Anda di halaman 1dari 15

Sejarah Edisi Penyempurnaan 2019

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Metode Penerjemahan Al-
Qur’an

Oleh:
1. Haerun Nissa (20211405)
2. Ilga Ayu Mawardi (20211413)
3. Inas Syafiqah (20211414)
4. Indana Fauzun Ulya (20211415)
5. Merry Nurul Fajriyah (20211432)

Dosen Pengampu:
Abdul Rosyid, M.A.

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH
INSTITUT ILMU AL-QUR’AN (IIQ)
JAKARTA
1444H/2022M

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan nikmat iman dan Islam
sehingga dengan rahmat dan karunia-Nya kami sebagai pemakalah dapat menyelesaikan
makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam senantiasa tercurah limpahkan kepada
baginda Nabi besar kita yakni Nabi Muhammad SAW., beserta keluarganya, para sahabat,
serta seluruh ummatnya hingga hari akhir nanti.
Makalah ini berjudul Sejarah Edisi Penyempurnaan 2019 yang berisi penjelasan
lebih dalam tentang Sejarah Edisi Penyempurnaan. Kami sebagai pemakalah berharap
semoga tulisan ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca dan semoga dapat menjadi
ilmu yang bermanfaat bagi kita semua.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah Metode
Penerjemahan Al-Qur’an, yakni Bapak Abdul Rosyid, M.A. dan juga kepada berbagai pihak
yang turut andil dalam penyelesaian makalah Sejarah Edisi Penyempurnaan 2019 ini.
Dalam penulisan, kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan nya, baik
dari segi isi maupun penulisan. Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran kepada
para pembaca yang bertujuan untuk memperbaiki di waktu mendatang dan membuat makalah
ini menjadi lebih baik lagi.

Tangerang, 15 November 2022

Tim Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. 2

DAFTAR ISI .............................................................................................................. 3

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 4

A. Latar Belakang Masalah .................................................................................... 4


B. Rumusan Masalah ............................................................................................ 4
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................. 4
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................ 5

A. Edisi Penyempurnaan 2019 (2016-2019) ............................................................. 5


B. Contoh Perbedaan Penerjemahan QT Peluncuran dan Pasca Peluncuran ............. 8
C. Aspek Penyempurnaan ....................................................................................... 9
D. Aspek Format dan Sistematika Penyusunan ....................................................... 10

BAB III PENUTUP .................................................................................................... 14

Kesimpulan ...................................................................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 15

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Edisi penyempurnaan Terjemah Al-Qur’an terbitan Kementrian Agama ini diinisiasi
oleh Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an Balitbang-Diklat Kemenag. Proses ini merupakan
kali ketiga. Penerjemahan Al-Qur’an kali pertama oleh Kementrian Agama dilakukan pada
tahun 1945. Saat itu yang menjadi Mentri Agama adalah Prof KH. Saifuddin Zuhri. Agar
terjemahan Al-Qur’an senantiasa relevan dengan perkembangan zaman, pada tahun 1989-
2002 dilakukan penyempurnaan lagi. Sehingga, kali ini melakukan revisi yang ketiga.
Edisi penyempurnaan yang dilakukan ini adalah edisi penyempurnaan, maksudnya
proses yang tidak bekesudahan. Kita menggunakan kata penyempurnaan, karena terjemahan
tidak akan sempurna dan terus mengalami perubahan, sesuai lingkungan strategis yang selalu
berubah. Pastilah terjemahan itu dinamis, bahasa berubah, cara pandang juga berubah sesuai
situasi kondisi yang kita alami. Maka dari itu kami sebagai pemakalah ingin menjelaskan
beberapa Sejarah Edisi Penyempurnaan pada tahun 2019.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana edisi penyempurnaan terjemah Al-Qur’an pada tahun 2019?
2. Apa saja contoh perbedaan penerjemahan QT peluncuran dan pasca peluncuran?
3. Bagaimana aspek penyempurnaan terjemah Al-Qur’an?
4. Bagaimana aspek format dan sistematika penyusunan nya?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui bagaimana edisi penyempurnaan terjemah Al-Qur’an pada tahun
2019.
2. Untuk mengetahui apa saja perbedaan terjemahan QT peluncuran dan pasca
peluncuran.
3. Untuk mengetahui bagaimana aspek format dan sistematika penulisan terjemah Al-
Qur’an.

