Anda di halaman 1dari 11

Karakterstik, Model, dan Pendekatan Evaluasi Pembelajaran

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Evaluasi Pembelajaran


Dosen Pengampu :
Dr. Resdianto Permata Raharjo, M.Pd.

Disusun Oleh:

1. Patmiyati (189718400)
2. Miftachul Jannah (1897184009)

PRODI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HASYIM ASY’ARI
JOMBANG 2020
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku atau tanggapan individu
dengan lingkungan dan pengalaman yang dilakukan secara sadar dan terencana. Dalam proses
pembelajaran, tahap penilaian atau evaluasi diperlukan untuk melihat perubahan atau hasil yang
telah dicapai oleh peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Penilaian atau
evaluasi diartikan sebagai proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik. tujuan evaluasi pembelajaran adalah untuk (a) melihat
produktivitas dan efektivitas kegiatan belajar-mengajar, (b) memperbaiki dan menyempurnakan
kegiatan guru, (c) memperbaiki, menyempurnakan dan mengembangkan program belajar-
mengajar, (d) mengetahui kesulitan-kesulitan apa yang dihadapi oleh siswa selama kegiatan
belajar dan mencarikan jalan keluarnya, dan (e) menempatkan siswa dalam situasi belajar-
mengajar yang tepat sesuai dengan kemampuannya.

Dalam proses evaluasi pembelajaran atau penilaian tentu sering menggunakan alat ukur
tertentu, baik tes maupun non-tes. Alat ukur ini mempunyai fungsi dan peran yang sangat
penting dalam rangka mengetahui keefektifan proses pembelajaran di sekolah. Mengingat
begitu pentingnya suatu alat ukur dalam kegiatan evaluasi pembelajaran, maka suatu alat ukur
harus memiliki syarat-syarat tertentu sekaligus merupakan karakteristik alat ukur yang baik.
Karakteristik instrumen evaluasi yang baik adalah valid, reliabel, relevan, representatif, praktis,
deskriminatif, spesifik dan proporsional. Oleh sebab itu, penulisan makalah ini bertujuan untuk
memaparkan karakteristik instrument evaluasi, model-model evaluasi dan pendekatan evaluasi
yang baik dan sesuai diterapkan di sekolah.
B.    Rumusan Masalah
1.     Bagaimana karakteristik instrument evaluasi?
2.     Apa saja model-model evaluasi pembelajaran?
3.     Apa yang dimaksud dengan pendekatan evaluasi?
C.    Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan makalah ini adalah:
1.     Untuk menjelaskan karakteristik instrument evaluasi pembelajaran
2.     Untuk memaparkan model-model evaluasi pembelajaran
3.     Untuk menjelaskan tentang pendekatan yang digunakan dalam evaluasi pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Karakteristik Instrumen Evaluasi

Evaluasi sangat berguna untuk meningkatkan kualitas sistem pembelajaran. Evaluasi


tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran, karena keefektifan pembelajaran hanya dapat
diketahui melalui evaluasi. Dengan kata lain, melalui evaluasi semua komponen pembelajaran
dapat diketahui apakah dapat berfungsi sebagaimana mestinya atau tidak. Pada umunya guru
melakukan penilaian berdasarkan proses pengukuran dalam bentuk tes dan non tes. Adapun
karakteristik instrumen evaluasi yang baik adalah valid, reliabel, relevan, representatif, praktis,
deskriminatif, spesifik dan proporsional.
1. Valid. Suatu instrumen dapat dikatakan valid jika betul-betul mengukur apa yang hendak diukur
secara tepat. Validitas instrument evaluasi dapat ditinjau dari berbagai segi, antara lain validitas
ramalan (predictive validity), validitas bandingan (concurrent validity), validitas isi (content
validity), validitas konstruk (construct validity), dan lain sebagainya
2. Reliabel. Suatu instrumen dapat dikatakan Reliabel atau handal jika ia mempunyai hasil yang
taat asas (consistent)
3. Relevan. Instrumen yang digunakan harus sesuai dengan standart kompetensi, kompetensi dasar,
dan indikator yang telah ditetapkan
4. Representatif. Materi instrumen harus betul-betul mewakili seluruh materi yang disampaikan.
Hal ini dilakukan bila penyusunan instrument menggunakan silabus sebagai acuan pemilihan
materi tes
5. Praktis. Praktis artinya mudah digunakan, kepraktisan ini bukan hanya dilihat dari teknik
penyusunan instrument, tetapi juga bagi orang lain yang ingin menggunakan instrument tersebut
6. Deskriminatif. Instrumen itu harus disusun sedemikian rupa sehingga dapat menunjukkan
perbedaan-perbedaan yang sekecil apapun
7. Spesifik. Suatu instrumen disusun dan digunakan khusus untuk objek yang dievaluasi
8. Proporsional. Suatu instrumen harus memiliki tingkat kesulitan yang proporsional antara sulit,
sedang, dan mudah.
Meneliti proses belajar peserta didik memerlukan waktu, tenaga, pemikiran dan pengalaman.
Guru juga dapat menggunakan suatu metode untuk menilai proses belajar dengan
memperhatikan prinsip konteks, vokalisasi, sosialisasi, individualisasi, dan urutan (sequence).
Jadi, dalam evaluasi pembelajaran guru jangan terfokus kepada hasil belajar saja, tetapi juga
harus memperhatikan transfer hasil belajar dan proses belajar yang dijalani oleh peserta didik.
B.    Model-Model Evaluasi
Pada tahun 1949, Tyler pernah mengembangkan model Black box. Ketika itu, orang
banyak mempelajari evaluasi dari psikometrik dengan kajian utamanya adalah tes dan
pengukuran. Baru sekitar tahun 1960-an studi evaluasi mulai berdiri sendiri menjadi salah satu
program studi di perguruan tinggi. Selanjutnya, sekitar tahun 1972, model evaluasi mulai
berkembang. Taylor dan Cowley berhasil mengumpulkan berbagai pemikiran tentang model
evaluasi menggunakan pendekatan positivisme yang berakar pada teori psikometrik. Penggunaan
desain eksperimen oleh Campbell dan Stanley (1963) menjadi ciri utama dari model evaluasi.
Perkembangan lain adalah adanya suatu upaya untuk bersikap eklektik dalam penggunaan
pendekatan positivisme maupun fenomenologi yang oleh Patton (1980) disebut paradigm of
choice.
Dalam studi tentang evaluasi, banyak dijumpai model-model evaluasi dengan format atau
sistematika yang berbeda, namun secara singkat dapat dikemukakan sebagai berikut:
1.     Model Tyler
Model ini dibangun atas dua dasar pemikiran. Pertama, evaluasi ditujukan pada
tingkah laku peserta didik. Kedua, evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku awal peserta
didik sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran dan sesudah melaksanakan kegiatan
pembelajaran (hasil). Penggunaan model Tyler memerlukan informasi perubahan tingkah laku
terutama pada saat sebelum dan sesudah terjadinya pembelajaran (pre-test dan post-test).
Menurut Tyler, ada tiga langkah pokok yang harus dilakukan, yaitu menentukan tujuan
pembelajaran yang akan di evaluasi, menentukan situasi dimana peserta didik memperoleh
kesempatan untuk menunjukkan tingkah laku yang berhubungan dengan tujuan, dan
menentukan alat evaluasi yang akan dipergunakan untuk mengukur tingkah laku peserta didik.
model tyler merupakan model evaluasi untuk menentukan tujuan dari
pembelajaran. Di mulai dari guru masuk ke dalam ruangan dan melihat respon siswa dari awal
proses belajar mengajar dan sesudah proses belajar mengajar berlangsung yang nantinya
dijadikan bahan evaluasi.
2.     Model Pengukuran
Model pengukuran (Measurement model) banyak mengemukakan pemikiran R.
Thorndike dan R. L. Ebel yang menitikberatkan pada kegiatan pengukuran. Dalam bidang
pendidikan, model ini diterapkan untuk mengungkap perbedaan-perbedaan individual maupun
kelompok dalam hal kemampuan, minat dan sikap. Hasil evaluasi digunakan untuk keperluan
seleksi peserta didik, bimbingan dan perencanaan pendidikan. Objek evaluasi model ini adalah
tingkah laku peserta didik, mencakup hasil belajar (kognitif), pembawaan, sikap, minat, bakat,
dan juga aspek-aspek kepribadian peserta didik. Instrumen yang digunakan pada umumnya
adalah tes tertulis (paper and pencil test) dalam bentuk tes objektif yang dibakukan. Model ini
menggunakan pendekatan penilaian acuan norma (norm-referenced assessment).
4.     Model Kesesuaian (Ralph W.Tyler, John B.Carol, dan Lee J.Cronbach)
Evaluasi menurut model ini adalah suatu kegiatan untuk melihat kesesuaian
(congruence) antara tujuan dengan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil evaluasi digunakan
untuk menyempurnakan sistem bimbingan peserta didik dan untuk memberikan informasi
kepada pihak-pihak yang memerlukan. Objek evaluasi adalah tingkah laku peserta didik, yaitu
perubahan tingkah laku yang diinginkan (intended behavior) pada akhir kegiatan pendidikan.
Untuk itu, model ini menggunakan 2 teknik yaitu tes dan non tes yang dilakukan sebelum dan
sesudah kegiatan pembelajaran. Adapun langkah-langkah evaluasi model ini adalah
merumuskan tujuan tingkah laku, menentukan situasi dimana peserta didik dapat
memperlihatkan perilaku yang akan di evaluasi, menyusun alat evaluasi, dan menggunakan
hasil evaluasi. Oleh sebab itu, model ini menekankan pada pendekatan penilaian acuan patokan
(criterion-referenced assessment).
model evaluasi ini lebih menekankan pada pendekatan peniilain yang nantinya
dijadikan acuan atau patokan dalam proses belajar mengajar. Model evaluasi ini tidak hanya
menggunakan tes tulis seperti ujian, tugas dan lain sebagainya, tetapi jua non tes seperti
observasi, wawancara, dan lain sebagainya.

