Studi Hadits - Kedudukan Dan Fungsi Hadis Dalam Islam
Studi Hadits - Kedudukan Dan Fungsi Hadis Dalam Islam
Disusun oleh:
2
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah
ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda
tercinta kita yaitu Nabi Muhammad Saw yang kita nanti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas mata kuliah “Studi Hadis” dengan
judul “Kedudukan dan Fungsi Hadis dalam Islam”.
Terima kasih kepada dosen pengampu, yakni bapak Dr. Romlah Abu
Bakar Askar, Lc. M.Ag yang telah membimbing Kami dalam mata kuliah Studi
Hadis . Tak lupa Kami ucapkan terima kasih kepada teman dan rekan-rekan yang
hadir membantu dan terlibat dalam pembuatan makalah ini sehingga selesai tepat
waktu.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna
dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,
penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya
makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian
apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................................ii
BAB I............................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................1
A. Latar Belakang........................................................................................................................
B. Rumusan Masalah.................................................................................................1
C. Tujuan Pembahasan...............................................................................................2
BAB II..........................................................................................................................3
PEMBAHASAN...........................................................................................................3
A. Pengertian Hadis....................................................................................................3
B. Kedudukan Hadis Sebagai Sumber Ajaran Islam..................................................5
C. Kedudukan As-Sunnah sebagai Hujjah dalam Syariat Islam...............................10
D. Kedudukan As-Sunnah dalam Dalil-dalil Syariat.................................................13
E. Fungsi Hadis Terhadap Al-Qur’an.......................................................................14
BAB III.......................................................................................................................22
PENUTUP..................................................................................................................22
A. Simpulan.............................................................................................................22
B. Saran....................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................23
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam sebagai sebuah agama memiliki “Mashadirul Ahkam” (sandaran
hukum). Hal ini untuk mengatur dan memberikan petunjuk bagi setiap
penganut ajarannya. Dalam ajaran agama Islam terdapat dua sandaran
hukum yang utama sebagai pedoman kehidupan umat muslim yaitu al-
Qur’an dan Hadis. Al-Qur’an adalah kalamullah yang diturunkan kepada
Nabi Muhammad Saw secara mutawatir, yang membaca merupakan
ibadah. Sementara hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada
Nabi Muhammad Saw baik berupa perkataan, perbuatan, maupun
ketetapan.
Hadis sebagai sumber dalam menentukan hukum Islam memiliki
fungsi yang penting. Hadis bisa menjadi tabyin atas wahyu yang turunkan
sebelumnya. Hadis akan selalu relevan dengan perkembangan zaman,
bahkan setiap permasalahan hukum yang ada saat ini masih mengikuti
ketentuan hadis. Jadi sudah seharusnya kita senantiasa mempelajari dan
mengamalkan setiap hadis yang menjadi pedoman bagi umat Islam
Sebagai sebuah sumber hukum dan juga membahas seluruh aspek
kehidupan manusia, siapa saja yang mengamalkan hadis akan
mendapatkan ganjaran pahala. Hal ini menjadi bukti bahwa hadis adalah
sumber hukum dan juga pedoman kehidupan setelah al-Qur’an. Bahkan,
dalam isi khutbah Haji Wada’ Rasulullah Saw bersabda: bahwa umat
Islam harus berpegang teguh kepada 2 hal, yaitu: al-Qur’an dan sunnah
(hadis) niscaya engkau akan selamat. Dengan berbagai macam keagungan
hadis yang telah dipaparkan untuk itu pada kesempatan ini kami selaku
pemakalah akan membahas tentang “Kedudukan dan Fungsi Hadis dalam
Islam”.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kedudukan hadis dalam Islam ?
