Perbandingan Kurikulum
Perbandingan Kurikulum
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Kurikulum Pendidikan Ekonomi yang di ampu
oleh Prof Dr. Hj. Nani Sutarmi, M.Pd
MUNI ANISA
2216963
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
segala rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“Perbandingan Kurikulum KBK dengan Kurikulum 1994” guna memenuhi salah satu tugas mata
kuliah kurkulum pendidikan ekonomi program studi pasca sarjana Universitas Pendidikan
Indonesia.
Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tentunya, tidak akan bisa maksimal
apabila tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan baik isi maupun
susunannya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat tidak hanya bagi penulis juga bagi para
pembaca.
Penulis
I
DAFTAR ISI
1
2
4
5
Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa kurikulum adalah
sebuah rancangan rencana pendidikan yang akan dijalani oleh peserta didik untuk mencapai
tujuan pendidikan yang telah ditetapkan oleh institusi tertentu.
Artikel diatas menjelaskan bahwa dalam sebuah kurikulum terdapat beberapa element
yahg harus diperhatikan yaitu, 1) Tujuan. 2) Subyek-Peserta Didik. 3) Tujuan. 4) Peserta
Didik. 5) Pokok Persoalan. 6) Rancangan Perencanaan 7) Materi. 8) Penilaian.
6
b. Fungsi Integrasi.
Fungsi Integrasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu menghasilkan pribadi-pribadi yang utuh. Siswa pada dasarnya
merupakan anggota dan bagian integral dari masyarakat. Oleh karena itu, siswa harus
memiliki kepribadian yang dibutuhkan untuk dapat hidup dan berintegrasi dengan
masyarakatnya.
c. Fungsi Diferensiasi.
Fungsi Diferensiasi mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat
pendidikan harus mampu memberikan pelayanan terhadap perbedaan individu siswa.
Setiap siswa memiliki perbedaan, baik dari aspek fisik maupun psikis, yang harus
dihargai dan dilayani dengan baik.
d. Fungsi Persiapan.
Fungsi Persiapan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu mempersiapkan siswa untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan
berikutnya. Selain itu, kurikulum juga diharapkan dapat mempersiapkan siswa untuk
dapat hidup dalam masyarakat seandainya karena sesuatu hal, tidak dapat
melanjutkan pendidikannya.
e. Fungsi Pemilihan.
Fungsi Pemilihan mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih program-
program belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya. Fungsi pemilihan ini
sangat erat hubungannya dengan fungsi diferensiasi, karena pengakuan atas adanya
perbedaan individual siswa berarti pula diberinya kesempatan bagi siswa tersebut
untuk memilih apa yang sesuai dengan minat
dan kemampuannya. Untuk mewujudkan kedua fungsi tersebut, kurikulum perlu
disusun secara lebih luas dan bersifat fleksibel.
f. Fungsi Diagnostik
Fungsi Diagnosti mengandung makna bahwa kurikulum sebagai alat pendidikan
harus mampu membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat memahami dan
8
menerima kekuatan (potensi) dan kelemahan yang dimilikinya. Jika siswa sudah
mampu memahami kekuatan-kekuatan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada
dirinya, maka diharapkan siswa dapat mengembangkan sendiri potensi kekuatan yang
dimilikinya atau memperbaiki kelemahan-kelemahannya.
2. Peranan Kurikulum
Kurikulum dalam pendidikan formal di sekolah/madrasah memiliki peranan yang
sangat strategis dan menentukan pencapaian tujuan pendidikan. Terdapat tiga peranan
yang dinilai sangat penting, yaitu: (a) peranan konservatif, (2) peranan kreatif, dan (3)
peranan kritis/evaluatif (Oemar Hamalik, 1990).
a. Peranan Konservatif.
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum sebagai sarana untuk mentransmisikan
nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap masih relevan dengan masa kini
kepada generasi muda, dalam hal ini para siswa. Dengan demikian, peranan
konservatif ini pada hakikatnya menempatkan kurikulum, yang berorientasi ke masa
lampau. Peranan ini sifatnya menjadi sangat mendasar, disesuaikan dengan kenyataan
bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan proses sosial. Salah satu tugas
pendidikan yaitu mempengaruhi dan membina perilaku siswa sesuai dengan nilai-
nilai sosial yang hidup di lingkungan masyarakatnya.
b. Peranan Kreatif.
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum harus mampu mengembangkan
sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan yang terjadi dan kebutuhan-
kebutuhan masyarakat pada masa sekarang dan masa mendatang. Kurikulum harus
mengandung hal-hal yang dapat membantu setiap siswa mengembangkan semua
potensi yang ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan- pengetahuan baru,
kemampuan-kemampuan baru, serta cara berpikir baru yang dibutuhkan dalam
kehidupannya.
