Anda di halaman 1dari 62

UJI KANDUNGAN KALSIUM BIJI DURIAN SEBAGAI BAHAN DASAR

BISKUIT UNTUK SUPLEMEN MATERI DI SMA KELAS X1

SKRIPSI

Oleh:

Lisa Ramadani
NIM: 201918405B0007

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS PGRI ARGOPURO JEMBER
2023

2
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kandungan gizi dari pada limbah durian tersebut dapat dimanfaatkan


perlu diproses lebih lanjut menjadi hasil variasi yang baru. Pengolahan biji durian
dalam bentuk tepung akan mempermudah pemanfaatan biji durian menjadi bahan
setengah jadi yang fleksibel. Selain daya simpan yang lama juga dapat dipakai
dalam pengolahan berbagai bahan makanan (Rofaida,2016). Kandungan kalsium
tepung biji durian cukup tinggi yakni sebesar 99,72% Kandungan proteinnya juga
lebih tinggi yakni sebanyak 10,41% dibandingkan protein tepung lainnya, seperti
seperti tepung beras 7 %, tepung terigu 8,9 %, tepung jagung 9,2 %.
(Hutapea,2016). Hasil uji pendahuluan peneliti terhadap kandungan kalsium dari
tepung biji durian adalah 528,24%. Dengan demikian, tepung ini layak dan dapat
dikombinasikan dengan tepung lainnya seperti tepung terigu.
Bahan pangan sumber kalsium, daya terima terhadap tepung biji durian
sebaiknya ditingkatkan. Artinya, tepung ini diproses lebih lanjut dalam bentuk
produk olahan variasi baru dengan mempertimbangkan kualitas fisik seperti segi
warna, tekstur, rasa, dan aroma. Bentuk yang baru dari keberadaan kue kering
dapat menjadi salah satu daya tarik masyarakat khususnya anak masa sekolah.
Anak sekolah cenderung mengkonsumsi makanan yang renyah sebagai camilan.
Salah satu bentuk makanan kering dan renyah yaitu biskuit. yaitu makanan ringan
yang di oven dengan bahan dasar tepung terigu, tepung tapioka atau tepung sagu,
ditambahkan margarin, telur dan air, bentuknya sesuai selera (Pratiwi, 2013)
Biskuit biji durian bisa menjadi produk olahan yang bisa meningkatkan
asupan kalsium anak. Dimana pada umumnya Biskuit disukai anak-anak karena
kerenyahannya dan pilihan rasanya.pentingnya pangan menjadikan ketahanan
pangan sebagai pilar ketahanan nasional. Serta dapat menambah pengetahuan dan
ketertarikan anak terhadap pentingnya konsumsi kalsiumsehingga mereka dapat
mengetahui dan memilih bahan makanan yangmengandung kalsium untuk
dikonsumsi dengan sendirinya.
Penggunaan bahan lokal akan menciptakan variasi pilihan Biskuit.
Dengan pemanfaatan bahan lokal tentunya dapat membantu katahanan pangan
guna perbaikan gizi. Seperti yang dikemukakan Nainggolan (2018).
Serta juga dapat menambah ilmu pengetahuan dan pendidikan yang
terhadap makanan yang bergizi , maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Uji Kandungan Kalsium Dari Limbah Biji Durian
Sebagai Bahan Dasar Biskuit Untuk Suplemen Materi Di SMA Kelas X1’’.

1.2. Identifikasi Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah maka dapat di identifikasi masalah
sebagai berikut :

1. Kurangnya ilmu pengetahuan anak betapa pentingnya pemanfaatan


limbah biji durian .

2. Peningkatan nilai pengetahuan dengan memanfaatkan limbah biji durian


sebagai bahan dasar biskuit serta sebagai suplemen materi.

1.3. Pembatasan masalah


Pembatasan masalah agar pokok masalah yang dibahas agar tidak terlalu
luas dan untuk mempermudah memahamimasalah maka permasalahan
dibatasi sebagai berikut :

1. uji kandungan kalsium dariLimbah Biji Durian Sebagai Bahan Dasar


Biskuit Agar Dapat Dijadikan Sebagai Suplemen Materi

1.4. Rumusan masalah


1. Apakah biji durian dapat dimanfaatkan sebagai bahan dasar
pembuatan biskuit.
2. Apakah Pemanfaatan uji kandungan kalsium dariLimbah Biji Durian
Sebagai Bahan Dasar Biskuit dapat digunakan Sebagai Suplemen
Materi SMA Kelas X1 .

2
1.5. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum

Untuk mengetahui pemanfaatan limbah biji durian sebagai bahan dasar


biskuit agar dapat dijadikan sebagai suplemen materi bahan ajar.
2. Tujuan Khusus
Mengetahui kandungan kalsium yang ada padabiskuit tepung biji durian.

1.6. Manfaat Penelitian


a. Bagi masyarakat

• Sebagai salah satu alternatif pengolahan biji durian menjadi


biskuit yang tinggi akan zat kalsium dalam upaya meningkatkan
produk pangan
• Menambah nilai ekonomis tepung biji durian terhadap
masyarakat.

b. Bagi peneliti

• Menambah ilmu pengetahuan, keterampilan dan pengalaman


penulis

3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Biji Durian

Durian (Durio zibethinus murr) adalah salah satu buah yang sangat popular di
Indonesia. Buah dengan julukan The King of fruits ini termasuk dalam famili
Bombacaceae dan banyak ditemukan di daerah tropis. Di Indonesia durian merupakan
buah yang sangat populer, bahkan diluar negeri terkenal dengan sebutan “The King of
Fruits” atau “Raja Buah” (Ambarita, 2013). Tanaman durian terdapat di seluruh pelosok
Jawa dan Sumatra. Sedangkan di Kalimantan dan Irian Jaya umumnya hanya terdapat di
hutan.
Pendidikan gizi akan meningkatkan pengetahuan gizi anak dan akan membantu
sikap anak yang dapat mempengaruhi kebiasaan anak dalam memilih makanan dan
snack yang menyehatkan (Nuryanto,2014). Adapun berbagai ragam bentuk makanan /
snack yang dapat dipilih diantaranya makanan yang bersumber bahan makanan tinggi
kalsium.
kalsium (ca) merupakan mineral yang paling banyak terdapat ditubuh.Lebih dari
99% kalsium ada dalam tulang, metabolisme Ca diatur oleh hormon peratiroid,
kalsitonin dan bentuk vitamin D (Karyadi Darwin,2019).

kalsium memiliki dua manfaat utama bagi tulang yaitu memberi kekuatan pada
tulang dan memberikan penyimpanan yang dinamis untuk mempertahankan intra dan
ekstraseluler simpanan kalsium Manusia hanya 20-50 persennya yang berhasil diserap
oleh tubuh , penyerapan kalsium paling utama terjadi di duodenum, jejunum, dan ileum
. Salah satu dampak buruk dari kurangnya asupan kalsium ialah lambatnya
pertumbuhan tulang yang mengakibatkan tinggi badan rendah (pendek). Selain peran
kalsium sebagai mineral penting dalam proses pembentukan dan pemeliharan tulang
dan gigi, kalsium juga berperandalam berbagai proses dalam tubuh seperti proses
pembekuan darah dan kontraksi otot (Wahyono, 2019).

Biji durian cenderung meresahkan masyarakat disaat musim buah durian karena
menjadi limbah pertanian (Wahyono, 2019). Biji durian hanya sebagian kecil
dimanfaatkan sebagai pakan ternak (Djaeni, M dan A. Prasetyaningrum, 2019).
Sementara bijinya yang memiliki kandungan pati cukup tinggi, berpotensi sebagai
alternatif pengganti makanan berupa biskuit (Deputi Menegristek, 2014).

20
Biji durian bisa dimakan sebagai camilan setelah direbus atau dibakar, Biji durian
yang mentah beracun dan tak dapat dimakan karena mengandung asam lemak
siklopropena (cyclopropene). Masa anak-anak dan pra remaja tidak hanya mengalami
pertumbuhan tetapi juga bertambah menjadi padat (Parinduri khoiriyah Fitri,dkk 2017)
Usia sekolah (usia 5 sampai 14 tahun), merupakan salah satu masa yang mengalami
tumbuh kembang yang cepat. Pada usia ini aktifitas fisik terus meningkat seperti,
bermain, berolah raga atau membantu orang tua dalam bekerja. Asupan gizi yang baik
dari segi kuantitas maupun kualitas diperlukan agar tumbuh kembang anak dapat
optimal. Pemberian gizi pada usia ini biasanya tidak berjalan secara sempurna, Karena
banyak faktor lingkungan sangat mempengaruhi perilaku makanannya
(Nuryanto,dkk.2019).

Secara nasional prevalesi kependekan pada anak umur 5-12 tahun yang memiliki
status gizi sangat pendek di Indonesia mencapai 12,3% dan status gizi penndek 18,4% ,
sedangkan untuk provinsi Sumatra utara dengan prevalensi anak umur 5-12 tahun
dengan status gizi sangat pendek 20% dan status gizi pendek mencapai angka 40% .

Menurut angka kecukupan gizi (AKG) 2019 Untuk mencapai angka


kecukupankalsium 1200 mg per hari, oleh sebab itu paparan pengetahuan terhadap
pentingnya mengkonsumsi kalsium sangat penting untuk anak diusia 8-15 tahun,
karena pada usia tersebut anak mengalami masa pertumbuhan yang sangat tinggi.
Pemberian materi suplemen bahan ajar dapat menambah pengetahuan dan ketertarikan
anak terhadap pentingnya konsumsi kalsiumsehingga mereka dapat mengetahui dan
memilih bahan makanan yang mengandung kalsium untuk dikonsumsi dengan
sendirinya. (Wirawan et al, 2013).

