Makalah Msi KLP 3 Msi
Makalah Msi KLP 3 Msi
FUNGSI LINEAR
DOSEN PEMBIMBING :
DISUSUN OLEH
KELOMPOK
AISYAH 34230
NIKEN 34230
RAHMAD DANIL
DINDA
BUKITTINGGI
TP. 2024
KATA PENGANTAR
Dalam studi matematika ekonomi, fungsi linear memiliki peran yang sangat penting dalam
menganalisis dan memodelkan berbagai fenomena ekonomi yang kompleks. Makalah ini
bertujuan untuk menyajikan konsep dasar dan penerapan fungsi linear dalam konteks ekonomi,
mulai dari analisis permintaan dan penawaran hingga pengambilan keputusan bisnis. Dengan
memahami prinsip-prinsip dasar dan aplikasi praktis fungsi linear, diharapkan pembaca akan
dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang interaksi antara matematika dan ekonomi.
Selamat membaca.
Semoga kata pengantar ini memberikan gambaran yang jelas tentang isi dan tujuan
makalah tentang fungsi linear dalam matematika ekonomi. Jika Anda membutuhkan penyesuaian
atau ingin menambahkan sesuatu, silakan beritahu saya.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Metodologi Studi Hadis dan Musthalah Hadis merupakan dua konsep penting
dalam ilmu hadis yang memainkan peran sentral dalam memahami dan mengkritisi teks-
teks hadis dalam tradisi Islam. Metodologi Studi Hadis mencakup pendekatan analitis
terhadap koleksi hadis, termasuk metode- metode penelitian yang digunakan untuk
memverifikasi otentisitas dan keandalan hadis-hadis tersebut. Sementara Musthalah Hadis
membahas tentang kaidah-kaidah dan aturan-aturan yang digunakan dalam penelitian dan
penilaian hadis- hadis tersebut.
Sementara itu, Musthalah Hadis memberikan kerangka kerja yang sistematis untuk
menganalisis dan menilai hadis-hadis berdasarkan kaidah-kaidah ilmiah yang telah
ditetapkan. Ini melibatkan pemahaman tentang terminologi hadis, struktur hadis, serta
berbagai jenis kelemahan dan kekuatan yang mungkin dimiliki oleh suatu hadis.
B. Rumusan Masalah
1. Apayang dimaksud dengan studi hadist dan musthalah hadist?
2. Bagaimana metode memahami studi hadist dan musthalah hadist?
3. Sebutkan metode yang dilakukan para ahli?
C. Tujuan Rumusan
1. Menjelaskan pengertian dari studi hadist dan musthalah hadist
2. Menjelaskan metode dalam memehami studi hadist dan studi hadist
3. Menyebutkan metode yang dilakukan para ahli
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Bentuk Umum Fungsi Linear
Bentuk umum fungsi linear adalah: f(x) = ax + b , dengan a, b \in R dan a
Sifat-sifat fungsi linear f(x) = ax + b sebagai berikut.
3). a disebut gradien dengan a = tan alpha a adalah sudut yang dibentuk oleh
garis lurus terhadap sumbu X positif.
a. "Jadid" (baru), bukan "qadim" (lama). Dalam hal ini qadim berarti kitab Allah,
sedangkan jadid yang dimaksud adalah hadits Nabi SAW.
