Anda di halaman 1dari 24

PERBANDINGAN KURIKULUM KBK DENGAN KURIKULUM 1994

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kurikulum Pendidikan Ekonomi yang di ampu
oleh Prof Dr. Hj. Nani Sutarmi, M.Pd

MUNI ANISA
2216963

PROGRAM STUDI PASCA SARJANA PENDIDIKAN EKONOMI


UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
BANDUNG
2023
KATA PENGANTAR

Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Perbandingan Kurikulum KBK dengan Kurikulum 1994” guna memenuhi salah satu tugas mata
kuliah kurkulum pendidikan ekonomi program studi pasca sarjana Universitas Pendidikan
Indonesia.

Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
apabila tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik isi maupun
susunannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis juga bagi para
pembaca.

Bandung, April 2023

Penulis

I
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. I


DAFTAR ISI................................................................................................................................ II
DAFTAR TABEL ....................................................................................................................... III
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................................... 2
1.4 Manfaat Penelitian .................................................................................................................. 3
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...................................................................................................... 4
2.1 Pengertian Kurikulum ............................................................................................................. 4
2.2 Elemen – Elemen Dalam Kurikulum ...................................................................................... 5
2.3 Fungsi dan Peranan Kurikulum .............................................................................................. 6
2.4 Kurikulum di Indonesia .......................................................................................................... 9
BAB III PEMBAHASAN ........................................................................................................... 13
3.1 Perbedaan Kurikulum KBK dengan Kurikulum 1994 ............................................................ 13
3.2 Letak Pengembangan Kurikulum KBK dengan Kurikulum 1994 .......................................... 15
BAB IV PENUTUP ..................................................................................................................... 18
4.1 Kesimpulan ............................................................................................................................. 18
4.2 Saran ....................................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................. 20
DAFTAR TABEL

3.1 Perbandingan Kurikulum KBK dan 1994 ............................................................................... 14


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akibat adanya perkembangan dan perubahan global dalam berbagai aspek kehidupan
yang datang begitu cepat, telah menjadi tantangan nasional dan menuntut perhatian segera dan
serius. Salah satu upaya untuk mengantisipasi perubahan dan perkembangan global tersebut
adalah dengan mengembangkan kurikulum Pendidikan.
Kurikulum merupakan alat untuk mencapai tujuan pendidikan, sekaligus sebagai
pedoman dalam pelaksanaan pendidikan. Kurikulum mencerminkan falsafah hidup bangsa, ke
arah mana dan bagaimana bentuk kehidupan itu kelak akan ditentukan oleh kurikulum yang
digunakan oleh bangsa tersebut sekarang. Nilai sosial, kebutuhan dan tuntutan masyarakat
cenderung/selalu mengalami perubahan antara lain akibat dari kemajuan ilmu pengatahuan dan
teknologi. Kurikulum harus dapat mengantisipasi perubahan tersebut, sebab pendidikan adalah
cara yang dianggap paling strategis untuk mengimbangi kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi tersebut.
Kurikulum dapat (paling tidak sedikit) meramalkan hasil pendidikan/pengajaran yang
diharapkan karena ia menunjukkan apa yang harus dipelajari dan kegiatan apa yang harus
dialami oleh peserta didik. Hasil pendidikan kadang-kadang tidak dapat diketahui dengan segera
atau setelah peserta didik menyelesaikan suatu program pendidikan.Pembaharuan kurikulum
perlu dilakukan sebab tidak ada satu kurikulum yang sesuai dengan sepanjang masa, kurikulum
harus dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman yang senantiasa cenderung berubah.
Perubahan kurikulum dapat bersifat sebagian (pada kompoenen tertentu), tetapi dapat
pula bersifat keseluruhan yang menyangkut semua komponen kurikulum. Perubahan kurikulum
menyangkut berbagai faktor, baik orang-orang yang terlibat dalam pendidikan dan faktor-faktor
penunjang dalam pelaksanaan pendidikan.Sebagai konsekuensi dari perubahan kurikulum juga
akan mengakibatkan perubahan dalam operasionalisasi kurikulum tersebut, baik dapat orang
yang terlibat dalam pendidikan maupun faktor-faktor penunjang dalam pelaksannaan kurikulum.