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Edisi Penyempurnaan 2019 (2016-2019)


1. Sejarah Edisi Penyempurnaan 2019 (2016-2019)
Setelah edisi penyempurnaan 2002 terbit, revisi terhadap QT dilakukan lagi, yakni
mulai tahun 2016-2019. Pada tahun ini, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ)
sudah menjadi unit kerja eselon II, dimana sebelumnya hanyalah sebuah kepanitiaan ad hoc di
bawah Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Lektur Keagamaan yang secara ex
officio Kepala Puslitbang Lektur Keagamaan juga menjadi Ketua Lajnah, Secara
administratif, sejak disahkannya PMA No. 3 tahun 2006 tentang Organisasi dan Tata Laksana
Departemen Agama, tugas dan fungsi pokok Lajnah tidak disebutkan secara langsung. 1
Namun ketika Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an menjadi unit kerja eselon II di
Kementerian Agama di awal tahun 2007, tugas pokok dan fungsinya menjadi semakin luas.
Sesuai dengan PMA No. 3 tahun 2007, tugas dan fungsi Lajnah adalah sebagai mentashih
mushaf Al-Qur’an yang dicetak. Kemudian mengadakan seminar, workshop dan penelitian
tentang Al-Qur’an, dan yang ketiga mengelola Museum Bayt Al-Qur’an dan
pendokumentasiannya.
Perkembangan ini, merupakan berubahnya LPMQ menjadi unit eselon II, tentu
berpengaruh terhadap anggaran dan juga personalia di dalamnya. Maka dari itu, program-
program atau kegiatan-kegiatan yang terkait dengan tugas dan fungsi LPMQ bisa dilakukan
dengan anggaran dan sumber daya manusia yang memadai.
Revisi QT pada edisi penyempurnaan 2019 yang mulai dilakukan di tahun 2016 ini
dipicu oleh masukan-masukan masyarakat terhadap QT yang ada (edisi penyempurnaan
2002). Masukan-masukan masyarakat ini terwadahi dalam berbagai kegiatan yang kemudian
menjadi bagian dari mekanisme berlapis pentahapan penyempurnaan Al-Qur’an dan
Terjemahnya Kementerian Agama Edisi Penyempurnaan 2019.
Di dalam kegiatan “Bedah Terjemah Al-Qur’an Edisi Penyempurnaan 2019”,
Muchlis M. Hanafi menyatakan bahwa:
 Dalam proses penyempurnaan selalu dipertimbangkan perkembangan bahasa dan
dinamika kehidupan. Ada banyak hal yang perlu diakomodir karena hal tersebut

1
Hamam Faizin, Sejarah Penerjemah Al-Qur’an Di Indonesia (Tangerang Selatan, 2022),h. 197.

5
berkaitan erat dengan pemahaman masyarakat terhadap Al- Qur’an. Penyempurnaan
ini dilakukan bukan berarti bahwa edisi sebelumnya itu tidak benar.
 Terjemahan Al-Qur’an bukanlah Al- Qur’an itu sendiri.
 Sebaik apapun terjemahan tidak akan bisa menggambarkan maksud Al-Qur’an yang
sebenarnya.
 Metode penerjemahan disepakati adalah penerjemahan setia yang lebih berorientasi
pada bahasa sumber.