b. "Khabar", artinya berita, adalah sesuatu yang diucapkan dan disebarkan dari satu
orang ke orang lain. Dari makna terakhir inilah diambil kata "hadits Rasulullah"
yang bentuk jamaknya adalah "hadis".1 Allah juga menggunakan kata hadits
dengan arti khabar dalam firman-Nya:
1
Drs. Munzier Suparta, MA. Ilmu Hadis (Jakarta, 2002) hal. 1
5
Sedangkan pengertian hadits secara terminologi, maka terjadi perbedaan
antara pendapat antara ahli hadits dengan ahli ushul. Ulama ahli hadits ada yang
memberikan pengertian hadis secara terbatas (sempit) dan ada yang memberikan
pengertian secara luas. Pengertian hadis secara terbatas diantaranya sebagaimana yang
diberikan oleh Mahmud Tahhan adalah:
ما أضيف إلى النبي صلى الله عليه وسلم من قول أو فعل أو تقرير أو صفة
Artinya: "Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi baik berupa perkataan atau
perbuatan atau persetujuan atau sifat"
Ulama hadis yang lain memberikan pengertian hadis sebagai berikut:
اقواله صلى الله عليه وسلم وافعاله وتقاريره مما يتعلق به حكم بنا
Artinya: "Segala perkataan, segala perbuatan dan segala taqrir nabi SAW
yang bersangkut paut dengan hukum"
Sedangkan menurut istilah (terminology), para ahli memberikan definisi
(ta'rif) yang berbeda-beda sesuai dengan latar belakang disiplin ilmunya. Seperti
pengertian Hadits menurut ahli ushul akan berbeda dengan pengertian yang diberikan
oleh ahli hadis.
Yang dimaksud dengan "hal ihwal" ialah segala yang diriwayatkan dari Nabi
SAW. yang berkaitan dengan himmah, karakteristik, sejarah kelahiran, dan kebiasaan-
kebiasaannya.2
2
Drs. Munzier Suparta, MA. op.cit.,hal.2
5
Ada juga yang memberikan pengertian lain:
أن البع العين فاليوي عليهم صلى ال عليه وسلم بل جاء بالموقوف وهو ما أضيف إلى
Artinya: "Bahwasanya hadis itu bukan hanya untuk sesuatu yang marfu', yaitu
sesuatu yang disandarkan kepada Nabi SAW., melainkan bisa juga untuk sesuatu
yang mauquf, yaitu yang disandarkan kepada tabi'in.
Sementara para ulama ushul memberikan pengertian hadits adalah:
أقواله وأفعاله وتوري راته التى تتبت الى الحكام وتور رها
Ilmu hadits kemudian populer dengan ilmu musthalah hadits adalah salah stu
cabang disiplin ilmu yang semula disusun oleh Abu Muhammad ar-Rama al-
Hurmuzi, walaupun norma-norma umumnya telah timbuk sejak adanya usaha
pengumpulan dan penyeleksian hadits oleh masing-masing penulis hadits.
Segala sesuatu butuh cara untuk mengetahui maksud tertentu, begitupula dengan
hadis Nabi, butuh metode pemahaman agar hadis itu mampu diketahui, dimengerti, di
pahami, kemudian diamalkan. Di dalam kamus bahasa Indonesia, metode adalah cara
yang teratur berdasarkan pemikiran yang matang untuk mencapai maksud (dalam ilmu
pengetahuan tersebut); cara kerja yang teratur dan bersistem untuk dapat melaksanakan
suatu kegiatan dengan mudah guna mencapai maksud yang ditentukan.3 Metodologi juga
berasal dari kata 'method' yang berarti cara atau tekhnik, metode juga diartikan sebagai
3
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Bahasa Indonesia (Jakarta: Pusat Bahasa, 2008), h.952.
5
cara teratur yang digunakan untuk melaksanakan pekerjaan agar tercapai tujuan sesuai
yang dikehendaki.4
Pemahaman berasal dari kata paham yang berarti pengertian, pendapat atau
pikiran, aliran atau haluan pandangan, mengerti benar atau tahu benar, pandai dan
mengerti benar (tentang suatu hal). Sementara pemahaman adalah proses, cara perbuatan
memahami atau memahamkan. Jadi, metode pemahaman hadis adalah cara yang ditempuh
sesorang untuk memahami hadis. Metodologi pemahaman hadis dalam buku yang ditulis
oleh Arifuddin Ahmad bahwa metodologi pemahaman diartikan tekhnik interpretasi,
dimana dibagi menjadi interpretasi tekstual, interpretasi konteksual dan interpretasi inter
tesktual.
