Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH STUDI HADIST

STRUKTUR HADIST

DOSEN PENGAMPU :

ALI AKBAR, Dr., M.I.S.

DISUSUN OLEH :

DHUHANI SHAHNASH RAHMI

FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

JURUSAN D3 AKUNTANSI

UIN SUSKA RIAU

2020/2021
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, saya
panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah,
dan inayah-Nya kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah Studi Hadist
mengenai Struktur Hadist.

Adapun makalah Studi Hadist mengenai Struktur Hadist ini telah saya usahakan
semaksimal mungkin dan tentunya dengan bantuan berbagai pihak. Namun tidak lepas dari
semua itu, saya menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan baik dari segi penyusun
bahasanya maupun  segi lainnya. Oleh karena itu dengan lapang dada dan tangan terbuka
saya membuka selebar-lebarnya bagi pembaca yang ingin memberi saran dan kritik kepada
saya sehingga saya dapat memperbaiki makalah Studi Hadist ini.

Saya sangat berharap semoga dari makalah Studi Hadist ini kita dapat mengambil
hikmah dan manfaatnya sehingga dapat memberikan  inpirasi terhadap pembaca.

Pekanbaru, 18 Maret 2021


Penyusun

Dhuhani Shahnash Rahmi


BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Hadist merupakan salah satu sumber Islam yang utama, tetapi tidak sedikit umat
Islam yang belum memahami apa itu hadist. Sehingga dikhawatirkan suatu saat nanti akan
terjadi kerancuan dalam hadist, karena tidak mengertinya dan mungkin karena kepentingan
sebagian kelompok untuk membenarkan pendapat kelompok tersebut. Sehingga mereka
menganggap yang memakai bahasa arab dan dikatakan hadist oleh orang yang tidak
bertanggung jawab itu mereka anggap hadist.

Hadist juga memiliki beberapa bentuk dan unsur-unsur yang terkandung didalamnya.
Sehingga penulisan makalah ini dapat memecahkan dan menjelaskan lebih detail salah satu
masalah-masalah yang berkembang pembahasan dalam makalah ini bertujuan
mendeskripsikan dari mana atau siapa yang menjadi sandaran dalam hadist, bagaimana hadist
tersebut dilahirkan serta apa saja struktur yang terkandung didalam hadist, ternyata banyak
terpelihara dalam ingatan daripada dalam catatan yang dimiliki oleh para sahabat, yang pada
masanya diizinkn Nabi SAW untuk mencatat Hadist. Hadist yang ada dalam ingatan dan
catatan mereka tersebar secara luas ke berbagai daerah Islam yang di kunjungi oleh sahabat
Nabi SAW, baik untuk keperluaan “jihad”, dakwah, dan niaga.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di muka maka dapat dikemukakan dua
rumusan masalah penelitian :

1. Apa saja struktur hadist?


2. Apa pengertian dari bagian-bagian struktur hadist?
BAB II

PEMBAHASAN

1. Pengertian Sanad Hadits

Secara harfiah kata sanad berarti sandaran, pegangan (mu’tamad). Sedangkan definisi
terminologisnya ada dua sebagai berikut:
1. Mata rantai orang-orang yang menyampaikan matan.
2. Jalan penghubung matan, (yang) nama-nama perawinya tersusun.
Jadi, sederet nama-nama yang mengantarkan sebuah hadits itulah yang dinamakan sanad,
atau dengan sebutan lain sanad hadist.
Sanad ialah rantai penutur/perawi (periwayat) hadits. Sanad terdiri atas seluruh
penutur mulai dari orang yang mencatat hadits tersebut dalam bukunya (kitab hadits)
hingga mencapai Rasulullah SAW. Sanad memberikan gambaran keaslian suatu riwayat.
Contoh: Musaddad mengabari bahwa Yahya sebagaimana diberitakan oleh Syu’bah,
dari Qatadah dari Anas dari Rasulullah SAW beliau bersabda: “Tidak sempurna iman
seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya
sendiri”. (H.R. Bukhari).
Maka sanad hadits bersangkutan adalah Al-Bukhari >Musaddad > Yahya > Syu’bah >
Qatadah > Anas > Nabi Muhammad SAW.
Yang perlu dicermati dalam memahami Al Hadits terkait dengan sanadnya ialah :
- Keutuhan sanadnya
- Jumlahnya
- Perawi akhirnya
Sebenarnya, penggunaan sanad sudah dikenal sejak sebelum datangnya Islam. Hal
ini diterapkan di dalam mengutip berbagai buku dan ilmu pengetahuan lainnya. Akan
tetapi mayoritas penerapan sanad digunakan dalam mengutip hadits-hadits nabawi.

2. Pengertian Musnid
Musnid adalah orang yang meriwayatkan hadits dengan sanadnya, baik mempunyai
ilmunya maupun tidak kecuali ia mengisnadkan hadits seorang diri. isnad berarti
mengangkat hadist hingga pada orang yang mengucapkannya. Isnad merupakan bentuk atau
proses. Sedangkan sanad adalah keadaannya. Namun demikian, sebagian dari ahli hadits
menyatakan bahwa kata isnad bermakna sama dengan kata sanad, yakni merupakan jaring
periwayatan hadits. Menurut Ibn al-Mubarak, isnad termasuk bagian dari agama, seandainya
tidak ada isnad niscaya orang akan berbicara sembarang, menurut apa maunya.