Pada proses penyempurnaan di tahun 2016-2019 ini menggunakan mekanisme


berlapis, yakni :
Pertama, melalui wadah Musyawarah Kerja Nasional (Mukemas) Ulama Al-Qur’an
2015 di Bandung Jawa Barat pada 18-21 Agustus 2015. Salah satu poin rekomendasi
Mukernas tersebut berbunyi:2“Terkait terjemahan Al-Qur’an, sudah saatnya untuk
mencermati kembali terjemahan Al-Qur’an yang diterbitkan oleh Kementerian Agama. Perlu
dilihat kembali relevansinya dari segi konteks dengan dinamika perkembangan sosial
masyarakat. Oleh karenanya, Badan Litbang dan Diklat agar segera membuat tim yang
mencermati secara khusus terjemahan Al-Qur'an.”
Kedua, konsultasi publik. Kegiatan ini adalah kegiatan untuk menjaring masukan-
masukan dari komunitas-komunitas masyarakat, seperti pesantren, perguruan tinggi dan
Majelis Ulama Indonesia (MUI). Selama tahun 2016-2017 konsultasi publik dilakukan selama
empat kali: yang pertama bekerjasama dengan Universitas al-Azhar Indonesia Jakarta pada
23 November 2016. Kemudian pada tanggal 28 November 2016 bekerjasama dengan MUI
Sumatera Barat diselenggarakan di Bukittinggi Sumatera Barat. Kemudian bekerjasama
dengan Pondok Pesantren Sunan Pandanaran Yogyakarta. Dan yang keempat bekerjasama
dengan Pondok Pesantren al- Anwar Rembang pada 14 Februari 2017. Di antara hasil dari
konsultasi publik adalah pencantuman sub judul pada kelompok ayat tertentu.
Ketiga, konsultasi publik online, berupa portal yang disediakan LPMQ bagi
masyarakat untuk terlibat memberikan masukan atau usulan atas revisi QT. Portal ini
dilaunching pada 28 November 2017, dengan alamat http://quran kemenag.go.id/
konsultasipublik/.
Keempat, penelitian lapangan. Penelitian ini dilakukan oleh tim LPMQ pada 2017
dengan berfokus pada penggunaan terjemah Al-Qur'an di masyarakat. Tujuannya adalah

2
Faizin, h. 198.

6
untuk mengetahui apa yang diinginkan masyarakat dalam menyempurnakan terjemah Al-
Qur'an Kemenag. 3 Dalam penelitian tersebut dihasilkan beberapa rekomendasi di antaranya:
 Terjemahan ayat-ayat yang rawan disalahpahami seperti ayat perang, jihad, gender dan
relasi muslim dengan non-muslim perlu ditambahi penjelasan.
 Suplemen dalam terjemah Al-Qur’an yang dulu ada dan kemudian dihilangkan pada
revisi tahun 1998-2002 hendak dikembalikan lagi, yakni sejarah Al-Qur’an, ulumul
Qur’an, Asbabun Nuzul, catatan kaki, pembagian tema ayat dan sebagainya, yang
mendukung pemahaman masyarakat.
 Komposisi tim penyempurna harus berasal dari pakar berbagai bidang keilmuan,
khususnya terkait dengan ayat-ayat ilmu pengetahuan atau kauniyyah.”

Kelima, sidang regular tim pakar. Di sidang ini, setiap tim pakar diberikan tugas untuk
memberikan usulan terjemah yang baru pada sejumlah ayat tertentu. Sidang ini digelar secara
regular, 10 kali dalam setahun.
Pada tahapan Keenam, uji sahih atau uji publik yang diwadahi dalam kegiatan Ijtimak
Ulama Al-Qur’an. Kegiatan ini mengundang para tokoh masyarakat, sarjana, dan lain
sebagainya untuk dimintai masukan dan kritik atas penyempurnaan QT yang diselesaikan oleh
tim pakar. Dalam periode penyempurnaan QT 2019, uji sahih dilakukan sekali di Bandung 8-
9 Juli 2019.
Setelah melalui enam tahapan masukan dan penggodokan di tim pakar. QT edisi
penyempurnaan 2019 ini di-launching pada 14 Oktober 2019 oleh Menteri Agama Lukmah
Hakim Saifuddin.” Edisi penyempurnaan 2019 ini merupakan program saat Lukmah Hakim
Saifuddin menjabat sebagai menteri. Di akhir periode kepemimpinannya di bulan Oktober
2019, peluncuran edisi penyempurnaan 2019 ini terkesan disegerakan. LPMQ hanya
mencetak QT edisi penyempurnaan 2019 secara terbatas, hanya 1000 exemplar. QT edisi
2019 yang di- launching pada tanggal tersebut sebetulnya belum selesai dan masih dalam
proses penyempurnaan. Bila dilihat secara detail, tampak perbedaan antara QT yang dicetak
untuk launching tanggal tersebut dengan QT yang di-upload di laman LPMQ beberapa bulan
setelah launching. Perbedaan tersebut diakui sendiri oleh Ketua LPMQ Muchlis M. Hanafi
pada acara Bedah Terjemah Al-Qur’an edisi Penyempurnaan 2019. 4

