Anda di halaman 1dari 92

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Anak merupakan investasi sumber daya manusia (SDM) yang

memerlukan perhatian khusus untuk kecukupan status gizinya sejak lahir. Setiap

harinya, anak membutuhkan gizi seimbang yang terdiri dari asupan karbohidrat,

lemak, protein, vitamin dan mineral (Soemanto, 2006). Asupan kandungan gizi

tersebut dapat diperoleh dari makanan yang dikonsumsi yang berguna untuk

pertumbuhan otak (intelegensia) dan pertumbuhan fisik. Zat gizi dari makanan

merupakan sumber utama untuk memenuhi kebutuhan anak tumbuh kembang

optimal sehingga dapat mencapai kesehatan yang paripurna , yaitu sehat fisik,

sehat mental, dan sehat sosial (Hikmawati, 2012)

Salah satu yang menjadi masalah perkembangan pada anak adalah

stunting. Stunting merupakan penggambaran dari status gizi kurang yang bersifat

kronik pada masa pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan.

Banyak faktor yang dapat menyebabkan terjadinya stunting pada balita seperti

karakteristik balita maupun faktor sosial ekonomi (Ni’mah, 2015). Asupan

makanan yang tidak seimbang, berkaitan dengan kandungan zat gizi dalam

makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air merupakan

salah satu faktor yang dikaitkan dengan terjadinya stunting (UNICEF, 2007).

Salah satu sumber bahan pangan yang dapat digunakan sebagai

pelengkap pemenuhan gizi anak dan mengatasi masalah stunting pada anak

adalah brownies. Brownies merupakan kue yang bertekstur lembut dan padat,

berwarna cokelat kehitaman dan memiliki rasa khas cokelat. Olahan makanan

yang satu ini banyak digemari oleh masyarakat, baik dari kalangan anak-anak,

1
remaja, maupun orang tua dikarenakan dominan rasa cokelatnya yang lezat dan

teksturnya yang lembut. Brownies merupakan olahan kue yang berbahan dasar

tepung terigu. (Suhardjito, 2006).

Pemberian Makanan Tambahan tinggi protein, vitamin A dan zat besi

perlu diberikan untuk mencegah masalah kekurangan zat gizi. Spirulina

merupakan bahan makanan tinggi protein, β-karoten dan zat besi. Brownies

yang disubstitusi dengan tepung spirulina diharapkan dapat menjadi alternatif

makanan tambahan tinggi protein, vitamin A dan zat besi (Sugiharto, 2014).

Penggunaan rumput laut Spirulina sp. karena memiliki kandungan protein pada

Spirulina dalam berat kering bervariasi antara 50%-70%. Spirulina digunakan

sebagai suplemen makanan karena kandungan gizinya yang tinggi. Setiap

100 gram spirulina kering mengandung 57.47 gram protein, 7.72 gram

lemak, dan 28.5 mg zat besi (Marantha, 2014). Pemanfaatan mikroalga

Spirulina sp. sebagai makanan kesehatan sudah banyak dilakukan. Selain

mudah dicerna, mikroalga ini mengandung senyawa-senyawa yang diperlukan

oleh tubuh, seperti protein, lipid, karbohidrat, asam lemak tidak jenuh, vitamin-

vitamin, mineral, asam amino, dan beberapa jenis pigmen yang sangat

bermanfaat. Pada beberapa negara tertentu seperti Spanyol, Switzerland,

Australia, Jepang, dan Amerika, mikroalga telah dimanfaatkan sebagai

obatobatan dan bubuk keringnya dijadikan sebagai makanan kesehatan yang

dipasarkan (Henricson, 2009).

Salah satu bahan pangan yang dapat dijadikan sebagai sumber nutrisi

dalam pembuatan brownies adalah tepung ubi ungu. Tepung ubi ungu sendiri

banyak memiliki manfaat untuk kebutuhan gizi anak. Nutrisi yang terkandung di

dalam ubi jalar ungu adalah vitamin A, C, serat pangan, zat besi, potasium dan

protein (Mais, 2008). Penggunaan tepung ubi jalar ungu sebagai bahan dalam

2
pembuatan biskuit adalah kandungan anthosianin yang tersimpan dalam ubi jalar

ungu sebanyak 110,51 mg yang merupakan salah satu sumber

antioksidan .Anthosianin sendiri tidak diketahui kebutuhan dan kecukupan dalam

sehari. Namun sebagai antioksidan bermanfaat sebagai pencegah radikal bebas.

Antioksidan adalah senyawa-senyawa yang mampu menghilangkan,

membersihkan, menahan pembentukan ataupun memadukan efek spesies

oksigen reaktif. (Suprapti, 2003).

Pada penelitian ini dilakukan substitusi tepung ubi ungu terhadap tepung

terigu pada pembuatan brownies dengan penambahan Spirulina sp. Berdasarkan

latar belakang tersebut maka dilakukan penelitian mengenai kandungan gizi,

fisik, tingkat kesukaan tepung ubi ungu dengan Spirulina sp. sebagai alternatif

makanan bagi anak untuk kebutuhan gizi.

1.2 Rumusan Masalah

Penambahan spirulina pada brownies masih memerlukan kajian meliputi:

1. Berapa proporsi formulasi optimum tepung terigu, tepung ubi ungu dan

Spirulina sp. yang terbaik dalam pembuatan brownies.

2. Bagaimana pengaruh subtitusi tepung terigu, tepung ubi ungu dan Spirulina

sp. terhadap kandungan gizi, sifat fisik dan tingkat penerimaan brownies.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui konsentrasi optimum tepung terigu, tepung ubi ungu dan

Spirulina sp. yang terbaik dalam pembuatan brownies.

3
2. Untuk mengetahui pengaruh substitusi tepung terigu, tepung ubi ungu dan

Spirulina sp. terhadap kandungan gizi, sifat fisik dan tingkat penerimaan

brownies kukus.

1.4 Hipotesis

Hipotesis yang mendasari peneltian ini adalah:

1. Terdapat perbedaan konsentrasi brownies yang ditambahkan Spirulina sp.

memberikan pengaruh terhadap kandungan gizi, sifat fisik dan tingkat

penerimaan brownies tepung ubi ungu pada anak.

2. Terdapat perbedaan penambahan Spirulina sp. pada brownies dengan

subtitusi tepung ubi ungu memberikan pengaruh terhadap kandungan gizi,

sifat fisik dan tingkat penerimaan brownies disubsitusi tepung ubi ungu

terhadap asupan gizi pada anak.

1.5 Kegunaan

Kegunaan dari penelitian ini adalah:

1. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai alternatif

pengolahan hasil perikanan yang memiliki nilai gizi terutama dalam

kandungan gizi dan nilai ekonomis yang tinggi bagi masyarakat.

2. Memberikan informasi tentang pengaruh penambahan Spirulina sp.

terhadap kandungan gizii, sifat fisik dan tingkat penerimaan brownies

disubsitusi tepung ubi ungu untuk kebutuhan asupan gizi pada anak.

1.6 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Biokimia dan Nutrisi Ikani

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang,

Laboratorium Perekayasaan Hasil Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu

4
Kelautan Universitas Brawijaya Malang, Laboratorium Keamanan Hasil

Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang,

Laboratorium Pengujian Mutu dan Keamanan Pangan Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Malang. Pada bulan Juli hingga September

2017.

5
2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Gizi

Pertumbuhan anak sangat erat kaitannya dengan makanan yang

dikonsumsi sehari-hari. Pertumbuhan yang berhubungan dengan tinggi dan berat

badan sangat dipengaruhi oleh kondisi internal, misalnya gizi yang diperoleh dari

makanan, perangai dan lain-lain. Gizi yang baik dan seimbang akan berpengaruh

terhadap pertumbuhan dan perkembangan serta aspek-aspek perkembangan

anak. Gizi yang buruk akan mengganggu pertumbuhan, perkembangan,

kesehatan, kecerdasan dan daya tahan tubuh anak (Soemanto, 2006)

Gizi (Nutrition) adalah suatu proses organisme menggunakan makanan

yang dikonsumsi secara normal melalui proses digesti, absorpsi, transportasi,

penyimpanan, metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan, untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ,

serta menghasilkan energi. Gizi berkaitan dengan perkembangan otak,

kemampuan belajar, produktivitas kerja. Gizi didalamnya memiliki keterkaitan

yang erat hubungannya dengan kesehatan dan kecerdasan. Karena itu gizi

sangatlah diperlukan oleh anak untuk mengembangkan segala aspek dan

memberikan stimulasi untuk perkembangan otak anak. (Hikmawati, 2012)

2.1.1 Macam-macan Gizi

Zat-zat gizi seimbang yang dibutuhkan oleh tubuh melalui makanan yang

dikonsumsi oleh anak sehari-hari harus mengandung zat-zat seperti karbohidrat

6
yang berguna untuk sumber tenaga anak. Selain itu juga makanan yang

dikonsumsi oleh anak-anak harus mengandung protein yang sangat berperan

dalam pertumbuhan dan perbaikan jaringan. Makanan yang dikonsumsi oleh

anak juga harus mengandung vitamin yang berguna untuk katalisator. Lemak

juga berperan penting dalam kesehatan anak. Sedangkan mineral dibutuhkan

oleh tubuh sebagai zat pembangun dan zat pengatur. Berguna untuk

pembentukan tulang dan gigi dan untuk proses pembekuan darah (Faqih, 2012).

Macam macam zat gizi yang diperlukan tubuh diperoleh dari makanan.

Zat-zat gizi yang diperoleh dari makanan antara lain adalah karbohidrat, protein,

lemak, vitamin, mineral, zat besi, fosfor dan lain-lain. Membiasakan anak untuk

mengkonsumsi sayuran dan buah-buahan juga sangat berperan dalam

pertumbuhan dan perkembangan anak. Zat gizi juga diperoleh dari kualitas

makanan yang baik, makanan yang mengandung pengawet dan makanan siap

saji juga kurang bagus untuk kesehatan anak (Graimes, 2004).

2.1.2 Kebutuhan Makanan Anak

Lingkungan baru anak sekolah sangat mempengaruhi kebiasaan makan

anak tersebut. Pengalaman-pengalaman baru, kegembiraan di sekolah, rasa

takut terlambat tiba di sekolah menyebabkan anak-anak ini sering menyimpang

dari kebiasaan waktu makan yang sudah diberikan kepada mereka (Moehji,

2003). Aktivitas yang padat seperti kegiatan belajar di sekolah, kursus,

mengerjakan tugas, dan mempersiapkan pekerjaan untuk esok harinya membuat

stamina anak cepat menurun. Hal ini dapat dihindari dengan konsumsi makanan

yang sehat dan bergizi lengkap. Kandungan zat gizi makanan sebaiknya cukup

dari segi energi, protein, karbohidrat, lemak, serta zat gizi mikro lainnya. Angka

7
kecukupan gizi yang dianjurkan bagi anak usia sekolah seperti pada Tabel 1

berikut.

Tabel 1 Angka Kecukupan Gizi (perorang/perhari)

Lemak (g)
BB TB
Umu Energi(kkal Protei Karbohidra Sera Air
(kg (cm
r ) n (g) Tota n- n- t (g) t (g) (ml)
) )
l 6 3
0-6
bula 4, 0,
n 6 61 550 12 34 4 5 58 0 -
7-11
bula 4, 0,
n 9 71 725 18 36 4 5 82 10 800
1-3
tahu 0, 120
n 13 91 1125 26 44 7 7 155 16 0
4-6
tahu 0, 150
n 19 112 1600 35 62 10 9 220 22 0
7-9
tahu 0, 190
n 27 130 1850 49 72 10 9 254 26 0
Sumber : Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (2013)

2.1.3 Stunting pada Anak

Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh

kurangnya asupan gizi dalam waktu yang cukup lama, sehingga mengakibatkan

gangguan pertumbuhan pada anak yakni tinggi badan anak lebih rendah atau

pendek (kerdil) dari standar usianya.Kondisi tubuh anak yang pendek seringkali

dikatakan sebagai faktor keturunan (genetik) dari kedua orang tuanya, sehingga

masyarakat banyak yang hanya menerima tanpa berbuat apa-apa untuk

mencegahnya. Padahal seperti kita ketahui, genetika merupakan faktor

determinan kesehatan yang paling kecil pengaruhnya bila dibandingkan dengan

8
faktor perilaku, lingkungan (sosial, ekonomi, budaya, politik), dan pelayanan

kesehatan. Dengan kata lain, stunting merupakan masalah yang bisa dicegah

(Kemenkes, 2018).

Pemantauan Status Gizi (PSG) 2017 menunjukkan prevalensi Balita

stunting di Indonesia masih tinggi, yakni 29,6% di atas batasan yang ditetapkan

WHO (20%).Untuk menekan angka tersebut, masyarakat perlu memahami faktor

apa saja yang menyebabkan stunting. Stunting merupakan kondisi gagal

pertumbuhan pada anak (pertumbuhan tubuh dan otak) akibat kekurangan gizi

dalam waktu yang lama. Sehingga, anak lebih pendek dari anak normal

seusianya dan memiliki keterlambatan dalam berpikir (Kemenkes, 2018).

2.2 Cake

Cake adalah kue yang berbahan dasar tepung terigu (umumnya tepung

terigu), gula, dan telur. Cake umumnya dimatangkan dengan cara dipanggang

atau dioven, walaupun ada juga yang dikukus. Cake merupakan produk manis

yang dikembangkan akibat kocokan. Dengan kocokan maka akan ada udara

yang terperangkap kedalam adonan, dan tersimpan pada jalinan kantung protein

yang ada pada putih telur (Hamidah,2009). Cake adalah kue berbahan dasar

tepung (umumnya tepung terigu), gula, dan telur. Bolu dan cake umumnya

dimatangkan dengan cara dipanggang di dalam oven, walaupun ada juga bolu

yang dikukus, misalnya bolu kukus atau brownies kukus. Variasi lain cake dapat

dihias dengan lapisan (icing) dari krim mentega (buttercream), fondant, atau

marzipan disebut kue tart (kue tarcis). Telur dan terigu merupakan bahan dasar

dalam pembuatan cake sifat fungsional telur sebagai daya pengembang,

pemgemulsi, koagulasi, dan daya ikat air serta pembentuk tekstur, merupakan

sifat fungsional yang cocok digunakan dalam pembuatan cake (Braker, 2003).

Klasifikasi cake dapat dilihat pada Tabel 2

9
Tabel 2. Klasifikasi Cake

Tipe Bahan Utama Metode Contoh

Pencampuran

Tipe Batter (high- Tepung, gula,

fat cakes) susu, baking soda

atu baking

powder sebagai
Tipe High –ratio pengembang. Metode creaming, Yellow layer cake,

Gula ≥ tepung. metode two white layer, devil

stage, metode cake, butter cake,

flour-batter. pound cake,


Tipe foam (low fat
cake) marble cake.

Tipe meringue Telur, tepung,


gula, tidak ada
Metode angel
padatan lemak.
Angel food cakes.
Tipe sponge Menggunakan food.
putih telur
sebagai Metode sponge. Sponge cakes.
pengembang.
Menggunakan
Tipe chiffon telur (putih dan
kuning) atau

10
campuran kuning Metode chiffon. Chiffon cakes.
telur dan telur
(putih dan kuning
telur) sebagai
pengembang.
Kombinasi tipe
batter dan tipe
foam.
Sumber: Hui (2006).

2.2.1 Brownies

Brownies merupakan salah satu jenis cake yang berwarna coklat

kehitaman. Brownies dapat dibagi menjadi dua macam, yakni brownies kukus

dan brownies oven. Brownies oven memiliki tekstur mendekati chocolate fudge,

yakni renyah di luar, moist atau lembap di bagian dalam. Struktur brownies sama

seperti cake yaitu ketika dipotong terlihat keseragaman pori remah, berwarna

menarik, dan jika dimakan terasa lembut, lembab, dan menghasilkan cita rasa

yang baik Tekstur yang dikehendaki dari brownies agak bantat. Bahan penyusun

utamanya antara lain telur, lemak, gula, dan terigu. Sebagai bahan tambahan

dapat ditambahkan emulsifier dan bahan pengembang (Sulistiyo 2006).

Brownies adalah jenis cake coklat yang padat awalnya merupakan

adonan terbuat dari tepung terigu, telur, lemak, gula pasir dan coklat masak

dengan cara dipanggang atau dioven. Brownies termasuk kedalam jenis cake

yang berwarna coklat dan tidak mengembang, namun mempunyai tekstur dalam

yang moist (lembab), dan bagian atas brownies bertektur kering. Memiliki rasa

yang manis khas aroma khas coklat. Dalam pembuatan brownies bahan yang

digunakan adalah tepung terigu (Ismayani, 2007).

11
Gambar 1. Brownies

2.2.2 Bahan Pembuatan Brownies

Bahan yang digunakan dalam pembuatan brownies adalah sebagai

berikut:

a. Tepung Terigu

Terigu adalah tepung/bubuk halus yang berasal dari biji gandum, dan

digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mie, roti, dan pasta. Kata terigu

dalam bahasa Indonesia diserap dari bahasa Portugis trigo yang berarti gandum.