Penggunaan tepung biji durian dapat dikombinasikan dengan tepung lain seperti
tepung terigu,Kandungan kalsium tepung biji durian yakni 528,24 %. Kandungan
kalsium tepung biji durian lebih tinggi dibandingkan tepung-tepung lainnya, seperti
tepung beras 7 %, tepung terigu 8,9 %, tepung jagung 9,2 %. (Hutapea, 2014).

27
Tabel 1. Komposisi Kimia Biji Durian

Komponen Bahan Biji Segar (100%) Biji Setelah Dimasak

(100%)
Kadar air 51.5 g 51.1 g
Lemak 0.4 g 0.2-0.23 g
Protein 2.6 g 1.5 g
Karbohidrat 43.6 g 46.2 g
Serat kasar - 0.7-0.71 g
Nitrogen - 0.297 g
Abu 1.9 g 1.0 g
Kalsium 17 mg 39-88.8 mg
Fosfor 68 mg 86.65-87 mg
KZat besi (Fe) 1.0 mg 0.60.64 mg
Sodium 3 mg -
Potassium 962 mg -
Beta karoten 250μg -
Riboflavin 0.05 mg 0.05-0.052 mg
Thiamin - 0.03-0.032 mg
Niasin 0,9 mg 0.89-0.9 mg
Sumber : L. Ambarita, 2015

2.2 Manfaat Biji Durian Untuk Kesehatan Tulang

1) Menutrisi tulang

Biji durian memiliki sari pati dalam kadar tinggi yang dapat memenuhi kebutuhan
kalsium bagi tulang. Rebus bijinya untuk mendapatkan manfaat ini.
2) Baik untuk kesehatan tulang

Setelah diteliti lebih lanjut, biji durian memiliki kandungan fosfor dan kalsium
yang sangat baik untuk kesehatan tulang anda. fosfor dan kalsium ini merupakan
dua zat yang penting untuk kesehatan tulang anda, seperti :

a. Membantu menjaga kesehatan tulang

28
b. Memperkuat struktur tulang

c. Menjaga kesehatan dan kekuatan gigi

d. Mencegah terjadinya osteoporosis. (Hutapea, 2014).

2.3 Tepung Biji Durian

Tepung adalah partikel padat yang berbentuk butiran halus atau sangat halus.
Tepung bisa berasal dari bahan sumber nabati seperti tepung terigu dari gandum, tapioka
dari singkong, maizena dari jagung, atau dari bahan sumber hewani seperti tepung tulang
dan tepung ikan (Hutapea , 2013). Tepung biji durian merupakan tepung yang dihasilkan
melalui proses perebusan, pengeringan serta penggilingan. Biji durian akan
menghasilkan tepung yang berwarna putih kekuningan, yang mana dari tepung biji
durian mempunyai kandungan amilopektin hampir sama dengan tepung beras ketan,
dapat kita ketahui dengan pemberian sedikit air teksturnya akan lengket. Dengan
pengolahan biji durian dalam bentuk tepung, dapat diolah lebih lanjut dalam aneka
ragam makanan seperti biskuit, kue telur blanak, wajik, kue kering, dan berbagai produk
lainnya.

2.4 Prosedur Pembuatan Tepung Biji Durian

Prosedur pembuatan tepung biji durian sebagai berikut:

1) Penyortiran

Pemilihan biji durian yang baik yang diambil dari buah durian yang dalam
keadaan baik, tidak terserang hama maupun penyakit. Biji durian berukuran besar
sehingga apabila dikupas daging bijinya banyak.
2) Pencucian

Biji durian yang sudah disortir kemudian dicuci berulang kali sampai bersih,
setiap kali cuci airnya diganti. Pencucian ini berfungsi untuk melepaskan segala kotoran
yang melekat pada biji durian, terutama untuk menghilangkan daging buah durian yang
masih melekat pada bijinya (Afif, 2016).
3) Perebusan

Perebusan adalah proses pematangan pada air panas atau perebusan selama
beberapa menit.Tujuannya untuk mengilangkan getah dan pengempukkan tekstur
pangan. (Afif, 2016).
27
4) Pengupasan

Pengupasan yaitu proses pemisahan biji durian dari kulit arinya dengan
menggunakan pisau, karena biasanya kulit bahan memiliki karakteristik yang berbeda
dengan isi bahan (Afif , 2016).
5) Pengirisan

Biji durian yang telah dikupas kemudian diiris tipis dengan menggunakan pisau
atau alat pengiris. Tujuan pengirisan ini adalah untuk mempermudah dalam proses
penepungan (Afif, 2016).
6) Perendaman

Biji durian yang telah diiris kemudian direndam dengan garam selama 5 – 10
menit sambil diaduk-aduk supaya lendir yang terkandung di biji durian hilang.
7) Pengeringan

Pengeringan dilakukan secara langsung dengan menggunakan tenaga matahari,


proses penjemuran dilakukan sampai kering. Karena dengan daging biji yang kering
tersebut guna mempermudah dalam proses penepungan pada biji durian (Nurfatimah,
2014).Tujuan pengeringan adalah menghilangkan atau mengurangi kadar air bahan agar
mikroba penyebab penyakit tidak bisa hidup, sehingga bahan pangan menjadi awet dan
tahan lama. Pengurangan air menurunkan bobot dan memperkecil volume pangan
sehingga mengurangi biaya pengangkutan dan penyimpanan (Afif, 2016).
8) Penggilingan

Irisan biji durian yang sudah kering ditumbuk atau dihaluskan untuk memperkecil
ukuran partikel, hingga menjadi bubuk halus/tepung. Kemudian diayak sehingga
diperoleh hasil berupa tepung yang halus dan homogen (Afif, 2016).

2.5 Hasil Olahan Tepung Biji Durian

Beberapa hasil olahan dari tepung biji durian nama bahan:

1) Pembuatan biskuit dengan penambahan tepung biji durian.

2) Pembuatan dodol dengan menggunakan tepung biji durian.

3) Pembuatan nuget dengan penambahan tepung biji durian.

4) Pembuatan brownies dengan penambahan tepung biji durian.

28
5) Pembuatan wafer dengan penambahan tepung biji durian.

6) Pembuatan roti tawar dengan penambahan tepung biji durian.

7) Pemanfaatan tepung biji durian pada pembuatanbiskuit (Winarti,2016).

2.6 Kalsium
Kalsium adalah mineral sangat yang dibutuhkan oleh tubuh. Dalam tubuh manusia 99
persen kalsium terdapat di tulang, sebanyak 1 persen kalsium terdapat di dalam cairan
tubuh seperti serum darah, di sel-sel tubuh, dalam cairan ekstra seluler dan intra seluler.
Peranan kalsium dalam tubuh pada umumnya dibagi menjadi dua, yaitu
membantu membentuk tulang gigi dan mengatur proses biologis dalam tubuh.
Kebutuhan akan kalsium sangat besar pada waktu pertumbuhan, dan masih diteruskan
hingga mencapai usia dewasa. Pada pembentukan tulang, tulang baru dibentuk dan
tulang yang sudah tua dihancurkan secara simultan (Padmasuri, 2015). Selain untuk
pembentukan tulang, kalsium juga sangat diperlukan untuk pembekuan darah dan untuk
kontraksi setiap otot dalam tubuh, termasuk jantung. Ini juga merupakan mineral penting
untuk berfungsinya sel-sel otak.
Sumber kalsium terbagi dua, yaitu sumber hewani (ikan, Udang, susu, kuning
telur, dan daging sapi) dan sumber nabati (sayuran daun hijau seperti sawi, bayam,
brokoli,daun pepaya,daun, singkong, daun labu). Kalsium juga dapat diperoleh dari biji-
bijian (kenari, wijen, almond) dan kacang kacangan serta hasil olahannya (kedelai,
kacang merah, kacang polo, tempe, tahu) (Sativani, 2014). Berdasarkan AKG tahun
2019, di masa perkembangan anak 6-9 tahun butuh asupan kalsium sekitar 1000
miligram (mg) per hari. Ketika anak berusia 10-18 tahun atau dalam masa perkembangan
remaja, kebutuhan kalsium hariannya meningkat menjadi 1200 mg sehari.meski
sebelumnya sempat dijelaskan bahwa asupan susu yang cukup dapat membantu
memenuhi kebutuhan kalsium anak, ada kemungkinan juga masih kurang. Hal inilah
yang menjadi alasan para orangtua kerap memberikan makanan yang memiliki
kandungan kalsium pada anak berupa biskuit.

2.7 Biskuit

Definisi Biskuit

Biskuit merupakan salah satu makanan ringan atau jenis kue ringan dengan bahan
dasar tepung terigu, margarin, serta air, yang berbentuk bulat dan cara penyelesaiannya
27
dengan cara di Oven, mempunyai rasa manis serta bertekstur renyah sehingga banyak
disukai masyarakat.
Biskuitmenurut KBBI adalah kue kering yang dibuat dari adonan tepung. Serta
merupakan jenis kue kering yang dibuat dari adonan keras, berbentuk pipih bila
dipatahkan penampang potongannya bertekstur padat, berkadar lemak tinggi atau rendah.
menurut Peter Salim dan The Contempory English-Indonesia Dictionary (1985).