1
2

Seperti dengan diberlakukannya pembaharuan dari kurikulum KBK ( Kurikulum


Berbasis Kompetensi) dengan Kurikulum 1994. Pembaharuan kurikulum perlu dilakukan
mengingat kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan harus menyesuaikan dengan
perkembangan masyarakat yang senantiasa berubah dan terus berlangsung. Pembaharuan
kurikulum biasanya dimulai dari perubahan konsepsional yang fundamental yang diikuti oleh
perubahan struktural. Pembaharuan dikatakan bersifat sebagian bila hanya terjadi pada
komponen tertentu saja misalnya pada tujuan saja, isi saja, metode saja, atau sistem penilaiannya
saja. Pembaharuan kurikulum bersifat menyeluruh bila mencakup perubahan semua komponen
kurikulum.
Berdasarkan persoalan di atas, penulis perlu untuk mencoba melakukan sebuah bahasan
tentang perbandingan kurikulum KBK ( Kurikulum Berbasis Kompetensi ) dengan Kurikulum
1994 yang ada di Indonesia, dan penulis mencoba untuk membahas apa yang membedakan
diantara kurikulum KBK dengan kurikulum 1994. Dalam hal ini penulis memilih judul
“Perbandingan Kurikulum KBK dengan Kurikulum 1994”.

1.2 Rumusan Masalah.


Berdasarkan latar belakang masalah di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut.
1. Apa yang membedakan kurikulum KBK dengan Kurikulum 1994?
2. Bagaimanakah letak pengembangan kurikulum KBK dengan Kurikulum 1994 ?

1.3 Tujuan Penulisan.


Berdasarkan rumusan masalah di atas, dapat diketahui tujuan penulisan sebagai berikut.
1. Mendeskripsikan kurikulum KBK denga Kurikulum 1994
2. Mendeskripsikan letak pengembangan kurikulum KBK dengan Kurikulum 1994
3

1.4 Mnfaat Penulisan.


Berdasarkan tujuan penulisan diatas maka diharapakan makalah ini dapat bermanfaat
bagi;
1. Mahasiswa
Dapat membantu mahasiswa khususnya program studi pasca sarjana Pendidikan
ekonomi Universitas Pendidikan Indonesia dalam memahami perubahan kurikulum
dan dapat mengaplikasikan kurikulum yang ada dengan baik saat menjadi guru
ataupun dosen.
2. Masyarakat
Memberikan informasi yang bermanfaat tentang kurikulum dan perbedaan kurikulum
yang ada di Indonesia dan pengaruh perubahan kurikulum tersebut, bagi masyarakat
pada umumnya
3. Pembaca
Dapat menambah pengetahuan pembaca tentang kurikulum dan dapat menjadi
sumber informasi jika mencari informasi tentang kurikulum yang ada di Indonesia.
4. Penulis
Untuk menambah pengetahuan bagi penulis tentang kurikulum dan perubahannya.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kurikulum


Berdasarkan pengertian kurikulum Tim PEKERTI-AA PPSP LPP Universitas Sebelas
Maret menyatakan “ Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan yang mengenai
tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara-cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Senada dengan Tim PEKERTI-AA PPSP LPP Universitas Sebelas Maret, Print
menjelaskan “curriculum is defined as all the planned learning opportunities offered to
learners bt the educational institution and the experiences learners encounter when the
curriculum is implemented” (1988:4). Dalam penjelasannya Print menjelaskan bahwa
kurikulum merupakan sebuah kesempatan dan tawaran bagi para peserta didik yang
ditawarkan oleh institusi pendidikan dan dari pengalaman peserta didik sebelumnya saat
kurikulum tersebut di implementasikan.
Skillbeck (1984) dalam Murray Print mengatakan bahwa “curriculum will be used to
refer to the learning experiences of students, in so far as they are expressed on anticipated in
goal and objectives, plans and design for learning and the implementation of these plans and
design in school environments”. Dalam hal ini Skillbeck menyatakan bahwa kurikulum
digunakan untuk acuan pengalaman pembelajaran siswa, dalam hal ini di perlihatkan dalam
pembentukan tujuan, rencana, dan rancangan untuk pembelajaran dan pengimplementasian
dari rencana-rencana tersebut dan rancangan dalam lingkungan sekolah.
Eisner (1979) dalam Murray Print setuju bahwa “the curriculum of a school, or a
classroom can be conceived of as series of planned events that are intended to have
educational consequences for one ore more students”. Eisner menjelaskan bahwa Kurikulum
dari sebuah sekolah, pembelajaran, kegiatan kelas dapat dipahami sebagai sebuah bagian-
bagian dari rancangan kegiatan yang dimaksudkan sebagai akibat dari pendidikan bagi satu
atau lebih dari siswa.

