Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas kelimpahan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini untuk
memenuhi salah satu mata kuliah yatu Ulumul Hadist.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi akhir zaman,
manusia terbaik yang di turunkan Allah ke muka bumi, satu-satunya nabi dan rosul yang
berhak member safa’at, sang permata di antara batu karang, yakni nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Semoga kita termasuk umat beliau dan berhak
memperoleh safaatnya nanti di hari akhir amin..
Ulumul hadist adalah salah satu bidang study atau mata kuliah yang sangat penting
bagi para pelajar dan mahasiswa yang ingin mempelajari hadist dan keislaman secara
mendalam. Ulumul hadist merupakan ilmu yang mengantar umat islam untuk memahami
kajian hadist dengan mudah dan benar. Dengan demikian memahami Ulumul Hadist sangat
penting, karena hadits merupakan sumber ke dua setelah Al-qur’an.
Tak ada gading yang tak retak, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun
selalu kami nantikan, untuk perbaikan pembuat makalah selanjutnya.
Wassalamualaikum wr.wb
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


            Secara struktur, hadits terdiri atas tiga komponen, yakni sanad atau isnad (rantai
penutur), matan (redaksi hadits), dan mukharrij (rawi). Berikut ini contoh hadits yang
memuat ketiga unsur tersebut.

Artinya:
“Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Ma’mur bin Rabi’i al-Qaisi, katanya telah
menceritakan kepadaku Abu Hisyam al-Mahzumi dari Abu al-Wahid, yaitu Ibnu Ziyad,
katanya telah menceritakan kepadaku Utsman bin Hakim, katanya telah menceritakan
kepadaku Muhammad bin al-Munkadir dari Amran, dari Usman bin Affan r.a. ia berkata:
‘Barang siapa yang berwudhu dengan sempurna (sebaik-baik wudhu), keluarlah dosa-
dosanya dari seluruh badannya, bahkan dari bawah kukunya’.” (H.R. Muslim)

Dari nama Muhammad bin Ma’mur bin Rabi’il Qaisi sampai dengan Usman bin Affan r.a.
adalah sanad hadits tersebut. Mulai kata man tawadda’ sampai kata tahta azfarih, adalah
matannya, sedangkan Imam Muslim yang dicatat di ujung hadits adalah perawinya, yang
disebut juga mudawwin.