Tabel 2. Standar Mutu Makanan Biskuit

Kriteria Uji Satuan Spesifikasi


1. Keadaan Normal
- Bau Normal
- Rasa Normal
- Warna

2. Air % b/b Maks. 4


3. Kadar Lemak % b/b Maks. 30
Tanpa proses pengovenan % b/b Maks. 38
Dengan proses pengovenan
4. Bahan Tambahan Makanan - Sesuai SNI No. 01-
- Pemanis Buatan - 02221995 dan Permenkes
- Pewarna No.
722/Menkes/Per/IX/1998
5. Silikat (Si) % b/b Maks. 0,1
6. Cemaran Logam mg/kg Maks. 1,0
- Timbal (Pb) mg/kg Maks. 10
- Tembaga (Cu) mg/kg Maks. 40
- Seng (Zn) mg/kg Maks. 0,05
- Raksa (Hg)
7. Arsen (As) mg/kg Maks. 0,5
8. Cemaran Mikroba
- Angka Lempeng Total koloni/g Maks. 1,0 x 104
- Kapang koloni/g Maks. 50

28
- E. Coli APM/g Negatif
Keterangan : APM adalah angka paling mungkin

Sumber : SNI 01-2886-200

Adapun bahan penyusun pembuatan biskuit pada umumnya adalah sebagai


berikut:
a. Tepung Terigu

Tepung terigu adalah tepung atau bubuk halus yang berasal dari bulir gandum,
dan digunakan sebagai bahan dasar pembuat kue, mie dan roti. Kata terigu dalam bahasa
Indonesia diserap dari bahasa Portugis, trigo, yang berarti "gandum".Tepung terigu
mengandung banyak zat pati, yaitu karbohidrat kompleks yang tidak larut dalam air.
Tepung terigu juga mengandung protein dalam bentuk gluten, yang berperan dalam
menentukan kekenyalan makanan yang terbuat dari bahan terigu (Abdillah, 2016).
b. Garam
Garam merupakan bahan tambahan yang ditambahkan dalam jumlah sedikit pada
bahan makanan. Garam dalam pembuatan stick dapat berfungsi memberi rasa agar tidak
hambar, memperkuat citarasa, dan mencegah pertumbuhan bakteri yang tidak di
kehendaki, dan dapat meningkatkan daya penyerapan air dari tepung.
c.Gula halus
Merupakan salah satu bahan yang digunakan untuk memberi rasa manis, pada
proses pembuatan biskuit. Banyak sedikitnya gula halus dapat mempengaruhi tekstur
pada biskuit.
d. Air
Air dalam proses pembuatan biskuit berfungsi sebagai media reaksi antara gluten,
karbohidrat dan larutan garam serta membentuk adonan menjadi kalis.
e. Mentega tawar
Mentega terbuat dari lemak hewani, mengandung 82% lemak susu dan 16% air.
Adapun 2 jenis mentega, yaitu mengandung garam (salt) dan tidak yang mengandung
garam (unsalted butter) mentega yang mengandung garam sebaiknya hanya digunakan
untuk adonan yang berair (butter), kenyal (dough) dan pasta.
Beberapa kegunaan mentega antara lain untuk mengoleskan di permukaan roti sehingga
berbagai tambahan dapat dikenakan di atasnya. Sebagian orang juga menggunakan
mentega untuk memasak. Mentega digunakan sebagai pengganti

27
minyak. Mentega juga bisa digunakan untuk pembuatan kue. Dengan tambahan mentega
akan membuat kue lebih enak.
f.Telur
Telur ayam disebut sebagai kapsul ajaib. Nutrisi yang terkandung didalam sebuah
telur cukup lengkap, mulai dari asam amino yang komplit, lemak, vitamin, mineral,
hingga lutein. Kalsium yang terdapat pada telur lebih baik mutunya dibanding kalsium
yang terdapat pada ikan dan susu. Penambahan telur dalam pembuatan biskuit berfungsi
untuk memperbesar volume, serta memperbaiki tekstur pada biskuit. Penggunaan telur
pada pembuatan biskuit akan menghasilkan biskuit yang lebih empuk.
2.8 Proses Pembuatan biskuit

Alat Yang Dibutuhkan Saat Proses Pembuatan Biskuit Adalah: (Hutapea,2014).

a) Timbangan,Oven, Oven thermometer, Mixing bowl, Rubber spatula, Sendok,


Hand mixer, Whisk hand mixer, Straight spatula, Rolling spin, Cetakan
biskuit, Oven thermometer, Hand mixer, Loyang, dan Kertas roti.

b) Siapkan bahan-bahan.

c) Menimbang semua bahan dan dipisahkan menggunakan mixing bowl yang


sudah tersedia.

d) Campurkan mentega, telur, dan gula halus yang telah disaring kedalam
mixing bowl lalu kocok menggunakan hand mixer selama 2 menit dengan
kecepatan 1, mentega akan mengembang dan berubah warna sedikit pucat.

e) Kemudian, tambahkan bahan-bahan kering yang sudah tersedia sesuai dengan


jumlah takaran yang telah ditimbang perbandingannya antara tepung terigu
dan tepung biji durian.

f) Aduk bahan kering tersebut menggunakan spatulla sampai homogen.

g) Selanjutnya, pindahkan adonan ke kertas roti, kemudian pipihkan adonan


menggunakan rolling pin.

h) Simpan ke lemari pendingin agar adonan bisa dicetak menggunakan adonan


biskuit.

Kriteria biskuit yang baik yaitu:

a) Warna : kuning kecokelatan

28
b) Tekstur : renyah

c) Aroma : harum khas kue

d) Rasa : manis

27
2.9 Kerangka Konsep

Limbah biji durian

Potensi
Kandungan
kalsium

Tepung Biji Standar Kebutuhan


Biji
Durian Kalsium Pada anak
Durian

Pemberian Uji KandunganKalsium


Materi
Manfaat kalsium
tdaseedaavv
Pada Tepung Biji
dddurian
Durian

Rekomendasi Penggunaan
Sebagai Suplemen Bahan
Ajar

Sumber : (Modifikasi F.G Winarno, 2002, Rahayu, 1998, Sediaoe

20
I. Defenisi Operasional
N Variabe Definisi Skala
o l
1. Tepung Tepung yang dihasilkan Ordinal
biji melalui proses perebusan,
durian pengeringan serta
penggilingan dengan
menggunakan blender.
2. Mutu Merupakan mutu Hedonic
Fisik organoleptik atau informasi
daya terima dari biskuit biji
durian.

3. Warna Merupakan corak rupa Ordinal


penilaian panelis dengan
indra penglihatan yang
terdapat pada biskuit biji
durian.
4. Tekstur Merupakan penilaian Ordinal
panelis terhadap tingkat
kekerasan atau kelembutan
yang terjadi pada biskuit
biji durian yang dapat
dibedakan dengan indra
peraba
5. Rasa Merupakan penilaian Ordinal
panelis terhadap cita rasa
biskuit biji durian
ditimbulkan akibat
perlakuan penambahan
tepung biji durian yang

28
dapat dibedakan oleh indera
pengecap/lidah.
4)6.Aroma Merupakan penilaian Ordinal
panelis terhadap bau khas
yang ditimbulkan biskuit
biji durian yang dapat
dibedakan dengan indra
pencium.
7. Kalsium Kandungan kalsium yang Ordinal
terdapat dalam biskuit biji
durian
8. biskuit Merupakan salah satu Ordinal
biji makanan ringan atau jenis
durian kue ringan dengan bahan
tepung terigu,tepung biji
durian, margarintawar, gula
halus serta penambahan
sedikit air.

2.11 Hipotesis

Ha : Limbah biji durian dapat dimanfaatkan sebagai biskuit

Ho : Limbah biji durian tidak dapat dimanfaatkan sebagai biskuit untuk suplemen materi

27
BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi Dan waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakandi Laboratorium Terpadu UNIPAR Jember.


Selama 30 hari mulai tanggal 1 -Maret – 30 – Maret – 2023.

3.2 Jenis Dan Rancangan Penelitian


Jenis penelitian ini adalah eksperimental yaitu dengan rancangan percobaan
yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL), dengan 3 (tiga) kali
perlakuan dan 2 (dua) kali pengulangan.

3.3 Desain Penelitian

Jenis penelitian ini bersifat eksperimental yaitu dengan Rancangan Acak


Lengkap (RAL), dengan 3 (tiga) kali perlakuan.

3.4 Perlakuan

Tabel 1. Persentase 3 (tiga) Perlakuan


Tepung Terigu Tepung Biji Durian

No Perlakuan % gr % gr
.
1. A 85 150 x 85% 170 15 150 x 15% 30
2. B 80 150 x 80% 20 150 x 20% 40
1
6
0
3. C 75 150 x 75% 25 150
1 x25 5
5 % 0
0

20
a. Perlakuan A yaitu dengan perbandingan tepung terigu 85% :
tepung biji durian 15% 170gr : 30 gr.
b. Perlakuan B yaitu dengan perbandingan tepung terigu 80% :
tepung biji durian 20% 160 gr : 40 gr.
c. Perlakuan C yaitu dengan perbandingan tepung terigu 75% :
tepung biji durian25% 150 gr : 50 gr.

3.5 Pengulangan

Jumlah unit percobaan (n) dalam penelitian dihitung dengan rumus :

∑unit percobaan

n = r x t
=2x3
= 6 unit percobaan

Keterangan: : n = Jumlah unit percobaan r = Jumlah Pengulangan


(replikasi) t = Jumlah perlakuan ( treatment) (Notoatmojo, 2015)

3.6 Sampel

Sampel pada penelitian ini, yaitu biskuit biji durian.