4
5

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kurikulum adalah
sebuah rancangan rencana pendidikan yang akan dijalani oleh peserta didik untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh institusi tertentu.

2.2 Elemen-Elemen dalam Kurikulum


Print menjelaskan bahwa “A curriculum not only content and a detail statement of
curriculum intent (aim, goals, objectives) but also the other curriculum elements including
detail learning activities and evaluation procedures” (1988:3). Dalam penjelasannya tentang
elemen-element yang terdapat dalam kurikulm, Murray Print menjelaskan bahwa didalam
kurikulum terdapat beberapa element yaitu.
1. Tujuan kurikulum.
2. Aktivitas pembelajaran.
3. Prosedur evaluasi.
Sebuah artikel yang berjudul Curriculum Terms and Concepts menguatkan bahwa
“the element of curriculum that are :
1. Aim
2. Rationale
3. Goals and objectives
4. Audience and pre-requisites
5. subject-matter
6. Instructional plan
7. Materials
8. Assessment and Evaluation

Artikel diatas menjelaskan bahwa dalam sebuah kurikulum terdapat beberapa element
yahg harus diperhatikan yaitu, 1) Tujuan. 2) Subyek-Peserta Didik. 3) Tujuan. 4) Peserta
Didik. 5) Pokok Persoalan. 6) Rancangan Perencanaan 7) Materi. 8) Penilaian.
6

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa, Elemen-


elemen kurikulum terdiri dari :
1. Tujuan kurikulum
2. Aktivitas pembelajaran
3. Mareti pembelajaran
4. Peserta Didik
5. Penilaian

2.3 Fungsi dan Peranan Kurikulum


1. Fungsi Kurikulum
Apa sebenarnya fungsi kurikulum bagi guru, siswa, kepala sekolah/pengawas, orang
tua, dan masyarakat? Pada dasarnya kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman atau
acuan. Bagi guru, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan proses
pembelajaran. Bagi kepala sekolah dan pengawas, kurikulum itu berfungsi sebagai
pedoman dalam melaksanakan supervisi atau pengawasan. Bagi orang tua, kurikulum itu
berfungsi sebagai pedoman dalam membimbing anaknya belajar di rumah. Bagi
masyarakat, kurikulum itu berfungsi sebagai pedoman untuk memberikan bantuan bagi
terselenggaranya proses pendidikan di sekolah. Bagi siswa sebagai subjek didik, terdapat
enam fungsi kurikulum sebagai berikut: (a) fungsi penyesuaian, (b) fungsi integrasi, (c)
fungsi diferensiasi, (d) fungsi persiapan, (e) fungsi pemilihan, dan (f) fungsi diagnostik.
a. Fungsi Penyesuaian.
Fungsi Penyesuaian mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu mengarahkan siswa agar memiliki sifat well adjusted yaitu
mampu menyesuaikan dirinya dengan lingkungan, baik lingkungan fisik maupun
lingkungan sosial. Lingkungan itu sendiri senantiasa mengalami perubahan dan
bersifat dinamis. Karena itu, siswa pun harus memiliki kemampuan untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di lingkungannya.
7

b. Fungsi Integrasi.
Fungsi Integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya
merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus
memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan
masyarakatnya.
c. Fungsi Diferensiasi.
Fungsi Diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa.
Setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psikis, yang harus
dihargai dan dilayani dengan baik.
d. Fungsi Persiapan.
Fungsi Persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan
berikutnya. Selain itu, kurikulum juga diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk
dapat hidup dalam masyarakat seandainya karena sesuatu hal, tidak dapat
melanjutkan pendidikannya.
e. Fungsi Pemilihan.
Fungsi Pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-
program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini
sangat erat hubungannya dengan fungsi diferensiasi, karena pengakuan atas adanya
perbedaan individual siswa berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut
untuk memilih apa yang sesuai dengan minat
dan kemampuannya. Untuk mewujudkan kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu
disusun secara lebih luas dan bersifat fleksibel.
f. Fungsi Diagnostik
Fungsi Diagnosti mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan
8

menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya. Jika siswa sudah
mampu memahami kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada
dirinya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri potensi kekuatan yang
dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-kelemahannya.

