Anda di halaman 1dari 26

ANALISIS

MATERI PENDEKATAN TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM


MEMAHAMI HADIS DAN MATERI HADIS DAN SAINS
Disusun Guna Memenuhi Tugas Ujian Akhir Semester
Mata kuliah : Studi Qur’an Hadis Terapan
Dosen Pengampu : Abdullah, M.Ag.

Oleh:
Muhammad Khoiruddin (23505410019)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH
TAHUN 2023
MATERI PENDEKATAN TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL DALAM
MEMAHAMI HADIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al-Qur’an dan Hadis merupakan dua sumber ajaran yang diyakini oleh
seluruh umat Islam yang didapatkan melalui nabi Muhammad SAW.1 Al-Qur’an
merupakan ketetapan dari Allah yang berupa wahyu atau kalamullah yang
diturunkan melalui Nabi Muhammad SAW yang telah terjamin kebenarannya dan
terhindar dari campur tangan manusia.2 Sedangkan Hadis merupakan seluruh
ucapan, perbuatan, maupun ketetapan yang berasal dari nabi Muhammad SAW.3
Hadis adalah sumber hukum kedua dalam Islam yang menempati posisi
satu tingkat dibawah Al-Qur’an yang memiliki peran sebagai pedoman serta
petunjuk untuk seluruh umat Islam. Selain itu, hadis juga berperan sebagai
pembimbing agar dapat memahami isi dan kandungan yang ada di dalam Al-
Qur’an. Dengan itu, umat Islam yakin bahwa hadis sebagai petunjuk dan aturan
kedua setelah Al-Qur’an dalam kehidupan umat Islam harus ditaati dan dipatuhi.4
Al-Qur’an dan hadis merupakan dua sumber induk dalam agama islam,
serta tidak akan ada penolakan diantara keduanya, karena keduanya saling
berhubungan dan saling melengkapi. Diturunkannya Nabi Muhammad SAW
sebagai utusan Allah SWT merupakan sebuah hal yang pasti yang memiliki peran
untuk menyampaikan risalah Tuhan yang mengandung tiga hal pokok yaitu
akidah, akhlah, serta ibadah. Selain itu, Rasulullah SAW juga berperan sebagai
penjelas (bayan) bagiya atau Al-Qur’an.5
Penjelasan tentang Hadis memiliki posisi yang sangat penting, karena hadis
merupakan sumber kedua setelah Al-QUr’an dalam Islam. Hadis memilki
beberapa kajian dalam pembahasannya, diantaranya: kajian ilmu mustholah

1
Jurnal Ilmu Komputer, Manajemen Jikem, dan Ryan Syahputra, “Jurnal Ilmu Komputer, Ekonomi dan
Manajemen (JIKEM)” 3, no. 2 (2023): 3769–78.
2
Septi Aji Fitra Jaya, “Al-Quran dan hadis sebagai sumber hukum islam” 9 (2019): 204–16.
3
Komputer, Jikem, dan Syahputra, “Jurnal Ilmu Komputer, Ekonomi dan Manajemen (JIKEM).”
4
Henri Ramdini, “Tipologi Pemahaman Hadis Secara Tekstual dan Kontekstual,” 2023.
5
Ramdini.
Hadis, kritik sanad dan matan, serta berkaitan dengan cara pemahaman hadis.
Banyak ulama klasik serta ulama modern yang menuliskan buku hadis yang
dapat mempermudah dalam mendapatka akses untuk melakukan pengkajian
Hadis. 6
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana penjelasan tentang pengertian pendekatan tekstual dan
kontekstual dalam memahami hadis?
2. Bagaimana cara menerapkan pendekatan tekstual dan pendekatan
kontekstual dalam memahami hadis?
3. Bagaimana cara membedakan hadis yang cukup menggunakan pendekatan
Tekstual dengan hadis yang perlu menggunakan pendekataan Kontekstual?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui penjelasan tentang pengertian pendekata tekstual dan
kontekstual dalam memahami hadis.
2. Untuk mengetahui cara menerapkan pendekatan tekstual dan pendekatan
kontekstual dalam memahami hadis.
3. Untuk mengetahui cara membedakan hadis yang cukup menggunakan
pendekatan Tekstual dengan hadis yang perlu menggunakan pendekataan
Kontekstual.

6
Ramdini.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadis

Pengertian Hadis secara bahasa yaitu segala hal yang baru, hadis juga
memiliki arti berita, yaitu segla sesuatu yang diberitakan, diperbincangkan, serta
disampaikan kepada orang lain. Sedangkan Hadis menurut Istilah merupakan
segala ucapan, pengakuan (taqrir), atau perbuatan yang bersumber dari
Rasulullah SAW. Sedangkan Hadis menurut para ulama sering didefinisikan
seperti Al-sunnah, yaitu segala sesuatu yang yangb berasal dari Nabi Muhammad
SAW baik ucapan, perbuatan, maupun ketetapan (taqrir), psikis juga sifat fisik
baik sebelum maupun sesudah beliau menjadi Nabi.7

B. Jenis-jenis Hadis

1. Hadis Qauliyah atau Ucapan

Merupakan segala perkataan maupun ucapan Rasulullah yang berisi tentang


semua tuntutan serta petnjuk, peristiwa, kisah-kisah baik yang memiliki
hubungan dengan akidah, Syariah, dan Akhlak

2. Hadis Fi’liyah atau perbuatan

Merupakan segala perbuatan yang dilakukan Rasulullah SAW

3. Hadis Taqririyah

Merupakan sebagian perbuatan para sahabat nabi yang telah di tetapkan Nabi,
baik perbuatan maupun dalam bentuk ucapan.8

C. Pengertian Metode Pemahaman Hadis

Pemahaman diambil dari kata Paham yang memiliki arti pengetian,


pendapat atau pikiran, aliran atau haluan pandangan, mengerti benar atau tahu

7
Dahlia et al., “Hadis sebagai sumber ajaran islam untuk masa kini dan nanti,”Jurnal religion : Jurnal
Agama, Sosial, dan Budaya 1 (2023): 155–67.
8
Dahlia et al.
benar, pandai dan mengerti benar (tentang suatu hal). Sedangkan pemahaman
berarti proses, cara untuk memahami atau memahamkan. Dari pengertian
tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa metode pemahaman hadis merupakan
cara yang dilewati seseorang untuk dapat memahami sebuah hadis.9

D. Prinsip-prinsip Metodologi memahami Hadis

Dalam memahami Hadis tidak semudah saat kita membalikkan telapak


tangan, sehingga para ulama melakukan pengkajian dengan serius untuk dapat
memahami Hadis. Dari pengkajian beberapa ulama tersebut akhirnya didapatkan
beberapa prinsip umum dalam memahami Hadis Nabi sebagaimana yang
dituliskan oleh Abdul Mustaqim:

1. Prinsip jangan terburu-buru menolak hadis yang dianggap bertentangan


dengan akal, sebelum melakukan penelitian yang mendalam.

2. Prinsip memahami hadis secara tematik (maudhu’i) sehingga


memperoleh gambaran utuh mengenai tema yang dikaji Ali Mustafa
Yaqub yang menyatakan hadis saling menafsirkan karena sumbernya
berasal dari Rasulullah dan untuk memahaminya harus dengan melihat
riwayat yang lain.

3. Prinsip bertumpu pada analisis kebahasaan, mempertimbangkan


struktur teks dan konteks.

4. Prinsip membedakan antara ketentuan hadis yang bersifat legal formal


dengan aspek yang bersifat ideal moral (baca : sesuatu yang hendak
dituju), membedakan sarana dan tujuan.

5. Prinsip bagaimana membedakan hadis yang bersifat lokal kultural,


temporal, dan universal.