Pada tahun 2020, hasil final edisi penyempurnaan 2019 diunggah di website lajnah di
laman https://pustakalajnahkemenag.go.id/detail/104. Ada perbedaan yang sifatnya teknis

3
Faizin, h. 199.
4
Faizin, h. 200.

7
dan agak substansial antara cetakan untuk peluncuran dan cetakan setelah disempurnakan lagi
paska launching, yang kemudian diunggah di laman lajnah. Perbedaan itu misalnya terlihat
dalam tabel berikut ini:

B. Contoh perbedaan penerjemahan QT peluncuran dan pasca peluncuran

No. Al-Qur’an Teks arab Peluncuran Paska Peluncuran


surat
1. Al- Hadid ‫لَه ُم ْلكُ السَّموت‬ Mahazahir berarti yang Mahazahir berarti
(57): 3 ُ‫اْل ْرض يُحْ ي َويُميْت‬ ْ
َ ‫َو‬ begitu jelas wujudnya yang begitu jelas
‫على كُل ش َْيء قَديْر‬ ‫ُو‬ ‫ه‬ ‫و‬
َ َ َ melalui alam semesta wujud-Nya melalui
yang dia ciptakan dan alam semesta yang
pembuktian logika dan dia ciptakan dan
rasa dan Mahabatin pembuktian logika
adalah yang zat dan dan rasa dan
hakikatnya tidak bisa Mahabatin adalah
dijangkau, baik dengan yang zat dan hakikat-
mata, akal dan khayal. Nya tidak bisa
dijangkau, baik
dengan mata, akal
dan khayal.
2. Al- Hasyr ‫س ْوله‬
ُ ‫على َر‬ َ ‫ّللا‬ُ ٰ ‫َو َما اَفَا َء‬ Harta rampasan yang Harta rampasan yang
(59): 6 ‫م ْن ُه ْم فَ َما ا َ ْو َج ْفت ُ ْم عَلَيْه م ْن‬ diperoleh dari musuh diperoleh dari musuh
َ ٰ ‫َخيْل َّو َْل ركَاب َّولك َّن‬
‫ّللا‬ tanpa terjadinya tanpa melalui
‫يُسَلطُ ُرسُلَه عَلى َم ْن‬ pertempuran disebut pertempuran disebut
‫ّللا عَلى كُل ش َْيء‬ ُ ٰ ‫يَّشَا ُء َو‬ dengan fai’, sedangkan dengan fai’,
‫قديْر‬ َ yang diperoleh dari sedangkan yang
musuh dengan diperoleh dari musuh
terjadinya dengan melalui
pertempuran disebut pertempuran disebut
ghanimah ghanimah
3. Al- Hasyr ‫َوالَّذيْنَ َجا ُء ْو م ْن بَ ْعده ْم‬ Orang-orang yang Orang-orang yang
(59): 10 ‫يَقُ ْولُ ْونَ َربَّنَا ا ْغف ْر لَنَا‬ datang sesudah mereka datang sesudah
‫َوْل ْخ َواننَا الَّذيْنَ سَبَقُ ْونَا‬ (muhajirin dan anshar) mereka (muhajirin
‫ب ْاْل ْي َمان َو َْل تَجْ َع ْل ف ْي‬ berdoa, “ Ya Tuhan dan anshar) berdoa, “
‫قُلُ ْوبنَا غ ًّل للَّذيْنَ ا َمن ُْوا‬ kami, ampunilah kami Ya Tuhan kami,
‫َربَّنَا انَّكَ َر ُء ْوف َّرحيْم‬ serta sauidara-saudara ampunilah kami serta
kami yang telah sauidara-saudara
beriman lebih dahulu kami yang telah
daripada kami dan beriman lebih dahulu
jangan engkau jadikan daripada kami dan