2. Peranan Kurikulum
Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah/madrasah memiliki peranan yang
sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Terdapat tiga peranan
yang dinilai sangat penting, yaitu: (a) peranan konservatif, (2) peranan kreatif, dan (3)
peranan kritis/evaluatif (Oemar Hamalik, 1990).
a. Peranan Konservatif.
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum sebagai sarana untuk mentransmisikan
nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini
kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa. Dengan demikian, peranan
konservatif ini pada hakikatnya menempatkan kurikulum, yang berorientasi ke masa
lampau. Peranan ini sifatnya menjadi sangat mendasar, disesuaikan dengan kenyataan
bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan proses sosial. Salah satu tugas
pendidikan yaitu mempengaruhi dan membina perilaku siswa sesuai dengan nilai-
nilai sosial yang hidup di lingkungan masyarakatnya.
b. Peranan Kreatif.
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan
sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-
kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus
mengandung hal-hal yang dapat membantu setiap siswa mengembangkan semua
potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan- pengetahuan baru,
kemampuan-kemampuan baru, serta cara berpikir baru yang dibutuhkan dalam
kehidupannya.
9

c. Peranan Kritis dan Evaluatif.


Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan bahwa nilai-nilai dan budaya
yang hidup dalam masyarakat senantiasa mengalami perubahan, sehingga pewarisan
nilai-nilai dan budaya masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang
terjadi pada masa sekarang. Selain itu, perkembangan yang terjadi pada masa
sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai dengan apa yang dibutuhkan.
Karena itu, peranan kurikulum tidak hanya mewariskan nilai dan budaya yang ada
atau menerapkan hasil perkembangan baru yang terjadi, melainkan juga memiliki
peranan untuk menilai dan memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang
akan diwariskan tersebut. Dalam hal ini, kurikulum harus turut aktif berpartisipasi
dalam kontrol atau filter sosial. Nilai-nilai sosial yang tidak sesuai lagi dengan
keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan dan diadakan modifikasi atau
penyempurnaan-penyempurnaan. Ketiga peranan kurikulum di atas tentu saja harus
berjalan secara seimbang dan harmonis agar dapat memenuhi tuntutan keadaan. Jika
tidak, akan terjadi ketimpangan-ketimpangan yang menyebabkan peranan kurikulum
persekolahan menjadi tidak optimal. Menyelaraskan ketiga peranan kurikulum
tersebut menjadi tanggung jawab semua pihak yang terkait dalam proses pendidikan,
di antaranya guru, kepala sekolah, pengawas, orang tua, siswa, dan masyarakat.
Dengan demikian, pihak-pihak yang terkait tersebut idealnya dapat memahami betul
apa yang menjadi tujuan dan isi dari kurikulum yang diterapkan sesuai dengan bidang
tugas masing-masing.

2.4 Kurikulum di Indonesia


1. Rencana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah leer plan. Dalam
bahasa Belanda, artinya rencana pelajaran, lebih popular dibandingkan dengan
curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat politis: dari
orientasi pendidikan Belanda ke kepentingan nasional. Asas pendidikan ditetapkan
Pancasila. Rencana Pelajaran 1947 baru dilaksanakan sekolah-sekolah pada 1950.
10