a. Prinsip jangan terburu buru menolak hadis yang dianggap bertentangan dengan akal,
sebelum melakukan penelitian yang mendalam.
b. Prinsip memahami hadis secara tematik (maudhu'i) sehingga memperoleh gambaran
utuh mengenai tema yang dikaji Ali Mustafa Y aqub menyatakan hadis saling
menafsirkan karena sumbernya adalah Raasulullah dan untuk memahaminya harus
dengan melihat riwayat yang lain.
c. Prinsip bertumpu pada analisis kebahasaan, mempertimbangkan struktur teks dan
konteks.
d. Prinsip membedakan Antara ketentuan hadis yang bersifat legal formal dengan aspek
yang bersifat ideal moral (baca: sesatu yang hendak dituju), membedakan sarana dan
tujuan.
e. Prinsip bagaimana membedakan hadis yang bersifat lokal kultural, temporal dan
universal.
4
Arifuddin Ahmad, Metodologi Pemahaman Hadis; Kajian Ilmu Ma'ani al-Hadis (Makassar: Alauddin
University Press, 2012), h. 3.
5
Dosen Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dan
Pengasuh Pondok Pesantren Mahasiswa LSQ (Lingkar Studi al-Qur'an) al-Rohman Bantul Yogyakarta.
5
f. Mempertimbangkan kedudukan Nabi saw. apakah beliau sebagai manusia biasą, nabi
atau rasul, hakim, panglima perang, ayah dan lain sebagainya. Sehingga pengkaji dan
peneliti hadis harus cermat menangkap makna yang terkandung dibalik teks tersebut.
g. Meneliti dengan seksama tentang kesahihan hadis, baik sanad dan matan, serta
berusaha memahami segala aspek yang terkait dengan metode pemahaman hadis.
h. Memastikan bahwa teks hadis tersebut tidak bertentangan dengan nash yang lebih
kuat.
i. Menginterkoneksikan dengan teori teori sains modern untuk memperoleh kejelasan
makna tentang isyarat isyarat ilmiah yang terkadung dalam hadis hadist sains.6
3. Teknik Interpretasi
a. Interpretasi Tekstual
Artinya: dan tiadalah yang diucapkan itu (al Qur'an) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang di wahyukan (kepadanya).
8
Karena itu, apa yang dinyatakan secara eksplisit sebagai hadis Nabi
seharusnya dipahami seperti apa adanya kecuali dijumpai kesulitan, maka harus
ditakwilkan. Hal yang perlu diperhatikan dalam teknik interpretasi ini adalah bentuk
6
Abdul Mustaqim, Ilmu Ma'anil Hadis: Paradigma Interkoneksi berbagai teori dan metode memahami hadis
nabi (Cet. II: Bantul Yogyakarta; Idea Press Yogyakarta, 2016), h. 33-36.
7
Arifuddin Ahmad, Metodologi Pemahaman Hadis; Kajian Ilmu Ma'ani al-Hadis h. 19.
8
Kementrian Agama RI., Mushaf al-Qur'an dan Terjemah (Bandung: Insan Kamil, 2009), h.526.
5
bentuk lafal, susunan kalimat, frase dan klausa, gaya bahasa, kejelasan lafal, petunjuk
(dalalah), makna kandungan lafal baik bersifat hakiki maupun majazi. 9 " Pendekatan
yang digunakan untuk teknik interpretasi ini adalah pendekatan linguistik, teologi
normatif dan teologis (kaidah kaidah ushul fiqh).10 Contoh pengaplikasian interpretasi
ini adalah bentuk matan hadis yang berupa jawami al kalim, yakni sebagai berikut.
b. Interpretasi Kontekstual
َلَقْد َك اَن َلُك ْم ِفي َر ُسوِل ِهَّللا ُأْس َو ٌة َحَس َنًة ِلَم ْن َك اَن َيْر ُجو َهَّللا َو اْلَيْو َم اآْل ِخَر َو َذ َك َر َهَّللا َك ِثيًرا
Artinya: Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan yang banyak mengingat Allah. 13
Rasulullah saw. diutus oleh Allah swt dengan membawa misi kerahmatan bagi
seluruh alam, sebagaimana dinyatakan dalam QS al Anbiya'/21: 107 yang berbunyi,
9
Ambo Asse, Studi Hadis Maudhu'i (Suatu Kajian Metodologi Holistik) (Cet. I; Makassar: Alauddin
University Press 2013), h. 138.