6. Mempertimbangkan kedudukan Nabi Muhammad SAW. apakah beliau


sebagai manusia biasa, nabi atau rasul, hakim, panglima perang, ayah,
dan lainnya. Sehingga pengkaji dan peneliti hadis harus cermat

9
Muhammad Asriady, “METODE PEMAHAMAN HADIS” 16 (2017): 314–23.
menangkap makna yang terkandung dalam teks tersebut.

7. Meneliti dengan seksama tentang kesahihan hadis, baik sanad dan


matan, serta berusaha memahami segala aspekyang terkait dengan
metode pemahaman hadis.

8. Memastikan bahwa teks hadis tersebut tidak bertentangan dengan nash


yang lebih kuat.

9. Menginterkoneksikan dengan teori-teori sains modern untuk


memperoleh kejelasan makna tentang isyarat ilmiah yang terkandung
dalam hadis-hadis sains.10

Beberapa point mengenai prinsip-prinsip memahami hadis Nabi tersebut


bukanlah merupakan hal yang final, boleh dikembangkan pada hal yang lebih luas
sesuai dengan kebutuhan yang dibutuhkan dalam memahami suatu hadis Nabi.

E. Pendekatan Tekstual dalam memahami Hadis

Tekstual diambil dari kata teks yang bermakna kata asli dari pengarang,
kutipan kitab suci ditujukan sebagai dasar ajaran atau alasan,11 bahan tertulis
sebagai awalan memberi ajaran. Sedangkan pendekatan Tekstual merupakan
sebuah cara untuk memahami hadis berdasarkan teks semata.12 Dasar dalam
menggunakan pendekatan tekstual adalah setiap ucapan serta perilaku Nabi
SAW. tidak melenceng dari konteks kewahyuan bahwa segala sesuatu yang
disandarkan kepada Rasulullah adalah wahyu. Sebagaimana dijelaskan dalam Al-
Qur’an yang berbunyi:

4) ‫ﻰ ُﻳْﻮﺣﻰ‬
ٌ ‫ﺣ‬
ْ ‫ﻫَﻮ ِاَّﻟﺎ َو‬
ُ ‫ن‬
ْ ‫( ِا‬3) ‫ﻦ اْﻟَﻬﻮى‬
ِ ‫ﻋ‬
َ ‫ﻖ‬
ُ ‫ﻄ‬
ِ ‫)َوَﻣﺎ َﻳْﻨ‬

Artinya : Dan tiadalah yang diucapkan itu (al-Qur’an) menurut kemauan hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan

10
Hana Salsabila dan Raehanun Aisyah Fitri, “Metode pemahaman hadis” 4 (2023): 1520–27.
11
Komputer, Jikem, dan Syahputra, “Jurnal Ilmu Komputer, Ekonomi dan Manajemen (JIKEM).”
12
Asriady, “METODE PEMAHAMAN HADIS.”
13
(kepadanya). ( QS. An-Najm [53]: 3-4 ).

Maka dari itu, apa yang dinyatakan secara terus terang sebagai hadis Nabi
seharusnya dipahami dengan apa adanya kecuali terdapat kesulitan dalam
pemahamannya, maka harus dilakukan pemahaman lebih lanjut. Hal yang perlu
diperhatikan dalam menggunakan pendekatan tekstual adalah bentuk-bentuk
lafad, susunan kalimat, frase dan klausa, gaya bahasa, kejelasan lafal, petunjuk
(dalalah), makna kandungan lafad baik hakiki maupun majazi. Contoh
pengaplikasian pendekatan tekstual pada hadis berikut:

ُّ ‫ل اﻟَّﻨِﺒ‬
‫ﻲ‬ َ ‫ َﻗا‬: ‫ل‬
َ ‫ َﻗا‬,‫ﻋْﻨُﻬَﻤﺎ‬
َ ‫ﻲ اﻟَّﻠُﻪ‬
َ ‫ﺿ‬
ِ ‫ﻋْﺒِﺪ اﻟّﻠِﻪ َر‬
َ ‫ﻦ‬
َ ‫ﺟﺎِﺑَﺮْﺑ‬
َ ‫ﺳِﻤَﻊ‬
َ ,‫ﻋْﻤٍﺮو‬
َ ‫ﻦ‬
ْ ‫ﻋ‬
َ ,‫ﻋَﻴْﻴَﻨَﺔ‬
ُ ‫ﻦ‬
ُ ‫ﺧَﺒَﺮَﻧﺎ اْﺑ‬
ْ ‫ َأ‬,‫ﻞ‬
ِ ‫ﻀ‬
ْ ‫ﻦ اﻟَﻔ‬
ُ ‫ﺻَﺪَﻗُﺔ ْﺑ‬
َ ‫ﺣَّﺪَﺛَﻨﺎ‬
َ
‫ﻋٌﺔ‬
َ ‫ﺧْﺪ‬
َ ‫ب‬
ُ ‫ﺤْﺮ‬
َ ‫ )اﻟ‬:‫ﻢ‬
َ ‫ﺳَّﻠ‬
َ ‫ﻋَﻠﻴِﻪ َو‬
َ ‫ﺻَّﻠﻰ اﻟّﻠُﻪ‬
َ )

Artinya : Telah bercerita kepada kami Sadaqah bin al-Fadl, telah mengabarkan
kepada kami Ibn ‘Uyainah dari ‘Amr dia mendengar Jabir bin ‘Abdullah
ra. berkata: Nabi Muhammad SAW. bersabda: “Perang adalah siasat”.14

Pemahaman hadis tersebut sudah bisa dipahami hanya dengan pendekatan


tekstual, yaitu berarti setiap perang pasti menggunakan siasat. Ketentuan ini
bersifat universal karena tidak terikat oleh tempat serta waktu tertentu. Yang
artinya setiap perang yang terjadi dengan menggunakan segala cara serta
senjata pastilah menggunakan siasat. Karena perang tanpa siasat sama saja
menyatakan kekalahan kepada pihak lawan.15

F. Pendekatan kontekstual dalam memahami Hadis.

Kontekstual berasal dari kata konteks yang dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia memiliki du aarti yakni,

1. Termasuk dalam bagian uraian yang bisa mengikutsertakan penjelasan


makna

13
Asriady.
14
Asriady.
15
Asriady.
16
2. Situasinya yang berkesinabungan pada peristiwa.

Sedangkan pendekatan Kontekstual merupakan pemahaman matan hadis


dengan cara memperhatikan asbab al wurud yang dikaitkan dengan keadaan
sekarang.17 Dasar dalam penggunaan pendekatan kontekstual adalah Nab
Muhammad SAW sebagai teladan terbaik, uswatun hasanah. Sebagaimana
dinyatakan dalam Al-Qur’an:

‫ﺧَﺮ َوَذَﻛَﺮ اﻟّٰﻠَﻪ َﻛِﺜْﻴًﺮا‬


ِ ‫ﺟﻮا اﻟّٰﻠَﻪ َواْﻟَﻴْﻮَم اْﻟٰﺎ‬
ُ ‫ن َﻳْﺮ‬
َ ‫ﻦ َﻛﺎ‬
ْ ‫ﺴَﻨٌﺔ ِّﻟَﻤ‬
َ ‫ﺣ‬
َ ‫ﺳَﻮٌة‬
ْ ‫ل اﻟّٰﻠِﻪ ُا‬
ِ ‫ﺳْﻮ‬
ُ ‫ﻲ َر‬
ْ ‫ﻢ ِﻓ‬
ْ ‫ن َﻟُﻜ‬
َ ‫َﻟَﻘْﺪ َﻛﺎ‬

Artinya : Sungguh telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan
(kedatangan)hari kiamat dan banyak mengingat Allah. ( QS. Al-Ahzab
[33]: 21)

Dan Rasulullah diutus oleh Allah dengan misi kerahmatan bagi seluruh alam,
sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur’an:

َ ‫ﺣَﻤًﺔ ِّﻟْﻠٰﻌَﻠِﻤْﻴ‬
‫ﻦ‬ ْ ‫ﻚ ِاَّﻟﺎ َر‬
َ ‫ﺳْﻠٰﻨ‬
َ ‫َوَﻣٓﺎ َاْر‬

Artinya : Dan kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk


(menjadi) rahmat bagi seluruh alam. (QS. Al-Anbiya’ [21]: 107).