1
2
A. Pengertian Hadis
Kata احلديث (bentuk jamak : )خنث ان األح اديث secara etimologi
merupakan isim mashdar dari kata kerja yang ث ُ حَيْ ِد- َح ِديثًا
َ َح َد- ث
yang berarti "komunikasi, cerita, percakapan, baik dalam konteks agama
maupun duniawi, atau dalam konteks sejarah atau peristiwa dan kejadian
aktual.1 Hal tersebut senada dengan pendapat Mahmud Thahan bahwa
hadis secara etimologi berarti baru, sementara secara terminologi terdapat
beberapa pengertian menurut pandangan ulama. Menurut ulama ushul fiqh
definisi hadis sebagai berikut:
ِ
اَألح َك َام َو ُت َقَّر َر َها
ْ ت ُ ُصلَّى اللّه َعلَْيه َو َسلَّ َم َواَْف َعالُهُ َو َت ْق ِر ْيَر اَتُهُ الَّىِت َتثْب
َ اَْق َو ُال النَّيِّب
“Seluruh perkataan Nabi Saw, dan perbuatan, dan ketetapan yang
berkaitan tentang hukum syara’ dan ketetapannya”
Sementara menurut ulama hadis, definisi hadis sebagai berikut:
ِ
ُصلَّى اللّه َعلَْيه َو َسلَّ َم َواَْف َعالُهُ َو اَ ْح َوالُه
َ اَْق َو ُال النَّيِّب
“Perkataan Nabi Muhammad Saw dan perbuatannya dan hal ihwalnya”.
Sementara ulama ahli fiqh mendifiniskan hadis sebagai berikut:
1
MM Azhami dalam Alfiah, Fitriadi, Suja'i, Studi ilmu hadis, (Pekanbaru: Kreasi Edukasi,
2016), h. 1.
0
Ajjaj al-Khatib, Ushul al-Hadits Ulumuhu wa Musthaluhu, (Beirut: Dar al-Fikr, 2006 ), h. 19-
20.
3
4
0
Mahmud Thahan, Taisir Musthalah al-Hadis, (Riyadh: Maktabah al-Ma’arif, 1996 M), h. 15
0
Muhammad Hambal Shafwan, Studi Ilmu Hadis, (Malang: CV. Pustaka Learning Center,
2020), h. 10.
5
ً ِضلَاًل بَع
يدا َ ض َّل
َ
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada
Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan
kepada Rasul-Nya, serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya.
0
Khusniati Rofiah, Studi Ilmu Hadis, (Jawa Timur: IAIN PO Press, 2018), h. 21-26.
7
" ) (رواه ابو داود... عليكم بسىت وسنة اخللفاء الراشدين املهديني متسكوا هبا
“Kalian wajib berpegang teguh dengan sunnah-ku dan sunnah
Khulafaur Rasyidin yang mendapat petunjuk, berpegang teguhlah
kamu sekalian dengannya”. (HR. Abu Dawud)
0
Zulfahmi Alwi, Ahmad Fauzi, Rahman, Wasalmi, dan Zulfahmi, Studi Ilmu Hadis, Cet. 1.
(Depok: Rajawali Pers, 2021), h. 49
8
ِ ۘ الر ُس ْو ُل فَ ُخ ُذ ْوهُ َو َما نَ ٰهى ُك ْم َعْنهُ فَا ْنَت ُه ْو ۚا َو َّات ُقوا ال ٰلّهَ ۗاِ َّن ال ٰلّهَ َش ِديْ ُد الْعِ َقا
٧ب َّ َو َمٓا اٰتٰى ُك ُم
10
"Dan apa yang telah Rasul berikan kepada kalian maka ambillah dan
apa yang telah Rasul larang bagi kalian maka tinggalkanlah" (Qs. Al-
Hasyr:7).
