PENGERTIAN HADIST
Hadits secara etimologi dimaknai sebagai Jadid, Qarib dan Khaba. Hadits secara Terminologi
dimaknai sebagai ucapan dan segala perbuatan yang dilakukan Nabi Muhammad SAW .
Sedangkan secara bahasa Hadits berarti perkataan, percakapan, berbicara.
1. Rawi, yaitu merupakan informan yang menyampaikan hadits seperti para sahabat Rosululloh
SAW.
2. Sanad, yaitu silsilah atau kumpulan rawi dari sahabat hingga orang terakhir yang
meriwayatkan.
3. Mukharrij, yaitu rawi terakhir yang menulis riwayat yang ia dapat dalam sebuah catatan atau
karya pribadinya.
4.Shiyaghul ada’ , yaitu redaksi yang dipakai oleh seorang rawi dalam meriwayatkan sebuah
hadits.
5. Matan, yaitu redaksi dari riwayat yang disampaikan oleh masing-masing rawi.
Jenis-jenis Hadits
1. Hadits Qauli
Hadits Qauli yaitu hadits yang berdasarkan segala bentuk perkataan atau ucapan yang
disandarkan kepada Rosululloh.
2.Hadits Fi’li
Hadits fi’li yaitu hadits yang mengandung berita tentang perbuatan Rosululloh SAW yang
menjadi panutan perilaku para sahabat pada saat itu.
3.Hadits Taqriri
Hadits taqriri yaitu hadits yang mengandung ketetapan Rosululloh SAW terhadap apa yang
datang atau dilakukan oleh sahabatnya.
4.Hadits Hammi
Hadits hammi ini hadits yang berupa keinginan atau hasrat Rosululloh SAW yang belum
terealisasikan, seperti halnya saat berpuasa tanggal 9 Asyura.
5.Hadits Ahwali
Hadits ahwali pada dasarnya hadits yang tidak mencakup empat hadits sebelumnya. Hadits
kategori ini biasanya menceritakan sifat dan kepribadian serta keadaan fisik Rosululloh SAW.
6.Hadits Qudsi
Qudsi secara bahasa bermakna suci. Sebab itu, hadits qudsi didefinisikan oleh sejumlah ulama
sebagai sesuatu yang diberitakan Allah SWT kepada Rosululloh SAW selain Al-Qur’an yang
isinya disusun oleh Rosululloh SAW.
Hadist dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa kriteria yaitu bermulanya ujung sanad,
keutuhan rantai sanad, jumlah penutur (rawi) serta tingkat keaslian hadist (dapat diterima atau
tidaknya hadist bersangkutan).
1. Berdasarkan ujung sanad, klasifikasi ini hadist dibagi menjadi 3 golonganyakni marfu
2. Berdasarkan keutuhan rantai atau lapisan sanad. hadist terbagi menjadi beberapa golongan
yakni Musnad, Mursal, Munqathi, Muallaq, Mudlal dan Mudallas. Keutuhan rantai sanad
maksudnya ialah setiap penutur pada tiaptingkatan dimungkinkan secara waktu dan kondisi
untuk mendengar dari penutur di atasnya.
3. Berdasarkan jumlah penutur. Jumlah penutur yang dimaksud adalah jumlah penutur dalam
tiap tingkatan dari sanad, atau ketersediaan beberapa jalur berbeda yang menjadi sanad hadist
tersebut. Berdasarkan klasifikasi ini hadist dibagi atas hadist mutawatir dan hadist ahad.
4. Berdasarkan tingkat keaslian hadist. Kategorisasi tingkat keaslian hadist adalah klasifikasi
yang paling penting dan merupakan kesimpulan terhadap tingkat penerimaan atau penolakan
terhadap hadist tersebut. Tingkatan hadist pada klasifikasi ini terbagi menjadi 4 tingkat yakni
shahih, hasan, dhaiif dan maudlu’
1.Hadis Mutawatir
Mutawatir secara etimology berasal dari kata tawatara yang berarti beruntun, atau mutatabi,
yakni beriring-iringan antara satu dengan lainnya tanpa ada jarak. Sedangkan secara
terminology mutawatir adalah hadits yang di riwayatkan oleh banyak orang yang terhindar dari
kesepakatan mereka untuk berdusta sejak awal sanad sampai akhir sanad dengan didasarkan
pada panca.
