Anda di halaman 1dari 7

Buletin KKN Pendidikan, Vol. 1, No.

2, Desember 2019 e-ISSN 2716-0327


doi: 10.23917/bkkndik.v1i2.10774

Penerapan Budaya 5S sebagai Penguatan


Pendidikan Karakter Siswa
di MTs Muhammadiyah 9 Mondokan, Sragen
Yulianto Bambang Setyadi1, Tri Oktafia Anggrahini2, Nanda Putri Kusuma Wardani3, Wakhid
Nanang Yunanto4, Oktadina Tri Setiawati5, Ganjar Nur Hidayati6, Gita Ristiani Amalia7, Meilinda
Kurnia Dewi8, Nugroho Priyatmojo9, Ismiyanto Nugroho10
1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta,
Indonesia

INFORMASI ARTIKEL ABSTRAK


Histori Artikel: Pendidikan karakter sangat penting dalam membentuk perilaku peserta
Submit: 27 April 2020 didik khususnya anak-anak dan remaja yang sangat dipengaruhi oleh
Revisi: 2 Mei 2020 dampak negatif perkembangan zaman. Pendidikan karakter yang paling
Diterima: 4 Mei 2020 dasar ditanamankan sejak dini khususnnya di bangku sekolah adalah
Publikasi: 6 Mei 2020
budaya 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan, Santun). Kegiatan ini bertujuan
Periode Terbit: Desember 2019
untuk menguatkan pendidikan karakter siswa di MTs Muhammadiyah 9
Kata Kunci: Mondokan, Sragen. Dengan adanya program 5S (Salam, Senyum, Sapa,
pendidikan Sopan, dan Santun) ini dapat disimpulkan bahwa kegiatan berlangsung
pendidikan karakter, dengan efektif dan tepat sasaran, apabila seluruh warga sekolah saling
program 5s, religius,
memiliki sikap peduli akan pendidikan karakter. Sehingga Tidak hanya
bersahabat/komunikatif,
peduli sosial
siswa yang wajib berperilaku baik, tetapi guru sebagai salah satu faktor
Correspondent Author: pendukung juga harus mampu menjadi suri tauladan bagi siswanya.
Tri Oktafia Anggrahini Kegiatan 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan, dan Santun) paling tidak
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan mencerminkan pengembangan karakter religius, bersahabat atau
Universitas Muhammadiyah Surakarta, komunikatif, dan peduli sosial. Kesemuanya ini akan lebih baik jika
Indonesia dilakukan secara rutin dan berkelanjutan.
Email:
trioktafiaanggrahini@gmail.com

Pendahuluan Faktanya dengan adanya Hand Phone (HP)


Perkembangan zaman yang semakin maju dapat memudahkan manusia dalam
mempengaruhi kehidupan sosial dan budaya berkomunikasi jarak jauh, mencari informasi,
masyarakat, perkembangan ini ditandai dengan dan sebagai sarana hiburan. Terlepas dari
banyaknya alat komunikasi yang semakin manfaat Hand Phone (HP) tersebut, terdapat
canggih dan alat transportasi yang semakin banyak dampak negatif yang ditimbulkan antara
efisien dan praktis. Selain dampak positif dari lain informasi dapat menyebar dengan cepat,
perubahan tersebut, perubahan zaman yang sehingga berita yang tersebar belum tentu
semakin pesat juga menimbulkan dampak terbukti kebebenarannya, maraknya situs
negatif yang lebih banyak, sehingga perubahan pornografi yang diakibatkan mudahnya
yang terjadi bisa dikatakan tidak seimbang. mengakses internet, dan kecanduan terhadap
Salah satu contoh umum yang sering Hand Phone (HP) khususnya game online bagi
ditemukan yaitu penggunaan Hand Phone (HP). anak-anak dan remaja, dimana hal ini