Sejumlah kalangan menyebut sejarah perkembangan kurikulum diawali dari Kurikulum


1950. Bentuknya memuat dua hal pokok: daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya,
ditambah garis-garis besar pengajaran. Rencana Pelajaran 1947 mengurangi pendidikan
pikiran. Hal yang diutamakan adalah pendidikan watak, kesadaran bernegara dan
bermasyarakat, materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari, perhatian
terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.
2. Rencana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum ini lebih merinci setiap mata pelajaran yang disebut Rencana Pelajaran
Terurai 1952. “Silabus mata pelajarannya jelas sekali. seorang guru mengajar satu mata
pelajaran,” kata Djauzak Ahmad, Direktur Pendidikan Dasar Depdiknas periode 1991-
1995. Ketika itu, di usia 16 tahun Djauzak adalah guru SD Tambelan dan Tanjung
Pinang, Riau. Di penghujung era Presiden Soekarno, muncul Rencana Pendidikan 1964
atau Kurikulum 1964. Fokusnya pada pengembangan daya cipta, rasa, karsa, karya, dan
moral (Pancawardhana). Mata pelajaran diklasifikasikan dalam lima kelompok bidang
studi: moral, kecerdasan, emosional/artistik, keprigelan (keterampilan), dan jasmaniah.
Pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan kegiatan fungsional praktis.
3. Kurikulum 1968
Kelahiran Kurikulum 1968 bersifat politis: mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang
dicitrakan sebagai produk Orde Lama. Tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila
sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran: kelompok
pembinaan Pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajarannya 9.
Djauzak menyebut Kurikulum 1968 sebagai kurikulum bulat. “Hanya memuat mata
pelajaran pokok-pokok saja,” katanya. Muatan materi pelajaran bersifat teoritis, tak
mengaitkan dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja
yang tepat diberikan kepada siswa di setiap jenjang pendidikan.
4. Kurikulum 1975
Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, agar pendidikan lebih efisien dan efektif.
“Yang melatarbelakangi adalah pengaruh konsep di bidang manejemen, yaitu MBO
(management by objective) yang terkenal saat itu,” kata Drs. Mudjito, Ak, MSi, Direktur
11

Pembinaan TK dan SD Depdiknas. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan
pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci
lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran,
kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin
sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
5. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan
proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum
1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Tokoh
penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan,
Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta —
sekarang Universitas Negeri Jakarta — periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok
secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami
banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah
kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas
lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak
lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.
6. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum
1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan. Sayang, perpaduan tujuan
dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu
berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan
kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan
daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga
mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994
12

menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti
kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah
materi.
7. Kurikulum 2004
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi
apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan
alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih
berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu
lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar
pemahaman dan kompetensi siswa. Meski baru diujicobakan, di sejumlah sekolah kota-
kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya
tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang
diinginkan pembuat kurikulum. (sumber: depdiknas.go.id)
8. KTSP 2006
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target
kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan
dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan
kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi
siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan kerangka dasar (KD), standar
kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap
mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan
sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi
dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Perbedaan Kurikulum KBK dengan Kurikulum 1994


Kurikulum merupakan komponen sistem pendidikan yang paling rentan terhadap
perubahan. Paling tidak ada tiga faktor yang membuat kurikulum harus selalu dirubah atau
diperbaharui. Pertama, karena adanya perubahan filosofi tentang manusia dan pendidikan,
khususnya mengenai hakikat kebutuhan peserta didik terhadap pendidikan/pembelajaran.
Kedua, cara karena cepatnya perkembangan ilmu dan teknologi, sehingga subject matter
yang harus disampaikan kepada peserta didik pun semakin banyak dan beragam. Ketiga,
adanya perubahan masyarakat, baik secara sosial, politik, ekonomi, mau pun daya dukung
lingkungan alam, baik pada tingkat lokal maupun global. Karena adanya faktor-faktor
tersebut, maka salah satu kriteria baik buruknya sebuah kurikulum bisa dilihat pada
fleksibilitas dan adaptabilitasnya terhadap perubahan. Selain itu juga dilihat dari segi
kemampuan mengakomodasikan isu-isu atau muatan lokal dan isu-isu global. Hal ini
didasarkan pada kenyataan bahwa pendidikan harus mampu mengantarkan peserta didik
untuk hidup pada zaman mereka, serta memiliki wawasan global dan mampu berbuat sesuai
dengan kebutuhan lokal. Untuk dapat menuju pada karakteristik kurikulum ideal tersebut
maka proses penyusunan kurikulum tidak lagi selayaknya dilakukan oleh negara dan
diberlakukan bagi seluruh satuan pendidikan tanpa melihat kondisi internal dan
lingkungannya. Kurikulum hendaknya disusun dari bawah (bottom up) oleh setiap satuan
pendidikan bersama dengan stakeholder masing-masing. Dan berikut merupakan table
perbandingan kurikulum KBK dengan Kurikulum 1994.