5.     Educational System Evaluation Model (Daniel L.Stufflebeam, Michael Scriven, Robert


E.Stake, dan Malcolm M.Provus)
Menurut model ini, evaluasi berarti membandingkan performance dari berbagai
dimensi (tidak hanya dimensi hasil saja) dengan sejumlah criterion, baik yang bersifat
mutlak/intern maupun relative/ekstern. Objek evaluasi model ini diambil dari beberapa model,
yaitu:
a.      Model countenance dari Stake. Meliputi keadaan sebelum kegiatan berlangsung
(antecedents), kegiatan yang terjadi dan saling mempengaruhi (transactions), hasil yang
diperoleh (outcomes)
b.     Model CIPP dan CDPP dari Stufflebeam. CIPP yaitu Context, Input, Process dan Product.
CDPP yaitu Context, Design, Process dan Product
c.      Model Scriven. Meliputi instrumental evaluation dan consequential evaluation
d.     Model Provus. Meliputi design, operation program, interim product, dan terminal product
e.      Model EPIC (Evaluative Innovative Curriculum) yang mengevaluasi perilaku, pembelajaran
dan institusi
f.      Model CEMREL (Central Midwestern Regional Educational Laboratory). Dikembangkan
oleh Howard Russell dan Louis Smith dengan penekanan pada tiga segi, yaitu (1) fokus
evaluasi yang menekankan pada peserta didik, mediator dan material (2) peranan evaluasi
adalah untuk evaluasi kegiatan yang sedang berjalan dan evaluasi pada akhir kegiatan (3) data
evaluasi bersumber dari pengukuran skala, jawaban angket dan observasi
g.     Model Atkinson. Tiga dominan tujuan, yaitu struktur, proses dan produk.