2.HADITS AHAD
Ahad menurut bahasa mempunyai arti satu. Dan khabarul-wahid adalah khabar yang
diriwayatkan oleh satu orang. Sedangkan hadits ahad menurut istilah adalah hadits yang belum
memenuhi syarat-syarat mutawatir. Hadits ahad terbagi menjadi 3 macam, yaitu : Masyhur,
Aziz, dan Gharib.
3.Hadits Gharib
Gharib secara bahasa berarti yang jauh dari kerabatnya. Sedangkan hadits gharib secara istilah
adalah hadits yang hanya diriwayatkan oleh seorang perawi secara sendiri. Dan tidak
dipersyaratkan periwayatan seorang perawi itu terdapat dalam setiap tingkatan (thabaqah)
periwayatannya, akan tetapi cukup terdapat pada satu tingkatan atau lebih. Dan bila dalam
tingkatan yang lain jumlahnya lebih dari satu, maka itu tidak mengubah statusnya (sebagai
hadits gharib).
Menurut etimologinya, al-Jami’ artinya “yang menghimpun” sehingga dapat dipahami bahwa
kitab al-Jami’ adalah kitab yang menghimpun banyak hal. Karena itulah, menurut istilah ulama
hadis, pengertian kitab al-Jami’ ada dua macam, yaitu: Pertama dilihat dari segi pokok
kandungan hadis yang dihimpunnya, pengertian kitab al-Jami’ adalah kitab hadis yang disusun
dan dibukukan oleh pengarangnya terhadap semua pembahasan agama. Di antaranya masalah
iman, thaharah, ibadah, mu’amalah, pernikahan, sirah, riwayat hidup, tafsir, adab, penyucian
jiwa, fitnah dan lain sebagainya. Inilah yang membedakan antara kitab al-jami’ dan kitab al-
Musannaf.
b. Kitab Sunan
Kitab sunan adalah kitab hadist yang disusun berdasarkan BAB fikih mulai dari masalah
thaharah, sholat, zakat dll. Dan hanya berisi hadist marfu (sabda Nabi) dan juga ada beberapa
atsar sahabat.
c. Kitab Athraf
Kitab Athraf adalah salah satu kitab hadis yang hadir dengan tujuan untuk mempermudah
dalam men-takhrij suatu hadits. Kitab yang tergolong sebagai Kitab Athraf ditulis berdasarkan
sanad, dengan kata lain kitab semacam ini adalah kitab yang menghimpun sanad-sanad hadits.
d. Kitab Musnad
Kitab Musnad adalah kitab hadits yang disusun berdasarkan nama-nama sahabat Nabi
Muhammad saw., baik itu mencakup hadis shahih, hasan ataupun dhaif. Kitab ini disusun oleh
Imam Ahmad bin Hanbal (164-241 H), salah satu imam mazhab Ahlus Sunnah wal Jama'ah.
f. Kitab Mu’jam
Pengertian Kitab al-Mu’jam. Kata Mu`jam, secara etimologi pada awalnya diartikan sesuatu
yang tidak jelas atau sesuatu yang terkunci, kemudian diartikan semacam kamus yang berfungsi
memperjelas arti kalimat yang tidak jelas tersebut. Kitab Mu’jam dalam terminologi studi hadis
adalah: “Mu’jam adalah buku yang menyebutkan hadis-hadis nya didasarkan pada nama
sahabat atau nama syaikhnya atau didasarkan pada nama negeri gurunya pada umumnya
secara abjadi atau hija’i (sesuai dengan urutan huruf hija’iyah) .”
TAKHRIJ HADIST
Kata Rijal al-hadits berarti orang-orang di sekitar hadis atau orang-orang yang meriwayatkan
hadis serta berkecimpung dengan hadis nabi. Secara terminologis, ilmu ini didefinisikan dengan
ilmu yang membahas tentang keadaan para periwayat hadis baik dari kalangan sahabat, sahih,
maupun generasi-generasi berikutnya. Ilmu rijal al- hadits adalah ilmu yang membahas hal
ikhwal dan sejarah para perawi dari kalangan sahabat, tabiin, dan atba’ al-tabiin.
