Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

KONSEP PERIWAYATAN HADIST


Untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Hadist

Dosen Pengampu : Tafsiruddin,M.Pd.I

Oleh :

1. Khairil (12140110947)

2. Muslimatul Husna (12140120720)

3. Rita Hartati (12140120938)

Kelas B

JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM

FAKULTAS DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

2021
DAFTAR ISI

JUDUL UTAMA…………………………………………………………………………………

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………...

LATAR BELAKANG…………………………………………………………………………….

RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………………

PEMBAHASAN………………………………………………………………………………….

A. Istilah dalam periwayatan hadist………………………………………………………….


B. Istilah dalam kepakaran hadist……………………………………………………………
C. Sejarah generasi perawi hadist……………………………………………………………

PENUTUP…………………………………………………………………………………………

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………………..
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hadis merupakan salah satu dasar pengambilan hukum Islam setelah alQuran. Sebab hadis
mempunyai posisi sebagai penjelas terhadap makna yang dikandung oleh teks suci tersebut.
Apalagi, banyak terdapat ayat-ayat yang masih global dan tidak jelas Maknanya sehingga
seringkali seorang mufassir memakai hadis untuk mempermudah pemahamannya.

Hadist memiliki isilah baik itu dalam periwayatan ataupun dalam kepakaran hadist dan
sejarah generasi perawi yang perlu kita ketahui.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dibuat penyajian makalah ini dirumuskan dengan
beberapa bagian yaitu :
1. Istilah dalam periwayatan hadist.
2. Istilah dalam kepakaran hadist.
3. Sejarah generasi perawi hadist.

C. TUJUAN PEMBAHASAN
1. Mengetahui periwayatan hadist.
2. Mengetahui kepakaran hadist.
3. Mengetahui bagaimana sejarah generasi periwayatan hadist.
BAB II

PEMBAHASAN
1. KONSEP PERIWAYATAN HADIST

A. ISTILAH DALAM PERIWAYATAN HADIS

Istilah periwayatan yang sering digunakan oleh para mudawin hadis berbeda beda diantaranya :

a. Mutafaq alaih ( disepakati atasnya) yaitu hadist yang diriwayatkan oleh imam bukhari
dan imam muslim dari sumber sahabat yang sama dikenal dengan hadist Bukhari dan
Muslim.
b. Akhrajahu syaikhani,artinya hadist tersebut diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim.
c. Akhrajahu tsalatsah,artinya hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu daud,tirmidzi, dan an-
Nasai.
d. Akhraju arba’ah berarti hadis tersebut diriwayatkan oleh Abu daud,Tirmidzi,AN –nasai
dan ibn majah.
e. Akhraju sitta berarti hadis tersebut diriwayatkan oleh bukhari ,muslim,abu daud,
Tirmidzi, An – nasai dan ibn majah.
f. Akhrajuh Khmasah yaitu hadist yang diriwayatkan oleh Abu Daud,Tirmidzi, An-nasai,
Ibn Majah Imam Ahmad.
g. Ahkrajul Sabaah berarti hadis tersebut diriwayatkan oleh Bukhari,Muslim,Abu
Daud,Tirmidzi, An – nasai,ibn majah, dan Imam Ahmad.
h. Akhraju Jamaah berarti hadist tersebut diriwayatkan oleh banyak ulama hadist.

