Oleh :
1. Khairil (12140110947)
Kelas B
2021
DAFTAR ISI
JUDUL UTAMA…………………………………………………………………………………
DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...
LATAR BELAKANG…………………………………………………………………………….
RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………………
PEMBAHASAN………………………………………………………………………………….
PENUTUP…………………………………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………..
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hadis merupakan salah satu dasar pengambilan hukum Islam setelah alQuran. Sebab hadis
mempunyai posisi sebagai penjelas terhadap makna yang dikandung oleh teks suci tersebut.
Apalagi, banyak terdapat ayat-ayat yang masih global dan tidak jelas Maknanya sehingga
seringkali seorang mufassir memakai hadis untuk mempermudah pemahamannya.
Hadist memiliki isilah baik itu dalam periwayatan ataupun dalam kepakaran hadist dan
sejarah generasi perawi yang perlu kita ketahui.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat penyajian makalah ini dirumuskan dengan
beberapa bagian yaitu :
1. Istilah dalam periwayatan hadist.
2. Istilah dalam kepakaran hadist.
3. Sejarah generasi perawi hadist.
C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengetahui periwayatan hadist.
2. Mengetahui kepakaran hadist.
3. Mengetahui bagaimana sejarah generasi periwayatan hadist.
BAB II
PEMBAHASAN
1. KONSEP PERIWAYATAN HADIST
Istilah periwayatan yang sering digunakan oleh para mudawin hadis berbeda beda diantaranya :
a. Mutafaq alaih ( disepakati atasnya) yaitu hadist yang diriwayatkan oleh imam bukhari
dan imam muslim dari sumber sahabat yang sama dikenal dengan hadist Bukhari dan
Muslim.
b. Akhrajahu syaikhani,artinya hadist tersebut diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
c. Akhrajahu tsalatsah,artinya hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu daud,tirmidzi, dan an-
Nasai.
d. Akhraju arba’ah berarti hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu daud,Tirmidzi,AN –nasai
dan ibn majah.
e. Akhraju sitta berarti hadis tersebut diriwayatkan oleh bukhari ,muslim,abu daud,
Tirmidzi, An – nasai dan ibn majah.
f. Akhrajuh Khmasah yaitu hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud,Tirmidzi, An-nasai,
Ibn Majah Imam Ahmad.
g. Ahkrajul Sabaah berarti hadis tersebut diriwayatkan oleh Bukhari,Muslim,Abu
Daud,Tirmidzi, An – nasai,ibn majah, dan Imam Ahmad.
h. Akhraju Jamaah berarti hadist tersebut diriwayatkan oleh banyak ulama hadist.
4. Al-Hakim yaitu, orang yang menguasai seluruh ilmu-ilmu hadits, sehingga tidak ada
yang tertinggal darinya.Yaitu, suatu gelar keahlian bagi imam-imam hadits yang
menguasai seluruh hadits yang marwiyah (diriwayatkan), baik matan maupun sanadnya
dan mengetahui ta’dil (terpuji) dan tarjih (tercelanya) rawi-rawi.Setiap rawi diketahui
sejarah hidupnya, perjalanannya, guru-guru dan sifat-sifatnya yang dapat diterima
maupun yang ditolak. Ia harus dapat menghafal hadits lebih dari 300.000 hadits beserta
sanadnya. Para muhadditsiin yang mendapat gelar ini antara lain : Ibnu Dinar (meninggal
162 H).al-Laits bin Sa’ad.Seorang mawali yang menderita buta di akhir hayatnya
meninggal 175 H).Imam Malik (179).dan Imam Syafii (204 H).
5. AL- hujjah Yaitu, gelar keahlian bagi para Imam yang sanggup menghafal 300.000
hadits, baik matan, sanad, maupun perihal si rawi tentang keadilannya, kecacatannya,
biografinya (riwayat hidupnya). Para muhadditsiin yang mendapat gelar ini antara lain
ialah :Hisyam bin Urwah (meninggal 146 H).Abu hudzail Muhammad bin al-Walid
(meninggal 149 H).dan Muhammad Abdullah bin Amr (meninggal 242 H).
6. Amirul mu’minin fil hadist Gelar ini sebenarnya diberikan kepada para khalifah setelah
Khalifah Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Para khalifah diberikan gelar demikian
mengingat jawaban Nabi shallahu ‘alaihi wasallam atas pertanyaan seorang sahabat
tentang “Siapakah yang dikatakan khalifah”?, bahwa khalifah ialah orang-orang
sepeninggal Nabi yang sama meriwayatkan haditsnya.