Tepung terigu mengandung protein dalam bentuk gluten, yang berperan dalam

menentukan kekenyalan makanan yang terbuat dari bahan terigu (Desrosier,

2008).

Tepung terigu merupakan tepung yang berasal dari bulir gandum. Tepung

terigu umumnya digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mie dan roti.

Kadar protein tepung terigu berkisar antara 8 – 14%. Dalam pembuatan mie,

kadar protein tepung terigu yang digunakan berkisar antara 11 – 14,5% atau

tepung terigu berprotein tinggi (Gomez, 2007 dalam Lubis, 2013). Gandum yang

telah diolah menjadi tepung terigu menurut (Rustandi, 2011) dapat digolongkan

menjadi 3 tingkatan yang dibedakan berdasarkan kandungan protein yang

dimiliki, yakni :

12
a. Hard flour (kandungan protein 12% – 14%)

Tepung ini mudah dicampur dan difermentasikan, memiliki daya serap air

tinggi, elastis, serta mudah digiling. Jenis tepung ini cocok untuk membuat roti,

mie, dan pasta.

b. Medium flour (kandungan protein 10,5% – 11,5%)

Tepung ini cocok untuk membuat adonan dengan tingkat fermentasi

sedang, seperti donat, bakso, cake, dan muffin.

c. Soft flour (kandungan protein 8% – 9%)

Tepung ini memiliki daya serap rendah, sukar diuleni, dan daya

pengembangan rendah. Tepung ini cocok untuk membuat kue kering, biskuit,

pastel.Kandungan gizi tepung terigu dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel 3. Kandungan gizi tepung terigu dalam 100 g

No Kandungan Jumlah
1 Kalori (kkal) 365
2 Protein (g) 8.9
3 Lemak (g) 1.3
4 Karbohidrat (g) 77.3
5 Kalsium (mg) 16
6 Pospor (mg) 106
7 Besi (mg) 1.2
8 Vitamin A (m) 0
9 Vitamin C (m) 0
10 Vitamin B (m) 0.12
11 Air (g) 12
Sumber : Prihatiningrum (2012)

b. Gula

13
Gula merupakan bahan yang digunakan untuk memberikan rasa

manispada sebuah produk. Pemberian gula pada pembuatan brownies berfungsi

untuk memberikan rasa juga berpengaruh terhadap pembentukan struktur

brownies, memperbaiki tekstur, memperpanjang kesegaran, serta merangsang

pembentukan warna yang baik. Selain itu, gula yang ditambahkan juga dapat

berfungsi sebagai pengawet karena gula dapat mengurangi kadar air bahan

pangan (Astawan, 2009). Kandungan gizi gula dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kandungan gizi gula dalam 100 g

No Kandungan Berat

1 Energi (kal) 304


2 Karbohidrat (g) 94.0
3 Kalsium (mg) 5
4 Fosfor (mg) 1
5 Besi (mg) 0.1
6 Air (g) 5.4
Sumber : Marinih (2005)

c. Telur

Telur adalah bahan tambahan penting dan mahal dalam proses


pembuatan

produk-produk bakery, terutama untuk proses pembutan cake dan adonan

manis. Telur terdiri dari 3 bagian utama, yaitu: telur utuh, kuning telur, dan putih

telur. Kandungan kimia rata-rata telur dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Kandungan kimia rata-rata telur

No. Kandungan Telur Ayam Telur Bebek


1 Kalori (kal) 162 189
2 Protein (g) 12.8 13.1
3 Lemak (g) 11.5 14.3
4 Karbohidrat (g) 0.7 0.8

14
5 Kalsium (g) 54 56
6 Fosfor (mg) 180 175
7 Besi (mg) 2.7 2.8
8 Vit. A (IU) 900 1230
9 Vit. B (mg) 0.1 0.18
10 Air (g) 74 70.8
Sumber : Melia dan Juliyarsi (2005)

d. Baking Powder

Baking Powder merupakan Sodium Bikarbonat (soda kue) yang sudah

dicampur dengan asam (cream of tartar) dan bahan pengering (pati). Baking

Powder ada 2 jenis, yaitu single acting dan double acting. Single Acting diaktifasi

pada saat terkena cairan (saat pencampuran) karena itu setelah pencampuran

adonan harus segera dipanggang. Sedangkan Double Acting pada saat

pencampuran adonan, gas yang terbentuk mulai muncul tetapi mayoritas gas

terbentuk pada saat suhu adonan meningkat yaitu waktu dipanggang. Karenanya

adonan tidak masalah jika harus menunggu sebelum dioven. (Bahalwan. 2011).

2.1.2 Proses pembuatan Brownies

Tahapan dalam pembuatan brownies terdiri dari beberapa tahapan.

Tahapan tersebut menurut (Sukarsih, 2009) adalah sebagai berikut.

Proses pembuatan brownies kukus dari tepung ubi jalar dimulai dengan

penyiapan alat dan bahan, kemudian kocok telur, gula, dan tbm hingga rata,

masukkan coklat bubuk, tepung ubi, meizena, susu bubuk, mentega cair, garam

dan vanili aduk hingga merata, olesi cetakan dengan mentega dan masukkan

adonan tersebut ke dalam cetakan, ratakan adonan dan pastikan tidak ada

gelembung/kekosongan adonan pada cetakan, kukus setengah bagian selama

20 menit, olesi adonan tersebut dengan coklat batang cair, masukkan lagi

15
setengah bagian adonan dan masak kembali selama 20 menit, setelah matang

angkat dan dinginkan, brownies kukus siap dikemas/ dikonsumsi.

2.1.3 Kriteria Kualitas Brownies

Menurut Ismayani (2007) brownies adalah jenis cake coklat yang padat

awalnya merupakan adonan gagal dan keras dimana adonan terbuat dari tepung

terigu, telur, lemak, gula pasir dan coklat masak dengan cara dipanggang atau

dioven. Sedangkan menurut Astawan (2009) brownies adalah salah satu jenis

Cake yang berwarna coklat kehitaman dengan tekstur sedikit lebih keras dari

pada cake karena brownies tidak membutuhkan pengembang atau gluten.sejenis

kue yang termasuk kelompok cake yang berwarna coklat kehitaman dengan

tekstur sedikit lebih keras dari pada cake. Bahannya terdiri dari tepung terigu,

margarine, telur, gula, dan coklat (coklat bubuk dan coklat masak). Standar

Syarat Mutu Cake Menurut SNI 01 - 3840 – 1995 dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Standar Syarat Mutu Cake Menurut SNI 01 - 3840 - 1995


Kriteria Uji Satuan Persyaratan
o. Roti tawar Roti manis
1 2 3 4 5
1. Keadaaan :
1.1 Kenampakan _ Normal Normal
tidak tidak
berjamur berjamur
1.2 Bau _ Normal Normal
1.3 Rasa _ Normal Normal
2 Air % b/b Maks. 40 Maks. 40
3. Abu ( tidak termasuk %b/b Maks. 1 Maks. 3
garam dihitung atas dasar
bahan kering

4 Abu yang tidak larut dalam %b/b Maks. 3 Maks. 3


asam

5 Gula jumlah %b/b - Maks. 8.0


6 Lemak %b/b - Maks. 3.0
7 Serangga / belatung _ Tidak boleh ada Tidak

16
Sumber: SNI 01 - 3840 – 1995

2.2 Spirulina platensis.

Spirulina sp. merupakan organisme autotrof berwarna hijau kebiruan,

menyerupai spiral dengan sel membentuk filamen terpilin sehingga disebut juga

alga biru hijau berfilamen. Spirulina sp. berdiameter 1-12 mikrometer dan

memiliki bentuk tubuh menyerupai benang yang merupakan rangkaian sel yang

berbentuk silindris dengan dinding sel yang tipis. Selain itu, filamen Spirulina sp.

juga dapat hidup soliter (Haryati, 2008).

2.2.1 Morfologi dan Klasifikasi Spirulina sp

Spirulina adalah jenis cyanobacteria atau bakteri yang mengandung

klorofil dan dapat bertindak sebagai organisme yang bisa melakukan fotosintesis

untuk membuat makanan sendiri mengandung fikosianin tinggi sehingga warna

cenderung hijau biru. Spirulina dapat tumbuh dengan baik di danau, air tawar, air

laut, dan media tanah. Spirulina juga memiliki kemampuan untuk tumbuh di

media yang mempunyai alkalinitas tinggi, (pH 8,5–11), dimana mikroorganisme

lainnya tidak bisa tumbuh dengan baik dalam kondisi ini (Kebede dan Ahlgren,

1996). Suhu terendah untuk Spirulina platensis untuk hidup adalah 15oC, dan

pertumbuhan yang optimal adalah 35-‐40oC. Klasifikasi Spirulina sp. menurut

(Kawaroe et al., 1996) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Protista

Divisi : Cyanophyta

Kelas : Cyanophyceae

Ordo : Nostocales

Famili : Oscilatoriaceae

Genus : Spirulina

17
Spesies : Spirulina sp.

2.2.2 Kandungan Nutrisi Spirulina platensis

Spirulina memiliki beberapa karakteristik serta kandungan nutrisi yang

cocok sebagai makanan fungsional. Protein, asam lemak esensial, vitamin,

mineral, dan klorofil serta fikosianin adalah komponen yang terkandung di dalam

Spirulina. Di yakini juga bahwa Spirulina bisa bertindak sebagai produk makanan

penyembuh atau obat. Kandungan nutrisi spirulina sp. dapat dilihat pada Tabel

9.

Tabel 9. Kandungan Spirulina platensis

Parameter Kandungan
Protein 56-‐62
Lemak 4-‐6
Karbohidrat 17-‐25
Asam Linoleat (gamma) 0.8
Klorofill 0,8
Fikosianin 6,7-‐11,7
Karotein 0,43
Zeaxanthin 0,1
Air 3-‐6

2.2.3 Manfaat Spirulina platensis


Spirulina
 merupakan
 mikroalga
 yang
 mengandung
  protein
 tinggi
 sekitar
 55-‐70%
 dan
 sumber
 mikronutrien
  (Phang,
 et
 al.,
 2000).

18
 Pada
 tahun
 1976,
 Spirulina
 platensis
  sengaja
 dipilih
 sebagai
 sumber
 makanan
 masa
 depan
 oleh
  International
 Association
 of
 Applied
 Microbiology.
 Beberapa
  sumber
 bahan
 pangan
 seperti
 jamur
 dan
 bakteri
  mikroorganisme
 mempunyai
 kadar
 protein
 yang
 sangat
  tinggi
 sehingga
 disebut
 sebagai
 protein
 sel
 tunggal

Spirulina platensis dapat dimanfaatkan sebagai suplemen bahan pakan,

makanan, dan pengobatan. Mikroalga ini mengandung semua nutrien makanan

dalam konsentrasi yang tinggi, dan telah diterima sebagai makanan yang

mempunyai banyak fungsi, sebagai suplemen, pangan fungsional atau sebagai

makanan pelengkap. Spirulina telah dinyatakan aman untuk dikonsumsi

manusia. Hal tersebut juga didukung oleh bukti digunakannya Spirulina sebagai

19
sumber pangan sejak dahulu oleh penduduk Afrika dan Mexico (Kenfack et al.,

2011).

Gambar 3. Spirulina sp dilihat dari mikroskop

2.3 Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batotas)

Ubi jalar ungu (Ipomoea batatas L. Poir) merupakan salah satu jenis ubi

jalar yang banyak ditemui di Indonesia selain berwarna putih, kuning dan merah.

Ubi jalar ungu jenis Ipomoea batatas L. Poir memiliki warna yang ungu yang

cukup pekat pada daging ubinya sehingga banyak menarik perhatian. Dalam

sistematika (taksonami) tumbuhan yang dikutip dari Iriyanti (2012), tanaman ubi

jalar dapat di klasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantea

Devisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotylodonnae

Ordo : Convolvulales

Famili : Convolvulaceae

Genus : Ipomoea

Spesies : Ipomoea Batotas

20
Gambar 2. Ubi Ungu (Ipomoea batotas)

Ubi jalar ungu telah dikembangkan di berbagai negara seiring dengan

semakin berkembangnya permintaan pasar terhadap makanan sehat. Ubi jalar

ungu seperti jenis Yamagawamurasaki dan Ayamurasaki telah dikembangkan di

Jepang dan dipergunakan di berbagai produk-produk komersial juga sebagai

pewarna alami pangan contohnya pada pengolahan mie, jus, roti, selai dan

minuman fermentasi (Truong et al., 2012).

2.3.1 Karakteristik Gizi Ubi Jalar Ungu (Ipomoea Batotas)

Ubi jalar (Ipomea batatas) merupakan komoditas sumber karbohidrat

utama setelah padi, jagung, dan ubi kayu. Ubi jalar mempunyai peranan penting

dalam penyediaan bahan pangan, bahan baku industri maupun pakan ternak

(Zuraida dan Suprapti, 2001). Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan salah

satu hasil pertanian yang mengandung karbohidrat dan sumber kalori yang

cukup tinggi, sumber vitamin (A, C, B1, dan B2), mineral (Fe, P, dan Ca), protein,

21
lemak, dan serat kasar. Kandungan ubi jalar tersebut terdiri atas air (71,1%), pati

(22,4%), protein (1,4%), lemak (0,2%), vitamin A (0,01-0,69/100g), dan sumber

mineral yang cukup memadai (Bradbury, 1985).

Ubi ungu ini mulai banyak diminati konsumen karena mempunyai

komposisi gizi yang baik dan memiliki fungsi fisiologis tertentu bagi kesehatan

tubuh. Keberadaan senyawa antosianin pada ubi jalar yaitu pigmen yang

terdapat pada ubi jalar ungu atau merah yang tidak dapat ditemukan di jenis ubi

jalar lain dapat berfungsi sebagai komponen pangan sehat dan paling komplit.

Kelebihan lain dari ubi jalar adalah kandungan vitamin B yaitu B6 dan asam folat

yang cukup mengesankan. Kedua vitamin ini sangat dibutuhkan untuk

mengoptimalkan kerja otak sehingga daya ingat dapat dipertahankan. Ubi jalar

kaya akan kandungan serat, karbohidrat kompleks, dan rendah kalori. Hal ini

sangat menguntungkan bagi penderita diabetes karena bisa mengontrol atau

memperlambat peningkatan kadar gula dalam darah penderita (Pratiwi, 2013).

Kandungan gizi ubi jalar dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Kandungan gizi pada ubi jalar per 100 g

Kandungan Gizi Nilai Satuan

Energi 136 Kal


Protein 1,1 G
Lemak 0,4 G
Karbohidrat 32,3 G
Kalsium 57,0 G
Vitamin A 900,0 SI
Vitamin B1 0,10 Mg
Vitamin C 35,0 Mg
Air 68,5 G
Serat Kasar 1,4 G

22
Abu 0,3 G
Kadar Gula 0,3 G
Sumber : Direktorat Gizi Depkes RI (1993)

2.3.2 Tepung Ubi Ungu (Ipomoea Batotas)

Pengolahan ubi jalar ungu menjadi tepung merupakan salah satu cara

untuk menyimpan dan mengawetkan ubi jalar ungu. Tepung ubi jalar

merupakan hancuran dari ubi jalar yang dihilangkan sebagian kadar airnya

sekitar 7% (Sarwono, 2005). Tepung ubi jalar ungu memiliki bentuk seperti

tepung biasa dan berwarna ungu keputihan namun setelah terkena air

warnanya menjadi ungu tua. Nurdjanah dan Yuliana (2013) melaporkan bahwa

kandungan antosianin pada tepung ubi jalar ungu varietas Ayamurasaki

sebesar 63,15 mg/100 g, sedangkan hasil penelitian Ningsih (2015) diperoleh

total antosianin tepung ubi jalar ungu sebesar 18,1-25,7 mg/100 g tergantung

pada lama pendinginan.

Secara nutrisi, ubi jalar pada umumnya didominasi oleh karbohidrat yang

dapat mencapai 27,9% dengan kadar air 68,5% (Depkes, 1981), sedang dalam

bentuk tepung karbohidratnya mencapai 85,26% dengan kadar air 7,0%. Selain

itu, Zuraida dan Supriati (2008) menyatakan bahwa tepung ubi jalar mempunyai

kadar abu dan kadar serat yang lebih tinggi, serta kandungan karbohidrat dan

kalori yang hampir setara dengan tepung terigu. Hal ini mendukung

pemanfaatan tepung ubi jalar sebagai alternatif sumber karbohidrat yang dapat

disubtitusikan pada produk terigu dan turunannya yang bernilai tambah bagi

kesehatan

Penggunaan tepung ubi ungu ini cukup potensial sebagai bahan baku

dalam pembuatan produk pangan berbasis tepung dan mampu bersaing dari

segi kualitas produk yang dihasilkan. Sebagai bahan baku kue kering dan cake

23
penggunaan tepung ubi jalar ungu dapat mencapai 50% - 100%. Variasi resep

yang digunakan tergantung pada selera pembuat, sedangkan cara

pembuatannya mengikuti cara pembuatan kue berbahan tepung terigu. Dan

sekarang ini tepung ubi jalar ungu bisa di dapat dari produsen. Kandungan gizi

tepung ubi jalar per 100 gram bahan disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Kandungan gizi tepung ubi jalar per 100 g

Parameter (%) Tepung Ubi Jalar Ungu

Kadar air 7,28


Kadar abu 5,31
Kadar protein 2,79
Lemak 0,81
Karbohidrat 83,81
Serat 4,72
Sumber: Susilawati dan Medikasari (2008).

