Anda di halaman 1dari 11

UNSUR-UNSUR POKOK HADITS

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas dalam mata pelajaran Pendidikan

Dosen Pengampu :

JURUSAN TARBIYAH

PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

2024

1
2
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji syukur atas kehadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah melimpahkan
rahmat serta hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Unsur-Unsur Pokok Hadits” tanpa ada suatu halangan.

Sholawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad


Shollallahu ‘alaihi wa sallam yang kita nantikan syafa’atnya di hari akhir.

Dalam penyusunan makalah ini, banyak bantuan yang penulis terima. Oleh
karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Orang tua yang selalu memberi doa dan restu

2. Keluarga yang terus mendukung dan memberi semangat

3. Dosen pengampu mata kuliah Pendidikan

4. Semua pihak yang terkait dalam penulisan makalah ini

Semoga kebaikan yang telah diberikan mendapat imbalan dari Allah


Subhnahu wa Ta’ala.

Makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis masih
mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan selanjutnya.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi perkembangan Pendidikan Pancasila

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pati, 15 Maret 2023

Penulis

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bagi umat Islam, hadis dianggap sebagai sumber hukum utama setelah
Al-Qur'an. Hadits merupakan sumber tasyri yang penting dalam Islam. Umat
Islam meyakini Al-Quran dan hadis merupakan sumber hukum Islam yang
tidak dapat dipisahkan demi kepentingan istidlal dan dipandang sebagai
sumber utama yakni nash. Keduanya saling berhubungan dalam menjelaskan
syariat.

Hadits merupakan pedoman hidup umat Islam setelah Al-Qur'an. Dimana


tidak semua hal dijelaskan dalam Al-Quran, seperti apa hukumnya,
bagaimana mengamalkannya, dan apa dalilnya.

Dalam hadis terdapat tiga unsur hadis, antara lain sanad, matan, dan

narator. Dimana ketiganya sangat erat kaitannya dan tidak dapat


dipisahkan. Sebuah berita dari Rasulullah SAW, Matan tanpa ditemukan
rangkaian atau urutannya

susunan sanadnya yang tidak bisa disebut hadis. Demikian pula struktur
sanadnya, sekalipun berlanjut sampai Rasulullah SAW, jika tidak ada berita di
bawahnya, tidak bisa dikatakan hadis pula.

Tiga unsur dasar hadits, matan dan sanad, digunakan setelah Nabi
Muhammad SAW wafat.

Seiring berjalannya waktu, banyak pihak yang ingin memalsukan hadis.


Artinya, Anda bisa membuat hadis palsu. Sebagai umat Islam, Anda harus
mengetahui keaslian hadis dengan mempelajari struktur hadis itu sendiri.
Seperti melihat perawi sanad, matan, dan hadis disertai transformasi hadis.
Transformasi hadis adalah narasi hadis atau jalannya hadis dari perawi hingga
Nabi Muhammad SAW.

4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, muncul sebuah rumusan masalah
sebagai berikut:

1. Bagaimana pengertian Wawasan Nusantara?

2. Bagaimana Kedudukan Wawasan Nusantara?

3. Apa Saja fungsi Wawasan Nusantara?

4. Apa saja tujuan Wawasan Nusantara?


C. Tujuan Penulisan
Penulisan ini bertujuan untuk:

1. Untuk mengetahui pengertian Wawasan Nusantara.

2. Untuk mengetahui Kedudukan Wawasan Nusantara.

3. Untuk mengetahui fungsi Wawasan Nusantara.

4. Untuk mengetahui tujuan Wawasan Nusantara.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sanad hadist

1. Pengertian Sanad
Sanad adalah pegangan dalam teks hadis atau matan. Menurut
bahasa, sanad adalah sandaran atau tempat bersandar. Sedangkan
menurut istilah, sanad adalah jalan yang menyampaikan kepada jalan
hadis. Secara historis, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum
datangnya Islam. Akan tetapi mayoritas penerapan sanad digunakan
dalam mengutip hadis-hadis Nabawi, yaitu segala hal yang
disandarkan (idlafah) kepada Nabi SAW.1

Pentingnya posisi sanad dalam ilmu hadis menurut para ulama


untuk mengetahui otensitas suatu sumber. Bagaimana asal riwayat
sumber tersebut yang menyandarkan konteksnya kepada Nabi
Muhammad SAW, haruslah dapat dipertanggungjawabkan.