Hal yang perlu untuk diperhatikan dalam pendekatan kontekstual adalah


kejadian-kejadian yang berhubungan dengan wurud hadis (asbab al wurud) ,
kondisi yang telah ditempuh oleh Rasulullah SAWpada saat beliau mengucapkan
sebuah hadis maupun pada saat beliau melakukan sebuah perbuatan yang
disaksikan oleh para sahabat atau dilakukan bersama dengan para sahabat.
Contoh pengaplikasian pendekatan kontekstual sebagai berikut:

‫ﻦ ُﻧَﻤْﻴٍﺮ‬
ِ ‫ﻆ ِﻟَﺄِﺑﻰ َﺑْﻜٍﺮ َواْﺑ‬
ُ ‫ َو اﻟّﻠْﻔ‬,‫ﻦ اْﻟُﻤَﺜَّﻨﻰ‬
ُ ‫ﺤَّﻤُﺪ ْﺑ‬
َ ‫ َوُﻣ‬,‫ﻋَﻤٍﺮ‬
ُ ‫ﻦ‬
ِ ‫ﻋْﺒِﺪاﻟّﻠِﻪ ْﺑ‬
َ ‫ﻦ‬
ُ ‫ﺤَّﻤُﺪ ْﺑ‬
َ ‫ َوُﻣ‬,‫ﺷْﻴَﺒﺔ‬
َ ‫ﻦ َاِﺑﻰ‬
ُ ‫ﺣَّﺪَﺛَﻨﺎ َأُﺑﻮ َﺑْﻜِﺮ ْﺑ‬
َ
‫ﻋﻦ‬
َ ,‫ﻦ ُﺑَﺮْﻳَﺪَة‬
ِ ‫ﻦ اﺑ‬
ِ ‫ﻋ‬
َ ,‫ﻦ ِدَﺛﺎِر‬
ِ ‫ب ْﺑ‬
ِ ‫ﺤﺎِر‬
َ ‫ﻦ ُﻣ‬
ْ ‫ﻋ‬
َ ,‫ﻦ ُﻣَّﺮَة‬
ُ ‫ﺿَﺮاُر ْﺑ‬
ِ ‫ﻫﻮ‬
ُ ‫نو‬
ِ ‫ﺳَﻨﺎ‬
ِ ‫ﻦ َأِﺑﻰ‬
ْ ‫ﻋ‬
َ ,‫ﻞ‬
ِ ‫ﻀْﻴ‬
َ ‫ﻦ ُﻓ‬
ُ ‫ﺤَّﻤُﺪ ْﺑ‬
َ ‫ﺣَّﺪَﺛَﻨﺎ ُﻣ‬
َ :‫َﻗاُﻟﻮا‬
‫ﺿﺎ‬
َ ‫ﺤﻮِم اْﻟَﺄ‬
ُ ‫ﻦ ُﻟ‬
ْ ‫ﻋ‬
َ ‫ﻢ‬
ْ ‫ َوَﻧَﻬْﻴُﺘُﻜ‬,‫ﻫﺎ‬
َ ‫ﻦ ِزَﻳﺎَرِة اْﻟُﻘُﺒﻮِر َﻓُﺰوُر‬
ْ ‫ﻋ‬
َ ‫ﻢ‬
ْ ‫ َﻧَﻬْﻴُﺘُﻜ‬:‫ﻢ‬
َ ‫ﺳَّﻠ‬
َ ‫ﻋَﻠْﻴِﻪ َو‬
َ ‫ﺻَّﻠﻰ اﻟّﻠُﻪ‬
َ ‫ل اﻟّﻠِﻪ‬
ُ ‫ﺳﻮ‬
ُ ‫ل َر‬
َ ‫ َﻗا‬:‫ل‬
َ ‫ َﻗا‬,‫َأِﺑﻴِﻪ‬
‫ﺸَﺮُﺑﻮا‬
ْ ‫ َوَﻟﺎ َﺗ‬,‫ﺳِﻘَﻴِﺔ َﻛِّﻠَﻬﺎ‬
ْ ‫ﺷَﺮُﺑﻮا ِﻓﻲ اْﻟَﺄ‬
ْ ‫ َﻓﺎ‬,‫ﺳَﻘﺎِء‬
ِ ‫ﻦ اﻟَّﻨِﺒﻴِﺪ ِأَّﻟﺎ ِﻓﻲ‬
ِ ‫ﻋ‬
َ ‫ﻢ‬
ْ ‫ َوَﻧَﻬْﻴُﺘُﻜ‬,‫ﻢ‬
ْ ‫ﺴُﻜﻮا َﻣﺎ َﺑَﺪا َﻟُﻜ‬
ِ ‫ َﻓَﺄْﻣ‬,‫ث‬
ٍ ‫ق َﺛَﻠﺎ‬
َ ‫ﻲ َﻓْﻮ‬
ِّ ‫ﺣ‬
ِ

16
Komputer, Jikem, dan Syahputra, “Jurnal Ilmu Komputer, Ekonomi dan Manajemen (JIKEM).”
17
Asriady, “METODE PEMAHAMAN HADIS.”
‫ﺴِﻜًﺮا‬
ْ ‫ُﻣ‬

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah dan
Muhammad bin Abdullah bin Numair dan Muhammad Bin al Musanna,
sedangkan lafaznya milik Abu Bakar dan ibn Numair, mereka berkata:
telah menceritakan kepada kami Muhammad Fudail dari Abu Sina, ia
adalah Dirar bin Murrah, dari Muharib bin Disar dari Ibn Buraidah dari
bapaknya ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “ Dulu aku melarang
kalian untuk ziarah kubur, maka sekarang berziarahlah. Dulu aku
melarang kalian untuk menyimpan daging hewan kurban lebih dari tiga
hari, maka sekarang simpanlah selama jelas bagimu manfaatnya. Dulu
aku melarang kalian tentang nabiz selain di tempat minum, maka
sekarang minumlah dengan menggunakan segala jenis tempat minum
dan jangan meminum minuman yang memabukkan”.18

18
Asriady.
BAB III

ANALISIS

A. Perbedaan Praktek Khutbah Jum’at antara NU dan Muhammadiyah.

Seperti yang kita tahu bahwa, NU dengan Muhammadiyah memiliki banyak


perbedaan dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan. Perbedaan tersebut
berawal dari adanya perbedaan dalam memahami dalil atau hadis yang
digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan keagamaan masing-
masing. Akan tetapi, ada beberapa perbedaan yang memang terjadi karena
perbedaan dalam pemilihan hadis atau dalil yang digunakan. Seperti perbedaan
dalam menjalankan Khutbah Jum’at antara NU dengan Muhammadiyah:

No. Nahdlatul Ulama Muhammadiyah

1. Adzan Jumat dilakukan dua kali Adzan Jumat dilakukan satu kali

2. Melaksanakan Sholat sunnah Tidak melaksanakan sholat sunnah


Qabliyah sebelum khatib naik ke Qabliyah dan khatib langsung naik
atas mimbar ke atas mimbar

3. Umumnya sholat memakai sarung Umumya sholat memakai celana


panjang

4. Khatib ketika memimpin sholat Khatib ketika memimpin sholat


jumat biasanya memakai surat- jumat biasanya memakai surat-
surat yang pendek surat yang panjang

5. Khatib membawakan potongan Khatib membawakan potongan ayat


ayat ketika khutbah jumat ketika khutbah jumat tanpa
mengawali dengan bacaan menggunakan bacaan taawudz atau
taawudz atau basmallah basmallah

6. Membacakan ayat taqwa yang Membacakan ayat taqwa yang


terdapat didalam Al-Qur’an surat terdapat didalam Al-Qur’an surat Ali
Ali Imran ayat 102 Imran ayat 102

7. Khatib membacakan sholawat Khatib membacakan sholawat


bacaannya seperti posisi duduk bacaannya seperti posisi duduk
tasyahud akhir memakai kata tasyahud akhir tanpa kata
“sayyidina, wa’ala, dan fil ‘alamina” “sayyidina, wa’ala, dan fil ‘alamina”

8. Khatib mengangkat kedua Khatib megangkat jari telunjuknya


tangannya ketika berdoa ketika berdoa

9. Ketika berdoa jamaah Ketika berdoa jamaah


mengaminkan doa khatib dengan mengaminkan doa khatib tanpa
mengeluarkan suara mengeluarkan suara

10. Khatib mengakhiri khutbah jum’at Khatib mengakhiri khutbah jumat


dengan bacaan “ibadallah dengan ucapan salam
innallaha yakmuru..”

