiri atas titik-titik pada grafik contour plot menunjukkan kombinasi dari ketiga
yang sama. Bentuk permukaan dari hubungan interaksi antar komponen ini
dapat dilihat lebih jelas pada grafik tiga dimensi yang ditunjukkan pada Gambar
33.
71
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual Serat Pangan (%)
32
Serat Pangan (%)
Design Points
43,41
34,89 42
30
X1 = B: Tepung Ubi Ungu
X2 = C: Spirulina
C: Spirulina (gr)
Actual Factor
40
A: Tepung Terigu = 32
28
38
26
36
24
4 6 8 10 12
Pangan
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Serat Pangan (%)
Design points above predicted value
Design points below predicted value
43,41
34,89 46,00
40,00
38,00
36,00
34,00
32 12
30 10
28 8
26 6
C: Spirulina (gr) B: Tepung Ubi Ungu (gr)
24 4
diperoleh 10,86% lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian ini didapat hasil
health singapura (1999), suatu produk dapat diklaim sebegai sumber atau
72
mengandung serat pangan jika terdapat lebih dari atau sama dengan 3 g/100g
produk.
0,0137B2 - 0,41C2 Dimana : A: Tepung Terigu, B: tepung Ubi Ungu dan C: Spirulina
berbanding lurus dengan peningkatan proporsi tepung terigu. Hal ini ditunjukkan
dengan nilai konstanta yang positif. Respon rasa akan mengalami penurunan
seiring dengan peningkatan proporsi tepung ubi ungu, proporsi Spirulina sp,
interaksi antara tepung terigu dan tepung ubi ungu, interaksi antara tepung terigu
dan Spirulina sp, interaksi antara tepung ubi ungu dan Spirulina sp,interaksi antar
tepung terigu, interaksi antar tepung ubi ungu dan interaksi antar Spirulina sp.
nilai aktual dan nilai yang diprediksikan pada Gambar 34, mendekati garis
kenormalan yang menunjukkan data untuk respon rasa menyebar normal. Hal ini
berarti bahwa hasil aktual akan mendekati hasil yang diprediksikan oleh Program
73
Design-Expert® Software
Rasa Normal Plot of Residuals
Color points by value of
Rasa:
5,03
99
3,74
95
90
Normal % Probability
80
70
50
30
20
10
pada grafik contour plot menunjukkan nilai rasa. Warna biru menunjukkan nilai
respon rasa terendah, yaitu 3,74%. Warna merah menunjukkan respon rasa
tertinggi, yaitu 5,03%. Garis-garis yang terdiri atas titik-titik pada grafik contour
plot menunjukkan kombinasi dari ketiga komponen dengan jumlah berbeda yang
interaksi antar komponen ini dapat dilihat lebih jelas pada grafik tiga dimensi
74
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual Rasa
Rasa 32
3,8
Design Points 4
5,03 4,2
3,74
4,4
X2 = C: Spirulina 4,6
Actual Factor
C: Spirulina (gr)
A: Tepung Terigu = 32
28
4,8
26
4,8
24
4 6 8 10 12
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Rasa
Design points above predicted value
Design points below predicted value
5,03
3,74
5,20
X1 = B: Tepung Ubi Ungu
X2 = C: Spirulina 5,00
4,80
Actual Factor
A: Tepung Terigu = 32 4,60
4,40
4,20
Rasa
4,00
3,80
3,60
12 24
10 26
8 28
6 30
B: Tepung Ubi Ungu (gr) C: Spirulina (gr)
4 32
75
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa respon warna akan meningkat
berbanding lurus dengan peningkatan interaksi antara tepung terigu dan tepung
ubi ungu dan interaksi antara tepung ubi ungu dan Spirulina sp. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai konstanta yang positif. Respon rasa akan mengalami
ubi ungu, proporsi Spirulina sp, interaksi antara tepung terigu dan Spirulina
sp,interaksi antar tepung terigu, interaksi antar tepung ubi ungu dan interaksi
antar Spirulina sp. Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang negatif.