9
Pembinaan TK dan SD Depdiknas. Metode, materi, dan tujuan pengajaran dirinci dalam
Prosedur Pengembangan Sistem Instruksional (PPSI). Zaman ini dikenal istilah “satuan
pelajaran”, yaitu rencana pelajaran setiap satuan bahasan. Setiap satuan pelajaran dirinci
lagi: petunjuk umum, tujuan instruksional khusus (TIK), materi pelajaran, alat pelajaran,
kegiatan belajar-mengajar, dan evaluasi. Kurikulum 1975 banyak dikritik. Guru dibikin
sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
5. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 mengusung process skill approach. Meski mengutamakan pendekatan
proses, tapi faktor tujuan tetap penting. Kurikulum ini juga sering disebut “Kurikulum
1975 yang disempurnakan”. Posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Dari
mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan, hingga melaporkan. Model ini
disebut Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) atau Student Active Leaming (SAL). Tokoh
penting dibalik lahirnya Kurikulum 1984 adalah Profesor Dr. Conny R. Semiawan,
Kepala Pusat Kurikulum Depdiknas periode 1980-1986 yang juga Rektor IKIP Jakarta —
sekarang Universitas Negeri Jakarta — periode 1984-1992. Konsep CBSA yang elok
secara teoritis dan bagus hasilnya di sekolah-sekolah yang diujicobakan, mengalami
banyak deviasi dan reduksi saat diterapkan secara nasional. Sayangnya, banyak sekolah
kurang mampu menafsirkan CBSA. Yang terlihat adalah suasana gaduh di ruang kelas
lantaran siswa berdiskusi, di sana-sini ada tempelan gambar, dan yang menyolok guru tak
lagi mengajar model berceramah. Penolakan CBSA bermunculan.
6. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum
sebelumnya. “Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum
1984, antara pendekatan proses,” kata Mudjito menjelaskan. Sayang, perpaduan tujuan
dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar siswa dinilai terlalu
berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal disesuaikan dengan
kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan
daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok masyarakat juga
mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil, Kurikulum 1994
12
menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto pada 1998, diikuti
kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada menambal sejumlah
materi.
7. Kurikulum 2004
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Setiap pelajaran diurai berdasar kompetensi
apakah yang mesti dicapai siswa. Sayangnya, kerancuan muncul bila dikaitkan dengan
alat ukur kompetensi siswa, yakni ujian. Ujian akhir sekolah maupun nasional masih
berupa soal pilihan ganda. Bila target kompetensi yang ingin dicapai, evaluasinya tentu
lebih banyak pada praktik atau soal uraian yang mampu mengukur seberapa besar
pemahaman dan kompetensi siswa. Meski baru diujicobakan, di sejumlah sekolah kota-
kota di Pulau Jawa, dan kota besar di luar Pulau Jawa telah menerapkan KBK. Hasilnya
tak memuaskan. Guru-guru pun tak paham betul apa sebenarnya kompetensi yang
diinginkan pembuat kurikulum. (sumber: depdiknas.go.id)
8. KTSP 2006
Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian target
kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan
dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan
kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi
siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan kerangka dasar (KD), standar
kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap
mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan
sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi
dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.
BAB III
PEMBAHASAN
13
14
Materi yang tidak sesuai dengan kebutuhan Sekolah dapat menyusun dan mengembangkan
silabus sesuai dengan potensi/kebutuhan.
Evaluasi nasional tidak dapat menyentuh aspek Evaluasi berbasis kelas, yang menekan pada
kepribadian peserta didik proses dan hasil belajar.
15
Salah satu inovasi dalam kurikulum berbasis kompetensi adalah adanya peluang bagi
daerah dan bagi sekolah untuk mengembangkan silabus yang sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan setelah mendapatkan persetujuan dari dinas Pendidikan sestempat.
• Kurikulum KBK
Dalam pengembangan kurikulum ada beberapa faktor yang mendasari berkembangnya
kedu kurikulum ini. Dari segi pelaksanaan kedua kurikulum ini mempunyai jangka perubahan
serta pengambangan yang cukup singkat yakni hanya dua tahun setelah kurikulum 2004 (KBK)
diberlakukan, kemudian dikembangkan lagi dengan kurikulum yang baru pada masa itu, Berikut
pemaparan filosofis perkembangan kurikulum KBK. Secara umum, kurikulum KBK mempunyai
landasan atas pemberlakuan dan pelaksanaan didasri dengan UUD 1945, GBHN, UU No,20
tahun 2003, UU No.22 Tahun 1999 (Otonomi Daerah), UU No.25 Tahun 2000.