B. Perbedaan Hadis dan perbedaan Ritual Keagamaan.

Berdasarkan pembahasan diatas dapat dilihat perbedaan cara pelaksanaan


beberapa hal pada saat salat Jumat antara NU dengan Muhammadiyah.
Perbedaan tersebut terjadi karena adanya penggunaan hadis yang berbeda dan
ada juga perbedaan pemahaman dalam memahami hadis. Berikut merupakan
contoh perbedaan dalam pemilihan hadis yang digunakan serta perbedaan dalam
memahami sebuah hadis:

No. Nahdlatul Ulama Muhammadiyah

1. Hadis riwayat Muslim, Tirmidzi, dan Hadis riwayat Muslim, Tirmidzi,


Abu Dawud dan Abu Dawud

2. Status Hadis Sahih Status Hadis Sahih

3. Mengangkat kedua tangan saat Mengangkat jari telunjuk saat


berdoa di atas mimbar berdoa di atas mimbar

4. Merujuk kitab mausu’ah al Fiqhiyyah Merujuk pada kitab sahih Muslim,


al Kuwaitiyah jilid 20 dan di dalam sunan At Tirmidzi, dan sunan An
kitab tersebut terdapat hadis Nasa’i
riwayat Muslim, At Tirmidzi, dan Abu
Dawud

5. Berdoa harus mengangkat tangan Berdoa mengangkat tangan hanya


dimanapun dan kapanpun ketika selesai salat

Berikut ini adalah penjelasan tentang hadis yang digunakan sebagai dalil
oleh NU dan Muhammadiyah terkait berdoa dalam Khutbah Jumat. Berikut
adalah hadis yang dijadikan dalil oleh NU terkait cara berdoa dalam khutbah
jumat.

‫ )ِأن رﺑﻜﻢ ﺣﻴﻲ ﻛﺮﻳﻢ ﻳﺴﺘﺤﻲ ﻣﻦ ﻋﺒﺪه ِأذا رﻓﻊ ﻳﺪﻳﻪ‬:‫ ﻗﺎل رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ‬:‫وﻗﺎل ﺳﻠﻤﺎن‬
‫ وروى أﻧﺲ أﻧﻪ رأى رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻳﺮﻓﻊ ﻳﺪﻳﻪ ﻓﻰ اﻟﺪﻋﺎء ﺣﺘﻰ‬.(‫ِأﻟﻴﻪ أن ﻳﺮدﻫﻤﺎ ﺻﻔﺮا‬
‫ )ﻛﺎن رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ‬:‫ ﻗﺎل ﻋﻤﺮ رﺿﻲ ﷲ ﻋﻨﻪ‬.‫ أن ﻳﻤﺴﺢ ﺑﻬﻤﺎ وﺟﻬﻪ ﻓﻰ آﺧﻴﺮ اﻟﺪﻋﺎء‬.‫ﻳﺮى ﺑﻴﺎض ِأﺑﻄﻴﻪ‬
‫)ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ِأذا ﻣﺪﻳﺪﻳﻪ ﻓﻰ اﻟﺪﻋﺎء ﻟﻢ ﻳﺮدﻫﻤﺎ ﺣﺘﻰ ﻳﻤﺴﺢ ﺑﻬﻤﺎ وﺟﻬﻪ‬.

Artinya : Dan berkata Salman: Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,


(Sesungguhnya Tuhan kamu itu Maha Hidup Mulia, malu ketika ada seorang
hamba mengangkat kedua tangan karena Allah, kemudian kembali dalam
keadaan kosong). Dan dari riwayat Anas sesungguhnya ia melihat Rasulullah
SAW, Beliau mengangkat kedua tangannya ketika berdoa sampai Nabi terlihat
putih ketiaknya. Kemudian Nabi mengusapkan wajahnya dengan kedua
tangannya di akhir doa. Umar ra Berkata: (Apabila Rasulullah SAW
mengangkat kedua tangannya dalam berdoa, Dia tidak mengembalikannya
(menurunkannya) hingga mengusapkan wajahnya dengan kedua tangannya)
(HR. Muslim, Daud dan Tirmizi).

Hadis yang dipakai sebagai pedoman dalam berdoa oleh Orang NU cukup
diartikan dengan menggunakan pendekatan tekstual. Karena dengan hanya
menggunakan pendekatan Tekstual, hadis tersebut sudah bisa disimpulkan
makna atau kandungan yang terdapat didalamnya.

Sedangkan Muhammadiyah sendiri juga memiliki hadis tersendiri sebagai


pedoman dalam berdoa saat khutbah. Berikut adalah hadis yang dipakai oleh
Muhammadiyah sebagai pedoman dalam berdoa saat khutbah.

‫ﺣﺪﺛﻨﺎ أﺑﻮ ﺑﻜﺮ ﺑﻦ أﺑﻲ ﺷﻴﺒﺔ ﺣﺪﺛﻨﺎ ﻋﺒﺪ اﻟّﻠﻪ ﺑﻦ ِأدرﻳﺲ ﻋﻦ ﺣﺼﻴﻦ ﻋﻦ ﻋﻤﺎرة ﺑﻦ رؤﻳﺒﺔ ﻗﺎل رأى ﺑﺸﺮ ﺑﻦ‬
‫ﻣﺮوان ﻋﻠﻰ اﻟﻤﻨﺒﺮ راﻓﻌﺎ ﻳﺪﻳﻪ ﻓﻘﺎل ﻗّﺒﺢ ﷲ ﻫﺎﺗﻴﻦ اﻟﻴﺪﻳﻦ ﻟﻘﺪ رأﻳﺖ رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻣﺎ ﻳﺰﻳﺪ‬
‫ﻋﻠﻰ أن ﻳﻘﻮل ﺑﻴﺪه ﻫﻜﺬا وأﺷﺎر ﺑِﺄﺻﺒﻌﻪ اﻟﻤﺴﺒﺤﺔ‬

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Abu Bakar bin Abu Syaibah telah
menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris dari Hushain dari Umarah bin
Ru`aibah bahwa suatu ketika ia melihat Bisyra bin Marwan mengangkat kedua
tangannya di atas mimbar, maka ia pun berkata: Semoga Allah menjelekkan
kedua tangan ini. Sungguh, saya telah melihat Rasulullah Saw, beliau tidak
menambah lagi setelah memberikan isyarat dengan tangannya seperti ini, ia
pun memberi isyarat dengan jari telunjuknya” (HR, Muslim).
Hadis yang dipakai sebagai pedoman dalam berdoa oleh Orang
Muhammadiyah cukup diartikan dengan menggunakan pendekatan tekstual.
Karena dengan hanya menggunakan pendekatan Tekstual, hadis tersebut sudah
bisa disimpulkan makna atau kandungan yang terdapat didalamnya.