Tabel 2. Jumlah Kebutuhan Bahan Yang Digunakan Untuk 3 (Tiga)

Perlakuan 2 Kali Pengulangan


No Jen Satuan Kebutuhan dalam Total Total kebutuhan
is menurut perlakuan kebutuha menurut

Ba n 2x

han menurut
pengulangan
1x
pengulan
gan
A1, BC1,

A2 1,C2

27
B
2
1. Tep gr 85 8075 240 480
ung

teri
gu
2. Tep gr 15 2025 60 120
ung

biji
dur
ian
5. Me gr 20 2020 60 120
nte
ga
taw
ar
7 Gar 0,2 gr 0,2 gr 0,0,6 2,6 gr 2,8 gr
am 4 gr
gr
8. Gul ½ ½½ 1½ 3
a
hal
us

9. Tel 5 3 2 2 5 10
ur 0
g
r

3.7 Prosedur Pembuatan Biskuit Tepung Biji Durian

1) Menyiapkan bahan-bahan.

28
2) Timbang semua bahan dan dipisahkan dalam mixing bowl yang sudah
tersedia.

3) Campuran bahan yang sudah dihaluskan seperti mentega beserta gula halus
yang sudah selesai kemudian disaring ke dalam mixing bowl, lalu kocok
menggunakan hand mixer selama 2 menit dengan kecepatan 1, mentega
akan mengembang dan berubah warna sedikit pucat.

4) Lalu tambahkan bahan-bahan kering yang sudah tersedia sesuai dengan


jumlah takaran yang sudah ditimbang perbandingannya antara tepung
terigu dan tepung biji durian.

5) Semua bahankering dapat diaduk menggunakan spatulla sampai homogen.

6) Selanjutnya pindah adonan ke kertas roti, kemudian pipihkan adonan


menggunakan rolling pin Setebal 0.5 cm.

7) Simpan kedalam lemari pendingin agar adonan, mengeras selama 20


menit, sehingga adonan bisa dicetak dengan cetakan biskuit.

3.8 Uji kadar kalsium


Penelitian dilakukan oleh teknisi laboratorium Politenik Negeri Jember
UPA Biosains, untuk analisis sampel kalsium terdiri dari 2 tahap, Yaitu
tahap destruksi sampel dan analisis menggunakan AAS.

3.9 Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data adalah data primer meliputi mutu fisik biskuit biji durian. Data
mutu fisik berupa tingkat kesukaan (skala hedonic: tidak suka, kurang suka, suka,
sangat suka, dan amat sangat suka) terhadap warna, tekstur, aroma, dan rasa
biskuit biji durian yang dilakukan panelis. Data yang diperoleh kemudian diolah
dengan komputer menggunakan Analysis of variance(Anova) dan dilanjutkan uji
pembeda yaitu uji Duncan untuk perlakuan mana yang saling berbeda.

27
3.10 Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara editing. Data hasil anova yang telah
dikumpulkan diolah menggunakan Komputer dengan uji sidik ragam (Anova)
digunakan karena data berdistribusi normal dengan nilai α 5%.Jika p hitung ≤ α
5%, artinya terdapat perbedaan mutu yang signifikan diantara jenis perlakuan.
Dilanjutkan dengan uji Duncan untuk mengetahui jenis perlakuan mana yang
saling berbeda. Hasil akhir dari analisa mutu uji hedonik dalam analisa sensori
yang digunakan untuk mengetahui besarnya perbedaan kualitas diantara beberapa
produk sejenis, dengan memberikan penilaian atau skor terhadap sifat tertentu
dari suatu produk dan untukmengetahui tingkat kesukaan dari suatu produk.

3.11

28
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Warna

Hasil penelitian terhadap mutu fisik warna biskuit dari tepung biji durian
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 3. Hasil Mutu Fisik Warna biskuit Dengan Penambahan Tepung Biji
Durian
Perlakuan Rata-rata Kategori
A 3,98 Suka
B 3,49 Suka
C 2,80 Kurang suka
tabel diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata kesukaan terhadap warna biskuit
dengan penambahan tepung biji durian pada perlakuan A (30 gr tepung biji
durian, 85 gr tepung terigu) memperoleh nilai (3,98) kategori suka. Perlakuan B
(40 gr tepung biji durian, 80 gr tepung terigu) memproleh nilai (3,49) kategori
suka. Pada perlakuan C (50 gr tepung biji durian, 75 gr tepung terigu)
memperoleh nilai (2,80) kategori kurang suka.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan analisis of variance (ANOVA)
terhadap warna biskuit dengan penambahan tepung biji durian diketahui bahwa
rata-rata kesukaan terhadap warna, yaitu p = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak yang
artinya ada pengaruh penambahan tepung biji durian dengan jumlah yang
berbeda terhadap warna biskuit.
2. Tekstur

Hasil penelitian terhadap mutu fisik teksturbiskuitdari tepung biji durian


dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4. Hasil Mutu Fisik Tekstur biskuit Dengan Penambahan Tepung Biji
Durian
Perlakuan Rata-rata Kategori
A 3,27 Suka
B 3,69 Suka
C 2,08 Kurang suka

20
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata kesukaan terhadap tekstur
biskuit dengan penambahan tepung biji durian pada perlakuan A (30 gr tepung
biji durian, 150 gr tepung terigu) memperoleh nilai (3,27) kategori suka.
Perlakuan B (40 gr tepung biji durian, 80 gr tepung terigu) memproleh nilai
(3,69) kategori suka. Pada perlakuan C (50 gr tepung biji durian, 75 gr tepung
terigu) memperoleh nilai (2,08) kategori kurang suka.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan analisis of variance (ANOVA)
terhadap tekstur biskuit dengan penambahan tepung biji durian diketahui bahwa
rata-rata kesukaan terhadap tekstur, yaitu p = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak yang
artinya ada pengaruh penambahan tepung biji durian dengan jumlah yang
berbeda terhadap tekstur biskuit yang dihasilkan.

3. Rasa

Hasil penelitian terhadap mutu fisik rasa biskuit dari tepung biji durian
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5. Hasil Mutu Fisik Rasa biskuit Dengan Penambahan Tepung Biji Durian
Perlakuan Rata-rata Kategori
A 3,23 Suka
B 4,09 Sangat suka
C 2,68 Kurang suka
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata kesukaan terhadap rasa
biskuit dengan penambahan tepung biji durian pada perlakuan A (30 gr tepung
biji durian, 150 gr tepung terigu) memperoleh nilai (3,23) kategori suka.
Perlakuan B (60 gr tepung biji durian, 80 gr tepung terigu) memproleh nilai
(4,09) kategori sangat suka. Pada perlakuan C (50 gr tepung biji durian, 75 gr
tepung terigu) memperoleh nilai (2,68) kategori kurang suka.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan analisis of variance (ANOVA)
terhadap rasa biskuit dengan penambahan tepung biji durian diketahui bahwa
rata-rata kesukaan terhadap rasa, yaitu p = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak yang
artinya ada pengaruh penambahan tepung biji durian dengan jumlah yang
berbeda terhadap rasa biskuit yang dihasilkan.

27
4. Aroma

Hasil penelitian terhadap mutu fisik aroma biskuit dari tepung biji durian
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6. Hasil Mutu Fisik Aroma biskuit Dengan Penambahan Tepung Biji
Durian
Perlakuan Rata-rata Kategori
A 3,62 Suka
B 3,65 Suka
C 3,01 Suka
Dari tabel diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata kesukaan terhadap aroma
biskuit dengan penambahan tepung biji durian pada perlakuan A (30 gr tepung
biji durian, 150 gr tepung terigu) memperoleh nilai (3,62) kategori suka.
Perlakuan B (40 gr tepung biji durian, 80 gr tepung terigu) memproleh nilai
(3,65) kategori suka. Pada perlakuan C (50 gr tepung biji durian, 75 gr tepung
terigu) memperoleh nilai (3,01) kategori suka.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan analisis of variance (ANOVA)
terhadap aroma biskuit dengan penambahan tepung biji durian diketahui bahwa
rata-rata kesukaan terhadap aroma, yaitu p = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak yang
artinya ada pengaruh penambahan tepung biji durian dengan jumlah yang
berbeda terhadap aroma biskuit yang dihasilkan.

5. Rekapitulasi Uji Mutu Fisik

Rata-rata dari hasil uji mutu fisik atau uji kesukaan meliputi warna,
tekstur, rasa, dan aroma terhadap biskuit dengan penambahan tepung biji durian
yang dihasilkan pada setiap perlakuan dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 7. Rekapitulasi Hasil Uji Mutu Fisik biskuit. Dengan Penambahan Tepung
Biji Durian
No Mutu Nilai Perlak Variasi
Fisik uan Penambahan

Tepung Biji Durian


1 Warna 3,98 A 30% (30 gr)

28
2 Tekstur 3,69 B 40% (60 gr)
3 Rasa 4,09 B 40% (60 gr)
4 Aroma 3,65 B 40% (60 gr)
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata perlakuan yang paling
disukai terhadap biskuit dengan penambahan tepung biji durian ialah perlakuan B
(60 gr tepung biji durian). Dari segi warna yang lebih unggul ialah perlakuan
A ,namun Perlakuan B memperoleh nilai terbaik dari segi tekstur, rasa, dan
aroma. Selanjutnya dilakukan pengujian mutu kimia (kalsium).