kedengkian terhadap jangan engkau
orang-orang yang jadikan dalam hati
beriman (bersemai) di kami kedengkian
dalam hati kami. Ya terhadap orang-
Tuhan kami orang yang
sesungguhnya beriman. Ya Tuhan
Engkaulah Yang Maha kami sesungguhnya
8
Penyantun lagi Maha Engkaulah Yang
Penyayang Maha Penyantun lagi
Maha Penyayang
4. Al-Haqqah ‫ان ْي ظَنَ ْنتُ اَن ْي ُملق‬ Sesungguhnya aku Sesungguhnya (saat
(69): 20 ‫حسَابيَ ْه‬ yakin bahwa (suatu di dunia)aku yakin
saat) aku akan bahwa (suatu saat)
menerima perhitungan aku akan menerima
diriku perhitungan diriku
5. Al-Ma’arij ُّ ‫ت َ ْع ُر ُج ا ْل َملىكَةُ َو‬
‫الر ْو ُح‬ Para malaikat dan ruh Para malaikat dan
(70): 4 ُ ‫الَيْه ف ْي َي ْوم كَانَ م ْقد‬
‫َاره‬ (Jibril) naik Rūh (Jibril) naik
‫ف سَنَة‬ َ ‫خ َْمسيْنَ ا َ ْل‬ (menghadap) kepada- (menghadap) kepada-
Nya dalam sehari yang Nya dalam sehari
kadarnya lima puluh yang kadarnya lima
ribu tahun puluh ribu tahun
6. An-Naba’ ُّ ُ‫ََ يَ ْوم يَقُ ْوم‬
‫الر ْو ُح‬ Pada hari Ketika roh Pada hari Ketika Rūh
(78):38 ‫صفًا‬َ ُ‫َوا ْل َملىكَة‬ dan malaikat berdiri dan malaikat berdiri
bersaf-saf bersaf-saf
7. At-Takwir ْ َ‫باَي ذَ ْنب قُتل‬
‫ت‬ Karena dosa apa dia “Karena dosa apa dia
(81): 9 dibunuh? dibunuh?”
8. Al-fajr (89): ‫اي َء يَ ْو َمىذ ب َج َه َّن َم‬
ْ ‫َوج‬ Pada hari itu (neraka) Pada hari itu (neraka)
23 ْ ْ َّ َ َ
ُ‫يَ ْو َمىذ يَّتذك ُر اْلنسَان‬ Jahannam didatangkan. Jahannam
‫َواَنٰى لَهُ الذ ْكرى‬ Pada hari itu juga didatangkan. Pada
sadarlah manusia, hari itu juga
tetapi bagaimana bisa sadarlah manusia
kesadaran itu pada hari itu juga,
bermanfaat baginya akan tetapi
bagaimana bisa
kesadaran itu
bermanfaat baginya
9. Ar-Rum (30): ‫َوم ْن ايته‬ Diantara tanda-tanda Diantara tanda-tana
20 (kebesaran)-Nya (kebesaran dan
adalah kekuasaan)-Nya
adalah
10. Az-Zukhruf ‫َولبُيُ ْوته ْم اَب َْوابًا َّوسُ ُر ًرا‬ Sesungguhnya (Al- Dan Sesungguhnya
(43): 4 َ‫عَلَ ْي َها يَتَّكـ ْون‬ Qur’an) itu berada di (Al-Qur’an) itu
dalam Ummul Kitab berada di dalam
(Lauh mahfuz) di sisi Ummul Kitab (Lauh
kamu, benar-benar mahfuz) di sisi kamu,
(bernilai) tinggi dan benar-benar (bernilai)
penuh hikmah tinggi dan penuh
hikmah

C. Aspek-aspek penyempurnaan

a. Aspek Bahasa dan pilihan kata-kata. Pada aspek ini, revisi terjemah Al-Qur’an sebisa
mungkin mengikuti aturan baku Bahasa Indonesia dengan merujuk pada :