KBK memiliki karakteristik yaitu menekankan pada ketercapaian kompetemsi siswa baik
secara individual maupun klasikal, yang mana berorientasi pada hasil belajar, penyampaian
dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang bervariasi, selain dari pada itu
sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar lainnya memenuhi unsur edukasi,
penilaian juga menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau
pecapaian suatu kompetensi.
Implementasi Pendidikan disekolah mengacu pada seperangkat kurikulum. Salah satu
bentuk inovasi yang dikembangkan pemerintah guna meningkatkan mutu Pendidikan adalah
melakukan inovasi di bidang kurikulum. Kurikulum 1994 disempurakan lagi sebagai respon
terhadap perubahan structural dalam pemerintahan dari sentralistik menjadi disentralistik sebagai
konsekuensi logis dilaksanakannya UU No.22 dan 25 tentang otonomi daerah.
Pada era ini kurikulum yang dikembangkan diberi nama kurikulum berbasis kompetensi
(KBK). KBK adalah seperangkay rencana dan pengaturan tentang kompetensi dan hasil belajar
yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan pemberdayaan sumber daya
Pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.
Adapun karakteristik KBK yaitu :
17
4.1 Kesimpulan.
Yang membedakan kurikulum KBK dengan Kurikulum 1994 terletak pada pendekatan pada
isi/materi, standar akademis yang diterakan, basis output, kebebasan dalam penyusunan materi,
sifat dalam kegiatan belajar mengajar, teknis pembelajaran serta evaluasi pada peserta didik.
Pembaharuan dari kurikulum KBK ( Kurikulum Berbasis Kompetensi) dengan
Kurikulum 1994 dilakukan mengingat kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan harus
menyesuaikan dengan perkembangan masyarakat yang senantiasa berubah dan terus
berlangsung. Pembaharuan kurikulum bersifat menyeluruh bila mencakup perubahan semua
komponen kurikulum.
Letak pengembangan kurikulum KBK dengan Kurikulum 1994, dimana terdapat ciri
ciri dari setiap kurikulum tersebut yaitu :
Pada kurikulum 1994
1. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan system caturwulan
2. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat
(berorientasi kepada materi pelajaran/isi)
3. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu memberlakukan satu system kurikulum untuk
semua siswa di seluruh Indonesia.
4. Dalam pelaksaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi yang
melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik dan social.
5. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan
konsep/pokok bahasan dan perkembangan beroikir siswa, sehingga diharapkan akan
terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman konsep dan
pengajaran yang menkankan keterampilan menyelesaikan soal dan pemecahan masalah.
18
19
4.2 Saran.
Agar tercapai tujuan pendidikan di Indonesia secara merata dan supaya mutu pendidikan
di negara kita bisa lebih baik dari tahun sebelumnya sekiranya perlu diadakan pembenahan
beberapa hal antara lain :
1. Ditinjau kembali isi dan tujuan dari kurikulum yang saat ini digunakan di dunia
pendidikan.
2. Ditingkatkan lagi ketrampilan dalam penggunaan komputer dan internet bagi guru dan
siswa pada masing-masing tingkat satuan pendidikan.
3. Lebih ditingkatkan peran aktif dan tanggung jawab pemerhati sekolah disetiap satuan
pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Anan. 2008. “Perbedaan KBK 2004 dengan KTSP”. Artikel. 27 Mei 2008. (
http://sertifikasiprofesi.blogspot.com/2008/05/perbedaan-kbk-2004-dengan-
ktsp.html ). Diakses tanggal 17 April 2023.
Print, murray. 1987. Curriculum Development And Design. Australia : The Berne Convention.
Rijono. 2008. “Kurikulum 2004 (KBK) & Kurikulum 2006 (KTSP) Memang Berbeda
Secara Signifikan”. Artikel. 28 Februari 2008. (
http://rijono.wordpress.com/2008/02/28/kurikulum-2004-kbk-kurikulum-2006-
ktsp-memang-berbeda-secara-signifikan ). Diakses tanggal 17 April 2023.
Ruang Pikir. 2009 . “Kisah Ringkas Kurikulum Pendidikan di Indonesia”. Artikel. 27 Januari
2009. ( http://ruangpikir.multiply.com/journal/item/17 ). Diakses tanggal 17 April
2023
Saleh, Abdul Rahman . 2010. “KTSP: Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan”. Artikel. April
2010. (http://www.abdulrahmansaleh.com/2010/04/ktsp-kurikulum-tingkat-
satuan.html ) . Diakses tanggal 17 April 2023.
Sukorini, Indriati. 2009. “Dampak Perubahan Kurikulum Pendidikan Terhadap Mutu Pendidikan
di Indonesia”. Artikel. 16 Maret 2009.
(http://indriatisukorini.wordpress.com/2009/03/16/indryktp08-6 ). Diakses tanggal
17 April 2023.
20