B. Identifikasi Masalah
1. Sanad Hadits
2. Matan Hadits
3. Mukharrij
4. Kedudukan Sanad dan Matan Hadits

C. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sanad hadits?
2. Apa yang dimaksud dengan matan hadits?
3. Apa yang dimaksud dengan Mukharrij?
4. Bagaimana kedudukan sanad dan matan di dalam hadits
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sanad Hadits
1. Pengertian Sanad Hadits
Secara harfiah kata sanad berarti sandaran, pegangan (mu’tamad). Sedangkan
definisi terminologisnya ada dua sebagai berikut:
1. Mata rantai orang-orang yang menyampaikan matan.
2. Jalan penghubung matan, (yang) nama-nama perawinya tersusun.
Jadi, sederet nama-nama yang mengantarkan sebuah hadits itulah yang dinamakan
sanad, atau dengan sebutan lain sanad hadist.
Sanad ialah rantai penutur/perawi (periwayat) hadits. Sanad terdiri a t a s s e l u r u h
p e n u t u r m u l a i d a r i o r a n g y a n g m e n c a t a t h a d i t s t e r s e b u t dalam  bukunya
(kitab  hadits)  hingga  mencapai Rasulullah SAW. Sanad memberikan gambaran
keaslian suatu riwayat.
Contoh: Musaddad mengabari bahwa Yahya sebagaimana diberitakan oleh Syu’bah,
dari Qatadah dari Anas dari Rasulullah SAW beliau bersabda: “Tidak sempurna iman
seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya
sendiri”. (H.R. Bukhari).
Maka  sanad  hadits bersangkutan adalah  Al-Bukhari  >Musaddad > Yahya > Syu’bah >
Qatadah > Anas > Nabi Muhammad SAW.
Sebuah  hadits  dapat  memiliki  beberapa  sanad  dengan  jumlah penutur/perawi
bervariasi dalam lapisan sanadnya, lapisan dalam sanad disebut dengan thaqabah.
Signifikansi jumlah sanad dan penutur dalam t i a p t h a q a b a h s a n a d a k a n
m e n e n t u k a n d e r a j a t h a d i t s t e r s e b u t , h a l i n i dijelaskan lebih jauh pada klasifikasi
hadits.
Jadi yang perlu dicermati dalam memahami Al Hadits terkait dengan sanadnya ialah :
- Keutuhan sanadnya
- Jumlahnya
- Perawi akhirnya
Sebenarnya,  penggunaan  sanad  sudah  dikenal  sejak  sebelum datangnya Islam. Hal
ini diterapkan di dalam mengutip berbagai buku dan ilmu  pengetahuan  lainnya.  Akan
tetapi  mayoritas  penerapan sanad digunakan dalam mengutip hadits-hadits nabawi.
2. Isnad, Musnid, dan Musnad
a. Isnad
            Dari segi bahasa, isnad berarti mengangkat hadist hingga pada orang yang
mengucapkannya. Isnad merupakan bentuk atau proses. Sedangkan sanad adalah keadaannya.
Namun demikian, sebagian dari ahli hadits menyatakan bahwa kata isnad bermakna sama
dengan kata sanad, yakni merupakan jaring periwayatan hadits. Menurut Ibn al-Mubarak,
isnad termasuk bagian dari agama, seandainya tidak ada isnad niscaya orang akan berbicara
sembarang, menurut apa maunya.
b. Musnid
Musnid adalah  orang  yang  meriwayatkan  hadits  dengan sanadnya,  baik
mempunyai  ilmunya  maupun  tidak  kecuali  ia mengisnadkan hadits seorang diri.
c. Musnad
Adapun musnad adalah materi hadits yang diisnadkan. Dalam
pengertian istilah, kata musnad mempunyai tiga makna, yaitu:
1) Kitab yang menghimpun hadits sistem periwayatan masing-masing shahabat,
misalnya Musnad Imam Ahmad;
2) Hadits marfu’ yang muttashil sanadnya, maka hadits yang demikian    dinamakan hadits
musnad;
3) Bermakna sanad tetapi dalam bentuk Mashdar Mim.