Walaupun sama-sam berpedoman dari sebuah hadis, NU dan


Muhammadiyah memiliki hasil akhir yang berbeda. Hal itu dikarenakan adanya
perbedaan dalam pemilihan dalil, yang setiap dalilnya memiliki pemahaman
masing-masing. Yaitu pada dalil yang dijadikan pedoman oleh orang NU adalah
berdoa dengan cara mengangkat kedua tangan yang didasarkan dari hadis
riwayat Muslim, Tirmidzi, dan Abu Dawud. Sedangkan dalil yang dijadikan
pedoman oleh Muhammadiyah berisi tentang cara berdoa dengan cara
mengangkat telunjuk yang didasari dari hadis riwayat Muslim, Tirmidzi, dan al-
Nasa’i.

Dari sini kita dapat mengetahui bahwa walaupun sama-sama menggunakan


hadis sebagai pedoman, tetap akan terjadi suatu perbedaan yang dikarenakan
perbedaan dalam cara memahami suatu hadis, maupun perbedaan yang
dikarenakan berbedanya pedoman hadis yang dipakai. NU dan Muhammadiyah
memiliki banyak perbedaan dalam kegiatan keagamaan, khususnya perbedaan
tentang dalam menjalankan tata cara dalam beribadah.

MATERI HADIS DAN SAINS

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara epistomologi, hadis dalam masyarakat Islam dianggap sebagai hal


yang sangat penting, karena hadis menjadi sumber ajaran setelah Al-Qur’an. Oleh
karena itu, hadis memiliki fung sebagai penjelas (bayan) bagi ayat-ayat Al-Qur’an
yang masih global. Hadis juga berfungsi sebagai penetap hukum yang belum
diteteapkan oleh Al-Qur’an. Dengan adanya hadis ini, tidak hanya sebagai
pewarna dalam kehidupan masyarakat dalam berbagai kehidupan, khususnya
dalam dunia akademisi. Akan tetapi, hadis juga menjadi sebuah pembahasan
dalam kajian serta penelitian yang menarik serta tidak ada habisnya, termasuk
metode pemahaman serta aplikasinya.19

Sains memiliki peran penting dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk


Pendidikan. Secara harfiyah sains berasal dari bahasa latin “Scientia” yang berarti
pengetahuan. Ciri umum yang ada di dalam sains adalah pengumpulan serta
pengujian informasi yang didapatkan dari berbagai sumber secara sistematis
yang yang memiliki tujuan untuk memberikan penjelasan tentang alam semesta
beserta isinya. Secara factual, sains dibagi menjadi dua yaitu natural science dan
sosial science . Sains juga dapat diartikan sebagai ilmu pengetahuan alam (IPA).
IPA merupakan ilmu pengetahuan yang mengungkapkan sebuah fakta, konsep,
atau prinsip tentang gejala alam yang diperoleh melalui sebuah proses serta

19
Asriady.
20
sikap ilmiah.

Yang melatar belakangi saya dalam pemilihan materi Hadis dan Sains ini
adalah karena saya ingin tahu lebih dalam bagaimana hubungan yang ada dalam
Hadis dan Sains ini, karena dua hal ini sering dianggap sebagai dua bidang yang
tidak saling terikat. Melalui pembahasan kali ini, saya berharap dapat mrmbrntuk
pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana konsep-konsep Ilmiah dalam
Sains yang dapat saling terikat dengan ajaran-ajaran Hadis dalam Islam.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengertian dari Hadis?

2. Bagaimana pengertian dari Sains?

3. Bagaimana hubungan keterikatan antara Hadis dan Sains?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari Hadis

2. Untuk mengetahui pengertian dari Sains

3. Untuk mengetahui hubungan keterikatan antara Hadis dan Sains

20
Rhyan Prayuddy Reksamunandar, “Pengembangan Bahan Ajar berbasis Kontekstual untuk
Meningkatkan Pemahaman Konsep Sains Dasar Mahasiswa.” 14 (2020): 205–22.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Hadis

Hadis merupakan sumber ajaran Islam yang kedua setelah Al-Qur’an. Hadis
menurut Bahasa berarti segala sesuatu yang baru, hadis juga berarti sebuah
berita, yaitu segala sesuatu yang diberitakan, dibicarakan, serta dipindahkan
kepada orang lain. Sedangkan hadis menurut istilah merupakan segala hal yang
berupa ucapan, pengakuan, atau perbuatan yang dating dari Rasulullah.21 Hadis
merupakan semua hal yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW., yang
didalamnya berupa ucapan, perbuatan, persetujuan, serta sifat (fisik ataupun
psikis), baik terjadi setelah maupun sebelum kenabiannya.22

Pada masa Nabi Muhammad SAW hadis belum ditulis sebagaimana yang
sudah ada seperti sekarang, hal itu dikarenakan adanya larangan dari nabi
Muhammad SAW sebagaimana yang diriwayatkan oleh Abu Said al-Khudri,

21
Dahlia et al., “Hadis sebagai sumber ajaran islam untuk masa kini dan nanti.”
22
Leni Andariati, “HADIS DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA” 2, no. Maret (2020).
Rasulullah SAW bersabda:

‫)ﻻﺗﻜﺘﺒﻮا ﻋّﻨﻲ ﺷﻴﺌﺎ ﻏﻴﺮ اﻟﻘﺮان ﻓﻠﻴﻤﺤﻪ )رواه أﺣﻤﺪ‬

Artinya: Rasulullah SAW telah bersabda, “janganlah kamu menulis sesuatu yang
berasal daripadaku, kecuali al-Qur’an, dan barang siapa telah menulis
daripadaku selain al-Qur’an, maka hendaklah ia menghapuskannya.23

Pelarangan penulisan hadis yang dilakukan Nabi Muhammad SAW


disebabkan oleh kekhawatiran dari Nabi apabila hadis yang ditulis akan
bercampur dengan catatan ayat-ayat al-Qur’an. Meskipun telah dilarang oleh
rasulullah, pada masa itu masih ada beberapa sahabat yang masih menyimpan
lembaran-lembaran (sahifah) yang isinya adalah catatan hadis, misalnya
Abdullah ibn Amr ibn al-Ash menyimpan lembarnya yang diberi namaal sahifah al
-shadiqah , alasan pemberian nama seperti itu dikarenakan ia menulis secara
langsung dari Rasulullah sendiri, sehingga dalam periwayatannya dipercaya akan
kebenarannya. Begitu juga dengan Ali ibn Abi Thalib dan Anas ibn Malik,
keduanya masih memiliki catatan hadis. Hal ini tidak dikarenakan mereka
melanggar larangan dari Rasulullah, akan tetapi memang ada riwayat lain yang
menerangkan bahwa Rasul mengizinkan para sahabat untuk menulis hadis,
sebagaimana yang diriwayatkan bahwa para sahabat Abdullah ibn Amr ibn al-Ash
yang pasti menulis semua yang didengarnya dari Rasulullah, karena menurut
mereka kadang Rasul dalam keadaan marah, sehingga menyebabkan ucapannya
tidak termasuk ucapan syar’i. tetapi setelah diadukan kepada Rasulullah SAW.
beliau bersabda:

“Tulislah apa yang kamu dengar dariku, demi dzat yang jiwaku berada
ditangannya, tidak keluar dari mulutku kecuali kebenaran.”