6. Mutu Kimia

Uji mutu kimia dilakukan untuk mengetahui kandungan gizi dari suatu
produk makanan.Informasi nilai gizi suatu makanan sangat penting untuk
diketahui dalam memenuhi asupan tubuh setiap harinya. Nilai gizi suatu makanan
sangat rentan mengalami perubahan baik sebelum, selama, dan sesudah
pengolahan, misalnya kalsium mengalami denaturasi pada saat pemanasan.
Tetapi dengan adanya proses pengolahan dapat meningkatkan aroma dan cita rasa
suatu produk makanan. Pada penelitian ini dilakukan uji mutu kimia untuk
mengetahui kandungan kalsium biskuit dengan penambahan tepung biji durian.
Tabel 8. Rekapitulasi Mutu Kimia Biskuit Dengan PenambahanTepung Biji
Durian
NoParameter/Mutu Kimia Berat Sampel Nilai Zat Gizi
Kalsium 10 gr 9,97 mg
Biskuit dengan penambahan tepung biji durian menggunakan bahan
tambahan sumber protein dan kalsium seperti tepung terigu, dan telur. Pada
perlakuan yang diuji menggunakan tepung terigu 30 gr dimana tepung terigu
mengandung protein 9,3 gr dan kalsium 13,5 mg ; telur ayam 50 gr dimana telur
ayam mengandung protein 6,3 gr dan kalsium 25 mg. Pada tabel diatas dapat
dijelaskan bahwa dalam 10 gr biskuit dengan penambahan tepung biji durian
pada perlakuan B (40 gr tepung biji durian) mengandung kalsium sebesar 9,97
mg dan dalam 0,2 gr biskuit

27
B. Pembahasan

1. Warna

Warna produk pangan adalah salah satu sifat organoleptik yang terdapat
pada produk pangan. Warna makanan memegang peranan utama dalam
penampilan makanan, karena dalam memilih makanan indera pertama yang
digunakan adalah mata.. Warna akan membantu penerimaan suatu makanan dan
dapat merangsang selera makan secara tidak langsung.Warna dalam makanan
dapat meningkatkan penerimaan konsumen tentang sebuah produk (Sumarlin,
2016).
Berdasarkan hasil uji statistik dengan analisis of variance (ANOVA)
terhadap warna biskuit dengan penambahan tepung biji durian diketahui bahwa
rata-rata kesukaan terhadap warna, yaitu p = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak yang
artinya ada pengaruh penambahan tepung biji durian dengan jumlah yang
berbeda terhadap warna biskuit.
Hasil uji organoleptik pada indikator warna, biskuit dengan penambahan
tepung biji durian sebanyak 30 gr (perlakuan A) adalah yang paling disukai. Hal
ini dikarenakan penambahan tepung biji durian yang lebih sedikit. Warna yang
dihasilkan, yaitu kuning kecoklatan, sementara perlakuan B dan C menghasilkan
warna coklat gelap. Pada saat pengovenan terjadi proses karamelisasi dimana
tepung biji durian mengandung tinggi karbohidrat. Maka semakin banyak
penambahan tepung biji durian semakin gelap warna biskuit yang dihasilkan.
Selanjutnya hasil uji duncan menunjukkan bahwa kesukaan panelis
terhadap perlakuan C lebih disukai dibandingkan perlakuanA dan B. Dengan
demikian, biskuit dengan penambahan tepung biji durian yang paling disukai dari
segi warna adalah perlakuan A yaitu tepung biji durian sebanyak 30 gr dan
tepung terigu sebanyak 150 gr dengan nilai (3,98).

28
2. Tekstur

Tekstur makanan merupakan suatu hal yang berkaitan dengan struktur


makanan yang dapat dideteksi dengan baik, yaitu dengan merasakan makanan
didalam mulut. Sifat yang digambarkan dari tekstur makanan antara lain renyah,
lembut, kasar, halus, berserat, empuk, keras, dan kenyal.
Salah satu yang menentukan kualitas makanan adalah tekstur sehingga
turut mempengaruhi daya tarik seseorang terhadap makanan. Penilaian tekstur
bertujuan untuk mengetahui penilaian panelis terhadap tingkat elastisitas atau
kekenyalan suatu produk yang dapat dinilai menggunakan indera peraba, yaitu
lewat rangsangan sentuhan.
Tekstur akan mempengaruhi cita rasa yang akan ditimbulkan oleh suatu
bahan. Perubahan tekstur atau viskositas bahan dapat mengubah rasa dan bau
yang timbul karena dapat mempengaruhi kecepatan timbulnya rangsangan
terhadap sel reseptor olfaktori dan kelenjar air liur. Semakin kental suatu bahan,
penerimaan terhadap intensitas rasa, bau, dan cita rasa semakin berkurang
(Winarno, 2019). Tekstur suatu bahan pangan sangat mempengaruhi rasa bahan
pangan tersebut, tekstur yang baik akan mendukung cita rasa suatu bahan pangan.
Tekstur merupakan aspek penting dari mutu makanan, tekstur dapat diketahui
dengan melihat dan menyentuh bahan makanan.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan analisis of variance (ANOVA)
terhadap tekstur biskuit dengan penambahan tepung biji durian diketahui bahwa
rata-rata kesukaan terhadap tekstur, yaitu p = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak yang
artinya ada pengaruh penambahan tepung biji durian dengan jumlah yang
berbeda terhadap tekstur biskuit yang dihasilkan.
Hasil uji organoleptik pada indikator tekstur, biskuit dengan penambahan
tepung biji durian sebanyak 40 gr (perlakuan B) adalah yang paling disukai,
karena biskuit yang dihasilkan cukup rapuh dibandingkan dengan perlakuan
lainnya. Perlakuan B lebih disukai panelis, hal ini dapat diindikasikan tepung biji
durian memiliki kesamaan dengan tepung tapioka yang mengandung amilopektin
dimana amilopektin berpengaruh pada kerenyahan. Pada perlakuan C
penambahan tepung biji durian terlalu tinggi sehingga tekstur biskuit yang
dihasilkan terlalu rapuh dan mudah hancur.

27
Pada dasarnya kerupuk dengan kandungan amilopektin yang lebih tinggi
memiliki pengembangan yang tinggi karena pada saat pemanasan terjadi proses
gelatinisasi dan terbentuk struktur yang elastis, yang kemudian mengembang
pada tahap penggorengan. Dengan kata lain, kerupuk dengan volume
pengembangan yang tinggi memiliki kerenyahan yang tinggi. Proporsi
penambahan tepung tapioka dan bahan utama yang seimbang dapat
mengembangkan kerupuk saat digoreng. Semakin mengembang kerupuk akan
semakin renyah juga (Wahyono, 2020).
Selanjutnya hasil uji duncan menunjukkan bahwa kesukaan panelis
terhadap perlakuan B lebih disukai dibandingkan perlakuan A dan C. Dengan
demikian, biskuit dengan penambahan tepung biji durian yang paling disukai dari
segi tekstur adalah perlakuan B yaitu tepung biji durian sebanyak 40 gr dan
tepung terigu sebanyak 80 gr dengan nilai (3,69).

3. Rasa

Salah satu faktor yang menentukan cita rasa makanan adalah rasa
makanan. Apabila penampilan makanan yang disajikan merangsang syaraf
melalui indera penglihatan sehingga mampu membangkitkan selera untuk
mencicipi makanan tersebut. Tahap berikutnya, cita rasa makanan itu akan
ditentukan oleh rangsangan terhadap indera penciuman dan indera pengecap.
Rasa suatu bahan pangan merupakan hasil kerjasama beberapa indera
antara lain indera penglihatan, pembauan, pendengaran dan perabaan (Febriana
dkk, 2014). Rasa merupakan faktor yang menentukan tingkat kesukaan
konsumen terhadap produk pangan. Atribut rasa yang terbentuk meliputi manis,
asam, asin, dan pahit. Rasa pada makanan sangat dipengaruhi oleh bahan suatu
produk, sehingga penggunaan bahan dan jumlahnya yang berbeda berpengaruh
terhadap rasa produk yang dihasilkan.
Berdasarkan hasil uji statistik dengan analisis of variance (ANOVA)
terhadap rasa biskuit dengan penambahan tepung biji durian diketahui bahwa
rata-rata kesukaan terhadap rasa, yaitu p = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak yang
artinya ada pengaruh penambahan tepung biji durian dengan jumlah yang
berbeda terhadap rasa biskuit yang dihasilkan.

28
Hasil uji organoleptik pada indikator rasa, biskuit dengan penambahan
tepung biji durian sebanyak 40 gr (perlakuan B) adalah yang paling disukai. Pada
setiap perlakuan menggunakan bahan pendukung yang sama. Rasa yang
dihasilkan pada biskuit yang paling disukai yaitu gurih atau rasa manis. Hal lain
yang dapat diindikasikan bahwa biskuit yang paling disukai dari segi rasa yaitu
perlakuan B adalah pengaruh dari tekstur perlakuan B yang lebih rapuh dan
renyah.
Selanjutnya hasil uji duncan menunjukkan bahwa kesukaan panelis
terhadap perlakuan B lebih disukai dibandingkan perlakuan A dan C. Dengan
demikian, biskuit dengan penambahan tepung biji durian yang paling disukai dari
segi rasa adalah perlakuan B yaitu tepung biji durian sebanyak 40 gr dan tepung
terigu sebanyak 80 gr dengan nilai (4,09).