Penerapan Budaya 5S sebagai Penguatan Pendidikan Karakter Siswa … (70-76) 70


e-ISSN 2716-0327 Buletin KKN Pendidikan, Vol. 1, No. 2, Desember 2019
doi: 10.23917/bkkndik.v1i2.10774

mengakibatkan timbul sifat kurang peduli dikembangkan melalui pendidikan karakter,


terhadap sesama dan lingkungan sekitar agar peserta didik memiliki watak dan perilaku
sehingga pendidikan karakter yang dimiliki oleh baik, diantaranya yaitu: (1) religius, (2) jujur,
anak-anak zaman sekarang tergolong rendah. (3) toleransi, (4) disiplin, (5) kerja keras. (6)
Sekolah menjadi salah satu tempat bagi kreatif, (7) mandiri, (8) demokratis, (9) rasa
siswa dalam memperoleh pendidikan karakter. ingin tahu, (10) semangat kebangsaan, (11)
Pendidikan karakter adalah cara berpikir, cinta tanah air, (12) menghargai prestasi, (13)
bersikap, dan berperilaku yang menjadi sebuah bersahabat, (14) cinta damai, (15) gemar
karakteristik setiap orang untuk melangsungkan membaca, (16) peduli lingkungan, (17) peduli
hidupnya dan bekerja sama antarindividu sosial, dan (18) tanggung jawab (Budhiman,
lainnya di dalam lingkungan keluarga maupun 2017).
masyarakat (Suyanto, 2009). Sedangkan Pendidikan karakter merupakan proses
menurut (Kertajaya, 2010) pendidikan karakter pembudayaan dan pemberdayaan nilai-nilai
adalah sebuah karakteristik atau kepribadian luhur dalam lingkungan satuan pendidikan
yang dimiliki oleh setiap individu. (sekolah), keluarga, dan masyarakat.
(Koesoema, 2010) mengutarakan bahwa Pendidikan karakter menjadi salah satu
pendidikan karakter merupakan struktur prioritas pembangunan nasional yang
antropologis setiap individu dimana karakter diamanatkan dalam Pancasila, Pembukaan
bukan hanya sekedar tindakan saja, tetapi juga UUD 1945, dan untuk mengatasi permasalah
merupakan suatu hasil dan proses. Maka dari yang ada di Indonesia saat ini. Pendidikan
itu, setiap individu diharapkan dapat karakter menanamkan kebiasaan, sehingga
bertanggung jawab atas tindakan yang telah siswa dapat memahami (kognitif) tentang mana
diperbuat. Selain itu, pendidikan karakter juga yang benar dan mana yang salah, mampu
merupakan suatu proses atau wadah yang merasakan (afektif) nilai yang baik dan dapat
mempunyai sistematika untuk menanamkan dilakukannya (Gunawan, 2012:24-25).
nilai-nilai karakter yang meliputi pengetahuan, Kerangka proses grand design pendidikan
kesadaran, serta tindakan (Prasetyo & karakter memiliki strategi pengembangan yang
Rivasintha, 2015). dilihat dari dua konteks, yaitu mikro dan makro.
Berdasarkan pemaparan para ahli Strategi pengembangan karakter pada konteks
tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa makro bersifat nasional mencakup keseluruhan
pendidikan karakter adalah sifat atau perilaku perencanaan hingga evaluasi hasil yang
yang harus dimiliki siswa mulai dari merupakan tanggung jawab bersama serta
pengetahuan mengenai mana yang baik dan melibatkan seluruh elemen pemangku
pantas, kesadaran akan sesama manusia hingga kepentingan pendidikan nasional. Proses
makhluk hidup lain, serta tindakan sebagai pengembangan karakter secara makro dibangun
implementasi dari pengatuhan dan kesadaran melalui pendekatan intervensi dan habituasi.
yang telah ada (Thambu, N., et al, 2020). Proses intervensi dilakukan secara formal dalam
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan kegiatan pembelajaran yang terstruktur untuk
Indonesia merumuskan 18 nilai-nilai yang perlu mencapai tujuan pembentukan karakter. Proses

71 Penerapan Budaya 5S sebagai Penguatan Pendidikan Karakter Siswa … (70-76)


Buletin KKN Pendidikan, Vol. 1, No. 2, Desember 2019 e-ISSN 2716-0327
doi: 10.23917/bkkndik.v1i2.10774