10
Arifuddin Ahmed, Metodologi Pemahaman Hadis; Kajian Ilmu Ma'ani al-Hadis, h. 20.
11
M. Syuhudi Ismail, Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual; Telaah Ma'ani al-Hadits tentang Ajaran
Islam yang Universal, Temporal dan Lokal (Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1994), h. 11.
12
Arifuddin Ahmad, Metodologi Pemahaman Hadis; Kajian Ilmu Ma'ani al-Hadis, h. 113.
13
Kementrian Agama RI., Mushaf al-Qur'an dan Terjemah, h. 420.
14
Kementrian Agama RI., Mushaf al-Qur'an dan Terjemah, h. 331.
5
Kedua ayat di atas masing masing menegaskan bahwa segala sesuatu yang
telah diperankan oleh Rasulullah saw. adalah patut untuk diteladani dan merupakan
bagian dari perwujudan misi kerahmatannya. Oleh karena itu, semua pemahaman
terhadap hadis hadis beliau yang menyalahi kedudukannya sebagai uswah hasanah
atau misi kerahmatannya perlu ditinjau kembali. Dalam konteks inilah, maka
pemahaman terhadap hadis Nabi memerlukan pertimbangan konteksnya, baik di saat
hadis tersebut diwurudkan maupun tatkala hadis hadis itu akan diamalkan. Ini berarti
bahwa hadis Nabi merupakan bukti kepatutan beliau menjadi teladan terbaik dan
bukti kerahmatan misi yang dibawa oleh beliau, sekalipun beberapa di antaranya
dianggap bertentangan dengan kemajuan zaman.15
Hal yang perlu diperhatikan dalam teknik interpretasi ini adalah peristiwa
peristiwa yang terkait dengan wurud hadis (asbab al wurud), kondisi yang dialami dan
dihadapi oleh Rasulullah saw pada saat beliau mengucapkan hadis itu atau pada saat
beliau melakukan suatu amalan yang disaksikan oleh para sahabat atau memang
bersama sama dengan para sahabatnya. Pendekatan yang dapat digunakan dalam
teknik interpretasi ini adalah pendekatan historis, sosiologis, filosofis yang bersifat
interdisipliner. Contoh pengaplikasian interpretasi ini adalah sebagai berikut.
واللفظ َأِلِبي َبْك ٍر َو اْبِن ُنَم ْيٍر، َوُمَحَّم ُد ْبُن اْلُم َثَّنى، َوُمَحَّم ُد ْبُن َع ْبِد ِهللا بن ُنَم ْيٍر،َح َّد َثَنا َأُبو َبْك ِر ْبُن َأِبي َشْيَبَة
، َع ْن َأِبيِه، َع ِن اْبِن ُبَر ْيَدَة، َع ْن ُم حارب بن دثاٍر، َع ْن َأِبي ِس َناٍن َو ُهَو ِض رار بن ُم َّرَة، َح َّد َثَنا ُمَحَّم ُد ْبُن ُفَض ْيٍل:َقاُلوا
ونهيُتُك ْم َع ْن ُلُحوِم اَأْلَص اِح ي َفْو َق، «َنَهْيُتُك ْم َع ْن ِزَياَرِة اْلُقُبوِر َفُز وُروَها: َقاَل َر ُسوُل ِهللا صَّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلَم: َقاَل
َو اَل َتْش َر ُبوا ُم ْس ِك ًرا، َفاْش َر ُبوا في األسقية ُك لَها، َو َنَهْيُتُك ْم َعن الَّنبيد إال في سقاء، »َثاَل ٍث َفَأْمِس ُك وا َم ا َبَدا َلُك ْم
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan
Muhammad bin Abdullah bin Numair dan Muhammad bin al Musanna sedangkan
lafaznya milik Abu Bakar dan Ibn Numair-mereka berkata, telah menceritakan
kepada kami Muhammad bin Fudail dari Abu Sinan-la adalah Dirar bin Murrah dari
Muharib bin Disar dari Ibn Buraidah dari bapaknya ia berkata Rasulullah saw.