4. Aroma

Aroma makanan adalah bau yang disebarkan oleh makanan, daya tarik
yang sangat kuat dan mampu merangsang indera penciuman sehingga
membangkitkan selera. Aroma yang keluar oleh setiap makanan berbeda-beda,
demikian pula cara memasak makanan akan memberikan aroma yang berbeda
pula. Bau makanan banyak menentukan kelezatan bahan makanan tersebut. Jenis
bau yang keluar dari makanan dapat diperoleh melalui epitel olfaktori, yaitu suatu
bagian yang berwarna kuning yang terletak pada bagian atap dinding rongga
hidung (Winarno, 2019).
Berdasarkan hasil uji statistik dengan analisis of variance (ANOVA)
terhadap aroma biskuit dengan penambahan tepung biji durian diketahui bahwa
rata-rata kesukaan terhadap aroma, yaitu p = 0,000 < 0,05 maka Ho ditolak yang
artinya ada pengaruh penambahan tepung biji durian dengan jumlah yang
berbeda terhadap aroma biskuit yang dihasilkan.
Selanjutnya hasil uji menunjukkan bahwa kesukaan panelis terhadap
perlakuan B lebih disukai dibandingkan perlakuan A dan C. Rata-rata kesukaan
terhadap aroma pada setiap perlakuan mempunyai nilai kategori yang sama yaitu
suka hal ini dikarenakan penggunaan bahan pendukung yang sama, seperti telur,
gula halus, dan mentega tawar yang berpengaruh terhadap aroma biskuit yang

27
dihasilkan. Namun nilai yang lebih tinggi didapatkan pada perlakuan B. Dengan
demikian, biskuit dengan penambahan tepung biji durian yang paling disukai dari
segi aroma adalah perlakuan B yaitu tepung biji durian sebanyak 40 gr dan
tepung terigu sebanyak 80 gr dengan nilai (3,65) menghasilkan aroma khas
biskuit durian.

5. Kalsium

Tubuh memerlukan mineral kalsium untuk membentuk tulang dan gigi,


mengatur proses biologis pada tubuh serta manfaat lainnya. Memungkinkan
berfungsinya, fungsi otak dan saraf, fungsi mata, fungsi hidung, fungsi telinga,
fungsi paru-paru, kelenjar timus, cabang tengorok, fungsi jantung, fungsi kelenjar
susu, fungsi kelenjar adrenalin, fungsi ginjal, untuk organ reproduksi pria dan
wanita, fungsi prostat, kandung kemih, prsendian, kulit, kuku, serta
memungkinkan berfungsinya vitamin C, membantu pembekuan darah karena
terluka dan untuk fisiologi alat. Keperluan kalsium terbesar terjadi pada saat
pertumbuhan dan kalsium masih diperlukan lebih lanjut walaupun telah mencapai
tahap dewasa pada proses pembentukan tulang baru dan penghancuran tulang
yang telah tua. Kalsium yang berada dalam peredaran darah dan jaringan tubuh
mempunyai fungsi dalam berbagai kegiatan, diantaranya adalah untuk transmisi
impuls-impuls saraf, kontraksi otot, penggumpalan darah, pengaturan
permeabilitas membran sel dan aktivitas enzim (Fahmi, 2016).
Pada tabel 14, dapat dilihat bahwa pada setiap 100 gr biskuit dengan
penambahan tepung biji durian sebanyak 50 gr mengandung kalsium sebesar
99,72 mg. Kandungan kalsium pada biskuit yang dihasilkan dapat dipengaruhi
pada saat pengolahan.
Pada penelitian Merlinda KD, 2019 terhadap kandungan mineral kerang
hijau dengan pemasakan hasil menunjukkan bahwa nilai kelarutan (yang hilang
dalam media pemasak) rata-rata mineral Ca, Fe, Zn, dan Se tertinggi dari
berbagai metode pemasakan yaitu dari metode pemasakan dengan cara dioven.
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) Indonesia kecukupan
kalsium yang dianjurkan, yaitu usia 7-9 tahun 1000 mg/hari, usia 10-15 tahun
1200 mg/hari. Dengan demikian mengkonsumsi 100 gr biskuit biji durian tidak

28
mencukupi kebutuhan, namun dapat menyumbangkan asupan kalsium sebesar
99,72 mg/hari.

6. Petunjuk Praktikum pengolahan biskuit dari limbah biji durian kelas XI


materi biologi gizi makanan

PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAKING BISKUIT

Bahan-bahan

1. 75 gr tepung teigu
2. 25 gr tepung biji durian
3. 20 gr mentega tawar
4. 10 gr garam
5. secukupnya air
6. ½ kg gula halus
7. 3 butirtelur

Langkah

1. Menyiapkan bahan-bahan.

2. Timbang semua bahan dan dipisahkan dalam mixing bowl yang sudah
tersedia.

3. Campuran bahan yang sudah dihaluskan seperti mentega beserta gula


halus yang sudah selesai kemudian disaring ke dalam mixing bowl, lalu
kocok menggunakan hand mixer selama 2 menit dengan kecepatan 1,
mentega akan mengembang dan berubah warna sedikit pucat.

4. Lalu tambahkan bahan-bahan kering yang sudah tersedia sesuai dengan


jumlah takaran yang sudah ditimbang perbandingannya antara tepung
terigu dan tepung biji durian.

5. Semua bahankering dapat diaduk menggunakan spatulla sampai homogen.

27
6. Selanjutnya pindah adonan ke kertas roti, kemudian pipihkan adonan
menggunakan rolling pin Setebal 0.5 cm.

7. Simpan kedalam lemari pendingin agar adonan, mengeras selama 20


menit, sehingga adonan bisa dicetak dengan cetakan biskuit.

Pengamatan

1. Hitung volume bahan sebelum di mixer

2. Hitung volume bahan setelah di mixer

3. Hitung overrun

4. % Overrun = (vol Biskuit Mix - vol tepung) x 100%

vol Biskuit

28
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN

1. Biskuit dengan penambahan tepung biji durian yang paling disukai


berdasarkan warna adalah perlakuan A yang menghasilkan warna kuning
kecoklatan, dari segi tekstur adalah perlakuan B yang menghasilkan
tekstur yang cukup rapuh, dari segi rasa adalah perlakuan B yang
menghasilkan rasa gurih, dan dari segi aroma adalah perlakuan B yang
menghasilkanaroma khas biskuit biji durian.
2. Berdasarkan rekapitulasi uji mutu fisik, perlakuan yang paling disukai
adalah perlakuan B (tepung biji durian 40 gr).
3. Hasil penelitian yang diperoleh bahwa pada setiap 100 gr biskuit dengan
penambahan tepung biji durian pada perlakuan B mengandung kalsium
sebesar 99,72 mg dan protein sebesar 64,48 gr.

B. SARAN

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan inovasi produk makanan baru


yang dapat memanfaatkan biji durian menjadi tepung dengan berbagai
olahan produk makanan.
2. Penelitian ini perlu dilanjutkan untuk uji proksimat.

3. Biskuit yang dihasilkan dapat diberikan kepada anak sekolah sebagai


suplemen materi praktikum biologi ilmu gizi/PMT untuk anak sekolah.

27
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah 2016. Tepung Terigu.(Online). http://www.wordPress.com.


Diakses tanggal 3 Maret 2022.html. Diakses Juli 2022.

Afif, 2016. Teknologi Modifikasi Pati. EbookPangan.com. Koswara, S. 2009.


Teknologi Pengolahan Telur (Teori dan Praktek). eBookPangan.com.
diakses pada tanggal 15 September 2022.

Almatsier (2010) dalam Chastity, 2017. Hubungan Asupan Protein


Badan Pusat Statistika, 2011. Produksi Buah per Tahun.

Dengan Kejadian Stunting Pada Remaja Di Sukoharjo Jawa Tengah.


Skripsi. 2017.

Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu


Pengetahuan dan Teknologi. 2014.

Dewan Ketahanan Pangan. Kebijakan Umum Ketahanan Pangan 20102014.


Jakarta; Dewan Ketahanan Pangan. 2011.

Djaeni M dan Prasetyaningrum,A. 2019. Kelayakan Biji Durian Sebagai Bahan


Pangan Alternatif. Aspek Nutrisi dan TeknoEkonomi.Jurnal.Vol 4 no.1
Tahun2010,Hal.3745.http://oryzasativa135rsh.blogspot.co.id/2011/06/
mekanismeabsorbs icalsi m. html. Diakses Juli 2016.
Fahmi(2016), Kemenkes RI (2013. Ilmu Gizi EGC. Jogjakarta.

Hutapea (2016), Kemenkes RI (2013. Ilmu Gizi Teori dan Aplikasi. EGC.
Jakata.

Hutapea, (2014). Hubungan Asupan Protein Dengan Kejadian Stunting Pada


Remaja Di Sukoharjo Jawa Tengah. Skripsi. 2017.

Hutapea, 2014, Wikipedia. Penambahan Tepung Biji Durian (Durio Zibethinus


Murr) Dalam Pembuatan Roti Tawar. Fakultas Pertanian Universitas Riau
Indonesia. 2019.

20
Hutapea, 2015. Pengaruh Metode PemasakanTerhadap Kandungan Mineral
Kerang Hijau (Perna viridis). Skripsi. ITB. 2015
Jarod 2017. Pembuatan tepung biji durian (Durio zibethinus Murr) dengan
variasi perendaman dalam air Kapur dan uji mutunya. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.

Jarod 2017. Pembuatan tepung biji durian (Durio zibethinus Murr) dengan
variasi perendaman dalam air Kapur dan uji mutunya. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan.

Karyadi darwin, 2019. Kadar ProteinDan Ca Pada biskuit biji durian


HasilPengawetan FakultasKeguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas
MuhammadiyahSurakarta. 2012.
Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah
Nainggolan, K. 2018. Program kegiatan ketahanan pangan tahun 2018.
Musyawarah Pembangunan Pertanian Nasional. Jakarta.