nilai aktual dan nilai yang diprediksikan pada Gambar 37, mendekati garis
kenormalan yang menunjukkan data untuk respon warna menyebar normal. Hal
ini berarti bahwa hasil aktual akan mendekati hasil yang diprediksikan oleh
Design-Expert® Software
Warna Normal Plot of Residuals
Color points by value of
Warna:
5,15
99
4,13
95
90
Normal % Probability
80
70
50
30
20
10
pada grafik contour plot menunjukkan nilai warna. Warna biru menunjukkan nilai
76
respon warna terendah, yaitu 4,13%. Warna merah menunjukkan respon warna
tertinggi, yaitu 4.13%. Garis-garis yang terdiri atas titik-titik pada grafik contour
plot menunjukkan kombinasi dari ketiga komponen dengan jumlah berbeda yang
interaksi antar komponen ini dapat dilihat lebih jelas pada grafik tiga dimensi
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
32
Warna
Warna
Design Points 4,4
5,15 4,4 4,8
4,13
4,6
4,6
X1 = B: Tepung Ubi Ungu 30
X2 = C: Spirulina
Actual Factor
C: Spirulina (gr)
5
A: Tepung Terigu = 32
28
26
24
4 6 8 10 12
4,13
5,20
X1 = B: Tepung Ubi Ungu
X2 = C: Spirulina
5,00
Actual Factor
A: Tepung Terigu = 32 4,80
4,60
Warna
4,40
4,20
4,00
12
32
10
30
8
28
77
4.2.11. Analisis Respon Aroma
tepung ubi ungu, proporsi Spirulina sp, interaksi antara tepung terigu dan tepung
ubi ungu, interaksi antara tepung ubi ungu dan Spirulina sp interaksi antar
Spirulina sp. Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang positif. Respon
tepung terigu dan Spirulina sp,interaksi antar tepung terigu dan interaksi antar
tepung ubi ungu. Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang negatif.
nilai aktual dan nilai yang diprediksikan pada Gambar 40, mendekati garis
kenormalan yang menunjukkan data untuk respon aroma menyebar normal. Hal
ini berarti bahwa hasil aktual akan mendekati hasil yang diprediksikan oleh
78
Design-Expert® Software
Aroma Normal Plot of Residuals
Color points by value of
Aroma:
4,73
99
4,33
95
90
Normal % Probability
80
70
50
30
20
10
pada grafik contour plot menunjukkan nilai aroma. Warna biru menunjukkan nilai
respon aroma terendah, yaitu 4,33%. Warna merah menunjukkan respon aroma
tertinggi, yaitu 4.73%. Garis-garis yang terdiri atas titik-titik pada grafik contour
plot menunjukkan kombinasi dari ketiga komponen dengan jumlah berbeda yang
interaksi antar komponen ini dapat dilihat lebih jelas pada grafik tiga dimensi
79
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
32
Aroma
Aroma
Design Points
4,73
4,7
4,33 4,5
Actual Factor
C: Spirulina (gr)
A: Tepung Terigu = 32
28
4,6
4,6
26
24
4 6 8 10 12
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Aroma
Design points above predicted value
Design points below predicted value
4,73
4,33
4,80
Actual Factor
A: Tepung Terigu = 32 4,60
4,50
Aroma
4,40
4,30
32
12
30
10
28
8
C: Spirulina (gr) 26
6
B: Tepung Ubi Ungu (gr)
24 4
80
Dimana : A: Tepung Terigu, B: tepung Ubi Ungu dan C: Spirulina
berbanding lurus dengan peningkatan proporsi tepung terigu, proporsi tepung ubi
ungu, interaksi antara tepung terigu dan tepung ubi ungu, interaksi antara tepung
terigu dan Spirulina sp, interaksi antara tepung ubi ungu dan Spirulina sp dan
interaksi antar tepung ubi ungu. Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang
proporsi Spirulina sp, interaksi antar tepung terigu dan interaksi antar Spirulina
nilai aktual dan nilai yang diprediksikan pada Gambar 43, mendekati garis
kenormalan yang menunjukkan data untuk respon tekstur menyebar normal. Hal
ini berarti bahwa hasil aktual akan mendekati hasil yang diprediksikan oleh
Design-Expert® Software
Tekstur Normal Plot of Residuals
Color points by value of
Tekstur:
4,87
99
4,03
95
90
Normal % Probability
80
70
50
30
20
10
pada grafik contour plot menunjukkan nilai tekstur. Warna biru menunjukkan nilai
respon tekstur terendah, yaitu 4,03%. Warna merah menunjukkan respon tekstur
81
tertinggi, yaitu 4.87%. Garis-garis yang terdiri atas titik-titik pada grafik contour
plot menunjukkan kombinasi dari ketiga komponen dengan jumlah berbeda yang
interaksi antar komponen ini dapat dilihat lebih jelas pada grafik tiga dimensi
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