bersabda: "Dulu aku melarang kalian untuk ziarah kubur, maka sekarang
berziarahlah. Dulu aku melarang kalian untuk menyimpan daging hewan kurban
lebih dari tiga hari, maka sekarang simpanlah selama jelas bagimu manfaatnya.
Dulu aku melarang kalian tentang nabiz selain di tempat minum, maka sekarang
minumlah dengan menggunakan segala jenis tempat minum dan jangan meminum
minuman yang memabukkan."
15
Arifuddin Ahmad, Metodologi Pemahaman Hadis; Kajian Ilmu Ma'ani al-Hadis, h. 114.
5
Berdasarkan redaksi hadis yang digunakan oleh Rasulullah saw. dalam hadis
di atas dapat dipahami bahwa sebelum menyatakan sabdanya tersebut, beliau pernah
melarang perbuatan tersebut. 16
Ziarah kubur pada awal Islam dilarang karena pemeluk Islam masih lemah,
masih berbaur dengan amalan jahiliyah yang dikhawatirkan dapat menyebabkan
perbuatan syirik. Namun, setelah Islam kuat dan umat Islam sudah dapat
membedakan mana perbuatan yang mengarah kepada syirik mana yang mengarah
untuk beribadah kepada Allah, maka justru ziarah kubur diperintahkan karena dapat
mengingatkan pelakunya tentang hari kematian dan hari akhirat.17
c. Interpretasi Intertekstual
Dasar penggunaan teknik ini adalah penegasan bahwa hadis Nabi adalah
perilaku terhadap Nabi yang merupakan satu kesatuan dengan hadis lain atau ayat
ayat al Qur'an. Bukankah hadis Nabi berfungsi sebagai bayan terhadap ayat ayat al
Qur'an.21 Allah swt berfirman dalam QS al Nahl/16: 44 yang berbunyi,
.... َو َأْنَز ْلَنا ِإَلْيَك الِّذْك َر ِلُتَبِّيَن ِللَّناِس َم ا ُنِّز َل ِإَلْيِه ْم َو َلَع َّلُهْم َيَتَفَّك ُروَن
Ayat ini menjelaskan bahwa Rasulullah saw. diberi tugas sebagai orang yang
memiliki kewenangan untuk menjelaskan ayat ayat al- qur'an. penjelasan Beliau
16
Arifuddin Ahmed, Metodologi Pemahaman Hadis; Kajian Ilmu Ma'ani al-Hadis, h. 160.
17
Ibid, h. 161.
18
Ibid, h. 161.
19
Ibid, h. 85.
20
Ambo Asse, Studi Hadis Maudhu'i (Suatu Kajian Metodologi Holistik), h. 138.
21
Arifuddin Ahmad, op.cit, h. 85.
22
Kementrian Agama RI., Mushaf al-Qur'an dan Terjemah, h. 272.