13
14

Tabel 3.1 Perbandingan Kurikulum KBK dan 1994

KURIKULUM 1994 KBK

Pendekatan pada isi/materi Pendekatan dan pemahaman


kemampuan/kompetensi tertentu

Standar akademis yang diterakan seragam Pendekatan dan pemahaman


kemampuan/kompetensi tertentu

Berbasis Konten Berbasis Kompetensi

Materi yang tidak sesuai dengan kebutuhan Sekolah dapat menyusun dan mengembangkan
silabus sesuai dengan potensi/kebutuhan.

Bersifat sentralisasi Bersifat desentralisasi

Teachersentris Guru Sebagai Fasilitator

Pengetahuan, keterampilan, dan sikap Pengetahuan, keterampilan, dan sikap


dikembangkan melalui latihan mengerjakan dikembangkan berdasarkan pemahaman yang
soal akan membentuk kompetensi individual.

Pembelajaran hanya dikelas Pembelajaran bisa terjadi di dalam dan di luar


kelas

Evaluasi nasional tidak dapat menyentuh aspek Evaluasi berbasis kelas, yang menekan pada
kepribadian peserta didik proses dan hasil belajar.
15

Salah satu inovasi dalam kurikulum berbasis kompetensi adalah adanya peluang bagi
daerah dan bagi sekolah untuk mengembangkan silabus yang sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan setelah mendapatkan persetujuan dari dinas Pendidikan sestempat.

3.2 Letak Pengembangan Kurikulum KBK dengan Kurikulum 1994


• Kurikulum 1994 dengan Suplemen Kurikulum 1999 (KBK)
Kurikulum 1994 dbergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. Layaknya seperti ingin mengkombinasikan antara kurikulum 1975 dan kurikulum
1984, antara pendekatan proses. Akan tetapi perpaduan tujuan dan proses belum berhasil.
Dimana kritik bertebaran, dikarenakan beban belajar untuk para siswa terlalu berat. Selain dari
pada itu muatan local disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing. Misalnya Bahasa
daerah kesenian, keterampilan daderah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok
masyarakat juga mendesakan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Alhasil kurikulum
1994 menjelman menjadi kurikulum super padat.
Ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, diantaranya :
1. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan system caturwulan
2. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi)
3. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu memberlakukan satu system kurikulum untuk
semua siswa di seluruh Indonesia.
4. Dalam pelaksaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik dan social.
5. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan beroikir siswa, sehingga diharapkan akan
terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan
pengajaran yang menkankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
16

Permasalahan yang timbul disaat berlangsungnys pelakasanaan kurikulum 1994 mendorong


para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah satu upaya
penyempurnaan itu yaitu diberlakukannya suplemen kurikulum 1999 (KBK).

• Kurikulum KBK
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa faktor yang mendasari berkembangnya
kedu kurikulum ini. Dari segi pelaksanaan kedua kurikulum ini mempunyai jangka perubahan
serta pengambangan yang cukup singkat yakni hanya dua tahun setelah kurikulum 2004 (KBK)
diberlakukan, kemudian dikembangkan lagi dengan kurikulum yang baru pada masa itu, Berikut
pemaparan filosofis perkembangan kurikulum KBK. Secara umum, kurikulum KBK mempunyai
landasan atas pemberlakuan dan pelaksanaan didasri dengan UUD 1945, GBHN, UU No,20
tahun 2003, UU No.22 Tahun 1999 (Otonomi Daerah), UU No.25 Tahun 2000.
KBK memiliki karakteristik yaitu menekankan pada ketercapaian kompetemsi siswa baik
secara individual maupun klasikal, yang mana berorientasi pada hasil belajar, penyampaian
dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, selain dari pada itu
sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya memenuhi unsur edukasi,
penilaian juga menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pecapaian suatu kompetensi.
Implementasi Pendidikan disekolah mengacu pada seperangkat kurikulum. Salah satu
bentuk inovasi yang dikembangkan pemerintah guna meningkatkan mutu Pendidikan adalah
melakukan inovasi di bidang kurikulum. Kurikulum 1994 disempurakan lagi sebagai respon
terhadap perubahan structural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi disentralistik sebagai
konsekuensi logis dilaksanakannya UU No.22 dan 25 tentang otonomi daerah.
Pada era ini kurikulum yang dikembangkan diberi nama kurikulum berbasis kompetensi
(KBK). KBK adalah seperangkay rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar
yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya
Pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.
Adapun karakteristik KBK yaitu :
17