6.     Model Alkin
Dikembangkan oleh Malvin Alkin (1969), evaluasi adalah suatu proses untuk
meyakinkan keputusan, mengumpulkan informasi, memilih informasi yang tepat, dan
menganalisis informasi sehingga dapat disusun laporan bagi pembuat keputusan dalam memilih
beberapa alternative. Menurut Alkin terdapat lima jenis evaluasi, yaitu:
a.      Sistem Assessment, untuk memberikan informasi tentang keadaan atau posisi dari suatu
sistem
b.     Program planning, untuk membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil
memenuhi kebutuhan program
c.      Program Implementation, untuk menyiapkan informasi apakah suatu program sudah
diperkenalkan kepada kelompok tertentu yang tepat sebagaimana yang direncanakan
d.     Program Improvement, memberikan informasi tentang bagaimana suatu program dapat
berfungsi, apakah sesuai dengan pencapaian tujuan? apakah hal-hal atau masalah-masalah baru
yang muncul secara tiba-tiba?
e.      Program Certification, memberikan informasi tentang nilai atau manfaat suatu program.
7.     Model Brinkerhoff
Robert O.Brinkerhoff (1987) mengemukakan ada tiga jenis evaluasi yang disusun
berdasarkan penggabungan elemen-elemen yang sama, yaitu:
a.      Fixed vs Emergent Evaluation Design
Desain evaluasi ini dikembangkan berdasarkan tujuan program, kemudian disusun pertanyaan-
pertanyaan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang diperoleh dari sumber-sumber
tertentu. Selama proses evaluasi, seorang evaluator harus tetap menjalin komunikasi yang
kontinu dengan audiensi, sehingga data dan informasi yang dikumpulkan tidak terputus dan
tetap utuh. Dengan demikian, desain akan terus berkembang dan berubah sesuai situasi dan
kondisi di lapangan
b.     Formative vs Sumative Evaluation
Untuk dapat memahami kedua jenis evluasi ini dapat dilihat dari fungsinya. Evaluasi formatif
berfungsi untuk memperbaiki kurikulum dan pembelajaran, sedangkan evaluasi sumatif
berfungsi untuk melihat kemanfaatan kurikulum dan pembelajaran secarah menyeluruh
c.      Desain Eksperimental dan Desain Quasi Eksperimental vs Natural Inquiry
Desain eksperimental banyak menggunakan pendekatan kuantitatif, random sampling,
memberikan perlakuan,dan mengukur dampak. Tujuan adalah untuk menilai manfaat hasil
percobaan program pembelajaran. Untuk itu, perlu dilakukan manipulasi terhadap lingkungan
dan pemilihan strategi yang dianggap pantas. Dalam desain evaluasi natural-inkuiri, evaluator
banyak menghabiskan waktu untuk melakukan pengamatan dan wawancara dengan orang-
orang yang terlibat.
8.     Illuminative Model (Malcolm Parlett dan Hamilton)
Tujuan evaluasi adalah untuk mempelajari secara cermat dan hati-hati terhadap
pelaksanaan sistem pembelajaran,faktor-faktor yang mempengaruhinya, kelebihan dan
kekurangan sistem, pengaruh sistem terhadap pengalaman belajar peserta didik. Fungsi evaluasi
adalah sebagai input untuk kepentingan pengambilan keputusan dalam rangka penyesuaian dan
penyempurnaan sistem pembelajaran yang sedang dikembangkan. Cara-cara yang digunakan
tidak bersifat standar, tetapi bersifat fleksibel dan selektif.
9.     Model Responsif
Evaluasi tidak diartikan sebagai pengukuran melainkan pemberian makna atau
melukiskan sebuah realitas dari berbagai perspektif orang-orang yang terlibat, berminat, dan
berkepentingan dengan program pembelajaran. Tujuan evaluasi adalah untuk memahami semua
komponen program pembelajaran melalui berbagai sudut pandang yang berbeda. Sesuai dengan
pendekatan yang digunakan, maka model ini kurang percaya terhadap hal-hal yang bersifat
kuantitatif. Kelebihan model ini adalah peka terhadap berbagai pandangan dan kemampuannya
mengakomodasi pendapat yang ambigius serta tidak fokus. Sedangkan kekurangannyayaitu
pembuat keputusan sulit menentukan prioritas atau penyederhanaan informasi, tidak mungkin
menampung semua sudut pandang dari berbagai kelompok, serta membutuhkan waktu dan
tenaga. Evaluator harus dapat beradaptasi dengan lingkungan yang diamati.
Model-model evaluasi yang telah dipaparkan diatas dapat digunakan dalam proses
pembelajaran dengan tergantung pada tujuan evaluasi yang ditetapkan. Keberhasilan suatu
evaluasi pembelajaran secara keseluruhan dipengaruhi oleh penggunaan yang tepat pada sebuah