Habituasi meliputi pembiasaan di dalam menggunakan pendekatan terintegrasi dalam


lingkungan keluarga dan masyarakat sebagai semua mata pelajaran (Samani dan Hariyanto,
bentuk penguatan serta pembudayaan karakter 2011:113).
(Citrapujiyati, 2017). Menurut Rusdianti (2015), ada beberapa
komponen yang perlu diperhatikan dalam
rangka menjalankan pendidikan karakter yaitu:
partisipasi masyarakat, kebijakan pendidikan,
kesepakatan, kurikulum terpadu, pengalaman
pembelajaran, evaluasi, bantan orang tua,
pengembangan staf, serta program pendidikan
karakter yang harus dipertahankan dan
diperbaharui melalui pelaksanaan dengan
perhatian khusus pada tingkat komitmen tinggi.
Pendidikan karakter yang paling dasar di
Gambar 1. Konteks Makro Pendidikan Karakter tanamankan sejak dini khususnnya di bangku
(Sumber: https://www.kemdikbud.go.id/)
sekolah adalah budaya 5S (Salam, Senyum,
Sapa, Sopan, Santun). Salam dalam hal ini
dapat dilakukan dengan cara berjabat tangan
dan mengucapkan salam menurut agama dan
kepercayaam masing-masing. Senyum adalah
suatu ekspresi raut muka yang menggambarkan
keramahan serta ketulisan hati untuk
mencairkan suasana yang kaku. Sapa
merupakan suatu tindakan untuk saling
menghargai sesama manusia berupa tegur sapa.
Gambar 2. Konteks Mikro Pendidikan Karakter
(Sumber: https://www.kemdikbud.go.id/) Sopan merupakan perilaku hormat yang
ditunjukan terhadap orang lain. Santun adalah
Strategi pengembangan karakter pada baik dan halus dalam hal tutur kata dan
konteks mikro berlangsung pada satuan pendi- tindakan. Dari pengertian diatas, 5S dapat
dikan yang utuh dan berupaya memberdayakan dijadikan sebagai suatu program penguatan
seluruh lingkungan belajar untuk menguatkan pendidikan karakter siswa khususnya di MTs
dan menyempurnakan pendidikan karakter. Muhammadiyah 9 Mondokan.
Secara mikro pengembangan karakter dapat Berdasarkan permasalahan diatas kami
dibagi dalam empat proses integrasi, yaitu: selaku mahasiswa KKN-Dik di MTs
kegiatan belajar mengajar di dalam kelas, Muhammadiyah 9 Mondokan akan menerapkan
aktivitas belajar dalam budaya sekolah (school program 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan,
culture), ekstrakurikuler, dan aktivitas sehari- Santun) kepada siswa. Kegiatan ini bertujuan
hari. Kegiatan pembelajaran di kelas agar dapat untuk menguatkan pendidikan karakter siswa di
mengembangkan karakter dilaksanakan dengan MTs Muhammadiyah 9 Mondokan, Sragen.

Penerapan Budaya 5S sebagai Penguatan Pendidikan Karakter Siswa … (70-76) 72


e-ISSN 2716-0327 Buletin KKN Pendidikan, Vol. 1, No. 2, Desember 2019
doi: 10.23917/bkkndik.v1i2.10774