Allah berfirman,
ِ ۚ ِ ىِل َّ ٰيٓ اَيُّ َها الَّ ِذيْ َن اٰ َم ُْٓنوا اَ ِطْيعُوا ال ٰلّهَ َواَ ِطْيعُوا
ْ الر ُس ْو َل َواُو ااْل َ ْم ِر مْن ُك ْم فَا ْن َتنَ َاز ْعتُ ْم يِف
ِ ِ ِ
ِ ٰ َّ َش ْي ٍء َفُر ُّد ْوهُ اىَل ال ٰلّ ِه َو
َ الر ُس ْو ِل ا ْن ُكْنتُ ْم ُتْؤ ِمُن ْو َن بِاللّ ِه َوالَْي ْوم ااْل ٰ ِخ ۗ ِر ٰذل
ك َخْيٌر
٥٩ ࣖ س ُن تَْأ ِويْاًل
َ َّواَ ْح
"Wahai orang orang yang beriman taatlah kalian kepada Allah dan
taatlah kalian kepada Rasul" (QS. An-Nisa': 59).
Allah telah mewajibkan atas orang orang yang beriman agar menaati
beliau, karena hal itu termasuk ketaatan pada-Nya. Allah berfirman:
2. Perbuatan Sahabat.
Para sahabat Radhiyallahu 'Anhum pada masa hidup Rasulullah
Saw menaati semua perintah dan larangannya, dan mereka tidak
membeda-bedakan antara hukum yang diwahyukan oleh Allah dalam
11
al-Qur'an, dan hukum yang bersumber dari Rasulullah Saw, Allah Swt
telah berfirman:
0
Riwayat An-Nasa'i dan At-Tirmidzi dalam Mifdhol Abdurrahman, Pengantar Ilmu Hadis h. 35
0
Abustani Ilyas dan La Ode Ismail Ahmad, “Studi Hadis: Ontologi, Epistemologi, dan
Aksiologi”, (Depok: Rajawali Pers, 2019), h. 30.
15
0
Abustani Ilyas dan La Ode Ismail Ahmad, …, h. 31.
0
Ibid, h. 32.
16
0
Ibid, h. 33.
0
Ibid, hlm. 32.
17
0
Agus Solahudin dan Agus Suyadi, “Ulumul Hadis”, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 82.
18
ِ
… ُص ْمه ْ …فَ َمن َش ِه َد من ُك ُم ٱلش
ُ ََّهَر َفْلي
“…Barangsiapa di antara kamu melihat bulan, maka hendaklah ia
berpuasa…”.0
وه ُك ْم َوَأيْ ِديَ ُك ْم ِإىَل ٱلْ َمَرافِ ِق َو ْٱم َس ُحو ۟ا ۟ ِ ِ َّ ٰيََٓأيُّها ٱلَّ ِذين ءامن ٓو ۟ا ِإ َذا قُمتم ِإىَل
َ ٱلصلَ ٰوة فَٱ ْغسلُوا ُو ُج ْ ُْ َُ َ َ َ
ِ ِ
ِ وس ُكم و َْأر ُجلَ ُكم ِإىَل ٱلْ َك ْعَبنْي
ْ َ ْ ُبُرء
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan
shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan
sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki,
…”. (Qs. Al-Maidah: 6).
Ayat Al-Qur’an tersebut di-taqrir oleh hadis Nabi Saw., yang berbunyi:
ِ ُ ال ُت ْقبل صالَة:ول اللَّ ِه صلى اهلل عليه وسلم
ضَأ
َّ ث َحىَّت َيَت َو ْ َأحد ُك ْم ِإ َذا
َ َأح َد َ َ َُ ُ قَ َال َر ُس
Rasulullah Saw bersabda, “Allah tidaklah menerima shalat salah seorang
di antara kalian ketika ia berhadats sampai ia berwudhu”. (HR Bukhari
dari Abu Hurairah).0
2. Bayan Tafsir, yakni sebagai penafsir atau penjelas terhadap ayat-ayat
mujmal (global) dan musytarak (satu lafal mengandung beberapa makna).
Misalnya hadis Nabi Saw. yang berbunyi:
0
Abustani Ilyas dan La Ode Ismail Ahmad, …, h. 33.