1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun


klasikal.
2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan.
Yang membedakan kurikulum KBK dengan Kurikulum 1994 terletak pada pendekatan pada
isi/materi, standar akademis yang diterakan, basis output, kebebasan dalam penyusunan materi,
sifat dalam kegiatan belajar mengajar, teknis pembelajaran serta evaluasi pada peserta didik.
Pembaharuan dari kurikulum KBK ( Kurikulum Berbasis Kompetensi) dengan
Kurikulum 1994 dilakukan mengingat kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan harus
menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang senantiasa berubah dan terus
berlangsung. Pembaharuan kurikulum bersifat menyeluruh bila mencakup perubahan semua
komponen kurikulum.
Letak pengembangan kurikulum KBK dengan Kurikulum 1994, dimana terdapat ciri
ciri dari setiap kurikulum tersebut yaitu :
Pada kurikulum 1994
1. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan system caturwulan
2. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi)
3. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu memberlakukan satu system kurikulum untuk
semua siswa di seluruh Indonesia.
4. Dalam pelaksaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik dan social.
5. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan beroikir siswa, sehingga diharapkan akan
terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan
pengajaran yang menkankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.

18
19

Pada Kurikulum KBK


1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun
klasikal.
2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman
3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi
4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya yang memenuhi
unsur edukatif.
5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.

4.2 Saran.
Agar tercapai tujuan pendidikan di Indonesia secara merata dan supaya mutu pendidikan
di negara kita bisa lebih baik dari tahun sebelumnya sekiranya perlu diadakan pembenahan
beberapa hal antara lain :
1. Ditinjau kembali isi dan tujuan dari kurikulum yang saat ini digunakan di dunia
pendidikan.
2. Ditingkatkan lagi ketrampilan dalam penggunaan komputer dan internet bagi guru dan
siswa pada masing-masing tingkat satuan pendidikan.
3. Lebih ditingkatkan peran aktif dan tanggung jawab pemerhati sekolah disetiap satuan
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA

Abuhaydar. 2007. “Sejarah Kurikulum Indonesia”. Artikel. 20 November 2007.


(http://abinissa.wordpress.com/2007/11/20/sejarah-kurikulum-indonesia) . Diakses
tanggal 17 April 2023.

Anan. 2008. “Perbedaan KBK 2004 dengan KTSP”. Artikel. 27 Mei 2008. (
http://sertifikasiprofesi.blogspot.com/2008/05/perbedaan-kbk-2004-dengan-
ktsp.html ). Diakses tanggal 17 April 2023.

Cempluk. 2008. “Kurikulum Pendidikan di Indonesia”. Artikel. 27 Maret 2008.


(http://andibagus.blogspot.com/2008/03/kurikulum-pendidikan-di-indonesia.html ) .
Diakses tanggal 17 April 2023.

Dedi dwitagama. 2008. “Tentang Kurikulum Indonesia”. Artikel. 24 Maret 2008.


(http://dedidwitagama.wordpress.com/2008/03/24/tentang-kurikulum-indonesia ) .
Diakses tanggal 17 April 2023.

Print, murray. 1987. Curriculum Development And Design. Australia : The Berne Convention.

Rijono. 2008. “Kurikulum 2004 (KBK) & Kurikulum 2006 (KTSP) Memang Berbeda
Secara Signifikan”. Artikel. 28 Februari 2008. (
http://rijono.wordpress.com/2008/02/28/kurikulum-2004-kbk-kurikulum-2006-
ktsp-memang-berbeda-secara-signifikan ). Diakses tanggal 17 April 2023.

Ruang Pikir. 2009 . “Kisah Ringkas Kurikulum Pendidikan di Indonesia”. Artikel. 27 Januari
2009. ( http://ruangpikir.multiply.com/journal/item/17 ). Diakses tanggal 17 April
2023

Saleh, Abdul Rahman . 2010. “KTSP: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan”. Artikel. April
2010. (http://www.abdulrahmansaleh.com/2010/04/ktsp-kurikulum-tingkat-
satuan.html ) . Diakses tanggal 17 April 2023.

Sukorini, Indriati. 2009. “Dampak Perubahan Kurikulum Pendidikan Terhadap Mutu Pendidikan
di Indonesia”. Artikel. 16 Maret 2009.
(http://indriatisukorini.wordpress.com/2009/03/16/indryktp08-6 ). Diakses tanggal
17 April 2023.

20

Anda mungkin juga menyukai