Dilihat dari hal ini dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat dua riwayat
yang berbeda, dalam riwayat pertama Nabi melarang untuk menulis hadis,
sedangkan dalam riwayat kedua Nabi Muhammad memperbolehkan untuk
menulis Hadis. Dan karena hal ini terdapat perbedaan pendapat antara para

23
Andariati.
ulama dan akhirnya muncul dua pendapat yang berbeda, Pendapat pertama
menyatakan bahwa riwayat yang melarang penulisan hadis dinasakh oleh riwayat
yang mengizinkannya. Menurut mereka, larangan penulisan hadis terjadi pada
awal-awal Islam, karena Dikhawatirkan akan adanya percampuran antara Hadis
dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Dan saat kekhawatiran tersebut mulai hilang yang
dikarenakan para sahabat telah mengetahui dan sudah terbiasa dengan susunan
ayat-ayat Al-Qur’an, sehingga dapat membedakan yang mana ayata AL-Qur’an
dan yang mana yang bukan, maka Rasul akhirnya memperbolehkan para sahabat
untuk menuliskan hadis.24

B. Pengertian Sains

Sains menurut bahasa berasal dari bahasa latin “Scientia” yang berarti
pengetahuan. Sedangkan dalam pengertian lain, Sains diartikan sebagai
kumpulan teori-teori yang telah di uji coba yang menerangkan tentang pola-pola
yang teratur maupun tidak diantara fenomena yang dipelajari dengan hati-hati.
Ciri Sains secara umum adalah dilakukannya pengumpulan serta pengujian
informasi dari banyak sumber secara runtut atau urut yang memiliki tujuan untuk
memberikan penjelasan tentang alam semesta dan isinya. Salah satu cabang
sains adalahnatural science. 25

Islam merupakan agama yang sempurna, salah satu kesempurnaannya


adalah perintah Allah swt untuk mencari ilmu serta mengangkat derajat kaum
yang berilmu. Perintah untuk mencari ilmu serta mengajarkannya banyak ditemui
didalam Al-Qur’an dan Hadis. Al-Qur’an dan Hadis juga tidak membeda-bedakan
antara ilmu agama dengan ilmu umum. Hal ini dikarenakan semua ilmu
bersumber dari Zat yang maha mengetahui yaitu Allah swt.

Allah swt memberi perintah kepada setiap umatnya untuk mencari ilmu
pengetahuan dari manapun ilmu itu berasal . Ilmu (hikmah) yang hilang dari umat
Islam merupakan barang berharga yang tersebar dari umat Islam. Sebagaimana

24
Andariati.
25
Reksamunandar, “Pengembangan Bahan Ajar berbasis Kontekstual untuk Meningkatkan Pemahaman
Konsep Sains Dasar Mahasiswa.”
dijelaskan dalam hadis Nabi yang diriwayatkan At-Tirmidzi :

‫ﻞ ﷲ ﺣﺘﻰ ﻳﺮﺟﻊ‬
ِ ‫ﺳِﺒﻴ‬
َ ‫ﺧﺮج ﻓﻲ ﻃﻠﺐ اﻟﻌﻠﻢ ﻓﻬﻮ ﻓﻲ‬
َ ‫ﻣﻦ‬

Artinya: “Barang siapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka ia berada di jalan
Allah sampai ia pulang.”

Dari hadis diatas menerangkan bahwa nabi Muhammad SAW memberi


perintah kepada seluruh umatnya untukkeluar menuntut ilmu tanpa ada Batasan
waktu serta objek ilmu yang akan dipelajari. Hal ini menunjukkan bahwa semua
ilmu yang ada adalah ilmu yang bersumber dari Allah swt.26 salah satunya adalah
ilmu sains yang telah kita ketahui keberadaannya yang pastinya berasal dari Allah
swt.

Berikut ini adalah beberapa hadis yang saling berikatan dengan Sains.

1. Hadis tentang larangan meniup makanan/minuman yang masih panas

Dari ibnu Abbas ra., beliau berkata:

‫ﺦ ِﻓﻴﻪ‬
َ ‫َِﻧﺎِء َأْو ُﻳْﻨَﻔ‬ ‫ﺲ ِﻓﻲ اﻹ‬
َ ‫ن ُﻳَﺘَﻨَّﻔ‬
ْ ‫ﻢ َﻧَﻬﻰ َأ‬
َ ‫ﺳَّﻠ‬
َ ‫ﻋَﻠْﻴِﻪ َو‬
َ ‫ﺻَّﻠﻰ اﻟَّﻠﻪ‬
َ ‫ﻲ‬
َّ ‫ن اﻟَّﻨِﺒ‬
َّ ‫َأ‬

Artinya : “Nabi Muhammad SAW melarang bernafas di dalam gelas atau


meniup isi gelas (H.R Abu Dawud : 3728, At Tirmizi : 1888,Ibnu Majah : 3288}

Dalam hadis diatas dijelaskan tentang larangan meniup atau bernafas


di dalam gelas, yang apabila dipelajari dengan menggunakan ilmu Sains
dijelaskan bahwa apabila kita meniup atau bernafas dalam gelas ditakutkan
akan berpengaruh pada sirkulasi air yang masuk kedalam tubuh yang dapat
mengganggu pernafasan.

Hadis riwayat Abu Sa’id Al-Khudri, beliau berkata:

‫ ﻓﻘﺎل رﺟﻞ اﻟﻘﺬاة أراﻫﺎ ﻓﻰ اﻹﻧﺎء ﻗﺎل‬.‫ﺸﺮب‬


ّ ‫ﻲ ﺻﻠﻰ اﻟّﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ وﺳﻠﻢ ﻧﻬﻰ ﻋﻦ اﻟﻨﻔﺦ ﻓﻰ اﻟ‬
ّ ‫ن اﻟّﻨﺒ‬
ّ ‫أ‬
‫ ﻗﺎل ﻓﺈّﻧﻰ ﻻ أروى ﻣﻦ ﻧﻔﺲ واﺣﺪ ﻗﺎل )ﻓﺄﺑﻦ اﻟﻘﺪح إذا ﻋﻦ ﻓﻴﻚ‬.(‫))أﻫﺮﻗﻬﺎ‬

Artinya : “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang meniup-niup saat


26
Syukron Darsyah, “HADIS-HADIS TARBAWI TENTANG INTEGRASI ILMU, SAINS DAN TEKNOLOGI,”At-
Thullab : Jurnal Of Islamic Studies 3715 (2022).
minum. Seseorang berkata, “Bagaimana jika ada kotoran yang aku
lihat di dalam wadah air itu?” Beliau bersabda, “Tumpahkan saja.” Ia
berkata, “Aku tidak dapat minum dengan satu kali tarikan nafas.”
Beliau bersabda, “Kalau begitu, jauhkanlah wadah air (tempat
mimum) itu dari mulutmu. ”

2. Hadis Tentang makruhnya minum sambil berdiri

ّ ‫ي ﺣّﺪﺛﻨﺎ ﻋﻤﺮ ﺑﻦ ﺣﻤﺰة أﺣﺒﺮﻧﻲ أﺑﻮ ﻏﻄﻔﺎن اﻟﻤﺮ‬


‫ي‬ َّ ‫ن ﻳﻌﻨﻲ اﻟﻔﺰار‬
ٌ ‫ﺣّﺪﺛﻨﻲ ﻋﺒﺪ اﻟﺠّﺒﺎرﺑﻦ ﻟﻠﻌﻼء ﺣّﺪﺛﻨﺎ ﻣﺮوا‬
‫ﻦ أﺣﺪ ﻣﻨﻜﻢ ﻗﺎﺋﻤﺎ ﻓﻤﻦ ﻧﺴﻲ‬
ّ ‫أﻧﻪ ﺳﻤﻊ أﺑﺎ ﻫﺮﻳﺮة ﻳﻘﻮﻻ ﻗﺎل رﺳﻮل ﷲ ﺻﻠﻰ ﷲ ﻋﻠﻴﻪ وﺳّﻠﻢ ﻻﻳﺸﺮﺑ‬
‫ﻓﻠﻴﺴﺘﻘﺊ‬

Artinya : Telah menceritakan kepadaku Abdullah bin al ‘Ala : Telah


menceritakan kepada kami Marwan yaitu Al-Fazari : telah
menceritakan kepada kami ‘Umar bin Hamzah: Telah mengabarkan
kepadaku Abu Ghathafan Al Murri bahwa dia mendengar Abu
Hurairah berkata: Rasulullah SAW Bersabda: “Janganlah sekali-kali
salah seorang diantara kalian minum sambil berdiri, apabila dia lupa
maka muntahkanlah” (H.R Muslim : 3775).