Ada banyak definisi sanad yang perlu dipahami. Sesuai dengan


makna bahasa, yaitu sandaran, pegangan, referensi, pengaman dan
benteng, sanad adalah pengayom matan hadis. Namun secara
terminologi, sanad adalah rangkaian para perawi yang memindahkan
matan dari sumber primernya.

Dalam hal ini, artinya sanad adalah orang-orang yang


meriwayatkan hadis dari tingkatan sahabat hingga hadis itu sampai
kepada kita.

1
Tahmid Miftachurrozaq, Jannatul Husna, and Waharjani, “Ilmu Hadis Perspektif
Mohammad Hashim Kamali Dalam A Textbook of Hadith Studies,” Jurnal Ilmiah Ilmu
Ushuluddin 21, no. 2 (2022): 175–89, https://doi.org/10.18592/jiiu.

6
2. Fungsi Sanad
Fungsi sanad adalah untuk mengetahui derajat kesahihan suatu

hadis. Apabila ada cacat dalam sanadnya baik itu karena kefasikannya,

lemahnya hafalan, tertuduh dusta atau selainnya maka hadits tersebut

tidak dapat mencapai derajat sahih2. Sanad tidak hanya memiliki

fungsi untuk menguji validitas informasi berupa hadits, melainkan

juga kualitas keilmuan seseorang mengenai agama Islam. Dengan

mengetahui sanad, kita bisa mengetahui dari siapa seseorang belajar

ilmu agama, yang jika ditelusuri apakah berujung pada Nabi

Muhammad SAW atau tidak. Tanpa sanad, kualitas dan otentisitas

keilmuan dalam Islam tidak dapat dijamin keabsahannya.

3. Manfaat sanad
Selain Alquran, sanad inilah yang menjadi ukuran sebuah hadis

benar dan valid, shahih, hasan, dhaif atau palsu. Inilah keunggulan

ajaran Islam. Demi menjaga keutuhan umat dari kesesatan, setiap

yang diajarkan harus selalu ada rujukannya sampai kepada Rasulullah

shallallahu alaihi wa sallam.3 Dalam dunia akademis disebut ilmiah.

Tak boleh satupun pernyataan dalam tesis atau disertasi tanpa

referensi.

B. Matan Hadits

Dalam segi bahasa memiliki arti ma shaluba wa irtafa’amin al-


aradhi yang artinya tanah yang meninggi. Maksudnya adalah sebuah

2
Siti Fatimah, “PENGANTAR STUDI HADITS,” no. 2720190069 (2021).
3
Oleh : Sri and Harmonika M Pd, “Hadits-Hadits Tentang Manajemen Sumber Daya
Manusia (SDM)” 1 (2017): 1–14.

7
pesan yang di tinggikan Lalu pengertian matan Secara Istilah adalah
materi dan lafadz yang ada di hadist. Ada juga yang mengartikan
sebagai ujung atau tujuan dari sanad. Sehingga seperti yang dikatakan
AthThibi matan artinya lafadz lafadz hadist yang di dalamnya
terkandung makna makna tertentu (inti pokok hadist).4

Secara etimologi matan adalah tanah yang tinggi.Adapun menurut


istilah ilmu hadits, matan adalah suatu kalimat yang menjadi tempat
berakhirnya sanad. Dari pengertian tersebut, maka yang dimaksud
matan adalah materi, lafadh, teks, redaksi hadits, yang oleh penulisnya
ditempatkan setelah menyebutkan sanad sebelum perawi atau
mudawwin (orang yang membukukan dan menghimpun hadits).

Dalam buku yang berjudul Relasi Teks dan Konteks (2020) karya
Muhammad Yusuf, menjelaskan bahwa kata matan berasal dari al-matn
yang memiliki arti bagian tanah yang meninggi. Sedangkan menurut
istilah, kata matan adalah rangkaian kalimat tempat berakhirnya
sanad. Sanad adalah lafal-lafal hadus yang di dalamnua mengandung
makna-makna tertentu. Matan adalah redaksi isi berita yang
disadarkan periwayatnya kepada Nabi Muhammad SAW.5 Dengan
kata lain, matan adalah aspek substansi materi yang menjelaskan
perbuatan, perkataan, dan hal ihwal Nabi Muhammad SAW dalam
berbagai konteks dan aneka kondisi serta keragaman posisi.
Sedangkan menurut Mustafa al-Azami matan adalah upaya untuk
menyeleksi atau membedakan antara hadits shahih dan dhaif yang
dilihat dari isinya.6 Jadi, dapat disimpulkan bahwa matan adalah ilmu
yang mempelajari isi atau bunyi sebuah hadits yang bertujuan untuk
memvalidasi kesahihan sebuah hadits

