Anda di halaman 1dari 13

TRADISI SEMIOTIKA DAN

FENOMENOLOGI
Tradisi Semiotika
 Konsep dasar yang menyatukan tradisi semiotika adalah ”tanda‘ yang diartikan
sebagai a stimulus designating something other than itself (suatu stimulus yang
mengacu pada sesuatu yang bukan dirinya sendiri).
 Pesan memiliki kedudukan yang sangat penting dalam komunikasi. Menurut John
Powers (1995), pesan memiliki tiga unsur, yaitu : (1) tanda dan simbol; (2) bahasa;
dan (3) wacana (discourse).
 Menurutnya, tanda merupakan dasar bagi semua komunikasi. Tanda menunjuk
atau mengacu pada sesuatu yang bukan dirinya sendiri, sedangkan makna atau
arti adalah hubungan antara objek atau ide dengan tanda.
 Kedua konsep tersebut menyatu dalam berbagai teori komunikasi, khususnya teori
komunkasi yang memberikan perhatian pada simbol, bahasa serta tingkah laku
nonverbal.
 Kelompok teori ini menjelaskan bagaimana tanda dihubungkan dengan makna
dan bagaimana tanda diorganisasi.
 Studi yang membahas mengenai tanda disebut dengan semiotika. Tanda mutlak
diperlukan dalam menyusun pesan yang hendak disampaikan. Tanpa memahami
teori tanda, maka pesan yang disampaikan dapat membingungkan penerima.
 Memfokuskan pada tanda-tanda dan simbol-simbol;
memperlakukan komunikasi sebagai jembatan
antara dunia privat dari individu-individu dengan
tanda-tanda untuk mendapatkan makna.
 Kekuatan semiotika bertumpu pada gagasan-
gagasan tentang kebutuhan akan bahasa yang sama,
identifikasinya tentang subyektivitas menjadi
kendala untuk mencapai pemahaman, dan
keterikatannya dengan makna yang beragam.
 Teori-teori semiotika sering bertentangan dengan
teori-teori yang menekankan bahwa kata-kata
memiliki makna yang tepat, tanda-tanda
merepresentasikan obyek atau bahasa yang bersifat
netral.
Semiotika dalam tiga wilayah, yaitu:
 (1) Semantik. Semantik membahas bagaimana

tanda berhubungan dengan referennya, atau apa


yang diwakili suatu tanda. Dalam hal ini
Semiotika menggunakan dua dunia, yaitu ”dunia
benda‘ (World of Things) dan dunia tanda (World
of Signs) dan menjelaskan hubungan keduanya.
 Jika kita bertanya, tanda itu mewakili apa?, maka

kita berada di dunia semantik. Buku kamus,


misalnya, merupakan referensi semantik; kamus
mengatakan kepada kita apa arti suatu kata atau
apa yang diwakili atau direpresentasi oleh suatu
kata.
 (2) Wilayah kedua dalam studi semiotika adalah
 sintaktik, yaitu studi mengenai hubungan di
antara tanda. Dalam hal ini, tanda tidak pernah
sendirian mewakili dirinya, tanda adalah selalu
menjadi bagian dari sistem tanda yang lebih
besar atau kelompok tanda yang diorganisir
melalui cara tertentu.
 Sistem tanda seperti ini disebut kode. Kode
dikelola dalam berbagai aturan. Dengan
demikian, tanda yang berbeda mengacu atau
menunjukkan benda berbeda dan tanda
digunakan bersama-sama melalui caraœcara
yang diperbolehkan.
 Jika kita mencoba meletakkan satu kata
(misalnya‘anjing) ke dalam suatu kalimat
(misalnya, ”anjing itu mengejar saya‘), maka
dalam hal ini kita berhubungan dengan tata
bahasa atau sintak.
 Satu gerak tubuh (gesture) sering kali harus
digunakan bersama-sama dengan sejumlah
gerak tubuh lainnya agar dapat menghasilkan
sistem tanda nonverbal yang kmpleks, dan
tanda nonverbal harus digunakan bersama
dengan bahasa untuk mengungkapkan makna
yang lebih kompleks.
 (3) Pragmatik, yaitu bidang yang mempelajari
bagaimana tanda menghasilkan perbedaan
dalam kehidupan manusia atau dengan kata
lain, pragmatik adalah studi yang mempelajari
penggunaan tanda serta efek yang dihasilkan
tanda.
 Pragmatik memiliki peran sangat penting
dalam teori komunikasi karena tanda dan
sistem tanda dipandang sebagai alat yang
digunakan orang untuk berkomunikasi.
Unsur-Unsur Semiotika
 Tanda adalah sesuatu yang berbentuk fisik yang dapat
ditangkap oleh panca indera manusia dan merupakan
sesuatu yang merujuk (merepresentasikan) hal lain di luar
tanda itu sendiri. Tanda terdiri atas  Simbol (tanda yang
muncul dari kesepakatan), Ikon (tanda yang muncul dari
perwakilan fisik) dan Indeks (tanda yang muncul dari
hubungan sebab-akibat).
 Objek atau acuan tanda adalah konteks sosial yang menjadi
referensi dari tanda atau sesuatu yang dirujuk tanda.
 Interpretant atau pengguna tanda adalah konsep pemikiran
dari orang yang menggunakan tanda dan menurunkannya
ke suatu makna tertentu atau makna yang ada dalam benak
seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. 
Tradisi Fenomenologi
 Fenomenologi berasumsi bahwa orang-orang
secara aktif menginterpretasi pengelaman-
pengelamannya dan mencoba memahami
dunia dengan pengelaman pribadinya
(Littlejohn,2009:57). Fenomena yang tampak
adalah refleksi dari realitas yang tidak dapat
berdiri sendiri, karena ia memiliki makna yang
memerlukan penafsiran yang lebih lanjut. 
Stanley Deetz menyimpulkan tiga prinsip dasar
fenomenologi. 
 Pertama, Pengetahuan ditemukan secara
langsung dalam pengalaman sadar, kita akan
mengetahui dunia ketika kita berhubungan
dengannya. 
 Kedua, makna benda terdiri atas kekuatan benda