0
Agus Solahudin dan Agus Suyadi,…h. 83.
0
Abustani Ilyas dan La Ode Ismail Ahmad, …, h. 33.
19
ص َن بَِأن ُف ِس ِه َّن ثَ ٰلَثَةَ ُقُر ٓو ٍء ۚ َواَل حَيِ ُّل هَلُ َّن َأن يَكْتُ ْم َن َما َخلَ َق ٱللَّهُ ىِف ٓى ُ َوٱلْ ُمطَلَّ َٰق
ْ َّت َيَتَرب
ك ِإ ْن ََأر ُاد ٓو ۟ا ِ ِ
َ َأح ُّق بَِر ِّده َّن ىِف ٰذَل ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِإ
َ َْأر َحام ِه َّن ن ُك َّن يُْؤ م َّن بٱللَّه َوٱلَْي ْوم ْٱلءَاخ ِر ۚ َوبُعُولَُت ُه َّن
ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ِ ٰ ِإ
ٌ صلَ ًحا ۚ َوهَلُ َّن مثْ ُل ٱلَّذى َعلَْيه َّن بٱلْ َم ْعُروف ۚ َول ِّلر َجال َعلَْيه َّن َد َر َجةٌ ۗ َوٱللَّهُ َع ِز ٌيز َحك
يم ْ
“Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri (menunggu) tiga
kali quru'. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan
Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari
akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti
itu, jika mereka (para suami) menghendaki ishlah. Dan para wanita
mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang
ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan
daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
Untuk menjelaskan lafazh quru’ ini datanglah hadis Nabi Saw. berikut:
ِ ٱُأْلنثَينْي
َ ظ َّ ِوصي ُكم ٱللَّهُ ىِف ٓى َْأو ٰلَ ِد ُكم ۖ ل
ِّ لذ َك ِر ِمثْل َح ِ ي
ُ
ُ ْ ُ
“Allah mensyariatkan bagimu tentang (pembagian pusaka untuk) anak-
anakmu, yaitu bahagian seorang anak laki-laki sama dengan bahagian
dua orang anak perempuan…”. (QS Al-Nisa [4]:11).0
0
Agus Solahudin dan Agus Suyadi, “Ulumul Hadis”, (Bandung: Pustaka Setia, 2009), h. 80-
81.
0
Abustani Ilyas dan La Ode Ismail Ahmad, …, h. 33-34.
20
0
Ibid, hlm. 34.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Hadis adalah segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi
Muhammad Saw baik berupa perkataan, perbuatan, dan juga ketetapan.
Kedudukan hadis dalam Islam adalah sebagai sumber ajaran Islam yang
kedua setelah al-Qur’an dan menjadi hujjah dalam ketentuan-ketentuan
syari’at Islam.
Dari banyaknya pendapat ulama tekait fungsi hadis, 3 poin utamanya
adalah sebagai berikut:
1. Hadis dan sunnah berfungsi mengkonfirmasikan dan mengulangi
pernyataan al-Qur’an atau memperkuat pernyataan al-Qur’an (bayan
ta’kid);
2. Hadis dan sunnah berfungsi memberi penjelasan bagi nash al-Qur’an
yang bersifat mujmal, mengkualifikasi nash-nash yang mutlak atau
mentakhsis terma-terma yang umum (bayan tafsir);
3. Hadis dan sunnah menetapkan ketentuan-ketentuan baru yang tidak
dijelaskan dalam al-Qur’an sehingga ia merupakan sumber otoritatif
yang independen.
B. Saran
Dalam upaya menyelesaikan penulisan makalah ini, kami telah
berusaha untuk melengkapi bahan materi. Namun, kami menyadari masih
adanya kekurangan dalam penulisan makalah ini. Baik dari segi materi
maupun dalam penyusunan makalah. Oleh sebab itu, kami mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca agar dapat dijadikan acuan
demi perbaikan makalah selanjutnya.
22
DAFTAR PUSTAKA
23