Nainggolan, K. 2018. Program kegiatan ketahanan pangan tahun 2018.


Musyawarah Pembangunan Pertanian Nasional. Jakarta.Olahan Makanan Dari
Tepung Terigu Dan Tepung Biji Durian.
Padmasuri (2015), Hutapea (2016). Rukmana, 2014. Pengaruh
penambahan pati biji durian terhadap nugget ayam. Fakultas Peternakan
Universitas Brawijaya. Jurnal Ilmu-Ilmu Peternakan 23 (3): 17 – 26,
Hal:18.

Padmasuri K. 2015. I’m A Happy Vegetarian. CV. Solusi Distribusi. Yogyakarta.

Putri K, 2016. Sumbangan Makanan Ringan Terhadap Kecukupan Energi Dan


Protein Anak Di Tk Aba Ade Irma, Kraton, Yogyakarta. Skripsi. 2016.

Rofaida, L.L. 2016. Komparasi Uji Karbohidrat pada Produk Olahan Makanan
dari Tepung Terigu dan Tepung Biji Durian (Durio zibethinus Murr).

Rofaida, Laila Luthfia. 2016. Komparasi Uji Karbohidrat Pada Produk


Sativani Riza. 2014. Mekanisme Absorbsi Kalsium.
Sativani. 2014. Pemanfaatan Tepung Daging Ikan Layang Untuk Pembuatan
Biskuit . Universitas Negeri Gorontalo.

28
SNI. 2000. Standar Mutu Makanan Ringan (SNI 01-2886-2000). BSN (Badan
Standar Nasional). Jakarta.

Sulistyowati,2013. Karbohidrat. (http://www.pssplab.com/journal/03.pdf).


Diakses pada tanggal 20 Oktober 2022

Sumarlin, La ode, 2016. Identifikasi Pewarna Sintesis Pada Produk Pangan Yang
Beredar di Jakarta dan Ciputat. Program Studi Kimia FST UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

Sumarlin, R. Efendi dan Rahmayuni. 2013. Karakterisasi Pati Biji Durian (Durio
zibethinus Murr) Dengan Heat Moisture Treatment (HMT). Jurnal.
Fakultas Pertanian Universitas Riau. Riau.

Sundari D dkk, 2015. Pengaruh Proses Pemasakan Terhadap Komposisi Zat Gizi
Bahan Pangan Sumber Protein. Jakarta. 2015

Surakarta. 2012.

Tucker dkk, 2002dalam Rahmawati, D.P, Anggita S.A.D, Siti Z, Listyani H.


2017. Tingkat Kecukupan Asupan Protein, Zinc, Kalsium, Vitamin D, Zat
Besi (Fe), Dan Kadar Hb Pada Remaja Putri Stunting Dan Non Stunting
Di Smp N 1 Nguter Kabupaten Sukoharjo. 2017.

Wahyono, 2020. Kadar Protein Dan Ca Pada Ikan Teri Asin Hasil Pengasinan
Dengan Abu Pelepah Kelapa. Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2012.

Wahyono, R. dan Marzuki. 2010. Pembuatan Aneka Kerupuk. Jakarta: Penebar


Swadaya.

Wahyono. 2009. Karakteristik Edible Film Berbahan Dasar Kulit dan PatiBiji
Durian (Durio sp) untukPengemasan Buah Strawberry. Skripsi. UMS.

Winarno,F.G. 2019. Kimia Pangan dan Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Winarti (2016). Tingkat Kecukupan Asupan Protein, Zinc, Kalsium, Vitamin D,


Zat Besi (Fe), Dan Kadar Hb Pada Remaja Putri Stunting Dan Non
Stunting Di Smp N 1 Nguter Kabupaten Sukoharjo. 2017.

Wirawan et al (2013). Sistanto, E. Sulistyowati dan Yuwana, 2017. Pemanfaatan


Limbah Biji Durian (Durio Zibethius Mur) Sebagai Bahan Penstabil Es

27
Krim Susu Sapi Perah. Universitas Bengkulu. Jurnal Sains Peternakan
Indonesia Vol. 12 No. 1 Januar-Maret 2017, Hal:10.

Wirawan et al, Hutapea. 2014. Evaluasi, Sifat Gizi, Dan Sifat Sensoris Sala
Lauak Dengan Variasi Tepung Beras Sebagai Alternatif Makanan Sehat.
Jurnal Teknosains Pangan, 2302-0733

Wirosaputro, 1998 dalam Fahmi, 2012. Kadar Protein Dan Ca Pada Ikan Teri
Asin Hasil Pengasinan Dengan Abu Pelepah Kelap.

28
Lampiran 1

Gambar Proses Pengolahan Tepung Biji Durian

Dilakukan Pencucian Terlebih Dahulu Biji Durian Ditimbang 1 kg


dengan Air Mengalir

Setelah ditimbang dilakukan Perebusan Perebusan

27
Hasil dari Perebusan Pengupasan Kulit

Hasil Pengirisan (700 gr) Pengeringan (320 gr)

Pengayaan dengan ukuran 30 – 40 mesh Tepung


Biji Durian
(295 gr)

28
Lampiran 2

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI PANELIS PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Semester :

Alamat : Telp/Hp :
3. Dengan sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut
berpartisipasi menjadi panelis penelitian “Pemanfaatan Limbah Biji
Durian Sebagai Bahan Dasar Biskuit dapat digunakan Sebagai Suplemen
Materi Biologi Gizi Makanan Di Sma al-Falah Semester Genap.“yang
akan dilakukan oleh Imrayani Simanullang dari program studi Pendidikan
Biologi UNIPAR JEMBER.
Demikianlah pernyataan ini untuk dapat digunakan seperlunya.

27
jember, Maret 2023

Mengetahui
Peneliti Panelis

(Lisa Ramadani) ( )

Lampiran 3.

Formulir Uji Organoleptik

Nama :

Tanggal :

Instruksi : Saudara diminta untuk memberikan penilaian sesuai dengan


tingkat kesukaan terhadap masing-masing sampel mengenai
warna, tekstur, rasa dan aroma berdasarkan skala penilaian yang
telah ditentukan.

Kode Sampel Skala Penilaian Kesukaan

Warna Tekstur Rasa A


r
o
m
a
0.302

28
0.038

0.604

0.144

0.136

0.179

Penilaian :

Amat Sangat Suka : 5.0 – 5.9


Sangat Suka : 4.0 – 4.9
Suka : 3.0 – 3.9
Kurang : 2.0 – 2.9
Suka
Tidak Suka : 1.0 – 1.9

27
Lampiran 4
HASIL UJI PANELIS 5 PERLAKUAN
PANELIS RATA"

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
PARAMETER PERLAKUAN
A 3,5 4 3 4 4 3 3 3 5 5 3 5 2 3 5 3 3 5 4 4 74,5
B 3,5 3 4 5 4 3 5 3 5 5 5 5 4 4 2 3 4 4 3 4 78,5
WARNA
C 3,5 3 3 2 4 4 4 3 5 5 3 5 5 5 5 5 3 4 3 3 77,5
D 3,4 3 3 5 4 2 3 3 5 5 3 5 4 4 3 2 3 4 2 3 69,4
E 3,4 3 3 2 3 3 4 4 4 4 3 3 4 3 3 3 2 2 4 2 62,4
A 4 2 4 4 4 3 3 3 4 5 3 5 2 2 4 3 3 5 4 3 70
B 4 3 4 5 4 3 5 3 5 5 4 4 4 4 2 4 3 2 5 4 77
C 3 3 4 2 4 5 3 4 5 5 3 4 5 5 3 5 3 3 3 3 75
TEKSTUR
D 3 3 3 5 4 3 4 3 5 5 4 5 5 5 3 2 3 3 3 3 74
E 3 3 3 3 3 3 4 4 5 5 5 4 3 3 2 4 3 2 4 3 69
RASA A 4 3 3 4 3 4 4 3 4 4 3 3 3 3 5 4 3 4 4 2 70
B 4 3 3 5 3 2 5 4 4 4 5 5 2 2 3 4 4 5 2 4 73
C 2 3 3 2 4 5 4 3 5 5 2 5 5 5 5 5 4 5 4 3 79

43
D 2,5 3 4 5 4 3 3 3 5 4 3 5 3 3 3 3 3 3 3 3 68,5
E 2 3 3 3 4 4 5 4 4 4 4 5 4 2 3 4 3 4 4 3 72
A 4 3 4 4 3 5 3 3 4 5 4 5 3 3 5 3 4 5 3 2 75
B 4 2 4 5 3 3 5 3 4 5 4 5 2 2 4 3 3 5 3 3 72
C 2 2 4 2 3 5 4 3 5 3 3 5 5 4 4 5 3 3 4 3 72
AROMA
D 2 2 4 5 4 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 75
E 2 2 3 5 4 4 4 3 4 4 3 5 5 3 4 2 3 5 4 2 71

TOTAL RATA-RATA

A B C D E

14,475 15,025 15,175 14,345 13,72


Rekapitulasi Data Rata-

Lampiran 5

Rata Kesukaan Panelis Terhadap Warna

Biskuit Biji Durian


A1 A2 B1 B2 C1 C2
Panelis (0,302) (0,038) (0,604) (0,144) (0,136) (0,179)

1 2 3 4 3 2 2

2 3 3 4 3 2 2

3 3 3 4 3 4 4

4 4 3 4 3 4 1

5 4 2 5 3 1 2

6 5 4 3 3 3 3

7 5 4 4 3 3 3

8 4 4 4 3 3 3

9 5 5 3 3 3 3

10 4 5 4 4 2 3

11 4 4 3 3 4 3

12 5 4 3 3 3 4

13 3 3 3 4 2 2

14 4 5 4 3 3 4

15 5,5 5 3,2 2,5 2,9 2,5

16 4 4 3 3 3 2

17 4,9 4 3,2 4 2,9 2

45
18 4 4 4 3 3 3

19 5,7 5 5,7 4 4 3

20 3 3 4 4 3 3

TOTAL 79,55 69,8 56,15

Rata-rata 3,98 3,49 2,8

Test of Homogeneity of Variances


Rata_rata

Levene Statistic df1 df2 Sig.