B. ISTILAH DALAM KEPAKARAN HADIS


1. Al-Musnid ,dengan baris kasrah nunnya,yaitu orang yang meriwayatkan hadits dengan
sanadnya ,terlepas dari apakah ia mempunyai ilmu tentang apa yang di riwayatkan atau
pun tidak,atau dengan kata lain ia hanya sebatas meriwayatkannya saja.
2. Al-muhaddits adalah orang yang mengenal seluk beluk sanad ,illat-illat yang ada dalam
hadits,nama-nama perawi (asmaa Rijaal).Al-Muhaddits fokus dalam menghafal matan-
matan (teks hadits) ,sama’ (menyimak) kitab-kitab hadits  yang enam,musnad-
musnad,mu’jam-mu’jam,serta juz-juz hadist.
Istilah Al-Muhaddist di masa kita ini di peruntukkan untuk mereka-mereka yang
menggeluti ilmu hadits baik secara riwayat ataupun dirayat,mempunyai pengetahuan
tentang rawi-rawinya,punya telaahan yang luas terhadap keadaan para perawi  serta
ragam periwayatan yang ada di masanya,punya kelebihan dalam hal tersebut hingga di
ketahui kefakarannya,terkenal dalam masalah tersebut kesimpulan yang ia bawakan
(Adh-dhabtu) ,dan jika ia melebihi dari apa yang telah di sebutkan itu hingga mengenal
semua Syaikh-syaikhnya ,Syaikhsyaikh dari para Syaikhnya,thabaqah demi thabaqah
(tingkatan) yang mana hal-hal yang dia ketahui thabaqah demi thabaqah lebih dia ketahui
di banding thabaqah yang ridak dia ketahui maka ia bisa di sebut dengan gelar Al-
hafidsd.
3. Al Hafiz Ialah gelar untuk ahli hadits yang dapat menshahihkan sanad dan matan hadits
dan dapat men-ta’dil-kan dan men-jarh-kan rawinya. Seorang al-hafidh harus menghafal
hadits-hadits shahih, mengetahui rawi yang waham (banyak purbasangka), illat-
illat hadits dan istilah-istilah para muhadditsiin.Menurut sebagian pendapat, al-hafidh itu
harus mempunyai kapasitas hafalan 100.000 hadist. Para muhadditsiin yang mendapat
gelar ini antara lain : al-Iraqi, Syarifuddin ad-Dimyathi.Ibnu Hajar al-Asqalani, dan Ibnu
Daqiqi al-’Iegd.

4. Al-Hakim yaitu, orang yang menguasai seluruh ilmu-ilmu hadits, sehingga tidak ada
yang tertinggal darinya.Yaitu, suatu gelar keahlian bagi imam-imam hadits yang
menguasai seluruh hadits yang marwiyah (diriwayatkan), baik matan maupun sanadnya
dan mengetahui ta’dil (terpuji) dan tarjih (tercelanya) rawi-rawi.Setiap rawi diketahui
sejarah hidupnya, perjalanannya, guru-guru dan sifat-sifatnya yang dapat diterima
maupun yang ditolak. Ia harus dapat menghafal hadits lebih dari 300.000 hadits beserta
sanadnya. Para muhadditsiin yang mendapat gelar ini antara lain : Ibnu Dinar (meninggal
162 H).al-Laits bin Sa’ad.Seorang mawali yang menderita buta di akhir hayatnya
meninggal 175 H).Imam Malik (179).dan Imam Syafii (204 H).
5. AL- hujjah Yaitu, gelar keahlian bagi para Imam yang sanggup menghafal 300.000
hadits, baik matan, sanad, maupun perihal si rawi tentang keadilannya, kecacatannya,
biografinya (riwayat hidupnya). Para muhadditsiin yang mendapat gelar ini antara lain
ialah :Hisyam bin Urwah (meninggal 146 H).Abu hudzail Muhammad bin al-Walid
(meninggal 149 H).dan Muhammad Abdullah bin Amr (meninggal 242 H).
6. Amirul mu’minin fil hadist Gelar ini sebenarnya diberikan kepada para khalifah setelah
Khalifah Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu. Para khalifah diberikan gelar demikian
mengingat jawaban Nabi shallahu ‘alaihi wasallam atas pertanyaan seorang sahabat
tentang “Siapakah yang dikatakan khalifah”?, bahwa khalifah ialah orang-orang
sepeninggal Nabi yang sama meriwayatkan haditsnya.

2. SEJARAH GENERASI PARAWI HADIS

Kata al-riwa>yat adalah masdar dari kata kerja rawa dan dapat berarti al-naql (penukilan),
al-z}ikr (penyebutan), al-fatl (pemintalan). Dan dalam bahasa Indonesia dapat diterjemahkan
dengan periwayatan, dalam ilmu Hadis ketika ada ungkapan al-riwa>yat yang dimaksud adalah
periwayatan Hadis.Sedangkan definisi al-riwa>yat menurut istilah ilmu Hadis adalah kegiatan
penerimaan dan penyampaian Hadis, serta penyandaran Hadis itu dalam rangkaian para
periwayatnya dengan bentuk-bentuk tertentu. Orang yang telah menerima Hadis dari seorang
periwayat, tetapi ia idak menyampaikan Hadis tersebut kepada orang lain, maka ia tidak disebut
sebagai orang yang meriwayatkan Hadis. sekiranya orang tersebut menyampaikan Hadis yang
telah diterimanya kepada orang lain, tetapi ketika menyampaikan Hadis itu dia tidak
menyebutkan rangkaian para periwayatnya, maka orang tersebut juga tidak dapat dinyatakan
sebagai orang yang telah melakukan periwayatan Hadis.