2.4 Response Surface Method (RSM)

(Response Surface Method/ RSM) adalah suatu kumpulan dari teknik-

teknik statistika dan matematika teknik yang berguna untuk menganalisis

permasalahan tentang beberapa variabel bebas yang mempengaruhi variabel tak

bebas atau respon dapat dipergunakan oleh peneliti untuk mencari suatu fungsi

pendekatan yang cocok untuk meramalkan respon yang akan datang. RSM

digunakan pula untuk menentukan nilai-nilai dari variabel bebas yang

mengoptimumkan respon yang dipelajari (Gaspersz, 1992)

Response Surface Method digunakan untuk menguji hubungan antara satu

peubah respon atau lebih dengan satu set faktor yang bersifat kuantitatif. Metode

ini digunakan setelah diidentifikasi faktor yang berpengaruh dan dapat dikontrol

dengan tujuan ingin ditemukan kondisi faktor yang bisa mengoptimalkan respon.

24
Rancangan jenis ini pada umumnya digunakan ketika diduga terdapat

lengkungan pada permukaan respon (Box dan Draper, 1987).

Langkah – langkah untuk analisa RSM berdasarkan Isnaini et al.,(2012)

adalah

1. Membuat desain (rancangan) percobaan.

2. Membuat model regresi dari data yang ada.

3. Mengestimasi parameter menggunakan metode least square.

4. Menguji hipotesis.

5. Menginterpretasi hasil model

6. Memprediksi respon optimum berdasarkan permukaan respon dan

contour yang didapat dari persamaan respon.

7. Mencari level yang menyebabkan respon optimum.

25
3. METODE PENELITIAN

3.1 Alat dan Bahan Penelitian

3.1.1 Alat Penelitian

Alat yang digunakan untuk proses pembuatan tepung ubi ungu antara lain

pisau, nampan, wadah plasik, talenan, dandang, dan food processor. Sedangkan

pembuatan brownies menggunakan alat-alat seperti mixer, magkok, wadah

plastik, timbangan digital, sendok makan, dandang, loyang dan kompor.

Alat yang digunakan untuk analisa antara lain timbangan analitik,

timbangan digital, kompor, spatula, beaker glass, mortar dan alu, glass ware,

pipet volume 100 ml, bola hisap, cuvet, centrifuge, sendok bahan, sample tube,

gelas piala, botol timbang, desikator, erlenmeyer, kurs porselen, muffle, alat

texture analyzer TAXT, Spektofotometer UV- Visible (UV-Vis), alat AAS.

3.1.2 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan untuk pembuatan brownies adalah tepung terigu,

tepung ubi ungu, garam, mentega, baking powder, elmusifier, coklat bubuk,

coklat batang, telur, gula pasir dan spirulina. Bahan yang digunakan untuk

analisis kimia meliputi kertas saring, kertas label, aquades, kapas, tablet kjeldahl,

H2BO3, H2SO4, Amonium sulfat, buffer asam asetat pH 5, biuret, bovin serum

albumin, petroleum eter, NaOH, pelarut N-heksan, dan tissue.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimen

menggunakan Respon Surface Methodology dengan Box Behnken Desgn (BBD)

dengan kombinasi tiga faktor (varibel bebas) yaitu proporsi tepung terigu (X 1),

proporsi tepung ubi ungu (X2) dan proporsi sebuk Spirulina (X3).

26
Variabel terikat kadar air, kadar abu, kadar lemak, protein,karbohidrat,

antosianin, daya tekstur, serat pangan, rasa, warna, aroma dan tekstur dalam

penelitian ini sebagai variable respon tiga faktor tersebut. maka ditentukan nilai-

nilai tiap level untuk penentuan perlakuan pada setiap faktor.

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Pembuatan Tepung Ubi Ungu

Proses pembuatan tepung ubi jalar ungu (Setyawan. 2015)

Langkah awal dilakukan pemilihan ubi jalar ungu. Ubi yang dipilih adalah

jenis ubi ungu yang segar, maksimal disimpan dua hari setelah panen karena

setelah dua hari penyimpanan kualitas kesegaran ubi ungu akan berkurang,

dan dapat mempengaruhi kualitas tepung. Ubi jalar ungu dibersihkan dari

kotoran (tanah) dan kupas kulitnya kemudian ubi ungu dicuci dalam air mengalir

hingga bersih. Selanjutnya ubi ungu dikukus sekitar 20 menit, setelah itu blender

ubi ungu sampai halus. Ubi jalar ungu yang telah halus kemudian dikeringkan

dengan cara dijemur dengan sinar matahari atau menggunakan alat pengering

buatan hingga kadar air 10-12 atau dengan indikator ubi ungu sudah

kering,eksturnya kering dan rapuh. Ubi jalar ungu yang telah kering ditumbuk,

kemudian digiling dengan mesin penggiling tepung. Selanjutnya dilakukan

pengayakan dengan ayakan 100 mesh. Tepung ubi jalar ungu yang sudah jadi

kemudian dikemas menggunakan kemasan primer kantong plastic PP 0,8

dengan plastic sealer.Tepung ubi ungu disimpan dalam wadah yang bersih dan

ditempat yang kering. Alur pembuatan tepung ubi ungu dapat dilihat pada

Lampiran 3.

27
3.3.2 Formulasi Brownies

Formulasi brownies menggunakan Erliana (2015) dapat dilihat pada

Tabel 10.

Tabel 10. Formulasi Brownies Kukus


No. Bahan Komposisi (%)

1 Tepung terigu 18,5

2 Gula halus 18,5

3 Baking powder 0,4

4 Coklat bubuk 2,31

5 Coklat batang 18,5

6 Telur 28,9

7 Ovalet/sp 0,23

8 Mentega 12,5

Total 100

3.3.3 Pembuatan Brownies

Tahapan dalam pembuatan brownies terdiri dari beberapa tahapan.

Tahapan tersebut menurut (Sukarsih, 2009) adalah sebagai berikut.

Proses pembuatan brownies kukus dari tepung ubi jalar dimulai dengan

penyiapan alat dan bahan, kemudian kocok telur, gula, dan tbm hingga rata,

masukkan coklat bubuk, tepung ubi, meizena, susu bubuk, mentega cair, garam

dan vanili aduk hingga merata, olesi cetakan dengan mentega dan masukkan

adonan tersebut ke dalam cetakan, ratakan adonan dan pastikan tidak ada

gelembung/kekosongan adonan pada cetakan, kukus setengah bagian selama

20 menit, olesi adonan tersebut dengan coklat batang cair, masukkan lagi

28
setengah bagian adonan dan masak kembali selama 20 menit, setelah matang

angkat dan dinginkan, brownies kukus siap dikemas/ dikonsumsi.

3.3 Penelitian Tahap Pertama

Pada penlitian tahap 1 ini ditentukan 3 proporsi perbandingan tepung

terigu dan tepung ubi ungu yaitu 90:10, 80:20, dan 70:30 dan kontrol.

Selanjutnya di cari hasil yang terbaik dari 3 proporsi tersbut kemudian hasil nya

di analisa antosianin, daya tekstur dan organoleptik (tekstur, warna, rasa, dan

aroma). Perbandingan proporsi tepung terigu dan tepung ubi ungu dapat dilihat

pada Tabel 11 dan alur proses dapat dilihat pada Lampiran 1.

Tabel 11. Perbandingan proporsi tepung terigu dan tepung ubi ungu
Proporsi
Perlakuan
T.Terigu:T.Ubi Ungu
Kontrol 40:20
A 36:4
B 32:8
C 28:12

3.4 Penelitian Tahap Kedua

Hasil terbaik yang diperoleh pada penelitian tahap pertama akan

digunakan sebagai penetuan range untuk penambahan Spirulina platensis. Pada

penelitian utama ini rancangan RSM yang sudah di tentukan, selanjutnya di uji

hasil terhadap subtibusi tepung ubi ungu dengan penambahan spirulina platensis

pada brownies kukus. Parameter yang di uji yaitu : sifat fisik, kimia dan

organoleptik. Hasil terakhir yang di dapat dari brownies terbaik dari subsitusi

tepung ubi ungu dengan penambahan Spirulina plantensis. Alur proses dapat

dilihat pada Lampiran 2.

29
Tabel 12. Variabel bebas pada rancangan penelitian BBD

Kode Level
Faktor
-1 0 1
Tepung terigu 28 32 36
Tepung Ubi Ungu 4 8 12
S. platensis 24 28 32

Tabel 13. Formula Brownies Kukus Rancangan RSM subtitusi tepung ubi ungu
dengan tambahan Spirulina
Factor 1 Factor 2 Factor 3
Tepung Tepung Ubi
Run Spirulina (g)
Terigu (g) Ungu (g)

1 28 12 32
2 36 8 24
3 32 12 28
4 36 4 24
5 36 8 32
6 36 12 28
7 32 4 24
8 28 8 24
9 28 4 28
10 28 12 28
11 36 8 32
12 32 4 32
13 32 12 24

3.6 Rancangan Penelitian

30
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Respon Surface

Metodhology (RSM). Analisa data diolah menggunakan Software Design Expert

versi 10.3.0. Pelaksanaan RSM dalam suatu proses perlu melalui beberapa

tahap, yaitu:

a. Screening, dalam tahap ini, berbagai faktor yang diduga berpengaruh,

diseleksi faktor mana saja yang benar-benar memberikan dampak besar

terhadap respon, sementara faktor lain yang hanya memberikan dampak

kecil dapat diabaikan.

b. Improvisasi: dalam tahap ini dilakukan pengubahan nilai faktor-faktor

secara berulang-ulang sehingga mendapatkan sekumpulan variasi data

yang dapat diolah secara statistik untuk kemudian dicari nilai

optimumnya. Proses ini dapat dilakukan dengan Box Behken Design

(BBD)

c. Penentuan titik optimum: merupakan proses pencarian titik optimum

menggunakan metode regresi orde dua. Rancangan percobaan yang

digunakan berdasarkan metode RSM dapat dilihat pada Tabel 12.

Untuk menentukan titik optimum yang diiginkan dalam analisis

permukaan respon dengan Rancangan Box Behnken, diperlukan pula daerah

percobaan yang berbeda di sekitar titik pusat. Daerah percobaan tersebut terdiri

dari 3 taraf dari setiap variabel yang di kode dengan -1, 0 dan +1. Variabel kode -

1 menunjukan nilai variabel terendah, angka 0 menunjukkan nilai variabel

medium dan angka 1 menunjukkan nilai variabel tertinggi. Range antara -1, 0

dan 1 harus sama (Montgomerry, 2001).

3.7 Parameter Uji

31
Parameter uji yang digunakan pada penelitian ini antara lain ialah analisa

kimia meliputi yang dilakukan ialah antosianin, uji kadar air, uji kadar abu, uji

kadar lemak, uji kadar protein, uji kadar karbohidrat dan penetapan total serat

pangan. Pada analisa fisika uji yang dilakukan adalah analisa daya tekstur.

Sedangkan, pada analisa organoleptik digunakan uji hedonik.

A. Analisa Kimia

Analisa proksimat yang bertujuan untuk mengetahui kandungan gizi yang

terdapat dalam brownies subtitusi tepung ubi ungu dan Spirulina. Analisa

Proksimat terdiri dari: Analisa kadar air (AOAC, 1995), analisa kadar protein

(Belinda dan Yunianta, 2016), analisa kadar lemak (Sudarmadji, 2007), analisa

kadar abu (Sudarmadji, 2007), analisa kadar karbohidrat by difference (Winarno,

2004), antosianin (Guisti dan Wrolstad, 2001), dan Serat pangan (Asp et al.,

1992). Prosedur uji kimia dapat dilihat pada Lampiran 4.

B. Analisa Fisik

Analisa daya tekstur (Febrial, 2009) untuk mengetahui pengaruh

penambahan formulasi Spirulina dan tepung tempe terhadap daya tekstur

brownies. Prosedur uji fisik dapat dilihat pada Lampiran 2.

C. Analisa Organoleptik

Analisa organoleptik dengan menggunakan Hedonic test (Umar, 2013)

untuk mengatahui tingkat kesukaan panelis yang semi terlatih terhadap brownies

dengan penambahan tepung ubi ungu dan Spirulina menggunakan indra

manusia. Nilai yang dinilai dalam uji organoleptik adalah nilai rasa, tekstur,

warna, dan aroma. Dengan keterangan nilai sebagai berikut:

7: amat sangat suka

6: sangat suka

32
5: suka

4: agak suka

3: agak tidak suka

2: tidak suka

1: sangat tidak suka

Formulir uji hedonic untuk panelis dapat dilihat pada Lampiran 5.

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

33
Hasil Penelitian ini bertujuan untuk menentukan brownies optimum

berdasarkan analisa fisika yaitu daya tekstur, pada analisa kimia yaitu kadar air,

kadar protein, kadar lemak, kadar abu dan kadar karbohidrat, uji antosianin dan

uji serat pangan, sedangkan pada analisa organoleptik yaitu berdasarkan uji

hedonik dan skoring. Sebelum dilakukan penelitian, dilakukan analisa kimia pada

bahan baku yaitu tepung ubi ungu dan Spirullina. Hal tersebut bertujuan untuk

mengetahui karakteristik kimia dari bahan baku sehingga dapat diketahui

peningkatan kualitas produk dari awal sebelum diproses sampai terbentuk

produk yang sudah jadi.

4.1 Karakteristik Fisikokimia dan Organoleptik Brownies Kukus Tahap


Pertama

Karakteristik fisikokimia brownies yang diuji pada penelitian tahap

pertama ini diantara lain yaitu kadar antosianin daya tekstur dan organoleptik

(aroma, warna, rasa, tekstur) dengan perbedaan proporsi tepung terigu dan

tepung tempe. Ada pun data hasil uji brownies kukus akan di jelaskan pada

penjelasan berikut ini.

4.1.1 Kadar Antosianin

Antosianin adalah pigmen yang memberikan warna biru, ungu, dan merah

pada tumbuh-tumbuhan. Tiga pigmen ini berfungsi melindungi tumbuhan dari

sinar ultraviolet. Berdasarkan prinsip yang sama, antosianin dapat memberi

perlindungan kepada tubuh manusia terhadap serangan radikal bebas dan

mengurangi resiko penyakit kronik. Antosianin mempunyai sifat antioksidan,

antikeradangan, antimikrobial, memperbaiki fungsi penglihatan dan antipenuan.

34
Selain itu ia juga dikatakan mempunyai sifat antikarsinogenik, memberi

perlindungan kepada sistem kasdivaskuler, mengendalikan kadar gula dalam

darah bagi seorang yang menderita diabetes (Norlaila H.J, 2006).

Antosianin
35
(31.09±0,25)d
30
Antosianin(mg/100g)

25 (23.53±0,07)c

20

15
(10.6±0,10)b
10

5
(0.29±0,02)a (0.19±0,02)a
0
K- A B C K+
Perlakuan
Gamb
ar 4. Grafik histogram kadar Antosianin

Keterangan:

K-: Brownies kontrol (0%)


A: Brownies penambahan ubi ungu (10%)
B: Brownies penambahan ubi ungu (20%)
C: Brownies penambahan ubi ungu (30%)
K+: Brownies Komersial

Grafik histogram pada Gambar 4. terlihat bahwa hasil rerata nilai kadar

antosianin brownies kukus terendah pada penelitian ini didapat pada perlakuan

Kontrol + yaitu brownies komersial dengan hasil 0,19 mg/100g. Sedangakan

hasil tertinggi didapat pada perlakuan tepung terigu 70% : tepung ubi ungu 30%

dengan nilai 32,9 mg/100g. Dimana perlakuan A berbeda nyata terhadap

perlakuan B, C, K- (Kontrol negatif) dan K+ (Komersial). Perlakuan B berbeda

nyata terhadap perlakuan A, C, K – dan K+. Perlakuan C berbeda nyata dengan

A, B, K- dan K+. Pelakuan K- tidak berbeda nyata dengan K+ tapi berbeda nyata

terhadap perkaluan A, B, dan C.

35
Analisis kadar antosianin pada brownies kukus rata – rata pada penelitian

ini berkisar 0,19 mg/100g – 32,9 mg/100g terdapat kencendurungan meningkat

dengan penambahan tepung ubi ungu semakin meningkat karena tepung ubi

ungu yang mengandung zat antosianin yang cukup tinggi. Penambahan tepung

ubi dapat meningkatkan kandungan antosianin semakin tinggi jumlah tepung ubi

ungu nyang ditambahkan akan meningkatkan kandungan antosianin. Substitusi

hanya dapat dilakukan sampai 20% karena bila lebih maka akan menurunkan

mutu produk (Hardoko et al., 2010)

4.1.2 Daya Tekstur

Tekstur  merupakan aspek yang penting untuk penilaian mutu produk

pangan. Tekstur termasuk dalam salah satu faktor yang mempengaruhi

penerimaan konsumen terhadap produk pangan (Hellyer, 2004). Dalam

mendapatkan tekstur makanan yang baik dapat digunakan turunan selulose dan

pemakaian CMC dapat memperbaiki tekstur  dan mampu untuk mencegah

terjadinya retrogadasi (Makfoeld .,  2002).