4.612 2 57 .014

ANOVA

Rata_rata

Sum of
Df Mean Square F Sig.
Squares
Between Groups 13.816 2 6.908 15.605 .000

Within Groups 25.232 5 .443


7
Total 39.048 5
9

Rata_rata

Duncana

Jenis_Perlaku N Subset for alpha = 0.05

46
Rekapitulasi Data Rata-

an 1 2 3

Perlakuan 3 2 2.8075
0
Perlakuan 2 3.4900
2
Perlakuan 1 3.9775
0
Sig. 1.000 1.000 1.000
2
0

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 20.000.

Lampiran 6

Rata Kesukaan Panelis Terhadap Tekstur

Biskuit Biji Durian


A1 A2 B1 B2 C1 C2
Panelis (0,302) (0,038) (0,604) (0,144) (0,136) (0,179)

1 4 4 3 4 3 3

2 3 3 4 4 3 2

3 4 4 4 4 4 4

4 4 4 3 4 3 2

5 3 3 4 1 2 2

6 4 3 4 5 3 2

7 3 3 4 4 3 3

8 3 3 4 5 2 3

47
9 3 3 4 4 2 3

10 3 3 5 5 3 3

11 3 3 4 4 3 3

12 3 4 5 4 4 3

13 3 3 3 3 3 2

14 3 3 4 4 4 4

15 3 2,7 5,3 5,5 2,3 3


16 3 3 3 4 3 2

17 3 4 4 4 2,9 2,9

18 4 4 3 3 2 2

19 3,2 3 5,2 3 3 3,2

20 3 3 3 2 2 3

TOTAL 65,45 77,53 61,65

Rata-rata 3,27 3,69 3,08

Test of Homogeneity of Variances

Rata_rata

Levene df1 df2 Sig.


Statistic

1.731 2 5 .186
7

48
Rekapitulasi Data Rata-

ANOVA

Rata_rata
Sum of Mean
Df F Sig.
Squares Square
Between Groups 11.459 2 5.729 16.656 .000

Within Groups 19.606 5 .344


7
Total 31.065 5
9

Rata_rata

Duncana

Jenis_Perlaku Subset for alpha = 0.05

an N 1 2 3

Perlakuan 3 2 2.8075
0
Perlakuan 1 3.2725
2
Perlakuan 2 3.8750
0
Sig. 1.000 1.000 1.000
2
0

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 20.000.

49
Lampiran 7

Rata Kesukaan Panelis Terhadap Rasa

Biskuit Biji Durian


A1 A2 B1 B2 C1 C2
Panelis (0,302) (0,038) (0,604) (0,144) (0,136) (0,179)

1 3 4 4 2 3 2

2 3 3 4 4 2 2

3 4 4 5 5 4 4

4 3 2 3 4 2 2

5 3 3 3 2 2 2

6 4 3 4 4 2 2

7 3 3 4 5 2 2

8 5 4 5 5 3 3

9 4 3 5 5 2 2

10 3 3 5 5 2 3

11 4 4 4 4 4 2

12 3 4 4 5 3 4

13 3 2 4 4 2 4

50
Rekapitulasi Data Rata-

14 3 2 5 4 3 3,5

15 3,5 2,9 5,7 5,2 3 3

16 3 2 4 3 3 3

17 3 2,9 4,9 4,9 2 2,9

18 3 3 4 4 3 3

19 3 4 4,2 2 3 3

20 3 4 3 2 3 2

TOTAL 64,65 81,95 53,7

Rata-rata 3,23 4,09 2,68

Test of Homogeneity of Variances

Rata_rata

Levene df1 df2 Sig.


Statistic

2.652 2 5 .079
7

ANOVA

Rata_rata
Sum of Mean
Df F Sig.
Squares Square
Between Groups 20.288 2 10.144 21.923 .000

Within Groups 26.374 5 .463

51
7
Total 46.662 5
9

Rata_rata

Duncana

Jenis_Perlaku Subset for alpha = 0.05

an N 1 2 3

Perlakuan 3 2 2.6850
0
Perlakuan 1 3.2325
2
Perlakuan 2 4.0975
0
Sig. 1.000 1.000 1.000
2
0

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 20.000.

Lampiran 8

Rata Kesukaan Panelis Terhadap Aroma

Biskuit Biji Durian


Panelis A1 A2 B1 B2 C1 C2

52
Rekapitulasi Data Rata-

(0,302) (0,038) (0,604) (0,144) (0,136) (0,179)

1 4 3 3 4 3 2

2 3 4 4 5 3 3

3 3 3 3 4 4 4

4 4 3 4 3 2 3

5 4 3 3 4 4 3

6 4 4 4 4 3 3

7 5 3 3 4 2 3

8 4 4 4 3 3 2

9 4 3 4 4 3 3

10 3 4 3 4 3 3

11 4 4 3 4 3 3

12 4 3 4 3 3 4

13 3 3 3 4 4 3

14 4 3 4 3 2 3

15 4 4 4 4 3 3,1

16 4 4 3 4 2,9 3

17 4 4 4 4 3 3

53
18 4 4 3 3 3 3

19 4 3 4 3 3 3,4

20 3 3 4 4 3 3

TOTAL 72,5 73 60,2

Rata-rata 3,62 3,65 3,01

Test of Homogeneity of Variances

Rata_rata

Levene df1 df2 Sig.


Statistic

1.474 2 5 .238
7

ANOVA

Rata_rata
Sum of Mean
Df F Sig.
Squares Square
Between Groups 15.383 2 7.691 27.155 .000

Within Groups 16.144 5 .283


7
Total 31.527 5
9

Rata_rata

Duncana

54
Rekapitulasi Data Rata-

Jenis_Perlaku Subset for alpha = 0.05

an N 1 2 3

Perlakuan 3 2 2.7350
0
Perlakuan 2 3.3325
2
Perlakuan 1 3.9750
0
Sig. 1.000 1.000 1.000
2
0

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 20.000.

55
Lampiran 9

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : LISA RAMADANI

Tempat/Tgl Lahir : JEMBER, 26MARET 2002

Jumlah Anggota Keluarga: 3 (TIGA)


Alamat Rumah : JEMBER
No Hp / Telp : 085648865195
Riwayat Pendidikan : 1. SDN SUMBER KEJAYAN 03
2. MTS NURUR-ROHMAN
3. SMAN PAKUSARI
4. PERGURUAN TINGGI FKIP UNIPAR
JEMBER

Hobbi : KULINERAN
Motto : SETIALAH DALAM PERKARA-PERKARA
KECIL,MAKA KAMU AKAN BERHASIL
SEKALIPUN DALAM PERKARA-PERKARA
BESAR

56
Lampiran 10

PERNYATAAN

Saya Bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Lisa Ramadani

NIM : 2019184205B0007

Menyatakan bahwa data penelitian yang terdapat di Skripsi saya adalah


benar saya ambil dan apabila tidak, maka saya bersedia mengikuti ujian ulang
(Ujian utama saya dibatalkan).

Jember,…..Maret 2023

yang membuat pernyataan

Lisa Ramadani

57
Lampiran 11 Uji Mutu Fisik

58
Lampiran 12 Bukti Bimbingan Skripsi

Nama : Lisa Ramadani

Nim : 2019184205B0007

Judul : Pemanfaatan Limbah Biji Durian Sebagai Bahan Dasar Biskuit dapat
digunakan Sebagai Suplemen Materi Biologi Gizi Makanan Di Sma al-
Falah Semester Genap.

No Hari / Topik Bimbingan TTD TTD


Tanggal Mahasiswa Pembimbing
1 9 November Mengajukan Topik
2023 Skripsi

2 16 Mengajukan Topik
November Dengan Membawa
2023 Jurnal
3 23 Mencari Referensi Dari
November Jurnal-Jurnal Tentang
2023 Biji Durian
4 30Novembe Membuat Konsep Apa
r Yang Mau Diteliti
2023
5 7Desember Menentukan Masalah
2023 Apa Yang Ada Di
Bidang
Gizi Pangan

59
6 26Desember Menentukan Judul
2023

7 02 Membuat Bab I
Januari
2023
8 03 Revisi Bab I
Januari
2023
9 04 Menyusun Bab II Dan
Januari Bab III
2023
10 05 Revisi
Januari
2023
11 27 Revisi
Februari
2023
12 28 Pengumpulan Proposal
Februari
2023
13 06 Revisi Hasil dan
Februari Pembahasan Bab 4 Dan
2023 Bab 5
14 06 Penambahan Suplemen
Maret Materi Sebagai
2023 Praktikum
15 13 Penentuan Guru Beserta
Maret Dosen Validator
2023 suplemen materi

60
16

17 Memeriksa Kelengkapan
Skripsi Sebelum Jilid
Lux

61

Anda mungkin juga menyukai