Santun) untuk seluruh warga sekolah dapat


Metode Pelaksanaan menguatkan karakter dan menjadikan semua
Pengabdian ini menggunakan metode warga sekolah memiliki kepribadian yang baik.
studi literatur. Metode studi literatur yang Program 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan, dan
dilakukan yaitu dengan menganalisis suatu Santun) mengajarkan siswa bersikap saling
permasalahan yang ditemukan dengan solusi menghormati satu sama lain.
berdasarkan pustaka atau literasi lainnya yang Kedua, setelah kegiatan observasi
berkaitan dengan peran 5S (Salam, Senyum, dilaksanakan dan ditemukannya solusi dari
Sapa, Sopan, dan Santun) sebagai progam untuk permasalahan yang ada, kami melanjutkan
menguatkan pendidikan karakter siswa. Teknik dengan kegiatan sosialisasi mengenai program
pengumpulan data dengan cara observasi, 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan, dan Santun)
wawancara, dan dokumentasi. kepada seluruh siswa di MTs Muhammadiyah 9
Mondokan. Sosialisasi dilakukan dengan
Hasil Pelaksanaan dan Pembahasan
memberikan pergertian tentang 5S (Salam,
Pada era globalisasi yang semikin pesat
Senyum, Sapa, Sopan, dan Santun) dan juga
ini penguatan pendidikan karakter siswa sangat
mencontohkannya secara langsung.
penting untuk dilakukan karena perilaku terpuji
Setelah diberikan pengertian, siswa juga
siswa telah mulai luntur. Maka dari itu, dalam
diminta untuk mempraktekkan secara langsung
pengabdian ini akan diterapkan program 5S
bagaimana bersikap yang baik berdasarkan
(Salam, Senyum, Sapa, Sopan, dan Santun) di
program 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan, dan
MTs Muhammadiyah 9 Mondokan diharapkan
Santun) yang telah dikenalkan. Selain itu,
dapat menguatkan karakter siswa. Beberapa
dalam kegiatan sosialisasi ini disampaikan
upaya yang mendukung kegiatan ini anara lain
bagaimana pentingnya bersikap saling
observasi, sosialisasi, dan merealisasikan
menghargai, simpati, dan empati di lingkungan
program.
sekolah maupun masyarakat.
Pertama, kegiatan observasi yang
Indonesia mengacu pada empat pilar
dilakukan dengan cara pengamatan secara
pendidikan yaitu learning to know, learning to
langsung terhadap perilaku siswa dilingkungan
do, learning to be, learning to live together. Dari
sekolah. Dari hasil pengamatan yang telah
empat pilar tersebut diharapkan siswa mampu
dilakukan didapatkan bahwa perilaku yang
memahami hal baik yang harus dilakukan dan
ditunjukan tergolongan dalam nilai karakter
hal buruk yang harus dihindari serta memahami
yang rendah. Hal ini dilihat dari sikap siswa
arti hidup diri sendiri dan orang lain, sehingga
saat bertemu dengan guru kurang menunjukan
dapat saling menghargai untuk menciptakan
perilaku sopan santunnya.
lingkungan yang aman dan tentram di
Berdasarkan kegiatan observasi inilah
sekolahan.
kami mencetuskan program 5S (Salam, Senyum,
Sapa, Sopan, dan Santun) sebagai solusi untuk
memperbaiki perilaku siswa agar lebih
berkarakter. Menurut (Faozah, 2014) penerapan
program 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan, dan

73 Penerapan Budaya 5S sebagai Penguatan Pendidikan Karakter Siswa … (70-76)


Buletin KKN Pendidikan, Vol. 1, No. 2, Desember 2019 e-ISSN 2716-0327
doi: 10.23917/bkkndik.v1i2.10774

Gambar 3. Sosialisasi siswa

Ketiga, merealisasikan program 5S


(Salam, Senyum, Sapa, Sopan, dan Santun)
diawali dengan pembuatan poster yang Gambar 4. Poster 5S
ditempelkan pada dinding di setiap ruang kelas.
Kemudian kami melaksanakan kegiatan rutin
pagi hari dengan membentuk jadwal piket guru
untuk menyambut kedatangan siswa, sehingga
dapat membiasakan siswa untuk bersalaman
dan mengucapkan salam kepada guru.
Kegiatan tersebut dimaksudkan agar guru
Gambar 5. Kegiatan salaman pagi
dapat memberi contoh terhadap siswa terkait
dengan sikap sopan santun, sehingga Setelah program 5S (Salam, Senyum,
diharapkan siswa dapat meniru hal tersebut dan Sapa, Sopan, dan Santun) ini berjalan, karakter
akan menjadi suatu kebiasaan. Hal ini sejalan siswa mulai terbentuk. Hal ini dapat dilihat dari
dengan pendapat Ujiningsih (2010) yang perubahan perilaku siswa yang semakin
mengemukakan bahwa pembudayaan sikap membaik sebagai contoh saat berjumpa dengan
sopan santun di sekolah dapat dilakukan setiap guru siswa mulai menunjukan perilaku
dengan: sopan santunnya dengan cara tersenyum,
1. Peran sekolah dalam membiasakan sikap memberi salam dan berjabat tangan.
sopan santun dapat dilakukan dengan Berdasarkan contoh tersebut, program 5S
memberikan contoh sikap sopan santun (Salam, Senyum, Sapa, Sopan, dan Santun) yang
yang ditunjukan oleh guru, telah dijalankan sebagai salah satu solusi
2. Guru dapat selalu mengintegrasikan penguatan pendidikan karakter siswa dapat
perilaku sopan santun ini dalam setiap dikatakan cukup berpengaruh (Narimo, et al,
mata pelajaran, 2018).
3. Guru agama, guru pendidikan moral Program 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan,
pancasila dan guru BP dapat melakukan dan Santun) yang diterapkan di MTs
pembiasaan yang dikaitkan dalam Muhammadiyah 9 Mondokan mengalami
penilaian secara efektif. beberapa faktor penghambat program ini, antara
lain: 1) terdapat beberapa siswa yang susah
untuk diatur, 2) siswa kurang konsisten terdapat