5
itulah yang kemudian disebut sebagai hadis Nabi. Dengan demikian, pemahaman
terhadap hadis seharusnya tidak memisahkan atau mengabaikan petunjuk al Qur'an
yang terkait dengannya. 23
Hal yang perlu diperhatikan dalam teknik interpretasi ini adalah hubungan
antara teks teks hadis yang lain, baik yang berada dalam satu makna atau tema yang
sama dengan melihat keragaman lafalnya Dan yang perlu diperhatikan adalah
hubungan antara teks teks hadis yang dikaji dengan ayat ayat al Qur'an sebagai
sumber ajaran dan sumber hukum Islam, terutama yang berkaitan dengan hubungan
fungsional antara hadis dengan al Qur'an.25
، َع ِن اْبِن ُع َم َر، َع ْن ِع ْك ِر َم ة بن َخ اِلٍد، َأْخ َبَر َنا َح نظلة بن أبي ُس ْفَياَن: َقاَل،َح َّد َثَنا ُع َبْيُد ِهَّللا ْبُن ُم وَس ى
شهادة أن ال إله إال َهَّللا َو َأَّن: َقاَل َر ُسوُل ِهللا صَّلى ُهللا َع َلْيِه َو َس َّلم " ُبِني اإلسالُم َعلى َخ ْم ٍس:َرِض َي ُهَّللا َع ْنُهَم ا قال
ُمَحَّم ًدا َر ُسوُل ِهَّللا
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Musa, dia berkata
telah. mengabarkan kepada kami Hanzalah bin Abu Sufyan dari Ikrimah bin Khalid
dari Ibn "Umar berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Islam dibangun atas lima
pondasi, yaitu persaksian tidak ada Tuhan selain Allah dan sesungguhnya
Muhammad utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, haji dan puasa
Ramadan".
Dengan demikian, jika memperhatikan keserasian makna di dalam hadis,
maka dapat dipahami bahwa yang dimaksudkan adalah umumnya calon penghuni
surga adalah al fuqara dalam pengertian mereka yang menggantungkan hidupnya
23
Arifuddin Ahmad, op.cit, h. 85
24
30 Ibid, h. 86.
25
Ambo Asse, Studi Hadis Maudhu'i (Suatu Kajian Metodologi Holistik), h. 138.
26
Al-Bukhari, al-Jami al-Sahih, Juz 1, h. 11.
5
kepada Allah swt. dan umumnya calon penghuni neraka adalah al nisa dalam
pengertian mereka yang menggantungkan hidupnya pada syahwat seksualnya.27
27
A rifuddin Ahmad, Metodologi Pemahaman Hadis; Kajian Ilmu Ma'ani al-Hadis, h. 88.
28
Ali Mustafa Yanuh Cara Benar Memahami Hadis h 135-136
5
a. Sumber-sumber Utama: Imam Bukhari melakukan penelitian yang cermat terhadap
sumber-sumber hadis, seperti riwayat para perawi dan sanad (rantai perawi). la
memastikan bahwa setiap hadis yang disertakan dalam karyanya memiliki sanad
yang sahih dan dapat dipercaya secara ilmiah.
b. Kriteria Pemilihan Hadis: Imam Bukhari menggunakan kriteria yang ketat dalam
memilih hadis-hadis yang akan dimasukkan ke dalam kitabnya. Salah satu kriteria
utamanya adalah kesahihan sanad (isnad) dan kesesuaian matan (teks) dengan Al-
Qur'an dan hadis-hadis yang sudah terbukti keabsahannya.
c. Pelacakan Sanad: Imam Bukhari secara teliti melacak rantai perawi hadis hingga
ke sumber aslinya. la memeriksa keandalan setiap perawi hadis dengan
mempelajari riwayat hidup, karakter, dan kejujuran mereka.
d. Memeriksa Kesesuaian Dengan Al-Qur'an: Imam Bukhari memastikan bahwa
setiap hadis yang dia sertakan tidak bertentangan dengan Al-Qur'an, yang
merupakan sumber utama ajaran Islam. Jika ada hadis yang tidak sesuai, Imam
Bukhari menolaknya.
e. Memeriksa Konsistensi: Imam Bukhari memeriksa konsistensi setiap hadis dengan
ajaran Islam secara keseluruhan serta dengan hadis-hadis lain yang telah dipastikan
keabsahannya.
f. Memeriksa Kehandalan Perawi: Imam Bukhari sangat memperhatikan kejujuran,
keadilan, dan integritas moral setiap perawi hadis. la hanya menerima hadis dari
perawi yang dianggapnya dapat dipercaya secara moral dan intelektual.29
g. Menghindari Hadis yang Dha'if: Imam Bukhari secara khusus menghindari hadis-
hadis yang dianggap lemah (dha'if) atau memiliki cacat dalam sanad atau
matannya.