Kata al-riwa>yat adalah masdar dari kata kerja rawa dan dapat berarti al-naql (penukilan),
al-z}ikr (penyebutan), al-fatl (pemintalan). Dan dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan
dengan periwayatan, dalam ilmu Hadis ketika ada ungkapan al-riwa>yat yang dimaksud adalah
periwayatan Hadis.Sedangkan definisi al-riwa>yat menurut istilah ilmu Hadis adalah kegiatan
penerimaan dan penyampaian Hadis, serta penyandaran Hadis itu dalam rangkaian para
periwayatnya dengan bentuk-bentuk tertentu. Orang yang telah menerima Hadis dari seorang
periwayat, tetapi ia idak menyampaikan Hadis tersebut kepada orang lain, maka ia tidak disebut
sebagai orang yang meriwayatkan Hadis. sekiranya orang tersebut menyampaikan Hadis yang
telah diterimanya kepada orang lain, tetapi ketika menyampaikan Hadis itu dia tidak
menyebutkan rangkaian para periwayatnya, maka orang tersebut juga tidak dapat dinyatakan
sebagai orang yang telah melakukan periwayatan Hadis.
Jadi, ada tiga unsur yang harus dipenuhi dalam periwayatan Hadis, yakni:
Orang yang melakukan periwayatan Hadis disebut al-ra>wi, dan apa yang diriwayatkan
dinamai al-marwi, sedangkan susunan rangkaian para periwayat dinamakan sanad ada juga yang
menyebut dengan isnad, dan kalimat yang disebutkan sesudah sanad disebut dengan al-matn.
Dalam konteks periwayatan Hadis, sahabat Nabi merupakan generasi pertama yang langsung
menerima sabda-sabda dari Nabi saw. namun dalam aktivitasnya, para sahabat berbeda-beda cara
dalam menerima sabda tersebut, bahkan tiap seorang dari sahabat tidak dapat dan tidak mungkin
mengetahui langsung semua Hadis, baik yang berbentuk aqwa>l, af’a>l maupun taqri>r, sebab
tidak mungkin pula semua sahabat senantiasa bersama Nabi sepanjang harinya.
Akan tetapi pada masa itu, para sahabat yang hadir di majlis Rasulullah saw. senantiasa
memberikan informasi keapada sahabat lain yang tidak sempat hadir tentang hal-hal yang
mereka dengar dan lihat pada majlis tersebut. Mereka selalu menisbahkan hal-hal tersebut
kepada Nabi saw., sehingga hampir semua informasi tentang sabda dan perilaku Nabi sudah
terekam diingatakan para sahabat. Dari sinilah proses periwayatan sebenarnya secara tidak
langsung dan tidak tertulis sudah dirintis oleh para sahabat. Pada masa berikutnya proses ini
semakin berjalan secara berkesinambungan hingga pada masa tabi’in dan generasi setelahnya.
Cara yang dilakukan para ulama di masa-masa berikutnya dalam meneliti kehidupan rawi, baik
yang berkaitan dengan keadaan khusus dan keadaan yang bersifat umum. Segi daya hapal, dan
segi kecermatannya, adalah dengan meneliti bagaimana seorang periwayat tersebut memperoleh
Hadis dari gurunya dan bagaimana cara periwayat menyampikan riwayat tersebut kepada
periwayat lain.
Para sahabat Nabi saw. umumnya membolehkan periwayatan Hadis dengan makna. Diantara
mereka itu ialah Ali bin Abi T}a>lib, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud, Anas bin
Ma>lik, Abu Darda’, Abu Hurairah dan Aisyah. Sebagian kecil saja dari kalangan sahabat yang
cukup ketat berpegang pada periwayatan dengan lafal. Di antaranya ialah Umar bin Khat}t}ab,
Abdullah bin Umar bin Khat}t}ab, dan Zaid bin Arqam.Dalam sejarah periwayatan Hadis tidak
bisa dilupakan peranan kaum perempuan. Mereka mempunyai peran strategis dalam hal ini.
Tentu saja, perawi perempuan di sini adalah para perawi di tingkat sahabat. Hampir semua
keluarga Nabi seperti para istri Nabi, putri Nabi, mertua Nabi, bibi Nabi, sepupu Nabi, saudara
ipar perempuan Nabi, dan para abdi dalem (maulah) Nabi pernah meriwayatkan Hadis.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hadist merupakan salah satu dasar pengambilan hukum Islam setelah Al Qur'an. Sebab hadis
mempunyai posisi sebagai penjelas terhadap makna yang dikandung oleh teks suci tersebut. Ada
begitu banyak istilah dalam periwayatan hadits yang berbeda-beda yang sering digunakan oleh
para mudawin. Selain itu, ada pula istilah dalam kepakaran hadist yaitu: Al musnid, Al
muhaddist, Al hafiz, Al hakim, Al hujjah, dan amiru mu'min.