model evaluasi, serta dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: tujuan pembelajaran,
sistem sekolah dan pembinaan guru.
C.    Pendekatan Evaluasi
Pendekatan merupakan sudut pandang seseorang dalam mempelajari sesuatu.
Pendekatan evaluasi merupakan sudut pandang seseorang dalam menelaah atau mempelajari
evaluasi. Dilihat dari komponen pembelajaran, pendekatan evaluasi dibagi menjadi dua, yaitu
pendekatan tradisional dan pendekatan sistem. Dilihat dari penafsiran hasil evaluasi,
pendekatan evaluasi juga dibagi menjadi dua, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan
sistem.
1.     Pendekatan Tradisional
Pendekatan ini berorientasi pada praktik evaluasi yang telah berjalan selama ini di
sekolah yang ditujukan hanya kepada perkembangan aspek intelektual peserta didik. Kegiatan-
kegiatan evaluasi difokuskan pada komponen produk saja, sementara komponen proses
cenderung diabaikan. pendekatan ini juga menggunakan proses pembelajaran di mana guru di
dalam kelas menggunakan metode mengajar yang relatif tetap (monoton) setiap kali
mengajar.
2.     Pendekatan Sistem
Sistem adalah totalitas dari berbagai komponen yang saling berhubungan dan
ketergantungan. Pendekatan ini memfokuskan kepada komponen evaluasi yang meliputi
komponen kebutuhan dan feasibility, komponen input, komponen proses dan komponen produk
(CIPP) yaitu context, input, process dan pruduct yang menjadi landasan perimbangan dalam
evaluasi pembelajaran secara sistematis. Dalam literature modern tentang evaluasi, terdapat dua
pendekatan yang dapat digunakan untuk menafsirkan hasil evaluasi, yaitu penilaian acuan
patokan (criterion-referenced evaluation) dan penilaian acuan norma (nor-referenced
evaluation).
a.      Penilaian Acuan Patokan (PAP)
Pendekatan ini sering juga disebut penilaian norma absolut. Jika menggunakan
pendekatan ini, guru harus membandingkan hasil yang diperoleh peserta didik dengan sebuah
patokan atau kriteria yang secara absolut atau mutlak telah ditetapkan oleh guru. Pendekatan ini
cocok digunakan dalam evaluasi formatif yang berfungsi untuk perbaikan proses pembelajaran.
PAP dapat menggambarkan prestasi belajar peserta didik secara objektif apabila alat ukur yang
digunakan adalah alat ukur yang standar.
b.     Penilaian Acuan Norma (PAN)
Pendekatan ini membandingkan skor setiap peserta didik dengan teman satu
kelasnya. Makna nilai dalam bentuk nilai maupun kualifikasi memiliki sifat relatif. Artinya,
jika pedoman konversi skor sudah disusun untuk suatu kelompok, maka pedoman itu hanya
berlaku untuk kelomnpok itu saja dan tidak berlaku untuk kelompok yang lain, karena
distribusi skor peserta didik sudah berbeda.
BAB III
PENUTUP
A.    Simpulan
Evaluasi merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik menggunakan alat ukur atau instrument dalam bentuk tes
dan non tes. Adapun karakteristik instrumen evaluasi yang baik adalah valid, reliabel, relevan,
representatif, praktis, deskriminatif, spesifik dan proporsional. Selanjutnya, ciri-ciri evaluasi
yang baik adalah evaluasi dan hasil langsung, evaluasi dan transfer, dan evaluasi langsung dari
proses belajar.
Dalam studi tentang evaluasi, terdapat 9 model evaluasi dengan format atau sistematika
yang berbeda, yairu: Model Tyler, Model yang Berorientasi pada Tujuan, Model Pengukuran,
Model Kesesuaian, Educational System Evaluation Model, Model Alkin, Model
Brinkerhoff, Illuminative Model dan Model Responsif. Keberhasilan evaluasi pembelajaran
secara keseluruhan dipengaruhi oleh penggunaan yang tepat pada sebuah model evaluasi, serta
dipengaruhi oleh tujuan pembelajaran, sistem sekolah dan pembinaan guru.
Pendekatan evaluasi merupakan sudut pandang seseorang dalam menelaah atau
mempelajari evaluasi. Dilihat dari komponen pembelajaran, pendekatan evaluasi dibagi
menjadi dua, yaitu pendekatan tradisional dan pendekatan sistem. Dilihat dari penafsiran hasil
evaluasi, pendekatan evaluasi juga dibagi menjadi dua, yaitu criterion-referenced evaluation
dan norm-referenced evaluation.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, Zainal. 2014. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya
Diposting oleh AninSh di 09.30 

Anda mungkin juga menyukai