Hadis tersebut menjelaskan tentang tatacara minum seorang muslim.


Sedangkan menurut Sains apabila minum dilakukan sambil berdiri
dikhawatirkan akan terjadi permasalahan dalam pencernaan dan dapat
menimbulkn dampak yang tidak baik bagi peredara air yang diminum. Hal ini
menunjukkan bahwa antara agama dengan sains daling berkaitan satu
dengan lainnya.27

27
Darsyah.
BAB III

ANALISIS

A. Rekayasa genetika pada Manusia

Sains mutakhir yang mengarahkan pandangan kepada alam materi, menjadi

penyebab manusia membatasi ilmunya pada bidang tersebut. Bahkan sebagian

mereka tidak mengakui adanya realitas yang tidak dapat dibuktikan di alam

materi. Karena itu objek ilmu menurut mereka hanya mencakup sains tentang

kealaman dan terapannya yang dapat berkembang secara kualitatif dan

penggandaan saja.

Sebelum Bapak Genetika Gregor Johan Mendel (1822-1884)

memperkenalkan teori-teorinya yang membahas tentang keturunan yang

kemudian dikenal sebagai hukum keturunan dari Mendel, maka pengetahuan

tentang genetika telah memiliki embrio sejak 1500 tahun yang lalu, berbagai

kegiatan manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa disadari

telah menerapkan prinsip-prinsip genetika. Sebagai contoh, bangsa Sumeria dan

Mesir kuno telah berusaha memperbaiki tanaman gandum, bangsa Cina

mengupayakan sifat-sifat unggul pada tanaman padi, bangsa Siriah menyeleksi

tanaman kurma. Demikian pula, di benua Amerika dilakukan persilangan-


persilangan pada gandum dan jagung yang berasal dari rerumputan liar. Di dalam

hadis Nabi saw. juga ditemukan penjelasan tentang genetika yang dapat

mempengaruhi bentuk fisik seorang anak.

Rasulullah SAW Bersabda :

‫ﺟًﻠﺎ َأَﺗﻰ‬
ُ ‫ن َر‬
َّ ‫ﻫَﺮْﻳَﺮَة َأ‬
ُ ‫ﻦ َأِﺑﻲ‬
ْ ‫ﻋ‬
َ ‫ﺐ‬
ِ ‫ﺴَّﻴ‬
َ ‫ﻦ اْﻟُﻤ‬
ِ ‫ﺳِﻌﻴِﺪ ْﺑ‬
َ ‫ﻦ‬
ْ ‫ﻋ‬
َ ‫ب‬
ٍ ‫ﺷَﻬﺎ‬
ِ ‫ﻦ‬
ِ ‫ﻦ اْﺑ‬
ْ ‫ﻋ‬
َ ‫ﻚ‬
ٌ ‫ﺣَّﺪَﺛَﻨﺎ َﻣاِﻟ‬
َ ‫ﻋَﺔ‬
َ ‫ﻦ َﻓَﺰ‬
ُ ‫ﺤَﻴﻰ ْﺑ‬
ْ ‫ﺣَّﺪَﺛَﻨﺎ َﻳ‬
َ

‫ل َﻣﺎ‬
َ ‫ َﻗا‬. ‫ﻢ‬
ْ ‫ل َﻧَﻌ‬
َ ‫ﻦ ِإْﺑﻞ َﻗا‬
ْ ‫ﻚ ِﻣ‬
َ ‫ﻞ َﻟ‬
ْ ‫ﻫ‬
َ ‫ل‬
َ ‫ﺳَﻮُد َﻓَﻘا‬
ْ ‫ﻏَﻠﺎٌم َأ‬
ُ ‫ل اﻟَّﻠِﻪ ُوِﻟَﺪ ِﻟﻲ‬
َ ‫ﺳﻮ‬
ُ ‫ل َﻳﺎ َر‬
َ ‫ﻢ َﻓَﻘا‬
َ ‫ﺳَّﻠ‬
َ ‫ﻋَﻠْﻴِﻪ َو‬
َ ‫ﺻَّﻠﻰ اﻟَّﻠُﻪ‬
َ ‫ﻲ‬
َّ ‫اﻟَّﻨِﺒ‬

‫ل َﻓَﺄَّﻧﻰ ذﻟﻚ ﻗﺎل ﻟﻌﻠﻪ ﻧﺰﻋﻪ ﻋﺮق ﻗﺎل ﻓﻠﻌﻞ اﺑﻨﻚ ﻫﺬا‬
َ ‫ﻢ َﻗا‬
ْ ‫ل َﻧَﻌ‬
َ ‫ق َﻗا‬
َ ‫ﻦ َأْوَر‬
ْ ‫ﻞ ِﻓﻴَﻬﺎ ِﻣ‬
ْ ‫ﻫ‬
َ ‫ل‬
َ ‫ﺣْﻤٌﺮ َﻗا‬
ُ ‫ل‬
َ ‫َأْﻟَﻮاُﻧَﻬﺎ َﻗا‬

‫ﺨﺎِري‬
َ ‫)َﻧَﺰﻋﻪ)َرَواُه اْﻟُﺒ‬

Artinya : Telah menceritakan kepada kami Yahya bin Quza’ah telah menceritakan

kepada kami Malik dari Ibnu Syihab dari Sa’id bin al-Musayyab dari Abu

Hurairah bahwa seorang laki-laki mendatangi Nabi saw. dan berkata,

Wahai Rasulullah, istriku telah melahirkan anak yang berkulit hitam.

Beliau bertanya: Apakah kamu memiliki beberapa ekor unta?, laki-laki itu

menjawab, ya. beliau melanjutkan bertanya: Lalu apa saja warna

kulitnya?. Ia menjawab, Merah. beliau bertanya lagi: Apakah di antara

unta itu ada yang berkulit keabu-abuan?, laki-laki itu menjawab, ya.

Beliau bertanya: Kenapa bisa seperti itu?, laki-laki itu menjawab,

mungkin itu berasal karena faktor keturunan. Beliau bersabda: mungkin

juga anakmu seperti itu (karena faktor keturunan)

Pada awalnya, orang-orang menganggap bahwa faktor pembawa sifat-sifat

orang tua kepada anaknya adalah kromosom. Namun, penemuan terakhir

membuktikan bahwa faktor pewarisan sifat-sifat itu bukan kromosom yang


demikian kecil, tetapi gen yang terdapat didalamnya. Bahkan, lebih tepat

dikatakan yang menyampaikan informasi genetik adalah senyawa kimia yang

terkandung di dalamnya. DNA (Deoxyribonucleic Acid) atau Asam

Deoksiribosanukleat merupakan tempat penyimpanan informasi genetik tersebut

Di Indonesia, genetika manusia mulai dipelajari sejak zaman sebelum

perang dunia II. Pada saat itu penentuan golongan darah untuk tujuan

kedokteran maupun untuk keperluan antropologi telah dilakukan oleh beberapa

sarjana dari Belanda. Setelah kemerdekaan, barulah mulai dikembangkan teknik

pemeriksaan genetika manusia seperti pemeriksaan kromatin seks. Penggunaan

dermatoglifi untuk diagnostik kedokteran.

Pada tahun 1970 digagas perkembangan ilmu yang berhubungan erat

dengan genetika manusia, yaitu andrologi. Ilmu ini merupakan suatu

pengembangan khusus dalam ilmu kedokteran yang mempelajari fertilitas dan

interfilitas pada pria, yang meliputi potensi seksual, spermatologi, kontrol

fertilitas, dan sebagainya. Kesimpulan yang diperoleh bahwa pemisahan sperma

melalui cara penyaringan sephadex gel column menghasilkan filtrat yang

mengandung spermatozoa-X dalam jumlah besar. Inseminasi buatan dengan

menggunakan sperma suami yang disaring dengan cara itu memperkuat dan

membenarkan keberhasilan cara penyaringan tersebut untuk meningkatkan

jumlah spermatozoa-X. Dengan demikian kehamilan yang terjadi hampir dapat

dipastikan hasilnya adalah bayi perempuan.