Penerapan Budaya 5S sebagai Penguatan Pendidikan Karakter Siswa … (70-76) 74


e-ISSN 2716-0327 Buletin KKN Pendidikan, Vol. 1, No. 2, Desember 2019
doi: 10.23917/bkkndik.v1i2.10774

pelaksanaan program 5S, dan 3) siswa sering diharapkan karakter baik tersebut dapat
melanggar tata tertib. Namun, dari ketiga faktor dijadikan sebuah kebiasaan untuk dilakukan di
penghambat tersebut dapat diatasi dengan luar lingkungan sekolah.
beberapa faktor pendukung lainnya, seperti: 1)
sikap guru yang lebih tegas terhadap Simpulan
pelanggaran yang dilakukan siswa, 2) guru Penerapan program 5S (Salam, Senyum,
memberikan hukuman sesuai dengan Sapa, Sopan, dan Santun) di MTs
pelanggaran yang dilakukan siswa. 3) dilakukan Muhammadiyah 9 Mondokan menunjukkan hal
pembiasaan sikap sopan santun baik saat yang positif. Dimana setelah diadakannya
kegiatan belajar mengajar (KBM) maupun program 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan, dan
diluar KBM. Santun) ini, para siswa cenderung mengubah
Pelaksanaan program 5S (Salam, Senyum, perilakunya kearah yang lebih baik. Program 5S
Sapa, Sopan, dan Santun) yang telah dijalankan, (Salam, Senyum, Sapa, Sopan, dan Santun) ini
diiringi dengan kegiatan evaluasi untuk menjadi salah satu solusi dari kami untuk
meningkatkan program 5S (Salam, Senyum, mengatasi permasalahan mengenai rendahnya
Sapa, Sopan, dan Santun) agar dapat lebih baik pendidikan karakter siswa di MTs
dan semakin berpengaruh bagi penguatan Muhammadiyah 9 Mondokan.
pendidikan karakter siswa di sekolah terutama Dengan adanya program 5S (Salam,
berkaitan dengan karakter religius, bersahabat Senyum, Sapa, Sopan, dan Santun) ini dapat
atau komunikatif, dan peduli sosial. Adapun disimpulkan bahwa kegiatan berlangsung
saran yang dapat kami berikan yaitu berupa: dengan efektif dan tepat sasaran, apabila
1. Melakukan kegiatan berjabat tangan antara seluruh warga sekolah saling memiliki sikap
siswa dengan guru sebelum masuk kelas peduli akan pendidikan karakter. Sehingga
dan sebelum pulang sekolah. tidak hanya siswa yang wajib berperilaku baik,
2. Seluruh warga sekolah diharapkan dapat tetapi guru sebagai salah satu faktor pendukung
bertegur sapa dan tersenyum ketika juga harus mampu menjadi suri tauladan bagi
bertemu dengan warga sekolah lainnya. siswanya. Kegiatan 5S (Salam, Senyum, Sapa,
3. Membuat aturan tertulis terkait dengan Sopan, dan Santun) ini akan lebih baik jika
program 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan, dilakukan secara rutin dan berkelanjutan.
dan Santun) maupun aturan – aturan lain
Daftar Pustaka
disekolah.
Budhiman, Arif. (2017). “Gerakan Penguatan
Saran tersebut didasarkan pada penelitian Pen-didikan Karakter”. Jakarta:
(Faozah, 2014) yang menyatakan bahwa Kementerian Pendidikan dan
program 5S (Salam, Senyum, Sapa, Sopan, dan Kebudayaan
Santun) yang dilakukan sebagai kegiatan Citrapujiyati. (2017). “Implementasi Grand
pengembangan diri meliputi: kegiatan rutin di Design Pendidikan Karakter di Sekolah
sekolah, keteladanan, kegiatan spontan, dan Alam Sebagai Penguatan Generasi Emas
2045 (Studi Deskriptif di Sekolah Alam
pengkondisian. Dengan saran ini diharapkan
Ungaran)”. Skripsi. Semarang:
pendidikan karakter siswa akan lebih kuat dan Universitas Negeri Semarang.