36
Daya Tekstur
3 (2.76±0,04)d (2.84±0,03)d
(2.53±0,02)c
2.5 (2.33±0,06)b
(2.17±0,01)a
Daya Tekstur(N) 2

1.5

0.5

0
K- A B C K+
Daya Tekstur

Gambar 5. Grafik histogram daya tekstur

Keterangan:

K-: Brownies kontrol (0%)


A: Brownies penambahan ubi ungu (10%)
B: Brownies penambahan ubi ungu (20%)
C: Brownies penambahan ubi ungu (30%)
K+: Brownies Komersial

Grafik histogram pada Gambar 5. Terlihat bahwa hasil rerata tertinggi

analisis daya tekstur pada brownies kukus pada penelitian ini didapat pada

perlakuan komersil (K+) dengan nilai 2,84 N. Sedangkan hasil terendah didapat

pada perlakuan brownies (70% tepung terigu : 30% tepung ubi ungu) dengan

nilai 2,17 N. Dimana perlakuan A berbeda nyata terhadap perlakuan B, C, K-

(Kontrol negatif) dan K+ (Komersial). Perlakuan B berbeda nyata terhadap

perlakuan A, C, K – dan K+. Perlakuan C berbeda nyata dengan A, B, K- dan K+.

Pelakuan K- tidak berbeda nyata dengan K+ tapi berbeda nyata terhadap

perkaluan A, B, dan C.

37
Analisis daya tekstur pada brownies kukus rata – rata pada penelitian ini

berkisar 2,17 N – 2,84 N. Penambahan tepung ubi jalar ungu pada pembuatan

brownies mengurangi keempukan pada produk yang dihasilkan. Walaupun

tepung ubi jalar yang telah disubtitusikan kedalam adonan brownies mengurangi

tingkat keempukan brownies yang dihasilkan tetapi hal ini masih diterima oleh

konsumen Handayani (2015)

4.1.3 Aroma

Aroma merupakan parameter yang berpengaruh terhadap penerimaan

produk pada responden, dimana aroma dari salah satu bahan pangan akan

berpengaruh terhadap tingkat kesukaan responden dimana responden tidak

akan menyukai aroma yang tidak sesuai atau menyimpang dari seharusnya.

Aroma
4.65
(4.62±0,11)a
4.6
(4.55±0,01)a
4.55
(4.51±0,15)a
4.5 (4.48±0,06)a
Aroma

4.45
(4.41±0,08)a
4.4

4.35

4.3
K- A B C K+
Perlakuan

Gambar 6. Grafik histogram Organoleptik Aroma

Keterangan:

K-: Brownies kontrol (0%)


A: Brownies penambahan ubi ungu (10%)
B: Brownies penambahan ubi ungu (20%)

38
C: Brownies penambahan ubi ungu (30%)
K+: Brownies Komersial

Grafik histogram pada Gambar 6. terlihat bahwa hasil rerata nilai aroma

brownies kukus terendah pada penelitian ini didapat pada perlakuan tepung

terigu 70% : tepung ubi ungu 30% dengan hasil 4,41. Sedangakan hasil tertinggi

didapat pada perlakuan kontrol (K-) dengan nilai 4,62. Dimana semua pelakuan

tidak berbeda nyata.

Analisis aroma pada brownies kukus rata – rata pada penelitian ini

berkisar 4,41 – 4,62% terdapat kencendurungan semakin tinggi proporsi tepung

ubi ungu maka hasil aroma pada organoleptik brownies kukus semakin. Hal ini

diduga panelis yang tidak menyukai aroma dari tepung ubi ungu yang khas maka

aroma brownies yang dihasilkan semakin tidak disukai oleh panelis.

4.1.4 Warna

Warna merupakan parameter yang juga berpengaruh terhadap

penerimaan produk pada responden, dimana warna merupakan parameter

pertama yang dilihat oleh responden dalam hal penerimaan terutama pada

produk baru.

39
Warna
4.7
(4.65±0,24)a
4.65
(4.61±0,28)a
4.6
(4.56±0,14)a
Warna
4.55
(4.51±0,11)a (4.52±0,07)a
4.5

4.45

4.4
K- A B C K+
Perlakuan

Gambar 7. Grafik histogram Organoleptik Warna

Keterangan:

K-: Brownies kontrol (0%)


A: Brownies penambahan ubi ungu (10%)
B: Brownies penambahan ubi ungu (20%)
C: Brownies penambahan ubi ungu (30%)
K+: Brownies Komersial

Grafik histogram pada Gambar 7. terlihat bahwa hasil rerata nilai warna

brownies kukus terendah pada penelitian ini didapat pada perlakuan tepung

terigu 90% : tepung ubi ungu 10% dengan hasil 4,51. Sedangakan hasil tertinggi

didapat pada perlakuan tepung terigu 70% : tepung ubi ungu 30% dengan nilai

4,65. Dimana perlakuan semua perlakuan tidak berbeda nyata.

Analisis warna pada brownies kukus rata – rata pada penelitian ini

berkisar 4,51 – 4,65 terdapat kencendurungan semakin tinggi proporsi tepung ubi

ungu maka hasil warna pada organoleptik brownies kukus semakin meningkat.

Hal ini diduga panelis yang menyukai warna dari tepung ubi ungu yang khas

maka warna brownies yang dihasilkan semakin disukai oleh panelis. Dimana

semua perlakuan tidak berbeda nyata.

40
4.1.5 Tekstur

Tekstur merupakan salah satu syarat untuk mengetahui tingkat kesukaan

panelis terhadap suatu produk pangan, dimana tekstur dari suatu bahan pangan

akan berpengaruh terhadap tingkat kesukaan responden dimana responden

tidak akan menyukai jika tekstur tidak sesuai yang diharapkan.

Tekstur
4.75
(4.71±0,18)a
4.7 (4.68±0,23)a
(4.65±0,08)a
4.65
(4.61±0,05)a
4.6
Tekstur

4.55 (4.53±0,01)a

4.5

4.45

4.4
K- A B C K+
Perlakuan

Gambar 8. Grafik histogram Organoleptik Tekstur

Keterangan:

K-: Brownies kontrol (0%)


A: Brownies penambahan ubi ungu (10%)
B: Brownies penambahan ubi ungu (20%)
C: Brownies penambahan ubi ungu (30%)
K+: Brownies Komersial

Grafik histogram pada Gambar 8. terlihat bahwa hasil rerata nilai tekstur

brownies kukus terendah pada penelitian ini didapat pada perlakuan control (K-)

dengan hasil 4,53. Sedangakan hasil tertinggi didapat pada perlakuan tepung

terigu 70% : tepung ubi ungu 30% dengan nilai 4,71. Dimana semua perlakuan

tidak berbeda nyata.

Analisis daya tekstur pada brownies kukus rata – rata pada penelitian ini

berkisar 4,53 – 4,71. terdapat kencendurungan semakin tinggi proporsi tepung

41
ubi ungu maka hasil aroma pada organoleptik brownies kukus semakin

meningkat.

4.1.6 Rasa

Rasa merupakan parameter yang sangat penting terhadap penerimaan

pada responden, dimana rasa merupakan perameter utama yang dipilih oleh

responden dalam penerimaan terutama pada produk baru.

Rasa
4.6 (4,53±0,03)b (4.54±0,01)b (4.52±0,01)b (4.51±0,01)b
4.5
4.4
4.3
4.2
Rasa

4.1 (4.07±0,09)a

4
3.9
3.8
K- A B C K+
Perlakuan

Gambar 9. Grafik histogram Organoleptik Rasa


Keterangan:

K-: Brownies kontrol (0%)


A: Brownies penambahan ubi ungu (10%)
B: Brownies penambahan ubi ungu (20%)
C: Brownies penambahan ubi ungu (30%)
K+: Brownies Komersial

Grafik histogram pada Gambar 9. terlihat bahwa hasil rerata nilai rasa

brownies kukus terendah pada penelitian ini didapat pada perlakuan tepung

terigu 70% : tepung ubi ungu 30% dengan hasil 4,07. Sedangakan hasil tertinggi

didapat pada perlakuan kontrol (K-) dengan nilai 4,54. Dimana perlakuan A

42
berbeda nyata dengan perlakuan C tetapi tidak berbeda nyata dengan pelakuan

B, K-, dan K+. Perlakuan C berbeda nyata dengan perlakuan A, B, K- dan K+.

Analisis warna pada brownies kukus rata – rata pada penelitian ini

berkisar 4,07 – 4,54 terdapat kencendurungan semakin tinggi proporsi tepung ubi

ungu maka hasil rasa pada organoleptik brownies kukus semakin menurun . Hal

ini diduga panelis yang menyukai rasa dari tepung ubi ungu yang khas dengan

proporsi yang terlalu banyak.

Dari data hasil penilitian tahap pertama, hasil terbaik dari analisis

fisikokimia dan organoleptik dari semua perlakuan berdasarkan hasil uji analisis

dari perlakuan A (90% tepung terigu : 10% tepung ubi ungu), B (80% tepung

terigu : 20% tepung ubi ungu), C (70% tepung terigu : 30% ubi ungu), kontrol –

(100% tepung terigu : 0%), dan kontrol + (komersial) didapat hasil De Garmo

perlakuan terbaik yaitu pada perlakuan B dengan perbandingan (80% tepung

terigu : 20% tepung tempe) dengan nilai kadar antosinin 23,53, daya tekstur 2,33

N, organoleptik yaitu pada aroma 4,88, warna 4,52, tekstur 4,68, dan rasa 4,52.

Jika dibandingkan dengan SNI 01-3840-1995 tentang roti manis, maka hasil

tersebut masih dalam standart. Sehingga nilai terbaik pada penelitian

pendahuluan ini bisa sebagai acuan untuk melanjutkan ke penelitian selanjutnya

yaitu penelitian kedua (utama). Hasil uji De Garmo penelitian Pendahuluan dapat

dilihat pada Lampiran 6. Dan perbandingan hasil brownies pendahuluan antara

sni 01-3840-1995 tentang roti manis dapoat dilihat pada Tabel 13.

Tabel 13. Tabel Pebandingan Hasil Penelitian Tahap Satu

Penelitian SNI tentang roti


No Parameter
Pendahuluan manis

1. Bau Normal Normal

2. Rasa Normal Normal

43
Sumber :SNI 01-3840-1995

Berdasarkan hasil dari Tabel 15. Menujukan hasil yang sama

dikarenakan syarat mutu dari brownies dan SNI roti manis memenuhi standart

pangan.

4.2 Karakteristik Fisikokimia dan Organoleptik Brownies Kukus Tahap


Kedua

Adapun karakteristik fisikokimia brownies kukus yang diuji pada penelitian

tahap kedua ini diantaranya yaitu kadar air, kadar abu, kadar lemak, kadar

protein, kadar karbohidrat, serat pangan, antosianin, daya tekstur dan

organoleptik (aroma, warna, tektur, dan rasa).

Dalam mencari optimasi dari desain RSM diperlukan nilai batas bawah

dan batas atas sebagai pembatas. Proporsi tepung terigu sebagai batas bawah

sebesar 28 gram dan batas atas 36 gram, Proporsi tepung tempe sebagai batas

bawah sebesar 4 gram, dan batas atas sebesar 12 gram, sedangkan proporsi

Spirulina sebagai batas bawah sebesar 24 gram dan batas atas 32 gram dimana

proporsi tersebut diperoleh dari penelitian pendahuluan. Selanjutnya, setelah

mendapatkan formulasi terbaik yang disarankan oleh software Design Expert

10.0.Setelah didapat batas bawah, titik tengah dan batas atas dari setiap variabel

dilakukan desain eksperimen dengan software Design Expert 10 trail. Tahap

selanjutnya adalah dilakukan tiga pengujian yaitu uji Sum of Squares, uji Lack of

Fit, dan R-squared. Fungsi dilakukan tiga pengujian untuk menentukan suatu

model yang sesuai dengan kondisi sebenarnya.

Pada analisa permukaan respon menggunakan rancangan Box Bhenken

terdapat beberapa model statistik yang dapat digunakan untuk menganalisa data

hasil penelitian yang telah didapatkan. Beberapa model statistik yang ditawarkan

dalam software design expert adalah model linier, linier dengan interaksi (2FI),

44
kuadratik serta kubik. Pemilihan model yang paling sesuai untuk menentukan

respon optimum berdasarkan evaluasi model dari sistem komputerisasi Design

Expert, yaitu jumlah kuadrat dari urutan model (Sequential Model Surn of

Square), pengujian ketidaktepatan model statistik (Lack of Fit Test) dan

ringkasan model statistik (Model Summary Statistics)

4.2.1 Optimasi Formulasi Brownies

Hasil pengukuran pengaruh kondisi proses pembuatan brownies terhadap

respon kadar air, lemak, protein, abu, karbohidrat, daya tekstur dan antosianin

dapat dilihat pada Tabel 3. Nilai respon fraksi kadar air (Y1) yang terbentuk pada

proses ini berkisar antara 16,14% hingga 19,73%, nilai respon kadar lemak (Y2)

berkisar antara 20,18% hingga 22,74%, nilai respon kadar abu (Y3) berkisar

antara 1,15% hingga 1,99%, nilai respon protein (Y4) berkisar antara 24,64%

hingga 29,69%, nilai respon karbohidrat (Y5) berkisar antara 56,02% hingga

62,78%, nilai respon antosianin (Y6) berkisar antara 10,76% hingga 32,87%,

nilai respon daya tekstur (Y7) berkisar antara 2,17% hingga 2,83%, nilai respon

serat pangan (Y8) berkisar antara 34,89% hingga 43,41%, nilai respon rasa (Y9)

berkisar antara 3,74% hingga 5,03%, nilai respon warna (Y10) berkisar antara

4,13% hingga 5,15%, nilai respon aroma (Y11) berkisar antara 4,33% hingga

4,73%, nilai respon tekstur (Y12) berkisar antara 4,03% hingga 4,87%,

Nilai kadar air tertinggi (19,73%) didapatkan pada kombinasi proses

pembuatan brownies dengan proporsi tepung terigu 36 g, tepung ubi ungu 8 g

dan Spirulina sp 24 g. Nilai kadar lemak tertinggi (22,74%) didapatkan pada

45
kombinasi proses pembuatan brownies dengan proporsi tepung terigu 28 g,

tepung ubi ungu 8 g dan Spirulina sp 24 g. Nilai kadar abu tertinggi (1,99%)

didapatkan pada kombinasi proses pembuatan brownies dengan proporsi tepung

terigu 28 g, tepung ubi ungu 12 g dan Spirulina sp 32 g. Nilai protein tertinggi

(29,69%) didapatkan pada kombinasi proses pembuatan brownies dengan

proporsi tepung terigu 36 g, tepung ubi ungu 8 g dan Spirulina sp 32 g. Nilai

karbohidrat tertinggi (19,73%) didapatkan pada kombinasi proses pembuatan

brownies dengan proporsi tepung terigu 36 g, tepung ubi ungu 8 g dan Spirulina

sp 32 g. Nilai antosianin tertinggi (32,87%) didapatkan pada kombinasi proses

pembuatan brownies dengan proporsi tepung terigu 32 g, tepung ubi ungu 12 g

dan Spirulina sp 24 g. Nilai daya tekstur tertinggi (2,83%) didapatkan pada

kombinasi proses pembuatan brownies dengan proporsi tepung terigu 28 g,

tepung ubi ungu 12 g dan Spirulina sp 32 g. Nilai serat pangan tertinggi

(43,41%) didapatkan pada kombinasi proses pembuatan brownies dengan

proporsi tepung terigu 28 g, tepung ubi ungu 12 g dan Spirulina sp 32 g. Nilai

rasa tertinggi (5,03%) didapatkan pada kombinasi proses pembuatan brownies

dengan proporsi tepung terigu 36 g, tepung ubi ungu 8 g dan Spirulina sp 24 g.