Al-Jarh secara bahasa merupakan bentuk masdar dari kata jaraha-yajrahu, yang berarti
“melukai”. Apabila kata jaraha dipakai oleh hakim pengadilan yang ditunjukan kepada
kesaksian, maka kata tersebut mempunyai arti “menggugurkan keabsahan saksi”. Menurut
istilah ilmu hadits, kata al-jarh berarti tampak jelasnya sifat pribadi periwayat yang tidak adil,
atau yang buruk di bidang hafalannya dan kecermatannya, yang keadaan itu menyebabkan
gugurnya, atau lemahnya riwayat yang disampaikan oleh periwayat tersebut. Tujuan utamanya
adalah untuk mengidentifikasi keandalan perawi hadis dan menentukan keabsahan hadis dalam
tradisi Islam. Ilmu Jarh wa Tadil membantu memastikan bahwa sumber-sumber hadis yang
digunakan memiliki keakuratan dan kepercayaan yang memadai.
Sebagaimana hal nya Al-Quran, hadits juga mempunyai rumpun keilmuan yang beragam.
Seseorang tidak di benarkan untuk berdalil dengan menggunakan hadis Nabi Muhammad SAW
sebelum mengeuasai secara mendalam ragam keilmuan hadist tersebut. Dalam permasalahan
pemahaman hadis para ulama mencetuskan beberapa ilmu untuk menalaah suatu makna yang
terkandumg dalam hadis. Diantaranya yaitu :
Ilmu Ma’anil Hadis adalah ilmu yang mengkaji tentang bagaimana memahami hadist Nabi
Muhammad SAW denagan mempertimbangkan berbagai aspek.
Ilmu Gharibil Hadis adalah ilmu yang membahas tentang matan yang sulit dan sukar untuk di
pahami. Sehingga, membutuhkan keahlian yang khusus untuk memahaminya.
Kitab sekunder ialah kitab/ buku karya penulis generasi sesudahnya, yang memmuat hadits –
hadits nabi yang diambil dari kitab hadits primer.
Bulughul maram merupakan sebuah kitab yang secara khusus memuat hadits – hadits
Rasulullah. Secara bahasa, bulughul maram artinya menapai keinginan. Maknanya yaitu
mencapai keinginan melalui dalil- dalil hukum yang diajarkan Rasulullah.
Kitab ini adalah kitab Tarbiyah ( Pembinaan) yang baik yang menyentuh aneka ragam aspek
kehidupan individual ( pribadi) dan sosial kemasyarakatan dengan uslub (cara pemaparan) yang
mudah lagi jelas yang dapat dipahami oleh orang khusus dan awam.
Arbain Nawawi meupakan kitab yang memuat empat puluh hadits yang disusun oleh Imam
Namawi, Arbain berarti 40 namun sebenernya terdapat 42 hadits yang termuat dalam kitab ini.
Subulus Salam atau lengkapnya Subulus Salam Syarh Bulugil Maram min Jam’i Adillatil Ahkam
adalah kitab fiqih yang disusun oleh Imam Ash-Shan’ani (1182) yang merupakan kitab penjelas
dari Bulughul Maram sebuah kitab hadits tematik yang khusus menghimpun hadits-hadits
bertemakan fiqih islam karya Al-Hafizh Ibnu Hajar Al – Asqalani. Kitab Subulus Salam ini
merupakan kitab ringkasan (mukhtashar) dari kitab “Al-Badrut Tamam” yang juga merupakan
salah satu kitab syarah Bulughul Maram yang disusun oleh Qadly Husain bin Muhammad Al-
Magribi (119 H). Kitab ini juga merupaka salah satu kitab fiqih lintas mazhab. Hal ini
dikarenakan Imam Shan’ani tidak mengikuti mazhab fiqih tertentu secara eklusif, ia juga
menghindari dari sikap taqlid buta (fanatik), sehingga kitab ini sdisusun tanpa tendedsi
terhadap salah satu mazhab.