Jadi, ada tiga unsur yang harus dipenuhi dalam periwayatan Hadis, yakni:

(1) kegiatan menerima Hadis dari periwayat Hadis,

(2) kegiatan menyampaikan Hadis itu kepada orang lain,

(3) ketika Hadis itu disampaikan, susunan rangkaian periwayatnya disebutkan.

Orang yang melakukan periwayatan Hadis disebut al-ra>wi, dan apa yang diriwayatkan
dinamai al-marwi, sedangkan susunan rangkaian para periwayat dinamakan sanad ada juga yang
menyebut dengan isnad, dan kalimat yang disebutkan sesudah sanad disebut dengan al-matn.

Dalam konteks periwayatan Hadis, sahabat Nabi merupakan generasi pertama yang langsung
menerima sabda-sabda dari Nabi saw. namun dalam aktivitasnya, para sahabat berbeda-beda cara
dalam menerima sabda tersebut, bahkan tiap seorang dari sahabat tidak dapat dan tidak mungkin
mengetahui langsung semua Hadis, baik yang berbentuk aqwa>l, af’a>l maupun taqri>r, sebab
tidak mungkin pula semua sahabat senantiasa bersama Nabi sepanjang harinya.

Akan tetapi pada masa itu, para sahabat yang hadir di majlis Rasulullah saw. senantiasa
memberikan informasi keapada sahabat lain yang tidak sempat hadir tentang hal-hal yang
mereka dengar dan lihat pada majlis tersebut. Mereka selalu menisbahkan hal-hal tersebut
kepada Nabi saw., sehingga hampir semua informasi tentang sabda dan perilaku Nabi sudah
terekam diingatakan para sahabat. Dari sinilah proses periwayatan sebenarnya secara tidak
langsung dan tidak tertulis sudah dirintis oleh para sahabat. Pada masa berikutnya proses ini
semakin berjalan secara berkesinambungan hingga pada masa tabi’in dan generasi setelahnya.

Cara yang dilakukan para ulama di masa-masa berikutnya dalam meneliti kehidupan rawi, baik
yang berkaitan dengan keadaan khusus dan keadaan yang bersifat umum. Segi daya hapal, dan
segi kecermatannya, adalah dengan meneliti bagaimana seorang periwayat tersebut memperoleh
Hadis dari gurunya dan bagaimana cara periwayat menyampikan riwayat tersebut kepada
periwayat lain.

Para sahabat Nabi saw. umumnya membolehkan periwayatan Hadis dengan makna. Diantara
mereka itu ialah Ali bin Abi T}a>lib, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud, Anas bin
Ma>lik, Abu Darda’, Abu Hurairah dan Aisyah. Sebagian kecil saja dari kalangan sahabat yang
cukup ketat berpegang pada periwayatan dengan lafal. Di antaranya ialah Umar bin Khat}t}ab,
Abdullah bin Umar bin Khat}t}ab, dan Zaid bin Arqam.Dalam sejarah periwayatan Hadis tidak
bisa dilupakan peranan kaum perempuan. Mereka mempunyai peran strategis dalam hal ini.
Tentu saja, perawi perempuan di sini adalah para perawi di tingkat sahabat. Hampir semua
keluarga Nabi seperti para istri Nabi, putri Nabi, mertua Nabi, bibi Nabi, sepupu Nabi, saudara
ipar perempuan Nabi, dan para abdi dalem (maulah) Nabi pernah meriwayatkan Hadis.
BAB III

PENUTUP
Kesimpulan

Hadist merupakan salah satu dasar pengambilan hukum Islam setelah Al Qur'an. Sebab hadis
mempunyai posisi sebagai penjelas terhadap makna yang dikandung oleh teks suci tersebut. Ada
begitu banyak istilah dalam periwayatan hadits yang berbeda-beda yang sering digunakan oleh
para mudawin. Selain itu, ada pula istilah dalam kepakaran hadist yaitu: Al musnid, Al
muhaddist, Al hafiz, Al hakim, Al hujjah, dan amiru mu'min.

Anda mungkin juga menyukai