Nilai warna tertinggi (5,15%) didapatkan pada kombinasi proses pembuatan

brownies dengan proporsi tepung terigu 36 g, tepung ubi ungu 8 g dan Spirulina

sp 24 g. Nilai aroma tertinggi (4,73%) didapatkan pada kombinasi proses

pembuatan brownies dengan proporsi tepung terigu 32 g, tepung ubi ungu 12 g

46
dan Spirulina sp 8 g. Nilai tekstur tertinggi (4,87%) didapatkan pada kombinasi

proses pembuatan brownies dengan proporsi tepung terigu 36 g, tepung ubi

ungu 12 g dan Spirulina sp 28 g. Untuk mendapatkan hasil respon yang optimal

maka dilakukan evaluasi dari ketiga faktor proporsi tepung terigu, tepung ubi

ungu dan Spirulina secara bersamaan menggunakan RSM seperti terlihat pada

Lampiran

Tabel 14. Analisis Model untuk Respon


Respon Model Persamaan Matematika Significant R2
(P<0,05)

Kadar Kuadratik Y= 0,096A + 0,048B - 1,32C +0,083AB - 0,0274 0,9760


Air 0,33AC - 0,14BC - 0,12A2 - 0,30B2 +
0,35C2

Kadar Kuadratik Y= -0,067A + 6,343B -0,91C + 0,099AB + 0,0498 0,9637


Lemak 0,32AC – 0,030BC – 0,43A2 + 0,26B2 -
0,30C2

Kadar Kuadratik Y= -0,048A + 0,058B + 0,25C + 0,047AB 0,0362 0,9709


Abu – 0,084AC- 0,047BC +0,074A2 – 0,10B2 +
0,28C2

Kadar Kuadratik Y= 0,33A + 1,10B +1,68C + 0,075AB – 0,0026 0,9951


Protein 0,26AC +1,00BC – 0,37A2 -1,64B2 –
1,75C2

Kadar Kuadratik Y= 1,80A + 2,37B + 0,56C + 0,25AB + 0,0449 0,9662


Karbohi 0,62AC + 0,36BC -0,062A2 + 2,20B2 +
drat 1,94C2

Antosia Kuadratik Y= -0,24A + 10,65B – 0,38C - 0,081 AB + 0,0001 0,9998


nin 0,086AC - 0,28BC + 0,035A2 – 1,93B2 -
0,32C2

47
Daya Kuadratik Y= -0,058A + 0,14B + 0,12C + 0,023AB - 0,0130 0,9856
Tekstur 0,029AC – 4,36e-003BC + 0,041A2 +
0,033B2 + 0,014C2

Serat Kuadratik Y= 0,32A + 1,05B + 3,48C - 0,75AB + 0,0130 0,9856


Pangan 0,90AC + 0,43BC - 0,29A2 - 0,017B2 -
0,35C2

Rasa Kuadratik Y= 0,073A – 0,13B – 0,43C - 0,14AB - 0,0395 0,9691


0,14AC - 0,093BC - 0,083A2 - 0,0137B2 -
0,41C2

Warna Kuadratik Y= -0,031A – 0,020B – 0,24C + 0,068AB 0,1550 0,9172


- 0,12AC + 0,11BC - 0,15A2 - 0,46B2 -
0,15C2

Aroma Kuadratik Y= 0,027A + 0,045B + 8,2777C + 0,7653 0,6374


0,032AB - 0,48AC + 0,12BC - 0,13A 2 -
0,011B2 + 0,015C2

Tekstur Kuadratik Y= 0,061A + 0,11B – 0.20C + 0,16AB + 0,0255 0,9772


2,621AC + 0,040BC - 0,032A2 + 0,13B2 -
0,11C2

Hasil analisis ragam (ANOVA) , menunjukkan bahwa model yang terpilih

untuk semua respon adalah kuadratik (quadratic model), karena model ini yang

memiliki nilai R2 yang tertinggi dibandingkan dengan model yang lain.

48
4.2.2 Analisis Respon Kadar Air

Persamaan RSM untuk optimasi kondisi proses pembuatan brownies

terhadap respon kadar air adalah sebagai berikut:

Kadar Air Y= 0,096A + 0,048B - 1,32C + 0,083AB - 0,33AC - 0,14BC - 0,12A 2 -

0,30B2 + 0,35C2
Dimana : A: Tepung Terigu, B: tepung Ubi Ungu dan C: Spirulina

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa respon kadar air akan

meningkat berbanding lurus dengan peningkatan proporsi tepung terigu,tepung

ubi ungu, interaksi antara proporsi tepung terigu dan tepung ubi ungu dan

interaksi antar proporsi Spirulina sp. Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta

yang positif. Respon kadar air akan mengalami penurunan seiring dengan

peningkatan proporsi Spirulina sp, interaksi antara proporsi tepung terigu dan

Spirulina sp, interaksi antara tepung ubi ungu dan Spirulina sp, interaksi antar

proporsi tepung terigu dan antar proporsi tepung ubi ungu. Hal ini ditunjukkan

dengan nilai konstanta yang negatif.

Pengujian dengan menggunakan analisis statistika RSM menunjukan

bahwa peningkatan kadar air dipengaruhi oleh tepung terigu dan tepung ubi

ungu. Menurut Winarno (2008), Kadar air dalam bahan pangan ikut menentukan

kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut, kadar air yang tinggi

mengakibatkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk berkembang biak

sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan yang dapat mempercepat

pembusukan.

Grafik normal plot of residual yang mengindikasikan hubungan antara

nilai aktual dan nilai yang diprediksikan pada Gambar 10, mendekati garis

kenormalan yang menunjukkan data untuk respon kadar air menyebar normal.

49
Hal ini berarti bahwa hasil aktual akan mendekati hasil yang diprediksikan oleh

Program DX 10.0® (Kumari et al., 2008).

Design-Expert® Software
Kadar Air Normal Plot of Residuals
Color points by value of
Kadar Air:
19,73 99

16,14
95

90

Normal % Probability
80

70

50

30

20

10

-2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00

Externally Studentized Residuals

Gambar 10. Plot Kenormalan Residual Respon Kadar air

Grafik contour plot pada Gambar 11, menunjukkan bagaimana kombinasi

antar komponen saling mempengaruhi nilai respon kadar air. Warna-warna yang

berbeda pada grafik contour plot menunjukkan nilai kadar air. Warna biru

menunjukkan nilai respon kadar air terendah, yaitu 16,14%. Warna merah

menunjukkan respon kadar air tertinggi, yaitu 19,73%. Garis-garis yang terdiri

atas titik-titik pada grafik contour plot menunjukkan kombinasi dari ketiga

komponen dengan jumlah berbeda yang menghasilkan respon kadar air yang

sama. Bentuk permukaan dari hubungan interaksi antar komponen ini dapat

dilihat lebih jelas pada grafik tiga dimensi yang ditunjukkan pada Gambar 12.

50
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
32
Kadar Air (%)
Kadar Air (%)
Design Points
19,7303 17

16,1419

30
X1 = B: Tepung Ubi Ungu
X2 = C: Spirulina

C: Spirulina (gr)
Actual Factor
A: Tepung Terigu = 32
28

18

26

19

24

4 6 8 10 12

B: Tepung Ubi Ungu (gr)


.
Gambar 11. Grafik Contour Plot Hasil Uji Respon Kadar
air

Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Kadar Air (%)
Design points above predicted value
Design points below predicted value
19,7303

20
16,1419

X1 = B: Tepung Ubi Ungu


X2 = C: Spirulina 19

Actual Factor
A: Tepung Terigu = 32 18
Kadar Air (%)

17

16

12
24
10
26
8
28

B: Tepung Ubi Ungu (gr) 6 30


C: Spirulina (gr)
4 32

Gambar 12. Grafik Tiga Dimensi Hasil Uji Respon Kadar


Air

Hasil kadar air pada penelitian ini berkisar 16,14 – 19,73%. Hasil tersebut

sesuai dengan SNI 01 3840 -1995 tentang roti manis, bahwa kadar air produk

brownies maksimal adalah 40%. Jilka dibandingkan dengan penelitian Handayani

(2015) tentang brownies ubi ungu yang memiliki kandungan kadar air 20,69%

maka Spirulina sp berpengaruh terhadap peningkatan kadar air.

4.2.3. Analisis Respon Kadar Lemak

Persamaan RSM untuk optimasi kondisi proses pembuatan brownies

terhadap respon kadar air adalah sebagai berikut:

51
Kadar Lemak Y= -0,067A + 6,343B -0,91C + 0,099AB + 0,32AC – 0,030BC –

0,43A2 + 0,26B2 - 0,30C2


Dimana : A: Tepung Terigu, B: tepung Ubi Ungu dan C: Spirulina

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa respon kadar lemak akan

meningkat berbanding lurus dengan peningkatan proporsi tepung ubi ungu,

interaksi antara proporsi tepung terigu dan tepung ubi ungu, interaksi antara

proporsi tepung terigu dan Spirulina sp, dan interaksi antar proporsi tepung ubi

ungu. Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang positif. Respon kadar

lemak akan mengalami penurunan seiring dengan peningkatan proporsi tepung

terigu, Spirulina sp, interaksi antara proporsi tepung ubi ungu dan Spirulina sp,

interaksi antar proporsi tepung terigu dan antar proporsi Spirulina sp. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai konstanta yang negatif.

Pengujian dengan menggunakan analisis statistika RSM menunjukan

bahwa penambahan tepung ubi ungu dan bahan tambahan lain seperti mentega

dan coklat. Lemak merupakan salah satu komponen makanan multifungsi yang

sangat penting untuk kehidupan. Lemak memiliki sifat pelarut vitamin A, D, E dan

K. Penambahan lemak pada makanan memberikan efek rasa lezat dan tekstur

makanan menjadi lembut serta gurih. Didalam tubuh, lemak menghasilkan energi

dua kali lebih banyak dibandingkan dengan protein dan karbohidrat (Sartika,

2008).

Grafik normal plot of residual yang mengindikasikan hubungan antara

nilai aktual dan nilai yang diprediksikan pada Gambar 13, mendekati garis

kenormalan yang menunjukkan data untuk respon kadar lemak menyebar

normal. Hal ini berarti bahwa hasil aktual akan mendekati hasil yang

diprediksikan oleh Program DX 10.0® (Kumari et al., 2008).

52
Design-Expert® Software
Kadar Lemak Normal Plot of Residuals
Color points by value of
Kadar Lemak:
22,74 99

20,18
95

90

Normal % Probability
80

70

50

30

20

10

-2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00

Internally Studentized Residuals

Gambar 13. Plot Kenormalan Residual Respon Kadar Lemak

Grafik contour plot pada Gambar 14, menunjukkan bagaimana kombinasi

antar komponen saling mempengaruhi nilai respon kadar lemak. Warna-warna

yang berbeda pada grafik contour plot menunjukkan nilai kadar lemak. Warna

biru menunjukkan nilai respon kadar lemak terendah, yaitu 20,18%. Warna

merah menunjukkan respon kadar lemak tertinggi, yaitu 22,74%. Garis-garis

yang terdiri atas titik-titik pada grafik contour plot menunjukkan kombinasi dari

ketiga komponen dengan jumlah berbeda yang menghasilkan respon kadar

lemak yang sama. Bentuk permukaan dari hubungan interaksi antar komponen

ini dapat dilihat lebih jelas pada grafik tiga dimensi yang ditunjukkan pada

Gambar 15

53
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual Kadar Lemak (%)
32
Kadar Lemak (%)
Design Points
22,74 21

20,18

30
X1 = B: Tepung Ubi Ungu 21,5
X2 = C: Spirulina

C: Spirulina (gr)
Actual Factor
A: Tepung Terigu = 32
28

22

26

22,5
24

4 6 8 10 12

B: Tepung Ubi Ungu (gr)

Gambar 14. Grafik Contour Plot Hasil Uji Respon Kadar Lemak
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Kadar Lemak (%)
Design points above predicted value
Design points below predicted value
22,74

20,18

X1 = B: Tepung Ubi Ungu


X2 = C: Spirulina
23,00

Actual Factor
22,50
A: Tepung Terigu = 32
22,00
Kadar Lemak (%)

21,50

21,00

20,50
24

20,00

26

12 28

10 C: Spirulina (gr)
8 30

4 32
B: Tepung Ubi Ungu (gr)

Gambar 15. Grafik Tiga Dimensi Hasil Uji Respon Kadar Lemak

Hasil kadar lemak pada penelitian ini berkisar 20,18 – 22,74%. Hasil

tersebut lebih kecil bila dibandingkan dengan penelitian Handayani (2015) tentang

brownies ubi ungu yang memiliki kandungan kadar lemak 29,89% maka Spirulina

sp berpengaruh terhadap peningkatan kadar lemak.

54
4.2.4. Analisis Respon Kadar Abu

Persamaan RSM untuk optimasi kondisi proses pembuatan brownies

terhadap respon kadar air adalah sebagai berikut:

Kadar Abu Y= -0,048A + 0,058B + 0,25C + 0,047AB – 0,084AC- 0,047BC

+0,074A2 – 0,10B2 + 0,28C2


Dimana : A: Tepung Terigu, B: tepung Ubi Ungu dan C: Spirulina

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa respon kadar abu akan

meningkat berbanding lurus dengan peningkatan proporsi tepung ubi

ungu,proporsi Spirulina sp, interaksi antar proporsi tepung terigu dan interaksi

antar proporsi tepung ubi ungu. Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang

positif. Respon kadar abu akan mengalami penurunan seiring dengan

peningkatan proporsi tepung terigu, interaksi antara proporsi tepung terigu dan

Spirulina sp, dan interaksi antar proporsi tepung ubi ungu. Hal ini ditunjukkan

dengan nilai konstanta yang negatif.

Pengujian dengan menggunakan analisis statistika RSM menunjukan

bahwa peningkatan kadar abu dipengaruhi oleh tepung ubi ungu dan Spirulina

sp. Kadar abu merupakan parameter untuk menunjukkan nilai kandungan bahan

anorganik (mineral) yang ada di dalam suatu bahan atau produk. Semakin tinggi

nilai kadar abu maka semakin banyak kandungan bahan anorganik di dalam

produk tersebut. Komponen bahan anorganik di dalam suatu bahan sangat

bervariasi baik jenis maupun jumlahnya. Kandungan bahan anorganik yang

terdapat di dalam suatu bahan diantaranya kalsium, kalium, fosfor, besi,

magnesium, dan lain-lain (Wibowo dan Fitriyani, 2012).

Grafik normal plot of residual yang mengindikasikan hubungan antara

nilai aktual dan nilai yang diprediksikan pada Gambar 16, mendekati garis

kenormalan yang menunjukkan data untuk respon kadar lemak menyebar

55
normal. Hal ini berarti bahwa hasil aktual akan mendekati hasil yang

diprediksikan oleh Program DX 10.0® (Kumari et al., 2008).

Design-Expert® Software
Kadar Abu Normal Plot of Residuals
Color points by value of
Kadar Abu:
1,99 99

1,15
95

90

Normal % Probability
80

70

50

30

20

10

-3,00 -2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00 3,00

Externally Studentized Residuals

Gambar 16. Plot Kenormalan Residual Respon Kadar Abu

Grafik contour plot pada Gambar 17, menunjukkan bagaimana kombinasi

antar komponen saling mempengaruhi nilai respon kadar abu. Warna-warna

yang berbeda pada grafik contour plot menunjukkan nilai kadar abu. Warna biru

menunjukkan nilai respon kadar abu terendah, yaitu 1,15%. Warna merah

menunjukkan respon kadar abu tertinggi, yaitu 1,99%. Garis-garis yang terdiri

atas titik-titik pada grafik contour plot menunjukkan kombinasi dari ketiga

komponen dengan jumlah berbeda yang menghasilkan respon kadar abu yang

sama. Bentuk permukaan dari hubungan interaksi antar komponen ini dapat

dilihat lebih jelas pada grafik tiga dimensi yang ditunjukkan pada Gambar 18.

56
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual Kadar Abu (%)
32
Kadar Abu (%)
Design Points 1,8
1,99

1,15
1,6
30
X1 = B: Tepung Ubi Ungu
X2 = C: Spirulina

C: Spirulina (gr)
Actual Factor
A: Tepung Terigu = 32 1,4

28

26
1,2

1,4

24

4 6 8 10 12

B: Tepung Ubi Ungu (gr)

Gambar 17. Grafik Contour Plot Hasil Uji Respon Kadar Abu
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Kadar Abu (%)
Design points above predicted value
Design points below predicted value
1,99

1,15 2,00

X1 = B: Tepung Ubi Ungu


1,80
X2 = C: Spirulina

Actual Factor 1,60


A: Tepung Terigu = 32
Kadar Abu (%)

1,40

1,20

1,00

32 12

30 10

28 8

26 6
C: Spirulina (gr) B: Tepung Ubi Ungu (gr)
24 4

Gambar 18. Grafik Tiga Dimensi Hasil Uji Respon Kadar Abu

Hasil kadar abu pada penelitian ini berkisar 1,15 – 1,99%. Hasil tersebut

sesuai dengan SNI 01 3840 -1995 tentang roti manis, bahwa kadar abu produk

brownies maksimal adalah 3%. Jilka dibandingkan dengan penelitian Handayani

(2015) tentang brownies ubi ungu yang memiliki kandungan kadar abu 1,38%

maka Spirulina sp berpengaruh terhadap peningkatan kadar air.

