Anda di halaman 1dari 2

Nama : Miftachul Jannah

NIM : 1897184009

Prodi/Semester: PBSI/7

JEJAK PRASASTI PENINGGALAN MPU SINDOK DI DESA TENGARAN

DAN TRADISI MASYARAKAT SEKITAR

Mpu Sindok merupakan leluhur dari raja-raja Kahuripan hingga Kadhiri. Pada masa dinasti
Sanjaya (Mataram Kuno periode Jawa Tengah) sekitar awal abad sepuluh masehi, terjadi
erupsi besar gunung merapi yang menjadi penyebab Mpu Sindok keluarga kerajaan
Wangsa Sanjaya memboyong pusat pemerintahan Mataram Kuno dari Jawa Tengah ke
Jawa Timur. Selama pemerintahannya, Mpu Sindok banyak meninggalkan sumber sejarah
berupa prasasti yang salah satunya terdapat di Desa Tengaran, Kecamatan Peterongan,
Kabupaten Jombang.

Konon asal mula keberadaan prasasti Tengaran, berawal dari Mpu Sindok yang sedang
melakukan perjalanan mencari anaknya bernama Sri Isyana Tunggawijaya dengan
menyeberang ke Gunung Pucangan. Saat hendak menyeberang sungai Berantas besar,
Mpu Sindok mengalami kendala karena tidak adanya infrastruktur penghubung di zaman itu.
Hal tersebut mengurungkan niat Mpu Sindok untuk melanjutkan perjalanan mencari anaknya
Sri Isyana Tunggawijaya. Mengetahui hal tersebut, masyarakat Desa Tengaran berinisiatif
menolongnya agar dapat menyeberang ke Gunung Pucangan.

Karena pertolongan masyarakat Desa Tengaran telah dianggap berjasa bagi kerajaan,
masyarakat Desa Tengaran dibebaskan membayar pajak oleh Mahamantri Mpu Sindok
Sang Sri Isanatunggadewa (Mpu Sindok) bersama Rakyan Sri Parameswari Sri Wardhani
Kbi Umisori (Dyah Kbi) sang permaisuri. Dulunya, Desa Tengaran bernama Desa Geweg.
Karena Mpu Sindok meinggalkan prasasti, maka masyarakat menyebutnya sebagai
“Tengeran”, dalam bahasa Jawa berarti “Tanda.” Kemudian nama Desa Geweg berubah
menjadi Desa Tengaran hingga saat ini.

Prasasti Tengaran tertanggal 6 Paropeteng bulan Srawana tahun 857 Saka (14 Agustus 935
Masehi). Dengan batu yang terbuat dari bahan batu andesit yang tingginya berukuran 124
sentimeter dan lebarnya 78 sentimeter.

Prasasti tersebut bertulis penuh dengan Aksara Jawa Kuno dan Bahasa Jawa Kuno.
Prasasti Tengaran juga tersusun menjadi tujuh baris, yaitu pada sisi A dan 16 baris pada sisi
B. Prasasti tersebut juga bersebelahan dengan beberapa batu kuno berukuran besar.
Adapun tradisi yang dilakukan masyarakat sekitar di lokasi Prasasti tengaran berupa acara
atau ritual masyarakat, seperti khitanan. Juga saat akan tanam, masyarakat Desa Tengaran
membawa sesajen ke Prasasti Tengaran. Ritual ini sebagai tradisi masyarakat dengan
harapan masa tanam sampai panennya tidak mengalami permasalahan.

Anda mungkin juga menyukai