9
1) Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia (TBBI).
2) Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI) yang telah disahkan oleh
Kemendikbud No.5 tahun 2015
3) Pedoman Umum Pembentukan Istilah (PUPI)
4) Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI)

Struktur kalimat terjemah sebisa mungkin disesuaikan dengan kaidah bahasa indonesia
dengan tetap memperhatikan Bahasa sumber (Al-Qur’an). LPMQ melibatkan Badab Bahasa
dalam proses revisi QT. tujuannya adalah meningkatkan kualitas terjemahan Al-Qur’an
dengan Bahasa Indonesia. Badan Bahasa memiliki tugas menyunting dan mendiskusikan
dengan tim pakar (terkait dengan Bahasa) setelah substansi selesai. Di dalam proses revisi ini,
Badan Bahasa mendapatkan banyak masukan terkait dengan:

1. Kata baru dari Al-Qur’an yang menjadi entri baru dalam KBBI
2. Makna baru untuk kata tertentu yang sudah ada dari Al-Qur’an

Dora Amalia, sebagai salah satu Badan Bahasa yang terlibat sejak awal pada proses
penyempurnaan QT 2016-2019 ini mengatakan ada sekitar 100 kata yang menjadi entri baru
dalam KBBI.

b. Aspek konsistensi, khususnya dalam penerjemahan ayat dan diksi.

Konsistensi misalnya pada kata-kata yang mengalami tikrar (pengulangan). Dan konsistensi
membedakan kata dengan derivasi yang berbeda yang muncul secara berulang, misalnya
antara zalimin dan allzina zalamu. Karena redaksinya berbeda maka cara menerjemahkannya
juga berbeda.

c. Aspek substansi, yakni aspek yang berkenaan dengan makna dan kandungan ayat. Muchlis
M. Hanafi menyatakan ada yang diperbaiki, tapi tidak banyak.

D. Aspek format dan Sistematika Penyusunan


Dari sisi format, edisi penyempurnaan 2019 ini dilengkapi dengan mukadimah yang
berisi tentang problem penerjemahan serta metode dan prinsip penerjemah yang di gunakan
dalam penyempurnaan 2019. Dalam edisi 2019 ini, jumlah catatan kaki berkurang sebanyak
167 dari semula 930 menjadi 763. Selain itu, terjemahan edisi ini di lengkapi dengan sub
judul pada beberapa kelompok ayat dan terjemahan nama surah, penjelasan madaniyyah atau
makkiyah, urutan surah dan jumlah ayat. Nama Surah juga di terjemahkan, kecuali 1) surah