57
4.2.5. Analisis Respon Kadar Protein

Persamaan RSM untuk optimasi kondisi proses pembuatan brownies

terhadap respon kadar protein adalah sebagai berikut:

Kadar protein Y= 0,33A + 1,10B +1,68C + 0,075AB – 0,26AC +1,00BC – 0,37A 2 -

1,64B2 – 1,75C2
Dimana : A: Tepung Terigu, B: tepung Ubi Ungu dan C: Spirulina

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa respon kadar protein akan meningkat

berbanding lurus dengan peningkatan proporsi tepung terigu, proporsi tepung ubi

ungu, proporsi Spirulina sp, interaksi antara proporsi tepung terigu dan ubi ungu,

dan interaksi antara proporsi tepung ubi ungu dan Spirulina sp. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai konstanta yang positif. Respon kadar protein akan

mengalami penurunan seiring dengan peningkatan interaksi antara proporsi

tepung terigu dan Spirulina sp, interaksi antar proporsi tepung terigu, interaksi

antar tepung ubi ungu dan interaksi antar Spirulina sp. Hal ini ditunjukkan dengan

nilai konstanta yang negatif.

Pengujian dengan menggunakan analisis statistika RSM menunjukan

bahwa peningkatan kadar protein dipengaruhi oleh tepung terigu,tepung ubi ungu

dan Spirulina sp. Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi

tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh juga

berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein adalah sumber asam-

asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H, O, dan N yang tidak dimiliki

oleh lemak atau karbohidrat (Winarno, 2004).

Grafik normal plot of residual yang mengindikasikan hubungan antara

nilai aktual dan nilai yang diprediksikan pada Gambar 19, mendekati garis

kenormalan yang menunjukkan data untuk respon kadar protein menyebar

58
normal. Hal ini berarti bahwa hasil aktual akan mendekati hasil yang

diprediksikan oleh Program DX 10.0® (Kumari et al., 2008).

Design-Expert® Software
Kadar Protein Normal Plot of Residuals
Color points by value of
Kadar Protein:
29,69 99

24,64
95

90

Normal % Probability
80

70

50

30

20

10

-8,00 -6,00 -4,00 -2,00 0,00 2,00

Externally Studentized Residuals

Gambar 19. Plot Kenormalan Residual Respon Kadar Protein

Grafik contour plot pada Gambar 20, menunjukkan bagaimana kombinasi

antar komponen saling mempengaruhi nilai respon kadar abu. Warna-warna

yang berbeda pada grafik contour plot menunjukkan nilai kadar protein. Warna

biru menunjukkan nilai respon kadar protein terendah, yaitu 24,64%. Warna

merah menunjukkan respon kadar protein tertinggi, yaitu 29,89%. Garis-garis

yang terdiri atas titik-titik pada grafik contour plot menunjukkan kombinasi dari

ketiga komponen dengan jumlah berbeda yang menghasilkan respon kadar

protein yang sama. Bentuk permukaan dari hubungan interaksi antar komponen

ini dapat dilihat lebih jelas pada grafik tiga dimensi yang ditunjukkan pada

Gambar 21.

59
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
32
Kadar Protein (%)
Kadar Protein (%)
Design Points
29,6884 27

24,6362

30
X1 = B: Tepung Ubi Ungu
X2 = C: Spirulina

C: Spirulina (gr)
Actual Factor
A: Tepung Terigu = 32 30

28

29

28
26

26 27
26
25
25
24

4 6 8 10 12

B: Tepung Ubi Ungu (gr)

Gambar 20. Grafik Contour Plot Hasil Uji Respon Kadar


Protein
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Kadar Protein (%)
Design points above predicted value
Design points below predicted value
29,6884

24,6362 31

X1 = B: Tepung Ubi Ungu 30


X2 = C: Spirulina
29

Actual Factor
28
A: Tepung Terigu = 32
Kadar Protein (%)

27

26

25

24

32 12

30 10

28 8

26 6
C: Spirulina (gr) B: Tepung Ubi Ungu (gr)
24 4

Gambar 21. Grafik Tiga Dimensi Hasil Uji Respon Kadar


Protein

Hasil kadar protein pada penelitian ini berkisar 24,64 – 29,89%. Hasil

tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan penelitian Handayani (2015)

tentang brownies ubi ungu yang memiliki kandungan kadar abu 6,73% maka

Spirulina sp berpengaruh terhadap peningkatan kadar protein.

60
4.2.6. Analisis Respon Kadar Karbohidrat

Persamaan RSM untuk optimasi kondisi proses pembuatan brownies

terhadap respon kadar karbohidrat adalah sebagai berikut:

Kadar karbohidrat Y= 1,80A + 2,37B + 0,56C + 0,25AB + 0,62AC + 0,36BC -

0,062A2 + 2,20B2 + 1,94C2


Dimana : A: Tepung Terigu, B: tepung Ubi Ungu dan C: Spirulina

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa respon kadar karbohidrat akan

meningkat berbanding lurus dengan peningkatan proporsi tepung terigu, proporsi

ubi ungu, proporsi Spirulina sp, interaksi antara proporsi tepung terigu dan

tepung ubi ungu, interaksi antara tepung terigu dan Spirulina sp, interaksi antara

tepung ubi ungu dan Spirulina sp, interaksi antar tepung ubi ungu dan interaksi

antar Spirulina sp. Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang positif. Respon

kadar karbohidrat akan mengalami penurunan seiring dengan peningkatan

interaksi antar tepung terigu Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang

negatif.

Pengujian dengan menggunakan analisis statistika RSM menunjukan

bahwa peningkatan kadar karbohidrat dipengaruhi tepung terigu,tepung ubi ungu

dan Spirulina sp. Hal ini menunjukkan pada penelitian Dwis (2017) seiring

dengan meningkatnya konsentrasi Spirulina yang ditambahkan terjadi kenaikan

kadar karbohidrat brownies. Hal tersebut dikarenakan kandungan karbohidrat

Spirulina yang tinggi, dimana kadar karbohidrat Spirulina sebesar 15 – 25%

(Erlania, 2009).

Grafik normal plot of residual yang mengindikasikan hubungan antara

nilai aktual dan nilai yang diprediksikan pada Gambar 22, mendekati garis

kenormalan yang menunjukkan data untuk respon karbohidrat menyebar

61
normal. Hal ini berarti bahwa hasil aktual akan mendekati hasil yang

diprediksikan oleh Program DX 10.0® (Kumari et al., 2008).

Design-Expert® Software
Kadar Karbohidrat Normal Plot of Residuals
Color points by value of
Kadar Karbohidrat:
63,79 99

55,12
95

90

Normal % Probability
80

70

50

30

20

10

-2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00

Externally Studentized Residuals

Gambar 22. Plot Kenormalan Residual Respon Kadar Karbohidrat

Grafik contour plot pada Gambar 23, menunjukkan bagaimana kombinasi

antar komponen saling mempengaruhi nilai respon kadar karbohidrat. Warna-

warna yang berbeda pada grafik contour plot menunjukkan nilai kadar

karbohidrat. Warna biru menunjukkan nilai respon kadar karbohidrat terendah,

yaitu 55,12%. Warna merah menunjukkan respon kadar karbohidrat tertinggi,

yaitu 63,79%. Garis-garis yang terdiri atas titik-titik pada grafik contour plot

menunjukkan kombinasi dari ketiga komponen dengan jumlah berbeda yang

menghasilkan respon kadar karbohidrat yang sama. Bentuk permukaan dari

hubungan interaksi antar komponen ini dapat dilihat lebih jelas pada grafik tiga

dimensi yang ditunjukkan pada Gambar 24.

62
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
32
Kadar Karbohidrat (%)
Kadar Karbohidrat (%)
Design Points
63,79
62
55,12

30
X1 = B: Tepung Ubi Ungu
X2 = C: Spirulina

C: Spirulina (gr)
58
Actual Factor 60
A: Tepung Terigu = 32
28

26

62
58
24

4 6 8 10 12

B: Tepung Ubi Ungu (gr)

Gambar 23. Grafik Contour Plot Hasil Uji Respon Kadar Karbohidrat

Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Kadar Karbohidrat (%)
Design points above predicted value
Design points below predicted value
63,79
66,00
55,12

X1 = B: Tepung Ubi Ungu 64,00

X2 = C: Spirulina
62,00
Kadar Karbohidrat (%)

Actual Factor
A: Tepung Terigu = 32 60,00

58,00

56,00

54,00

32

12
30
10
28
8
C: Spirulina (gr) 26
6
B: Tepung Ubi Ungu (gr)
24 4

Gambar 24. Grafik Tiga Dimensi Hasil Uji Respon Kadar Karbohidrat

Hasil kadar karbohidrat pada penelitian ini berkisar 56,12 – 63,79%.

Hasil tersebut lebih besar bila dibandingkan dengan penelitian Handayani

(2015) tentang brownies ubi ungu yang memiliki kandungan kadar karbohidrat

40,80% maka Spirulina sp berpengaruh terhadap peningkatan kadar

karbohidrat.

63
4.2.7. Analisis Respon Antosianin

Persamaan RSM untuk optimasi kondisi proses pembuatan brownies

terhadap respon antosianin adalah sebagai berikut:

Kadar antosianin Y= -0,24A + 10,65B – 0,38C - 0,081 AB + 0,086AC - 0,28BC +

0,035A2 – 1,93B2 -0,32C2


Dimana : A: Tepung Terigu, B: tepung Ubi Ungu dan C: Spirulina

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa respon antosianin akan

meningkat berbanding lurus dengan peningkatan proporsi tepung ubi ungu,

interaksi antara tepung terigu dan Spirulina sp dan interaksi antar tepung terigu.

Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang positif. Respon antosianin akan

mengalami penurunan seiring dengan peningkatan proporsi tepung terigu,

proporsi Spirulina sp, interaksi antara tepung terigu dan tepung ubi ungu,

interaksi antara tepung ubi ungu dan Spirulina sp, interaksi antar tepung ubi ungu

dan interaksi antar Spirulina sp Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang

negatif.

Grafik normal plot of residual yang mengindikasikan hubungan antara

nilai aktual dan nilai yang diprediksikan pada Gambar 25, mendekati garis

kenormalan yang menunjukkan data untuk respon antosianin menyebar normal.

Hal ini berarti bahwa hasil aktual akan mendekati hasil yang diprediksikan oleh

Program DX 10.0® (Kumari et al., 2008).

64
Design-Expert® Software
Antosianin Normal Plot of Residuals
Color points by value of
Antosianin:
32,87 99

10,76
95

90

Normal % Probability
80

70

50

30

20

10

-20,00 -10,00 0,00 10,00 20,00

Externally Studentized Residuals

Gambar 25. Plot Kenormalan Residual Respon Antosianin

Grafik contour plot pada Gambar 26, menunjukkan bagaimana kombinasi

antar komponen saling mempengaruhi nilai respon antosianin. Warna-warna

yang berbeda pada grafik contour plot menunjukkan nilai antosinin. Warna biru

menunjukkan nilai respon antosianin terendah, yaitu 10,76 mg/100g. Warna

merah menunjukkan respon antosinin tertinggi, yaitu 32,87 mg/100g. Garis-garis

yang terdiri atas titik-titik pada grafik contour plot menunjukkan kombinasi dari

ketiga komponen dengan jumlah berbeda yang menghasilkan respon antosianin

yang sama. Bentuk permukaan dari hubungan interaksi antar komponen ini

dapat dilihat lebih jelas pada grafik tiga dimensi yang ditunjukkan pada Gambar

27.

65
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual Antosianin (%)
32
Antosianin (%)
Design Points
32,87

10,76

30
X1 = B: Tepung Ubi Ungu
X2 = C: Spirulina

C: Spirulina (gr)
Actual Factor
A: Tepung Terigu = 32
15 20 25 30
28

26

24

4 6 8 10 12

B: Tepung Ubi Ungu (gr)

Gambar 26. Grafik Contour Plot Hasil Uji Respon Antosianin

Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Antosianin (%)
Design points above predicted value
Design points below predicted value
32,87

10,76 35,00

X1 = B: Tepung Ubi Ungu


30,00
X2 = C: Spirulina

Actual Factor 25,00


A: Tepung Terigu = 32
Antosianin (%)

20,00

15,00

10,00

32 12

30 10

28 8

26 6
C: Spirulina (gr) B: Tepung Ubi Ungu (gr)
24 4

Gambar 27. Grafik Tiga Dimensi Hasil Uji Respon Antosianin

Hasil kadar antosianin pada penelitian ini berkisar 10,76 – 32,87

mg/100g. Hasil tersebut hampir sama bila dibandingkan dengan penelitian tahap

pertama dimana penambahan Spirulina sp tidak berpengaruh terhadap

kandungan dari kadar antosianin. Penambahan tepung ubi dapat meningkatkan

kandungan antosianin semakin tinggi jumlah tepung ubi ungu nyang

ditambahkan akan meningkatkan kandungan antosianin. Substitusi hanya dapat

dilakukan sampai 20% karena bila lebih maka akan menurunkan mutu produk

(Hardoko et al.,2010)

66
4.2.8. Analisis Respon Daya Tekstur

Persamaan RSM untuk optimasi kondisi proses pembuatan brownies

terhadap respon daya tekstur adalah sebagai berikut:

Kadar daya tekstur Y= -0,058A + 0,14B + 0,12C + 0,023AB - 0,029AC – 4,36e-

003BC + 0,041A2 + 0,033B2 + 0,014C2

Dimana : A: Tepung Terigu, B: tepung Ubi Ungu dan C: Spirulina

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa respon daya tekstur akan

meningkat berbanding lurus dengan peningkatan proporsi tepung ubi ungu,

proporsi Spirulina sp, interaksi antara tepung terigu dan tepung ubi ungu,

interaksi antar tepung terigu, interaksi antar tepung ubi ungu dan interaksi antar

Spirulina sp. Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang positif. Respon daya

tekstur akan mengalami penurunan seiring dengan peningkatan proporsi tepung

terigu, interaksi antara tepung terigu dan Spirulina sp dan interaksi antara

tepung ubi ungu dan Spirulina sp. Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang

negatif.

Grafik normal plot of residual yang mengindikasikan hubungan antara

nilai aktual dan nilai yang diprediksikan pada Gambar 28, mendekati garis

kenormalan yang menunjukkan data untuk respon daya tekstur menyebar

normal. Hal ini berarti bahwa hasil aktual akan mendekati hasil yang

diprediksikan oleh Program DX 10.0® (Kumari et al., 2008).

67
Design-Expert® Software
Daya Tekstur Normal Plot of Residuals
Color points by value of
Daya Tekstur:
2,83 99

2,17
95

90

Normal % Probability
80

70

50

30

20

10

-2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00

Externally Studentized Residuals

Gambar 28. Plot Kenormalan Residual Respon Daya Tekstur

Grafik contour plot pada Gambar 29, menunjukkan bagaimana kombinasi

antar komponen saling mempengaruhi nilai daya tekstur. Warna-warna yang

berbeda pada grafik contour plot menunjukkan nilai antosinin. Warna biru

menunjukkan nilai respon daya tekstur terendah, yaitu 2,17%. Warna merah

menunjukkan respon daya tekstur tertinggi, yaitu 2,83%. Garis-garis yang terdiri

atas titik-titik pada grafik contour plot menunjukkan kombinasi dari ketiga

komponen dengan jumlah berbeda yang menghasilkan respon daya tekstur yang

sama. Bentuk permukaan dari hubungan interaksi antar komponen ini dapat

dilihat lebih jelas pada grafik tiga dimensi yang ditunjukkan pada Gambar 30.

68
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
32
Daya Tekstur (N)
Daya Tekstur (N)
2,7
Design Points
2,83

2,17
2,6
30
X1 = B: Tepung Ubi Ungu
X2 = C: Spirulina

C: Spirulina (gr)
Actual Factor 2,5
A: Tepung Terigu = 32
28
2,4

26
2,3

24

4 6 8 10 12

B: Tepung Ubi Ungu (gr)

Gambar 29. Grafik Contour Plot Hasil Uji Respon Daya Tekstur

Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Daya Tekstur (N)
Design points above predicted value
Design points below predicted value
2,83

2,17 3,00

X1 = B: Tepung Ubi Ungu


2,80
X2 = C: Spirulina

Actual Factor 2,60


A: Tepung Terigu = 32
Daya Tekstur (N)

2,40

2,20

2,00

32 12

30 10

28 8

26 6
C: Spirulina (gr) B: Tepung Ubi Ungu (gr)
24 4

Gambar 30. Grafik Tiga Dimensi Hasil Uji Respon Daya Tekstur

Hasil kadar antosianin pada penelitian ini berkisar 2,17 – 2,83%. Hasil

tersebut lebihr rendah bila dibandingkan dengan penelitian tahap pertama

dimana penambahan Spirulina sp berpengaruh terhadap tekstur dari brownies..

69
4.2.8. Analisis Respon Serat Pangan

Persamaan RSM untuk optimasi kondisi proses pembuatan brownies

terhadap respon serat pangan adalah sebagai berikut:

Kadar serat pangan Y= 0,32A + 1,05B + 3,48C - 0,75AB + 0,90AC + 0,43BC -

0,29A2 - 0,017B2 - 0,35C2

Dimana : A: Tepung Terigu, B: tepung Ubi Ungu dan C: Spirulina

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa respon serat pangan akan

meningkat berbanding lurus dengan peningkatan proporsi tepung terigu, proporsi

tepung ubi ungu, proporsi Spirulina sp, interaksi antara tepung terigu dan

Spirulina sp dan interaksi antara tepung ubi ungu dan Spirulina sp. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai konstanta yang positif. Respon serat pangan akan

mengalami penurunan seiring dengan peningkatan interaksi antara tepung terigu

dan tepung ubi ungu, interaksi antar tepung terigu, interaksi antar tepung ubi

ungu dan interaksi antar Spirulina sp. Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta

yang negatif.