Penjelasan menyangkut reproduksi manusia dapat ditemukan dalam hadis

dibawah ini.
‫ﻦ ﺳﻼم‬
َ ‫ﺣَّﺪَﺛَﻨﺎ ُﻣَﻌﺎِوَﻳُﺔ َﻳْﻌِﻨﻲ اْﺑ‬
َ ‫ﻦ َﻧﺎِﻓٍﻊ‬
ُ ‫ﻫَﻮ اﻟَّﺮِﺑﻴُﻊ ْﺑ‬
ُ ‫ﺣَّﺪَﺛَﻨﺎ َأُﺑﻮ َﺗْﻮَﺑَﺔ َو‬
َ ‫ﺤْﻠَﻮاِﻧﻲ‬
ُ ‫ﻋَﻠﻰ اْﻟ‬
َ ‫ﻦ‬
ُ ‫ﻦ ْﺑ‬
ُ ‫ﺴ‬
َ ‫ﺤ‬
َ ‫ﺣَّﺪَﺛِﻨﻲ اْﻟ‬
َ

‫ﺻَّﻠﻰ ﷲ‬
َ ‫ل اﻟَّﻠِﻪ‬
ِ ‫ﺳﻮ‬
ُ ‫ن َﻣْﻮَﻟﻰ َر‬
َ ‫ن َﺛْﻮَﺑﺎ‬
َّ ‫ﻲ َأ‬
ُّ ‫ﺣِﺒ‬
َ ‫ﺳَﻤﺎَء اﻟَّﺮ‬
ْ ‫ﺣَّﺪَﺛِﻨﻲ َأُﺑﻮ َأ‬
َ ‫ل‬
َ ‫ﺳَّﻠﺎٍم َﻗا‬
َ ‫ﺳِﻤَﻊ َأَﻧﺎ‬
َ ‫ﺧﺎُه َأَّﻧُﻪ‬
َ ‫ﻦ َزْﻳٍﺪ َﻳْﻌِﻨﻲ َأ‬
ْ ‫ﻋ‬
َ

َ ‫ﺣَﺒﺎٍر اْﻟَﻴُﻬﻮِد َﻓَﻘا‬


‫ل‬ ْ ‫ﻦ َأ‬
ْ ‫ﺣْﺒٌﺮ ِﻣ‬
ِ ‫ﺠﺎَء‬
َ ‫ﻢ َﻓ‬
َ ‫ﺳَّﻠ‬
َ ‫ﻋَﻠْﻴِﻪ َو‬
َ ‫ﺻَّﻠﻰ اﻟَّﻠُﻪ‬
َ ‫ل اﻟَّﻠِﻪ‬
ِ ‫ﺳﻮ‬
ُ ‫ﻋْﻨَﺪ َر‬
ِ ‫ﺖ َﻗﺎِﺋًﻤﺎ‬
ُ ‫ل ُﻛﻨ‬
َ ‫ﺣَّﺪَﺛُﻪ َﻗا‬
َ ‫ﻢ‬
َ ‫ﺳَّﻠ‬
َ ‫ﻋَﻠْﻴِﻪ َو‬
َ ُ

‫ﻦ اْﻟَﻤْﺮَأِة َأْذَﻛًﺮا‬
ِ ‫ﻞ َﻣ‬
ِ ‫ﺟ‬
ُ ‫ﺟَﺘَﻤَﻌﺎ َﻓَﻌَﻠﺎ َﻣِﻨﻲ اﻟَّﺮ‬
ْ ‫ﺻَﻔُﺮ َﻓِﺈَذا ا‬
ْ ‫ﺾ َوَﻣﺎُء اْﻟَﻤْﺮَأِة َأ‬
ُ ‫ﻞ َأْﺑَﻴ‬
ِ ‫ﺟ‬
ُ ‫ َﻣﺎُء اﻟَّﺮ‬... ‫ﺤَّﻤُﺪ‬
َ ‫ﻚ َﻳﺎ ُﻣ‬
َ ‫ﻋَﻠْﻴ‬
َ ‫ﺴَﻠﺎُم‬
َّ ‫اﻟ‬

ُ ‫ﺴِﻠ‬
‫ﻢ‬ ْ ‫ )َرَواُه ُﻣ‬... ‫ن ا ﷲ‬
ِ ‫ﻞ َﻧَﻨﺎ ِﺑِﺈْذ‬
ِ ‫ﺟ‬
ُ ‫ﻲ اْﻟَﻤْﺮَأِة َﻣِﻨﻲ اﻟَّﺮ‬
ُّ ‫ن اﻟَّﻠِﻪ َوِإَذا ﻋﻼ َﻣِﻨ‬
ِ ‫)ِﺑِﺈْذ‬

Artinya : Telah menceritakan kepada kami al-Hasan bin ‘Ali al-Hulwani telah

menceritakan kepada kami Abu Taubah, yaitu al-Rabi’ bin Nafi’ telah

menceritakan kepada kami Mu’awiyah, yaitu Ibn Sallam dari Zaid, yaitu

saudaranya bahwa dia mendengar Abu Sallam berkata, telah

menceritakan kepada kami Abu Asma’ al-Rahabi bahwa S|auban,

budak Rasulullah saw. bercerita kepadanya, dia berkata, ‚Aku pernah

berdiri di dekat Rasulullah saw. tiba-tiba datanglah salah seorang rahib

dari orang-orang Yahudi seraya berkata, ‚Semoga keselamatan

tercurah atasmu wahai Muhammad‛…Air mani seorang lelaki berwarna

putih dan air mani seorang wanita berwarna kuning, jika keduanya

menyatu lalu air mani si lelaki lebih dominan atas air mani wanita

maka janin itu akan berkelamin laki-laki dengan izin Allah. Namun jika

air mani wanita lebih dominan atas air mani si lelaki maka janin itu

akan berkelamin wanita dengan izin Allah.

Fakta-fakta tersebut jika diresapi kandungannya, akan dapat ditemukan

akan pengakuan bahwa dibalik semua yang telah ada dan diciptakan, ada campur

tangan dari Allah SWT.


Daftar Pustaka

Andariati, Leni. “HADIS DAN SEJARAH PERKEMBANGANNYA” 2, no. Maret (2020).

Asriady, Muhammad. “METODE PEMAHAMAN HADIS” 16 (2017): 314–23.

Dahlia, Diva Maulidya Utami, Heney, Maya, Mellyana, dan Zauhar Latifah. “Hadis sebagai
sumber ajaran islam untuk masa kini dan nanti.”Jurnal religion : Jurnal Agama,
Sosial, dan Budaya 1 (2023): 155–67.

Darsyah, Syukron. “HADIS-HADIS TARBAWI TENTANG INTEGRASI ILMU, SAINS DAN


TEKNOLOGI.”At-Thullab : Jurnal Of Islamic Studies 3715 (2022).

Jaya, Septi Aji Fitra. “Al-Quran dan hadis sebagai sumber hukum islam” 9 (2019):
204–16.

Komputer, Jurnal Ilmu, Manajemen Jikem, dan Ryan Syahputra. “Jurnal Ilmu Komputer,
Ekonomi dan Manajemen (JIKEM)” 3, no. 2 (2023): 3769–78.

Ramdini, Henri. “Tipologi Pemahaman Hadis Secara Tekstual dan Kontekstual,” 2023.

Reksamunandar, Rhyan Prayuddy. “Pengembangan Bahan Ajar berbasis Kontekstual


untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Sains Dasar Mahasiswa.” 14 (2020):
205–22.

Salsabila, Hana, dan Raehanun Aisyah Fitri. “Metode pemahaman hadis” 4 (2023):
1520–27.

Anda mungkin juga menyukai