75 Penerapan Budaya 5S sebagai Penguatan Pendidikan Karakter Siswa … (70-76)


Buletin KKN Pendidikan, Vol. 1, No. 2, Desember 2019 e-ISSN 2716-0327
doi: 10.23917/bkkndik.v1i2.10774

Faozah,I. (2014). Pelaksanaan Pendidikan Kompa-


Karakter Melalui Program 5S siana:http;//www.edukasi.kompasiana.co
(Senyum,Salam,Sapa, Sopan, Santun) di m
SD Negeri 1 Sedayu Kecamatan Sedayu Rusdianti, Famila. (2015). “Implementasi
Kabupaten Bantul. Yogyakarta: Pendidikan Karakter dalam
Universitas Negeri Yogyakarta. Pembelajaran Menuju Generasi Emas
Gunawan,Heri.(2012). Pendidikan Karakter Indonesia”. (famila
Konsep dan Implementasi. Bandung: rusdiantiblog.wordpress.com). Diakses
Alfabeta. hari Sabtu tanggal 25 April 2020 pukul
https://www.kemdikbud.go.id/ 22.35.
Kertajaya, H. (2010). Grow with Character: Samani, Muchlas, dan Hariyanto. 2011.
The Model Marketing. Jakarta: PT. Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Gramedia Pustaka Utama. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Koesoema, D. (2010). Pendidikan Karakter: Suyanto. (2009). Urgensi Pendidikan
Strategi Mendidik Anak di Zaman Karakter. Jakarta: Direktorat Jendral
Global. Jakarta: Grasindo. Pendidikan Dasar Kementrian
Marwanti, Endah dkk. (2018). “Implementasi Pendidikan Nasional.
Penanaman Karakter Anak dalam Syair Thambu, N., Prayitno, H. J., & Zakaria, G. A.
Lagu Dolanan Anak Cublak-Cublak N. (2020). Incorporating Active
Suweng”. Jurnal Taman Cendekia. Learning into Moral Education to
Yogyakarta: Fakultas Keguruan dan Develop Multiple Intelligences: A
Ilmu Pendidikan Universitas Sarjana Qualitative Approach. Indonesian
Wiyata Taman Siswa. Journal on Learning and Advanced
Narimo, S., Maryadi, M., Fatoni, A., Anif, S., Education (IJOLAE), 3(1), 17-29.
Sumardjoko, B., & Adhantoro, M. S. Ujiningsih. (2010). Pembudayaan Sikap Sopan
(2018, November). Pancasila and Santun di Rumah dan di Sekolah
Citizens Education (PKn) Learning sebagai Upaya untuk Meningkatkan
Based on Local Culture in The Karakter Siswa. Retrieved februari 27,
Establishment of Student Characters. In 2020, from
Profunedu International Conference pustaka.ut.ac.id:http;//www.pustaka.ut.a
Proceeding (Vol. 1, pp. 255-260). c.id/dev25/pdfprosiding2/fkip201034.pd
Prasetyo, A., & Rivasintha, E. (2015, Juni 26). f.
Retrieved Februari 24, 2020, from

Penerapan Budaya 5S sebagai Penguatan Pendidikan Karakter Siswa … (70-76) 76

Anda mungkin juga menyukai