10
dengan huruf-huruf muqatta’ah seperti surah Yasin, Taha, Qaf dan Sad dan 2) nama surah
yang susah di terjemahkan seperti Al-Qadr, As-Sajdah, dan al-Qari’ah.
Edisi penyempurnaan 2019 ini sudah menggunakan system transliterasi. Sayang
sekali, penjelasan atau petunjuk transliterasinya tidak di sertakan di dalam mukadimah atau di
bagian terakhir edisi ini. Dengan melihat istilah-istilah Bahasa Arab yang ditransliterasikan,
edisi penyempurnaan 2019 ini jelas mengikuti sistem transliterasi yang disahkan SKB
Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Menteri Kebudayaan RI No. 158/1987 dan
No. 0543b/U/1987 Tertanggal 22 Januari 1988.
Terhitung sejak Januari 2021, Lajnah sudah menginstruksikan seluruh penerbit atau
pihak manapun yang akan menerbitkan Al-Qur’an, harus menggunakan terjemah Al-Qur’an
edisi penyempurnaan 2019. Itu tidak berarti yang sudah terlanjut dicetak ditarik, tetapi yang
akan cetak baru atau ulang dan akan mengajukan tanda tashih, harus menggunakan hasil
penyempurnaan tahun 2019.
Dari penjelasan di atas, terkaid dengan sejarah, tim penerjemah, larakteristik,
metodologi dan aspek-aspek penyempurnaan QT dari tahun ke tahun kiranya dapat di
simpulkan bahwa :
1. Al-Qur’an dan Terjemahnya adalah produk terjemah Al-Qur’an resmi pemerintah,
yang awalnya di-handle oleh Lembaga Penyelenggara Penerjemahan Kitab Suci Al-
Qur’an yang bersifat ad hoc, yang di dalamnya terdiri atas anggota tim penerjemah.
Lembaga ini, di kemudian waktu masuk di dalam Departemen Agama (kini
Kementerian Agama). Jadi, sejak awal kemunculannya, QT tidak bisa di lepaskan dari
pemerintah dalam hal ini Kementerian Agama.
2. Karena perkembangan Bahasa, perkembangan konteks dan perkembangan
pemahaman umat terhadap Al-Qur’an, dilakukan revisi terhadap QT. Revisi pertama
kali di lakukan pada tahun 1970. Setelah itu, seiring dengan perkembangan Bahasa
Indonesia, QT direvisi dengan menitikberatkan pada aspek Bahasa di tahin 1989-1990.
Dengan semakin berkembangnya daya kritik masyarakat terhadat QT, maka setelah
delapan tahun, pada tahun 1998-2002 dilakukan revisi untuk ketiga kalinya. Selain
banyaknya masukan dari masyarakat dan perkembangan pemahaman umat terhadap
Al-Qur’an, didukung dengan kelembagaan yang mapan, yakni LPMQ (sudah menjadi
eselon II), QT direvisi lagi pada 2016-2019.
3. Setiap revisi QT adalah produk dari zamannya. Anggota tim yang di libatkanpun
berbeda-beda dengan latar belakang pendidikan yang beragam pula. Sehingga setiap
edisi revisi memiliki karakteristiknya sendiri-sendiri.

11
4. Metode umum yang di pegang oleh Kementerian Agama sejak awal adalah harfiyyah-
tafsiriyyah, yakni sebuah metode penerjemahan yang berusaha menerjemahkan teks
Al-Qur’an secara seharfiyah mungkin. Namun jika tidak bisa di terjemahkan secara
harfiyah, maka dilakukanlah terjemah tafsiriyyah. Ini menjadi ciri khas QT. Namun,
pada perkembangannya, dalam detail pelaksanaan pendekatan-pendekatan yang di
lakukan beragam.
5. Revisi terhadap QT yang dilakukan oleh Kementerian Agama sepanjang sejarahnya
mengakibatkan perubahan-perubahan karena perubahan konteks (Bahasa, pemahaman
masyarakat terhadap kitab suci).
6. Sejak awal QT di susun hingga edisi penyempurnaan 2019 para pakar yang di libatkan
adalah male dominated team (tim dengan dominasi laki-laki). Baru ada tiga tim pakar
tafsir perempuan yang di libatkan di tahun 2019, yakni Huzaemah T. Yanggo, Lilik
Umi Kultsum dan Umi Khusnul khotimah. Sejauhmana konstribusi mereka dalam
membawa isu-isu perempuan dalam terjeman Al-Qur’an masih belum ada
penelitiannya.

Edisi-edisi Al-Qur’an dan Terjemahannya Kementerian Agama, dari edisi awal hingga
edisi-edisi berikutnya, lahir dari Rahim tim penerjemah yang berbeda dan dalam ruang dan
waktu yang berbeda-beda. Untuk mengkaji edisi-edisi QT dan perubahannya tentu tidak bisa
dilepaskan pembahasan konteks yang melatarbelakangi lahirnya QT dan edisi-edisi revisinya.
Oleh sebab itu, pada bab berikutnya akan di bahas latar belakang atau konteks makro, kondisi
Indonesia, sosial, budaya, politik serta perdebatan dan perkembangan pengetahuan terkait
dengan lima isu yang menjadi fokus pada disertai ini (isu perempuan, teologi, hukum,
hubungan antar agama dan sains). Sebagai kesimpulan dan untuk memudahkan pemahaman,
berikut disertakan table perubahan QT dari edisi jamunu hungga edisi 2019 :