4
Zarwaki Umi Sumbulah, Muhammad Miftakhul Huda, “Isnad Cum Matan Analysis Sebagai
Metode Otentifikasi,” Jurnal Studi Hadis Nusantara 4, no. 2 (2022): 125–33.
5
Muhammad Yusuf, Relasi Teks Dan Konteks (jakarta: PT Adhitya Andrebina Agung,
2015).
6
M Suryadinata, “Kritik Matan Hadis : Klasik Hingga Kontemporer,” Ushuluna: Jurnal Ilmu
Ushuluddin 2, no. 2 (2020): 111–29, https://doi.org/10.15408/ushuluna.v2i2.15183.

8
Secara sederhana dapat dipahami bahwa matan adalah ujung dari
rangkaian sanad. Posisinya persis setelah berakhirnya rangkaian
sanad, atau dengan kata lain matan adalah materi atau lafad hadis itu
sendiri. Matan hadis biasanya memiliki redaksi yang mirip. Ditinjau
dari bentuknya, matan hadis Nabi Muhammad SAW bervariasi dan
dibutuhkan tinjauan dan pendekatan yang bervariasi pula dalam
mendekatinya. Untuk itu, matan adalah salah satu bagian terpenting
dari hadis. Tanpa matan, maka tidaklah dapat dikatakan sebagai hadis.

Dengan demikian, kesahihan suatu hadis sehingga diterima


sebagai landasan hukum dalam Islam, tidak hanya tergantung kepada
sanadnya saja, tetapi juga kepada matannya. Sanad dan matan hadis
secara bersamaan menjadi penentu kesahihan suatu hadis. Hadis
dikatakan sahih, apabila sanad dan matannya terbukti valid
berdasarkan metodologi kritik sanad dan matan hadis.

C. Mukhorrij Hadits

Mukharrij Secara bahasa adalah orang yang mengeluarkan.


Kaitannya dengan hadis, mukharrij Adalah orang yang telah menukil
atau mencatat Hadis pada kitab nya seperti kitab al Bukhari. Mukharrij
adalah rawi terakhir yang menuliskan riwayat yang ia dapat dalam
sebuah catatan/karya pribadinya.7

7
Zailani, “Pengaruh Hadis Riwayat Bi Al-Ma’Na Dalam Pelaksanaan Hukum Islam,” Ilmu
Hadis 4, no. 1 (2015): 57.

9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Kesimpulan dalam pembahasan sebagai berikut:

1. Sanad adalah orang-orang yang meriwayatkan hadis dari tingkatan


sahabat hingga hadis itu sampai kepada kita.
2. Matan adalah redaksi isi berita yang disadarkan periwayatnya kepada
Nabi Muhammad SAW
3. Mukharrij adalah rawi terakhir yang menuliskan riwayat yang ia
dapat dalam sebuah catatan/karya pribadinya.

DAFTAR PUSTAKA

Fatimah, Siti. “PENGANTAR STUDI HADITS,” no. 2720190069 (2021).

Miftachurrozaq, Tahmid, Jannatul Husna, and Waharjani. “Ilmu Hadis Perspektif


Mohammad Hashim Kamali Dalam A Textbook of Hadith Studies.” Jurnal
Ilmiah Ilmu Ushuluddin 21, no. 2 (2022): 175–89.
https://doi.org/10.18592/jiiu.

Muhammad Yusuf. Relasi Teks Dan Konteks. jakarta: PT Adhitya Andrebina


Agung, 2015.

Sri, Oleh :, and Harmonika M Pd. “Hadits-Hadits Tentang Manajemen Sumber


Daya Manusia (SDM)” 1 (2017): 1–14.

Suryadinata, M. “Kritik Matan Hadis : Klasik Hingga Kontemporer.” Ushuluna:


Jurnal Ilmu Ushuluddin 2, no. 2 (2020): 111–29.
https://doi.org/10.15408/ushuluna.v2i2.15183.

Umi Sumbulah, Muhammad Miftakhul Huda, Zarwaki. “Isnad Cum Matan


Analysis Sebagai Metode Otentifikasi.” Jurnal Studi Hadis Nusantara 4, no.

10
2 (2022): 125–33.

Zailani. “Pengaruh Hadis Riwayat Bi Al-Ma’Na Dalam Pelaksanaan Hukum


Islam.” Ilmu Hadis 4, no. 1 (2015): 57.

11

Anda mungkin juga menyukai