32
Tekstur
Tekstur
Design Points
4,1
4,87
4,03
4,2
Actual Factor
C: Spirulina (gr)
A: Tepung Terigu = 32
4,4
28
4,5
4,6
26
4,5
24
4 6 8 10 12
4,03
5,00
X1 = B: Tepung Ubi Ungu
X2 = C: Spirulina
4,80
Actual Factor
A: Tepung Terigu = 32
4,60
4,40
Tekstur
4,20
4,00
12
32
10
30
28 8
82
4.3. Optimasi Kondisi Proses Pembuatan Brownies
Tabel 15. Komponen respon yang dioptimasi, target dan batas pada
tahapan optimasi formula
Komponen Respon Target Batas Bawah Batas Atas
Spirulina sp Range 24 32
83
Proporsi tepung terigu, tepung tempe dan Spirulina merupakan
komponen yang dioptimalkan dengan kisaran batas bawah dan batas atas
seperti pada Tabel 12. Proporsi tepung terigu, tepung tempe dan Spirulina akan
mempengaruhi kualitas brownies kukus yang dihasilkan. Respon kadar air, kadar
abu, kadar lemak, kadar protein, karbohidrat, serat pangan, zat besi, daya
maksimal. Semua respon merupakan respon yang erat kaitannya dengan sifat
formula optimum yang dapat dilihat pada Tabel 19 . Kondisi proses proporsi
tepung terigu 35,53 g, tepung ubi ungu 4,90 g, Spirulina 28,65 g, dengan respon
kadar air 17,30%, kadar abu 1,29%, kadar lemak 21,48%,kadar protein 27,97%,
kadar karbohidrat 58,10%, serat pangan 40,02%, kadar antosianin 14,23%, daya
tekstur 2,31 N, aroma 4,41, warna 4,54, rasa 4,85,tekstur 4,25 dengan
direkomendasikan sebagai solusi formula yang optimal, karena kondisi proses ini
memiliki nilai semua respon yang tinggi serta nilai desirability yang tinggi yaitu 1.
untuk menentukan derajat ketepatan hasil solusi optimal. Nilai desirability yang
(2D) dan tiga dimensi (3D). Grafik Contour plot merupakan gambaran dua
dimensi dari respon yang disajikan dengan menggunakan model prediksi untuk
nilai respon rendemen dan kekuatan gel. Garis-garis yang terdiri atas titik-titik
pada grafik contour plot menunjukkan kombinasi dari ketiga komponen dengan
84
jumlah berbeda yang menghasilkan nilai desirability tertentu yang sama. Titik
– beda yang menghasilkan nilai desirability sebesar 1. Grafik tiga dimensi (3-D)
menunjukkan proyeksi dari grafik contour plot. Area yang rendah pada grafik tiga
dimensi menunjukkan nilai desirability yang rendah, sedangkan area yang tinggi
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
12
Desirability
Desirability
1,000
0,000
Actual Factor
C: Spirulina = 28,9538
28 30 32 34 36
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Desirability
1,000
0,000 1,000
0,600
Desirability
0,400
0,200
0,000
12 36
10 34
8 32
6 30
B: Tepung Ubi Ungu (gr) A: Tepung Terigu (gr)
4 28
85
Gambar 48. Bar Graph keseluruhan nilai desirability formula
optimum
dengan kadar air 17,30%, kadar abu 1,29%, kadar lemak 21,48%,kadar protein
14,23%, daya tekstur 2,31 N, aroma 4,41, warna 4,54, rasa 4,85,tekstur 4,25 .
Jika dibandingkan dengan nilai yang diprediksikan tidak ada perbedaan dengan
verifikasi.
86
Tabel 16. Prediksi dan hasil verifikasi nilai respon solusi formula optimum
hasil optimasi dengan program Design Expert 10 trail.
Respon Prediksi Verifikasi 95% CI low 95% CI high 95% TI low 95% TI high
Kadar Air 17,30 17,30 15,71 18,89 12,91 21,69
Kadar Lemak 21,48 21,48 20,11 22,86 17,69 25,28
Kadar Abu 1,30 1,29 0,94 1,65 0,31 2,28
Kadar Protein 27,98 27,97 26,80 29,15 24,73 31,22
Kadar Karbohidrat 58,10 58,10 54,48 61,73 48,10 68,10
Antosianin 14,23 14,23 13,16 15,31 11,26 17,20
Daya Tekstur 2,32 2,31 2,14 2,50 1,82 2,81
Serat Pangan 40,00 40,02 34,55 45,45 24,98 55,03
Rasa 4,86 4,85 4,23 5,48 3,13 6,58
Warna 4,55 4,54 3,87 5,23 2,67 6,42
Aroma 4,43 4,41 3,87 4,99 2,89 5,97
Tekstur 4,25 4,25 3,95 4,56 3,40 5,11
Dari hasil penelitian ini di dapatkan dengan penambahan ubi ungu dan
Spirulina sp. dapat meningkatkan kandungan serat yang dibutuhkan oleh tubuh
dan mencegah kanker usus besar , melancarkan pencernaan, dan juga dapat
87
5. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
brownies kukus berpengaruh nyata terhadap optimasi fisika yaitu daya tekstur,
pada optimasi kimia yaitu kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar abu, zat
besi, serat pangan, pada optimasi organoleptik yaitu tekstur , warna, aroma dan
rasa.