12
Perubahan Al-Qur’an dan Terjemahannya Kementerian Agama RI
KARAKTERISTIK EDISI EDISI MUKTI EDISI 1990 EDISI 2002 EDISI 2019
JAMUNU ALI
Amanat Tawaran Masukan dari 1. Mukernas
ketetapan Bantuan Masyarakat 2. Riset
Alasan MPRS N0. - Pencetakan 3. Masukan
kemunculannya II/MPRS/1960 Terjemah Al- Masyarak
Qur’an dari at
Saudi Arabia 4. Pertemuan
Ijtimak
Ulama
Jumlah Jilid 3 jilid 1 jilid 1 jilid 1 jilid 1 jilid
Ejaan Lama Ejaan Yang Ejaan Yang Ejaan Yang PEUBI,
Ejaan Disempurnakan Disempurnakan Disempurnakan TBBI, PUPI,
(EYD) (EYD) (EYD) KBBI
Ukuran 15 x 24 cm 11 x 17 cm(handy) 14,5 x 22 cm Beragam 16,5 x 24,5
cm
- 1. Penambahan 1. Bahasa 1. Bahasa 1. Bahasa
dan penghilang 2. Penambahan 2. Konsisten dan pilihan
Aspek keterangan keterangan 3. Aspek kata
Penyempurnaan 2. perubahan Transliterasi 2. Konsintens
peletakan dan 4. Substansi i
perubahan kata 5. Format 3. Substansi
pada sub judul 6. Penghilanga 4. Format
3. perubahan pada n dan
terjemah kata Muqaddimah sistematika
dan struktur 7. Pengurangan penyusuna
kalimat. catatan kaki n

Tim Pakar/Tim Tim Tidak disebutkan Tim Tim Pakar Tim Pakar
Revisi Penerjemah Departemen Tafsir, Bahasa Tafsir,
edisi jamunu Agama dan Tim dan Sains Bahasa dan
Saudi Arabia Sains

13
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Setelah edisi penyempurnaan 2002 terbit, revisi terhadap QT dilakukan lagi, yakni
mulai tahun 2016-2019. Pada tahun ini, Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur’an (LPMQ)
sudah menjadi unit kerja eselon II, dimana sebelumnya hanyalah sebuah kepanitiaan ad hoc di
bawah Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) Lektur Keagamaan, Perkembangan
ini merupakan berubahnya LPMQ menjadi unit eselon II, tentu berpengaruh terhadap
anggaran dan juga personalia di dalamnya. Maka dari itu, program-program atau kegiatan-
kegiatan yang terkait dengan tugas dan fungsi LPMQ bisa dilakukan dengan anggaran dan
sumber daya manusia yang memadai.
Revisi QT pada edisi penyempurnaan 2019 yang mulai dilakukan di tahun 2016 ini
dipicu oleh masukan-masukan masyarakat terhadap QT yang ada (edisi penyempurnaan
2002). Masukan-masukan masyarakat ini terwadahi dalam berbagai kegiatan yang kemudian
menjadi bagian dari mekanisme berlapis pentahapan penyempurnaan Al-Qur’an dan
Terjemahnya Kementerian Agama Edisi Penyempurnaan 2019.
Dari sisi format, edisi penyempurnaan 2019 ini dilengkapi dengan mukadimah yang
berisi tentang problem penerjemahan serta metode dan prinsip penerjemah yang di gunakan
dalam penyempurnaan 2019. Dalam edisi 2019 ini, jumlah catatan kaki berkurang sebanyak
167 dari semula 930 menjadi 763. Selain itu, terjemahan edisi ini di lengkapi dengan sub
judul pada beberapa kelompok ayat dan terjemahan nama surah, penjelasan madaniyyah atau
makkiyah, urutan surah dan jumlah ayat. Nama Surah juga di terjemahkan, kecuali 1) surah
dengan huruf-huruf muqatta’ah seperti surah Yasin, Taha, Qaf dan Sad dan 2) nama surah
yang susah di terjemahkan seperti Al-Qadr, As-Sajdah, dan al-Qari’ah.

14
DAFTAR PUSTAKA

Faizin Hamam, Sejarah Penerjemah Al-Qur’an Di Indonesia (Tangerang Selatan, 2022).

15

Anda mungkin juga menyukai