Grafik normal plot of residual yang mengindikasikan hubungan antara

nilai aktual dan nilai yang diprediksikan pada Gambar 31, mendekati garis

kenormalan yang menunjukkan data untuk respon serat pangan menyebar

normal. Hal ini berarti bahwa hasil aktual akan mendekati hasil yang

diprediksikan oleh Program DX 10.0® (Kumari et al., 2008).

70
Design-Expert® Software
Serat Pangan Normal Plot of Residuals
Color points by value of
Serat Pangan:
43,41
99
34,89

95

90

Normal % Probability
80

70

50

30

20

10

-15,00 -10,00 -5,00 0,00 5,00 10,00 15,00

Externally Studentized Residuals

Gambar 31. Plot Kenormalan Residual Respon Serat Pangan

Grafik contour plot pada Gambar 32, menunjukkan bagaimana kombinasi

antar komponen saling mempengaruhi nilai serat pangan. Warna-warna yang

berbeda pada grafik contour plot menunjukkan nilai serat pangan. Warna biru

menunjukkan nilai respon daya tekstur terendah, yaitu 34,89%. Warna merah

menunjukkan respon serat pangan tertinggi, yaitu 43,41%. Garis-garis yang

terdiri atas titik-titik pada grafik contour plot menunjukkan kombinasi dari ketiga

komponen dengan jumlah berbeda yang menghasilkan respon serat pangan

yang sama. Bentuk permukaan dari hubungan interaksi antar komponen ini

dapat dilihat lebih jelas pada grafik tiga dimensi yang ditunjukkan pada Gambar

33.

71
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual Serat Pangan (%)
32
Serat Pangan (%)
Design Points
43,41

34,89 42

30
X1 = B: Tepung Ubi Ungu
X2 = C: Spirulina

C: Spirulina (gr)
Actual Factor
40
A: Tepung Terigu = 32
28

38
26

36

24

4 6 8 10 12

B: Tepung Ubi Ungu (gr)

Gambar 32. Grafik Contour Plot Hasil Uji Respon Serat

Pangan

Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Serat Pangan (%)
Design points above predicted value
Design points below predicted value
43,41

34,89 46,00

X1 = B: Tepung Ubi Ungu 44,00


X2 = C: Spirulina
42,00
Actual Factor
A: Tepung Terigu = 32
Serat Pangan (%)

40,00

38,00

36,00

34,00

32 12

30 10

28 8

26 6
C: Spirulina (gr) B: Tepung Ubi Ungu (gr)
24 4

Gambar 33. Grafik Tiga Dimensi Hasil Uji Respon Serat


Pangan

Berdasarkan hasil penelitian serat pangan brownies dari Saleh (2016),

diperoleh 10,86% lebih tinggi dibandingkan hasil penelitian ini didapat hasil

34,89% - 43,41% dapat dikatakan bahan pangan yang mengundang serat

pangan sebab menurut department of nutrition, ministry of health and institute of

health singapura (1999), suatu produk dapat diklaim sebegai sumber atau

72
mengandung serat pangan jika terdapat lebih dari atau sama dengan 3 g/100g

produk.

4.2.9. Analisis Respon Rasa

Persamaan RSM untuk optimasi kondisi proses pembuatan brownies

terhadap respon rasa adalah sebagai berikut:

Kadar rasa Y= 0,073A – 0,13B – 0,43C - 0,14AB - 0,14AC - 0,093BC - 0,083A 2 -

0,0137B2 - 0,41C2 Dimana : A: Tepung Terigu, B: tepung Ubi Ungu dan C: Spirulina

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa respon rasa akan meningkat

berbanding lurus dengan peningkatan proporsi tepung terigu. Hal ini ditunjukkan

dengan nilai konstanta yang positif. Respon rasa akan mengalami penurunan

seiring dengan peningkatan proporsi tepung ubi ungu, proporsi Spirulina sp,

interaksi antara tepung terigu dan tepung ubi ungu, interaksi antara tepung terigu

dan Spirulina sp, interaksi antara tepung ubi ungu dan Spirulina sp,interaksi antar

tepung terigu, interaksi antar tepung ubi ungu dan interaksi antar Spirulina sp.

Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang negatif.

Grafik normal plot of residual yang mengindikasikan hubungan antara

nilai aktual dan nilai yang diprediksikan pada Gambar 34, mendekati garis

kenormalan yang menunjukkan data untuk respon rasa menyebar normal. Hal ini

berarti bahwa hasil aktual akan mendekati hasil yang diprediksikan oleh Program

DX 10.0® (Kumari et al., 2008).

73
Design-Expert® Software
Rasa Normal Plot of Residuals
Color points by value of
Rasa:
5,03
99
3,74

95

90

Normal % Probability
80

70

50

30

20

10

-2,00 -1,00 0,00 1,00 2,00

Internally Studentized Residuals

Gambar 34. Plot Kenormalan Residual Respon Rasa

Grafik contour plot pada Gambar 35, menunjukkan bagaimana kombinasi

antar komponen saling mempengaruhi nilai rasa. Warna-warna yang berbeda

pada grafik contour plot menunjukkan nilai rasa. Warna biru menunjukkan nilai

respon rasa terendah, yaitu 3,74%. Warna merah menunjukkan respon rasa

tertinggi, yaitu 5,03%. Garis-garis yang terdiri atas titik-titik pada grafik contour

plot menunjukkan kombinasi dari ketiga komponen dengan jumlah berbeda yang

menghasilkan respon rasa yang sama. Bentuk permukaan dari hubungan

interaksi antar komponen ini dapat dilihat lebih jelas pada grafik tiga dimensi

yang ditunjukkan pada Gambar 36.

74
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual Rasa
Rasa 32
3,8
Design Points 4
5,03 4,2

3,74
4,4

X1 = B: Tepung Ubi Ungu 30

X2 = C: Spirulina 4,6

Actual Factor

C: Spirulina (gr)
A: Tepung Terigu = 32

28
4,8

26

4,8
24

4 6 8 10 12

B: Tepung Ubi Ungu (gr)

Gambar 35. Grafik Contour Plot Hasil Uji Respon Rasa

Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Rasa
Design points above predicted value
Design points below predicted value
5,03

3,74
5,20
X1 = B: Tepung Ubi Ungu
X2 = C: Spirulina 5,00

4,80
Actual Factor
A: Tepung Terigu = 32 4,60

4,40

4,20
Rasa

4,00

3,80

3,60

12 24

10 26

8 28

6 30
B: Tepung Ubi Ungu (gr) C: Spirulina (gr)
4 32

Gambar 36. Grafik Tiga Dimensi Hasil Uji Respon Rasa

4.2.10. Analisis Respon Warna

Persamaan RSM untuk optimasi kondisi proses pembuatan brownies

terhadap respon warna adalah sebagai berikut:

Kadar rasa Y= -0,031A – 0,020B – 0,24C + 0,068AB - 0,12AC + 0,11BC - 0,15A 2 -


0,46B2 - 0,15C2
Dimana : A: Tepung Terigu, B: tepung Ubi Ungu dan C: Spirulina

75
Persamaan tersebut menunjukkan bahwa respon warna akan meningkat

berbanding lurus dengan peningkatan interaksi antara tepung terigu dan tepung

ubi ungu dan interaksi antara tepung ubi ungu dan Spirulina sp. Hal ini

ditunjukkan dengan nilai konstanta yang positif. Respon rasa akan mengalami

penurunan seiring dengan peningkatan proporsi tepung terigu, proporsi tepung

ubi ungu, proporsi Spirulina sp, interaksi antara tepung terigu dan Spirulina

sp,interaksi antar tepung terigu, interaksi antar tepung ubi ungu dan interaksi

antar Spirulina sp. Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang negatif.

Grafik normal plot of residual yang mengindikasikan hubungan antara

nilai aktual dan nilai yang diprediksikan pada Gambar 37, mendekati garis

kenormalan yang menunjukkan data untuk respon warna menyebar normal. Hal

ini berarti bahwa hasil aktual akan mendekati hasil yang diprediksikan oleh

Program DX 10.0® (Kumari et al., 2008).

Design-Expert® Software
Warna Normal Plot of Residuals
Color points by value of
Warna:
5,15
99
4,13

95

90
Normal % Probability

80

70

50

30

20

10

-1,50 -1,00 -0,50 0,00 0,50 1,00 1,50

Externally Studentized Residuals

Gambar 37. Plot Kenormalan Residual Respon Warna

Grafik contour plot pada Gambar 38, menunjukkan bagaimana kombinasi

antar komponen saling mempengaruhi nilai warna. Warna-warna yang berbeda

pada grafik contour plot menunjukkan nilai warna. Warna biru menunjukkan nilai

76
respon warna terendah, yaitu 4,13%. Warna merah menunjukkan respon warna

tertinggi, yaitu 4.13%. Garis-garis yang terdiri atas titik-titik pada grafik contour

plot menunjukkan kombinasi dari ketiga komponen dengan jumlah berbeda yang

menghasilkan respon warna yang sama. Bentuk permukaan dari hubungan

interaksi antar komponen ini dapat dilihat lebih jelas pada grafik tiga dimensi

yang ditunjukkan pada Gambar 39.

Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
32
Warna
Warna
Design Points 4,4
5,15 4,4 4,8
4,13
4,6
4,6
X1 = B: Tepung Ubi Ungu 30

X2 = C: Spirulina

Actual Factor
C: Spirulina (gr)

5
A: Tepung Terigu = 32

28

26

24

4 6 8 10 12

B: Tepung Ubi Ungu (gr)

Gambar 38. Grafik Contour Plot Hasil Uji Respon Warna


Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Warna
Design points above predicted value
Design points below predicted value
5,15

4,13
5,20
X1 = B: Tepung Ubi Ungu
X2 = C: Spirulina
5,00

Actual Factor
A: Tepung Terigu = 32 4,80

4,60
Warna

4,40

4,20

4,00

12
32
10
30
8
28

26 6 B: Tepung Ubi Ungu (gr)


C: Spirulina (gr)
24 4

Gambar 39. Grafik Tiga Dimensi Hasil Uji Respon


Warna

77
4.2.11. Analisis Respon Aroma

Persamaan RSM untuk optimasi kondisi proses pembuatan brownies

terhadap respon aroma adalah sebagai berikut:

Kadar aroma Y= 0,027A + 0,045B + 8,2777C + 0,032AB - 0,48AC + 0,12BC -

0,13A2 - 0,011B2 + 0,015C2

Dimana : A: Tepung Terigu, B: tepung Ubi Ungu dan C: Spirulina

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa respon aroma akan

meningkat berbanding lurus dengan peningkatan proporsi tepung terigu, proporsi

tepung ubi ungu, proporsi Spirulina sp, interaksi antara tepung terigu dan tepung

ubi ungu, interaksi antara tepung ubi ungu dan Spirulina sp interaksi antar

Spirulina sp. Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang positif. Respon

aroma akan mengalami penurunan seiring dengan peningkatan interaksi antara

tepung terigu dan Spirulina sp,interaksi antar tepung terigu dan interaksi antar

tepung ubi ungu. Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang negatif.

Grafik normal plot of residual yang mengindikasikan hubungan antara

nilai aktual dan nilai yang diprediksikan pada Gambar 40, mendekati garis

kenormalan yang menunjukkan data untuk respon aroma menyebar normal. Hal

ini berarti bahwa hasil aktual akan mendekati hasil yang diprediksikan oleh

Program DX 10.0® (Kumari et al., 2008).

78
Design-Expert® Software
Aroma Normal Plot of Residuals
Color points by value of
Aroma:
4,73
99
4,33

95

90

Normal % Probability
80

70

50

30

20

10

-4,00 -2,00 0,00 2,00 4,00

Externally Studentized Residuals

Gambar 40. Plot Kenormalan Residual Respon Aroma

Grafik contour plot pada Gambar 41, menunjukkan bagaimana kombinasi

antar komponen saling mempengaruhi nilai aroma. Warna-warna yang berbeda

pada grafik contour plot menunjukkan nilai aroma. Warna biru menunjukkan nilai

respon aroma terendah, yaitu 4,33%. Warna merah menunjukkan respon aroma

tertinggi, yaitu 4.73%. Garis-garis yang terdiri atas titik-titik pada grafik contour

plot menunjukkan kombinasi dari ketiga komponen dengan jumlah berbeda yang

menghasilkan respon warna yang sama. Bentuk permukaan dari hubungan

interaksi antar komponen ini dapat dilihat lebih jelas pada grafik tiga dimensi

yang ditunjukkan pada Gambar 42.

79
Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
32
Aroma
Aroma
Design Points
4,73
4,7
4,33 4,5

X1 = B: Tepung Ubi Ungu 30


X2 = C: Spirulina

Actual Factor

C: Spirulina (gr)
A: Tepung Terigu = 32

28
4,6

4,6
26

24

4 6 8 10 12

B: Tepung Ubi Ungu (gr)

Gambar 41. Grafik Contour Plot Hasil Uji Respon Aroma

Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Aroma
Design points above predicted value
Design points below predicted value
4,73

4,33
4,80

X1 = B: Tepung Ubi Ungu


X2 = C: Spirulina 4,70

Actual Factor
A: Tepung Terigu = 32 4,60

4,50
Aroma

4,40

4,30

32

12
30
10
28
8

C: Spirulina (gr) 26
6
B: Tepung Ubi Ungu (gr)
24 4

Gambar 42. Grafik Tiga Dimensi Hasil Uji Respon Aroma

4.2.12. Analisis Respon Tekstur

Persamaan RSM untuk optimasi kondisi proses pembuatan brownies

terhadap respon tekstur adalah sebagai berikut:

Kadar tekstur Y= 0,061A + 0,11B – 0.20C + 0,16AB + 2,621AC + 0,040BC -


0,032A2 + 0,13B2 - 0,11C2

80
Dimana : A: Tepung Terigu, B: tepung Ubi Ungu dan C: Spirulina

Persamaan tersebut menunjukkan bahwa respon tekstur akan meningkat

berbanding lurus dengan peningkatan proporsi tepung terigu, proporsi tepung ubi

ungu, interaksi antara tepung terigu dan tepung ubi ungu, interaksi antara tepung

terigu dan Spirulina sp, interaksi antara tepung ubi ungu dan Spirulina sp dan

interaksi antar tepung ubi ungu. Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang

positif. Respon tekstur akan mengalami penurunan seiring dengan peningkatan

proporsi Spirulina sp, interaksi antar tepung terigu dan interaksi antar Spirulina

sp. Hal ini ditunjukkan dengan nilai konstanta yang negatif.

Grafik normal plot of residual yang mengindikasikan hubungan antara

nilai aktual dan nilai yang diprediksikan pada Gambar 43, mendekati garis

kenormalan yang menunjukkan data untuk respon tekstur menyebar normal. Hal

ini berarti bahwa hasil aktual akan mendekati hasil yang diprediksikan oleh

Program DX 10.0® (Kumari et al., 2008).

Design-Expert® Software
Tekstur Normal Plot of Residuals
Color points by value of
Tekstur:
4,87
99
4,03

95

90
Normal % Probability

80

70

50

30

20

10

-1,50 -1,00 -0,50 0,00 0,50 1,00 1,50

Internally Studentized Residuals

Gambar 43. Plot Kenormalan Residual Respon Tekstur

Grafik contour plot pada Gambar 44, menunjukkan bagaimana kombinasi

antar komponen saling mempengaruhi nilai tekstur. Warna-warna yang berbeda

pada grafik contour plot menunjukkan nilai tekstur. Warna biru menunjukkan nilai

respon tekstur terendah, yaitu 4,03%. Warna merah menunjukkan respon tekstur

81
tertinggi, yaitu 4.87%. Garis-garis yang terdiri atas titik-titik pada grafik contour

plot menunjukkan kombinasi dari ketiga komponen dengan jumlah berbeda yang

menghasilkan respon tekstur yang sama. Bentuk permukaan dari hubungan

interaksi antar komponen ini dapat dilihat lebih jelas pada grafik tiga dimensi

yang ditunjukkan pada Gambar 45.

Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
32
Tekstur
Tekstur
Design Points
4,1
4,87

4,03
4,2

X1 = B: Tepung Ubi Ungu 30


X2 = C: Spirulina 4,3

Actual Factor

C: Spirulina (gr)
A: Tepung Terigu = 32

4,4
28

4,5

4,6

26

4,5

24

4 6 8 10 12

B: Tepung Ubi Ungu (gr)

Gambar 44. Grafik Contour Plot Hasil Uji Respon Tekstur


Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Tekstur
Design points above predicted value
Design points below predicted value
4,87

4,03
5,00
X1 = B: Tepung Ubi Ungu
X2 = C: Spirulina
4,80
Actual Factor
A: Tepung Terigu = 32
4,60

4,40
Tekstur

4,20

4,00

12
32

10
30

28 8

26 6 B: Tepung Ubi Ungu (gr)


C: Spirulina (gr)
24 4

Gambar 45. Grafik Tiga Dimensi Hasil Uji Respon Tekstur

82
4.3. Optimasi Kondisi Proses Pembuatan Brownies

Optimasi dilakukan setelah didapat model matematika untuk masing-

masing respon. Optimasi dilakukan untuk mendapatkan respon yang sesuai

dengan yang diinginkan (desirability). Tujuan dari optimasi untuk meminimumkan

usaha yang diperlukan atau biaya operasional dan memaksimumkan yang

diinginkan. Tabel 15, menunjukkan komponen-komponen yang dioptimasi,

targetnya, batas minimum dan maksimumnya

Tabel 15. Komponen respon yang dioptimasi, target dan batas pada
tahapan optimasi formula
Komponen Respon Target Batas Bawah Batas Atas

Tepung terigu (g) Range 1,00 36

Tepung ubi ungu (g) Range 4 12

Spirulina sp Range 24 32

Kadar Air (%) Maksimal 16,14 19,73

Kadar Lemak (%) Maksimal 20,18 22,74

Kadar Abu (%) Maksimal 1,15 1,99

Kadar Protein (%) Maksimal 24,64 29,69

Karbohidrat (%) Maksimal 55,12 63,79

Antosianin (%) Maksimal 10,76 32,87

Daya Tekstur (N) Maksimal 2,17 2,83

Serat Pangan (%) Maksimal 34,89 43,41

Rasa Maksimal 3,74 5,03

Warna Maksimal 4,13 5,15

Aroma Maksimal 4,33 4,73

Tekstur Maksimal 4,03 4,87

83
Proporsi tepung terigu, tepung tempe dan Spirulina merupakan

komponen yang dioptimalkan dengan kisaran batas bawah dan batas atas

seperti pada Tabel 12. Proporsi tepung terigu, tepung tempe dan Spirulina akan

mempengaruhi kualitas brownies kukus yang dihasilkan. Respon kadar air, kadar

abu, kadar lemak, kadar protein, karbohidrat, serat pangan, zat besi, daya

tekstur, dan organoleptik merupakan respon yang dioptimalkan dengan target

maksimal. Semua respon merupakan respon yang erat kaitannya dengan sifat

fungsionalnya yang dibutuhkan oleh berbagai industry pangan fungsional, dan

merupakan parameter yang penting untuk diketahui karena berhubungan dengan

brownies dalam memberian penmabahan kecukupan asupan gizi untuk tubuh.

Berdasarkan proses optimasi, program DX 10.0® memberikan 6 solusi

formula optimum yang dapat dilihat pada Tabel 19 . Kondisi proses proporsi

tepung terigu 35,53 g, tepung ubi ungu 4,90 g, Spirulina 28,65 g, dengan respon

kadar air 17,30%, kadar abu 1,29%, kadar lemak 21,48%,kadar protein 27,97%,

kadar karbohidrat 58,10%, serat pangan 40,02%, kadar antosianin 14,23%, daya

tekstur 2,31 N, aroma 4,41, warna 4,54, rasa 4,85,tekstur 4,25 dengan

direkomendasikan sebagai solusi formula yang optimal, karena kondisi proses ini

memiliki nilai semua respon yang tinggi serta nilai desirability yang tinggi yaitu 1.

Montgomery (2001), menyatakan bahwa nilai desirability tersebut adalah

untuk menentukan derajat ketepatan hasil solusi optimal. Nilai desirability yang

mendekati satu maka semakin tinggi nilai ketepatan optimasi.

Gambar 46 47, dan 48 , menjelaskan hasil optimasi dalam bentuk contour

(2D) dan tiga dimensi (3D). Grafik Contour plot merupakan gambaran dua

dimensi dari respon yang disajikan dengan menggunakan model prediksi untuk

nilai respon rendemen dan kekuatan gel. Garis-garis yang terdiri atas titik-titik

pada grafik contour plot menunjukkan kombinasi dari ketiga komponen dengan

84
jumlah berbeda yang menghasilkan nilai desirability tertentu yang sama. Titik

prediksi pada gambar tersebut menunjukkan kombinasi antara proporsi berbeda

– beda yang menghasilkan nilai desirability sebesar 1. Grafik tiga dimensi (3-D)

menunjukkan proyeksi dari grafik contour plot. Area yang rendah pada grafik tiga

dimensi menunjukkan nilai desirability yang rendah, sedangkan area yang tinggi

menunjukkan nilai desirability yang tinggi.

Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
12
Desirability
Desirability
1,000

0,000

X1 = A: Tepung Terigu Desirability 1,000


X2 = B: Tepung Ubi Ungu 10
B: Tepung Ubi Ungu (gr)

Actual Factor
C: Spirulina = 28,9538

28 30 32 34 36

A: Tepung Terigu (gr)

Gambar 46. Grafik contour plot nilai desirability formula optimum

Design-Expert® Software
Factor Coding: Actual
Desirability
1,000

0,000 1,000

X1 = A: Tepung Terigu 1,200


X2 = B: Tepung Ubi Ungu
1,000
Actual Factor
C: Spirulina = 28,9538
0,800

0,600
Desirability

0,400

0,200

0,000

12 36

10 34

8 32

6 30
B: Tepung Ubi Ungu (gr) A: Tepung Terigu (gr)
4 28

Gambar 47. Grafik contour plot nilai desirability formula optimum

85
Gambar 48. Bar Graph keseluruhan nilai desirability formula

optimum

4.4 Verifikasi Solusi Formula Optimum

Pada hasil verifikasi kondisi optimum yang direkomendasikan program

Design Expert 10 trail dengan RSM Box-Behnken, diperoleh brownies kukus

dengan kadar air 17,30%, kadar abu 1,29%, kadar lemak 21,48%,kadar protein

27,97%, kadar karbohidrat 58,10%, serat pangan 40,02%, kadar antosianin

14,23%, daya tekstur 2,31 N, aroma 4,41, warna 4,54, rasa 4,85,tekstur 4,25 .

Jika dibandingkan dengan nilai yang diprediksikan tidak ada perbedaan dengan

verifikasi.

86
Tabel 16. Prediksi dan hasil verifikasi nilai respon solusi formula optimum
hasil optimasi dengan program Design Expert 10 trail.
Respon Prediksi Verifikasi 95% CI low 95% CI high 95% TI low 95% TI high
Kadar Air 17,30 17,30 15,71 18,89 12,91 21,69
Kadar Lemak 21,48 21,48 20,11 22,86 17,69 25,28
Kadar Abu 1,30 1,29 0,94 1,65 0,31 2,28
Kadar Protein 27,98 27,97 26,80 29,15 24,73 31,22
Kadar Karbohidrat 58,10 58,10 54,48 61,73 48,10 68,10
Antosianin 14,23 14,23 13,16 15,31 11,26 17,20
Daya Tekstur 2,32 2,31 2,14 2,50 1,82 2,81
Serat Pangan 40,00 40,02 34,55 45,45 24,98 55,03
Rasa 4,86 4,85 4,23 5,48 3,13 6,58
Warna 4,55 4,54 3,87 5,23 2,67 6,42
Aroma 4,43 4,41 3,87 4,99 2,89 5,97
Tekstur 4,25 4,25 3,95 4,56 3,40 5,11

Dari hasil penelitian ini di dapatkan dengan penambahan ubi ungu dan

Spirulina sp. dapat meningkatkan kandungan serat yang dibutuhkan oleh tubuh

yang mampu menurunkan kadar kolesterol, meminimalkan resiko penyakit jantung

dan mencegah kanker usus besar , melancarkan  pencernaan, dan juga dapat

membantu menurunkan berat badan serta kandungan protein,karbohidrat dan lemak

yang dapat memenuhi kebutuhan gizi tubuh.

87
5. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diberikan pada penelitian ini adalah:

Perlakuan penambahan Proporsi tepung tempe dan Spirulina pada

brownies kukus berpengaruh nyata terhadap optimasi fisika yaitu daya tekstur,

pada optimasi kimia yaitu kadar air, kadar protein, kadar lemak, kadar abu, zat

besi, serat pangan, pada optimasi organoleptik yaitu tekstur , warna, aroma dan

rasa.

Optimasi menggunakan Program Desaign Expert 10 dengan RSM-Box-

Behnken menghasilkan formula pengolahan yang optimal dengan proporsi

tepung terigu 35,53 g, tepung ubi ungu 4,90 g, Spirulina 28,65 g, dengan respon

kadar air 17,30%, kadar abu 1,29%, kadar lemak 21,48%,kadar protein 27,97%,

kadar karbohidrat 58,10%, serat pangan 40,02%, kadar antosianin 14,23

mg/100g, daya tekstur 2,31 N, aroma 4,41, warna 4,54, rasa 4,85,tekstur 4,25

5.2 Saran

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini yaitu perlu adanya

penguragan proporsi Spirullina agar pengaruh dari rasa da tekstur brownies lebih

baik. Dengan tambahan tepung ubi ungu dan Spirulina dapat meningkatkan nilai

gizi sehingga dapat mencukupi kebutuhan gizi masyarakat..

88
DAFTAR PUSTAKA

Anggadiredja, J.T., Zatnika, A., Purwoto, H., dan Istini, S. 2008. Rumput Laut.
Penebar Swadaya. Jakarta.

Astawan, Made. 2009. Sehat dengan Hidangan Kacang dan Biji-bijian. Jakarta:
Penebar Swadaya

AOAC. 1995. Official Methods of Analysis of the Association of Official


Analyticial. Chemists : Washington.

Box, G. E. P dan Draper, N. R.,.1987. Empirical Model-Building and Response


Surfaces, John Wiley & Sons. New York.

Bradbury, J.H., Hammer, and Nguyen. 1985. Protein Quantity and Quality and
Trypsin Inhibitor Content of Sweet Potato Cultivars From the
Highlands of Papua New Guinea. Journal of Agriculture and Food
Chemistry. 33:281- 285.

Desrosier, Norman W. 2008. The Technology of Food preservation, Third Edition


(Teknologi Pengawetan Pangan, Edisi Ketiga). Penerjemah: Muchji
Mulijohardjo. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia.

Erlania.2009. Prospek pemanfaatan mikroalgae sebagai sumber pangan


alternatif dan bahan. Media Akuakultur Volume 4 Nomor 1.

Erliana, Agus Sudono, Christian H. Rumayar. 2015. Inovasi Produk Brownies


Dengan Bahan Tambahan Selai Nanas Subang Terhadap Daya
Terima Konsumen. Program Studi Manajemen Industri Katering
Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Pendidikan
Indonesia.

Gaspersz, V. 1995. Teknik Analisis Dalam Percobaan 2. Tarsito. Bandung.

Graimes, Nicola. 2004. Brain Foods For Kids. Jakarta : PT Erlangga.

Handayani, Febtri. 2015. Pemanfaatan Tepung Ubi Jalar Ungu Pada Produk


Brownies Sebagai Makanan Fungsional. S1 thesis, Fakultas Teknik
UNY.

Hardaning Ausiea Marantha, Ninik Rustanti, 2014, Kandungan Gizi, Sifat Fisik,
Dan Tingkat Penerimaan Es Krim Kacang Hijau Dengan
Penambahan Spirulina, Journal of Nutrition College, Volume 3,
Nomor 4, Halaman 755-761.

Hikmawati, Isna. 2012. Ilmu Dasar Keperawatan (IDK). Yogyakarta : Nuha


Medika.

89
Iriyanti, Y. 2012. Subtitusi Tepung Ubi Ungu dalam Pembuatan Roti Manis, Donat
dan Cake Bread. (Proyek Akhir). Universitas Negri Yogyakarta.
Yogyakarta.

Isnaini, N., A. F. Hadi, dan B Juliyanto. 2012. Model Permukaan Respon Pada
Percobaan Faktorial. Majalah Ilmiah Matematika dan Statistika.
FMIPA. Universitas Jember. Jember.

Kabede, E and Ahlgren, G. 1996. Optimum Growth Conditions and Light


Utilization Efficiency of Spirulina platensis (Arthospira) fusiformis)
from Lake Chitu, Ethiopia.Hydrobiol.,332:99-109.

Kawaroe. 1996. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak. UI Press. Jakarta.


Kumari, K.S., Babu, I.S., and Rao, G.H. 2008. Process optimization
for citric acid production from raw glycerol using response surface
methodology. Indian Journal of Biotechnology pp. 496–501.

Lingga, P. 1995. Petunjuk penggunaan pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta.

M, Fakih, 2012. Ilmu Kesehatan Masyarakat Dan Epidemiologi. Kudus : SMK Al


Islam.

Mais, A. 2008. Utilization of Sweet Potato Starch, Flour and Fibre in Bread and
Biscuit, Physco Chemical and Nutritional Characteristicts. (Thesis).
Massey University.

Makfoeld, Djarir. 2002. Kamus Istilah Pangan dan Nutrisi.Yogyakarta:


Kanisius.Moehji, Sjahmien. 2003. Penanggulangan Gizi
Buruk.penerbit papas sinar sinanti. Jakarta.

Montgomery, D.C., 2001, Design and Analysis of Experiment, 5th ed., John
Willey & Sons, New York.

Ningsih, N.Y. 2015. Pengaruh Lama Pendinginan terhadap Kandungan Pati


Resisten Tepung Ubi Jalar Ungu Termodifikasi. (Skripsi). Universitas
Lampung. Bandar Lampung. 55 hlm.

Norlaila Hamima Jamaluddin, 2006. Radikal Bebas Punca Sakit Kronik.

Nurdjanah, S. dan N.Yuliana. 2013. Produksi Tepung Ubi Jalar Ungu


Termodifikasi secara Fisik Menggunakan Rotary Drum Dryer.
Laporan Penelitian Hibah Bersaing Tahun Pertama. Dikti. Universitas
Lampung. Lampung.

Phang, S.M.,M. S.Miah,W. L. Chu, and M.Hashim. 2000. Spirulina Culture in


Digested Sago Starch Factory Waste Water.Journal. Appl.
Phycol.,12:395-400.

Sartika, Ratu Ayu Dewi. 2008. Pengaruh Asam Lemak Jenuh,Tidak Jenuh dan
Asam Lemak Trans Terhadap Kesehatan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat Nasional, Vol.2, No.4.

90
Sarwono, B. 2005. Ubi Jalar. Penebar Swadaya. Jakarta.

Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi Pendidikan: Landasan Kerja Pemimpin


Pendidikan (Cetakan Ke 5). Jakarta: Rineka Cipta.

Sri, A. 2013. Cookies & Pastries Lezat Dan Sehat. Puspa Swara. Jakarta

Standar Nasional Indonesia (SNI). 1995. Standar Mutu Roti. SNI 06-3735-1995.

Subarna. 1996. Formulasi Produk-produk Serealia dan Umbi-umbian Untuk


Produk Ekstruksi, Bakery, dan Penggorengan. Makalah. Disampaikan
pada Pelatihan Produk-produk Olahan, Ekstruksi, Bakery, dan Frying.
Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Kantor Menteri Urusan
Pangan, Jakarta.

Sudarmadji, S.B., Haryono dan Suhardi. 2007. Prosedur Analisa untuk Bahan
Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta.

Suhardjito YB, 2006. Pastry Dan Perhotelan. Andi. Yogyakarta.

Sulistiyo CN. 2006. Pengembangan Brownies Kukus Tepung Ubi Jalar (Ipomoea
Batatas L.) di PT. Fits Mandiri Bogor [skripsi]. Jurusan Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor.

Susilawati dan Medikasari. 2008. Kajian Formulasi Tepung Terigu dan Tepung
dari Berbagai Jenis Ubi Jalar sebagai Bahan Dasar Pembuatan
Biskuit Non- Flaky Crackers. Prosiding Seminar Nasional Sains dan
Teknologi II 2008. Universitas Lampung. 17-18 November 2008.

Truong, V.D., Z. Hu, R.L. Thompson, G.C. Yencho, and K.V. Pecota. 2012.
Pressurized liquid extraction and quantification of anthocyanins in
purplefleshed sweet potato genotypes. Journal of Food
Composition and Analysis 26 : 96–103.

Wibowo, L & Fitriyani, E. 2012. Pengolahan Rumput Laut Eucheuma Cottoni


Menjadi Serbuk Minuman Instan. Jurusan Ilmu Kelautan dan
Perikanan. Politeknik Negeri Pontianak. Jurnal Vokasi. 8(2): 101-
109.

Winarno, F. 2004. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama .Jakarta

Winarno, F.G. 2008. Kimia Pangan dan Gizi: Edisi Terbaru. Jakarta. Gramedia
Pustaka Utama.

Zuraida, N dan Yati S. (2001). Usahatani Ubi Jalar sebagai Bahan Pangan
Alternatif dan Diversifikasi Sumber Karbohidrat. Buletin AgroBio Vol 4
No. 1(13-23).

91
92

Anda mungkin juga menyukai