3. Pengertian Musnad
Adapun musnad adalah materi hadits yang diisnadkan. Dalam pengertian istilah, kata
musnad mempunyai tiga makna, yaitu:
1) Kitab yang menghimpun hadits sistem periwayatan masing-masing shahabat, misalnya
Musnad Imam Ahmad.
2) Hadits marfu’ yang muttashil sanadnya, maka hadits yang demikian dinamakan
hadits musnad.
3) Bermakna sanad tetapi dalam bentuk Mashdar Mim.

4. Pengertian Matan
Secara harfiyah matan berasal dari bahasa Arab matan yang berarti apa saja yang
menonjol dari (permukaan) bumi, berarti juga sesuatu yang tampak jelas, menonjol,
punggung jalan atau bagian tanah yang keras dan menonjol ke atas, matnul-ard berarti lapisan
luar/kulit bumi, dan yang berarti kuat/kokoh.
Sedangkan menurut peristilahan Ilmu Hadits, al-Badr bin Jama’ah memberikan batasan
pengertian matan yakni:
- Matan adalah redaksi (kalam) yang berada pada ujung sanad.
- Matan adalah kata-kata (redaksi) hadits yang dapat dipahami maknanya.
Matan hadits juga disebut dengan pembicaraan atau materi berita yang diover oleh
sanad yang terakhir. Baik pembicaraan itu sabda Rasulullah SAW, sahabat ataupun tabi’in.
Baik isi pembicaraan itu tentang perbuatan Nabi atau perbuatan sahabat yang tidak
disanggah oleh Nabi SAW.
Tata letak matan dalam struktur utuh penyajian hadits senantiasa berada pada ujung
terakhir setelah penyebutan sanad. Kebijakan peletakan itu menunjuk fungsi sanad sebagai
pengantar data mengenai proses sejarah transfer informasi hadits dari nara sumbernya.
Dengan kata lain, fungsi sanad merupakan media pertanggungjawaban ilmiah bagi asal-usul
fakta kesejarahan teks hadits.
5. Pengertian Mukharrij
Makna harfiah kata mukharrij yang berasal dari kata kharraja adalah orang yang
mengeluarkan. Makna tersebut juga bisa didatangkan dari kata akhraja dengan isin fa’ilnya
mukhrij. Menurut para ahli hadits, yang dimaksud dengan mukharrij ialah orang yang
berperan dalam pengumpulan hadits. Dapat juga didefinisikan Mukharrijul Hadits adalah
orang yang menyebutkan perawi hadits. Istilah ini berbeda dengan al-muhdits/al-muhaddits
yang memiliki keahlian tentang proses perjalanan hadits serta banyak mengetahui nama-nama
perawi, matann-matan dengan jalur-jalur periwayatannya, dan kelemahan hadits.
Siapapun dapat disebut sebagai mukharrij ketika ia menginformasikan sebuah hadits baik
dalam bentuk lisan maupun tulisan dengan menyertakan sanadnya secara lengkap sebagai
bukti yang dapat dipertanggnung jawabkan tentang kesejarahan transmisi hadits. Yang pasti,
mukharrij merupakan perwi terakhir (orang yang terakhir kali menginformasikan) dalam
silsilah mata rantai sanad.
6. Pengertian Rawi Hadist
Kata “Rawi” atau “Al-Rawi” berarti orang yang meriwayatkan atau memberikan
hadis (Naqil Al-Hadis). Sebenarnya antara sanad dan rawi itu merupakan dua istilah yang
tidak dapat dipisahkan. Sanad-sanad hadis pada tiap-tiap tabaqohnya juga disebut rawi. Jika
yang dimaksud dengan rawi adalah orang yang meriwayatkan dan memindahkan hadis, akan
tetapi yang membedakan antara rawi dan sanad adalah terletak pada pembukuan hadis. Orang
yang menerima hadis dan kemudian menghimpunnya dalam satu kitab tadwin disebut dengan
rawi. Dengan demikian, maka perawi dapat disebut mudawwin (orang yang membukukan
dan menghimpun hadis). Rawi pertama adalah para sahabat dan rawi terakhir adalah orang
yang membukukannya. Seperti imam bukhari, Imam Muslim, Imam Ahmad dan lain-lain.
Suatu hadits yang telah sampai kepada kita dalam bentuknya yang sudah terbukukan dalam
buku-buku hadits, melalui beberapa rawi dan sanad. Rawi terakhir hadits yang termaksud
dalam sahih Bukhari atau dalam sahih Muslim, ialah imam Bukhari atau imam Muslim.
Seorang penyusun atau pengarang bila hendak menguatkan suatu hadits yang ditakhrijkan
dari suatu kitab hadits pada umumnya membubuhkan nama rawi (terakhirnya) pada akhir
mathuI Hadisnya.

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Secara struktur hadits terdiri atas enam komponen, yakni Sanad (rantai penutur),Musnid
Hadist, Musnad Hadist, Matan (redaksi hadits), dan Mukharrij, dan Rawi. Sanad ialah rantai
penutur/perawi (periwayat) hadits. Matan adalah redaksi/isi dari hadist. Mukhrij atau
mukharrij: orang yang berperan dalam pengumpulan hadits.
Sanad dalam hadits sangat penting karena hadits yang diperoleh/diriwayatkan akan
mengikuti siapa yang meriwayatkannya. Dengan sanad suatu periwayatan hadits, dapat
diketahui hadits yang dapat diterima atau ditolak dan hadits yang shahih atau tidak shahih
untuk diamalkan. Sanad merupakan jalan yang mulia untuk menetapkan hukum-hukum
Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Solahudin, M. dkk, 2009, Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia


Mudasir, H. dkk, 2008, Ilmu Hadis. Bandung: Pustaka Setia
Munzier Suparta, 2006. Ilmu Hadis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Anda mungkin juga menyukai