29
Ibn Hajar al-Asqalani, "Fath al-Bari," sebuah komentar terkenal atas "Sahih al-Bukhari".
5
2. Imam Muslim
Imam Muslim, atau Muslim bin al-Hajjaj al-Qushayri al-Naysaburi, adalah
seorang ulama hadis yang terkenal karena karyanya yang monumental, "Sahih
Muslim". Dalam memahami studi hadis, Imam Muslim mengikuti metode yang
cermat dan teliti. Berikut adalah gambaran lengkap tentang metode yang digunakan
oleh Imam Muslim:
Sebagai salah satu dari enam imam besar dalam studi hadis, Imam Abu Dawud
(nama lengkap: Abu Dawud Sulayman bin al-Ash'ath al-Azdi as-Sijistani) dikenal
karena karyanya yang terkenal, "Sunan Abu Dawud". Dalam karyanya yang
monumental ini, Imam Abu Dawud menerapkan metode yang teliti dan hati- hati
dalam memilih serta memverifikasi hadis-hadis yang termuat di dalamnya. Berikut
adalah penjelasan lengkap mengenai metode yang digunakan oleh Imam Abu Dawud
dalam memahami studi hadis:
30
Imam Muslim, "Sahih Muslim," karya utama yang mengandung koleksi hadis yang dipilih dengan teliti.
6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut.
1. hadis adalah segala sesuatu yang bersumber dari Nabi SAW. baik ucapan, perbuatan
maupun ketetapan yang berhubungan dengan hukum atau ketentua-ketentuan Allah
yang disyariatkan kepada manusia.
2. Ilmu mustholah hadits adalah ilmu tentang dasar dan kaidah yang dengannya dapat
diketahui keadaan sanand dan matan dari segi diterima dan ditolaknya.
3. Metode pemahaman hadis adalah cara yang ditempuh seseorang untuk memahami atau
menafsirkan hadis Nabi saw.
4. Interpretasi tekstual adalah metode pemahaman hadis nabi yang berdasarkan teks
semata
5. Interpretasi kontekstual adalah metode memahami hadis berdasarkan latar belakang
munculnya hadis (asbab al wurud) yang dikaitkan dengan masa kekinian.
6. interpretasi intertekstual atau antarteks adalah metode memahami hadis dengan
sistematika matan hadis bersangkutan atau hadis lain yang semakna atau ayat ayat al-
Qur'an yang terkait.
B. Saran
Demikianlah materi tentang Metodologi Studi hadist dan musthalah hadist.
Bagi pembaca agar dapat menjadikan makalah ini tidak hanya di baca saja dan
alangkah baiknya dapat dijadikan sebagai pedoman dalam melakukan studi al-qur’an
dan tafsir .
7
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bukhari, Muhammad bin Isma'il Abu Abdillah. al Jami al Sahih. Juz 4. Cet. I; t.tt: Dar Tuq al
Najjah, 1422 H.
Al-Naisaburi, Muslim bin al Hajjaj Abu al Hasan al Qusyiri, Sahih Muslim Juz 2
Al-Salih, Subhi. 'Ulumal Hadis wa Mustalah. Beirut: Dar al Ilm al Malayin, 1977.
Asse, Ambo. Studi Hadis Maudhu'i (Suatu Kajian Metodologi Holistik). Cet. I; Makassar:
Alauddin University Press, 2013.
Departemen Pendidikan Nasional. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa, 2008.
Ismail, M. Syuhudi. Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual; Telaah Ma'ani al Hadits tentang
Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan Lokal. Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1994.
Kementrian Agama RI. Mushaf al Qur'an dan Terjemah. Bandung: Insan Kamil, 2009.
Mustafa Yaqub, Ali, Cara Benar Memahami Hadis, Pejaten Barat Jakarta: Pustaka Firdaus, 2016.