tepung terigu 35,53 g, tepung ubi ungu 4,90 g, Spirulina 28,65 g, dengan respon
kadar air 17,30%, kadar abu 1,29%, kadar lemak 21,48%,kadar protein 27,97%,
mg/100g, daya tekstur 2,31 N, aroma 4,41, warna 4,54, rasa 4,85,tekstur 4,25
5.2 Saran
Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu perlu adanya
penguragan proporsi Spirullina agar pengaruh dari rasa da tekstur brownies lebih
baik. Dengan tambahan tepung ubi ungu dan Spirulina dapat meningkatkan nilai
88
DAFTAR PUSTAKA
Anggadiredja, J.T., Zatnika, A., Purwoto, H., dan Istini, S. 2008. Rumput Laut.
Penebar Swadaya. Jakarta.
Astawan, Made. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian. Jakarta:
Penebar Swadaya
Bradbury, J.H., Hammer, and Nguyen. 1985. Protein Quantity and Quality and
Trypsin Inhibitor Content of Sweet Potato Cultivars From the
Highlands of Papua New Guinea. Journal of Agriculture and Food
Chemistry. 33:281- 285.
Hardaning Ausiea Marantha, Ninik Rustanti, 2014, Kandungan Gizi, Sifat Fisik,
Dan Tingkat Penerimaan Es Krim Kacang Hijau Dengan
Penambahan Spirulina, Journal of Nutrition College, Volume 3,
Nomor 4, Halaman 755-761.
89
Iriyanti, Y. 2012. Subtitusi Tepung Ubi Ungu dalam Pembuatan Roti Manis, Donat
dan Cake Bread. (Proyek Akhir). Universitas Negri Yogyakarta.
Yogyakarta.
Isnaini, N., A. F. Hadi, dan B Juliyanto. 2012. Model Permukaan Respon Pada
Percobaan Faktorial. Majalah Ilmiah Matematika dan Statistika.
FMIPA. Universitas Jember. Jember.
Mais, A. 2008. Utilization of Sweet Potato Starch, Flour and Fibre in Bread and
Biscuit, Physco Chemical and Nutritional Characteristicts. (Thesis).
Massey University.
Montgomery, D.C., 2001, Design and Analysis of Experiment, 5th ed., John
Willey & Sons, New York.
Sartika, Ratu Ayu Dewi. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh,Tidak Jenuh dan
Asam Lemak Trans Terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, Vol.2, No.4.
90
Sarwono, B. 2005. Ubi Jalar. Penebar Swadaya. Jakarta.
Sri, A. 2013. Cookies & Pastries Lezat Dan Sehat. Puspa Swara. Jakarta
Standar Nasional Indonesia (SNI). 1995. Standar Mutu Roti. SNI 06-3735-1995.
Sudarmadji, S.B., Haryono dan Suhardi. 2007. Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.
Sulistiyo CN. 2006. Pengembangan Brownies Kukus Tepung Ubi Jalar (Ipomoea
Batatas L.) di PT. Fits Mandiri Bogor [skripsi]. Jurusan Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.
Susilawati dan Medikasari. 2008. Kajian Formulasi Tepung Terigu dan Tepung
dari Berbagai Jenis Ubi Jalar sebagai Bahan Dasar Pembuatan
Biskuit Non- Flaky Crackers. Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Teknologi II 2008. Universitas Lampung. 17-18 November 2008.
Truong, V.D., Z. Hu, R.L. Thompson, G.C. Yencho, and K.V. Pecota. 2012.
Pressurized liquid extraction and quantification of anthocyanins in
purplefleshed sweet potato genotypes. Journal of Food
Composition and Analysis 26 : 96–103.
Winarno, F. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama .Jakarta
Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi: Edisi Terbaru. Jakarta. Gramedia
Pustaka Utama.
Zuraida, N dan Yati S. (2001). Usahatani Ubi Jalar sebagai Bahan Pangan
Alternatif dan Diversifikasi Sumber Karbohidrat. Buletin AgroBio Vol 4
No. 1(13-23).
91
92