B. Matan Hadits
Secara harfiyah matan berasal dari bahasa Arab matn yang berarti apa saja yang
menonjol dari (permukaan) bumi, berarti juga sesuatu yang tampak jelas, menonjol,
punggung jalan atau bagian tanah yang keras dan menonjol ke atas, matnul-ard berarti lapisan
luar/kulit bumi, dan yang berarti kuat/kokoh.
Sedangkan menurut peristilahan Ilmu Hadits, al-Badr bin Jama’ahmemberikan
batasan pengertian matan yakni:
-       Matan adalah redaksi (kalam) yang berada pada ujung sanad.
-       Matan  adalah  kata-kata  (redaksi)  hadits  yang  dapat  dipahami maknanya.
Matan hadits juga disebut dengan pembicaraan atau materi berita yang d i o v e r o l e h
sanad yang terakhir. Baik pembicaraan itu sabda Rasulullah SAW,
sahabat ataupun  tabi’in.  Baik  isi pembicaraan itu tentang p e r b u a t a n N a b i
a t a u p e r b u a t a n s a h a b a t y a n g t i d a k d i s a n g g a h o l e h Nabi SAW.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa matan adalah redaksi atau teks
bagi hadist. D a r i c o n t o h s e b e l u m n y a m a k a matan hadits bersangkutan ialah:
"Tidak sempurna iman seseorang di antara kalian sehingga ia cinta untuk
saudaranya apa yang ia cinta untuk dirinya sendiri"
Terkait dengan matan atau redaksi, maka yang perlu dicermati
dalam mamahami hadist ialah ujung sanad sebagai sumber redaksi, apakah berujung
pada Nabi Muhammad  atau bukan,  matan  hadist  itu  sendiri dalam hubungannya
dengan hadist lain yang lebih kuat sanadnya (apakah ada yang melemahkan atau
menguatkan) dan selanjutnya dengan ayat dalam Al Quran (apakah ada yang bertolak
belakang atau tidak).
Selama sejarah kehaditsan, konsep ajaran yang dibawa oleh Rasul
hampir semuanya dinarasikan/dibahasakan kembali oleh para sahabat dengan Faqahah d a n
s k i l l k e b a h a s a a n m e r e k a m a s i n g - m a s i n g , t a k terkecuali h a d i t s q a u l i y a n g
selanjutnya diteruskan oleh generasi sesudahnya dengan kapasitas yang
beragam dan sangat personal. Sehingga dapat dimaklumi jika lafazh yang
merumuskan konsep ajaran tersebut banyak memiliki redaksi yang berbeda-beda
sebagaimana terdokumentasikan dalam berbagai kitab koleksi dan kadang lafazhnya t i d a k
f a s i h ( rakikul-lafdh) . S e p e r t i i t u l a h riwayah bil-ma’na. Sehingga merupakan
kesalahan yang fatal jika seseorang mengkulturkan lafadh matan dan menganggapnya
sakral. Karena hadits sangatlah berbeda dengan al-Qur’an yang qath’iyyuts-
tsubut sebagaimana telah dijanjikan oleh Allah dalam surat al-Hijr ayat 9 tentang
keterjaminan otentisitas al-Qur’an baik dari segi teks maupun substansi doktrinalnya.
Tata letak matan dalam struktur utuh penyajian hadits senantiasa b e r a d a p a d a
u j u n g   t e r a k h i r   s e t e l a h p e n y e b u t a n s a n a d . K e b i j a k a n peletakan itu menunjuk
fungsi sanad sebagai pengantar data mengenai proses sejarah transfer informasi hadits
dari nara sumbernya. Dengan kata lain, fungsi sanad merupakan media
pertanggungjawaban ilmiah bagi asal-usul fakta kesejarahan teks hadits.