dalam kehidupan seseorang. Dengan kata lain,


bagaimana anda berhubungan dengan benda
menentukan maknanya bagi anda.
 Asumsi ketiga adalah bahwa bahasa merupakan

kendaraan makna. Kita mengalami dunia


melalui bahasa yang digunakan untuk
mendefinisikan dan mengekspresikan dunia itu.
3 Pemikiran dalam Fenomenologi
 Pertama, fenomenologi yang selalu dikaitkan dengan tokoh Edmund
Husserl salah satu pendiri fenomenologi modern. Husserl yang
menulis selama pertengahan abad ke-20, berusaha mengembangkan
metode yang meyakinkan kebenaran melalui kesadaran yang
terfokus. Baginya, kebenaran dapat diyakinkan melalui pengalaman
langsung dengan catatan harus disiplin dalam mengalami segala
sesuatu.
 Pendapat ini menunjukkan dengan pengalaman dan perhatian
sadar yang dialami oleh manusia kebenaran dan pengetahuan dapat
diperoleh seseorang. Akan tetapi syarat untuk dapat melakukan
perhatian sadar (conscious attention) seseorang harus menyingkirkan
bias yang ada pada dirinya. Kita harus meninggalkan barbagai
kategori berpikir dan kebiasaan kita melihat sesuatu agar dapat
merasakan pengalaman sebagaimana apa adanya. Melalui cara ini,
berbagai objek di dunia dapat hadir ke dalam kesadaran kita.
 Kedua, fenomenologi persepsi adalah sebuah reaksi yang menentang
objektivitas sempit milik Husserl. Baginya, manusia merupakan sosok
gabungan antara fisik dan mental yang menciptakan makna di dunia.

 Dewasa ini para pendukung tradisi fenomenologis menolak


pandangan Hussells. Mereka justru mendukung gagasan bahwa
pengalaman adalah subjektif, tidak objektif sebagaimana pandangan
Husserls. Para pendukung tradisi fenomenologis ini percaya bahwa
subjektivitas justru sebagai pengetahuan yang penting. Tokoh penting
dalam tradisi ini adalah Maurice Merleau-Pontry yang pandangannya
dianggap mewakili gagasan mengenai fenomenologi persepsi
(Phenomenology of perception) yang dinilai sebagai penolakan terhadap
pandangan objektif namun sempit dar Husserl.

 Menurut Ponty, manusia ialah mahkluk yang memiliki kesatuan fisik


dan mental yang menciptakan makna terhadap dunianya. Menurut
pandangan ini bahwa manusia itu saling mengisi dan mempengaruhi
dengan lingkungannya. Dengan kata lain, suatu objek atau peristiwa
yang terjadi itu ada dalam suatu proses yang timbal balik (take and
give)
 Ketiga, Fenomenologi hermeneutik, tradisi yang ini agak
mirip dengan fenomenologi persepsi, akan tetapi
tradisinya lebih luas dalam bentuk penerapan yang lebih
lengkap pada komunikasi. Fenomenologi hermeneutik
dihubungkan dengan Martin Heidegger, utamanya
dikenal karena karyanya dalam philoshophical
hermeneutics (nama alternatif bagi pergerakannya).
Filosofinya juga dikenal dengan Hermenuetics of
Dasein yang berarti ―interpretasi keberadaan.‖
 Hal yang paling penting bagi Heidegger adalah
pengalaman alami yang tidak terelakkan terjadi dengan
hanya tinggal di dunia. Baginya, realitas sesuatu itu tidak
diketahui dengan analisis yang cermat atau
pengurangan, melainkan oleh pengalaman alami yang
diciptakan oleh penggunaan bahasa dalam kehidupan
sehari-hari.

Anda mungkin juga menyukai