C. Mukharrij
Makna harfiah kata mukharrij yang berasal dari kata kharraja adalah orang yang
mengeluarkan. Makna tersebut juga bisa didatangkan dari kata akhraja dengan isin fa’ilnya
mukhrij. Menurut para ahli hadits, yang dimaksud dengan mukharrij adalah sebagai berikut:
(Mukhrij atau mukharrij: orang yang berperan dalam pengumpulan hadits). Dapat juga
didefinisikan Mukharrijul Hadits adalah orang yang menyebutkan perawi hadits. Istilah ini
berbeda dengan al-muhdits/al-muhaddits yang memiliki keahlian tentang proses perjalanan
hadits serta banyak mengetahui nama-nama perawi, matann-matan dengan jalur-jalur
periwayatannya, dan kelemahan hadits.
            Siapapun dapat disebut sebagai mukharrij ketika ia menginformasikan sebuah hadits
baik dalam bentuk lisan maupun tulisan dengan menyertakan sanadnya secara lengkap
sebagai bukti yang dapat dipertanggnung jawabkan tentang kesejarahan transmisi hadits.
Yang pasti, mukharrij merupakan perwi terakhir (orang yang terakhir kali
menginformasikan ) dalam silsilah mata rantai sanad.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa apa yang dimaksud denganmukharrij atau
mukhrij adalah perawi hadits (rawi), atau orang-orang yang telah berhasil menyusun
kitab berupa kumpulan hadits, seperti al-Bukhari, Muslim, Malik, Ahmad, dsb. Dalam
contoh hadits di atas al-Bukhari adalah seorang mukharrij / mukhrij / rawi bagi sebuah
hadits.
Setiap orang yang bergelut dalam bidang hadits dapat digolongkan menjadi
beberapa tingkatan antara lain sebagai berikut:
1. Al-Talib; adalah orang yang sedang belajar hadits.
2. Al-Muhadditsun; adalah orang yang mendalami dan menganalisis hadits dari segi riwayah
dan dirayah.
3. Al-Hafidz; adalah orang yang hafal minimal 100.000 hadits.
4. Al-Hujjah; adalah orang yang hafal minimal 300.000 hadits.
5. Al-Hakim; adalah orang yang menguasai hal-hal yang berhubungan dengan hadits secara
keseluruhan baik ilmu maupun mushthalahul hadits.
6. Amirul Mu’minin fil hadits; ini adalah tingkatan yang paling tinngi.
Menurut syeikh Fathuddin bin Sayyid al-Naas, al-muhaddits pada zaman
sekarang adalah orang yang bergelut/sibuk mempelajari hadits baik riwayah maupun dirayah,
mengkombinasikan perawinya dengan m e m p e l a j a r i p a r a p e r a w i y a n g s e m a s a
dengan perawi lain sampai mendalam, sehingga ia mampu mengetahui
g u r u d a n g u r u n y a g u r u perawi sampai seterusnya.
D. Kedudukan Sanad dan Matan Hadits
            Kedudukan sanad dalam hadits sangat penting karena hadits yang
diperoleh/diriwayatkan akan mengikuti siapa yang meriwayatkannya. Dengan sanad suatu
periwayatan hadits, dapat diketahui hadits yang dapat diterima atau ditolak dan hadits yang
shahih atau tidak shahih untuk diamalkan. Sanad merupakan jalan yang mulia untuk
menetapkan hukum-hukum Islam.
            Para ahli hadits sangat berhati-hati dalm menerima suatu hadits, kecuali apabila
mengenal dari siapa perawi hadits tersebut menerima hadits tersebut dan sumber yang
disebutkan benar-benar dapat dipercaya.
            Pada masa Abu Bakar r.a. dan Umar r.a., periwayatan hadits diawasi secara hati-hati
dan suatu hadits tidak akan diterima jika tidak disaksikan kebenarannya oleh orang lain. Ali
tidak menerima hadits sebelum orang itu disumpah.
            Perhatian sanad di masa sahabat, yaitu dengan menghapal sanad-sanad itu dan mereka
mempunyai daya ingat yang luar biasa. Maka terpeliharalah sunnah Rasul dari tangan-tangan
ahli bid’ah dan para pendusta.
            Ibn Hazm mengatakan bahwa nukilan orang kepercayaan dari orang yang dipercaya
hingga sampai kepada Nabi SAW dengan bersambung-sambung para perawinya adalah suatu
keistimewaan dari Allah, khususnya orang islam.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara struktur, hadits terdiri atas tiga komponen, yakni sanad atau isnad (rantai
penutur), matan (redaksi hadits), dan mukharrij (rawi). Sanad ialah rantai penutur/perawi
(periwayat) hadits. Matan adalah redaksi/isi dari hadist. Mukhrij atau mukharrij: orang yang
berperan dalam pengumpulan hadits.
Kedudukan sanad dalam hadits sangat penting karena hadits yang
diperoleh/diriwayatkan akan mengikuti siapa yang meriwayatkannya. Dengan sanad suatu
periwayatan hadits, dapat diketahui hadits yang dapat diterima atau ditolak dan hadits yang
shahih atau tidak shahih untuk diamalkan. Sanad merupakan jalan yang mulia untuk
menetapkan hukum-hukum Islam.
DAFTAR PUSTAKA

Solahudin, M. dkk, 2009, Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia


Mudasir, H. dkk, 2008, Ilmu Hadis. Bandung: Pustaka Setia
Munzier Suparta, 2006. Ilmu Hadis. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

http://www.linkpdf.com/download/dl/struktur-hadits-.pdf
Posted by Anonymous

Anda mungkin juga menyukai