Anda di halaman 1dari 4

Mohammad Bagas Bukhori

10010321019

Review Kajian Teori


Teori merupakan sebuah pernyataan yang abstrak dan logis mengenai penjelasan
bagaimana antara fakta atau fenomena berhubungan satu sama lain, Teori merupakan alat
untuk menafsirkan dan memilih fakta, teori berfungsi untuk meramalkan masa yang akan
datang dan merencanakan masa depan, teori tidak sama sekali mengandung skema konseptual
atau tipologi, tetapi teori harus mengandung hukum seperti pernyataan yang saling
menghubungkan dua atau lebih konsep atau variabel sekaligus.
1. Teori Fenomenologi
Teori fenomenologi secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu yang
menjelaskan fenomene-fenomena atau fakta apa saja yang tampak. Fenomenolgi
merupakan pendekatan filsafat. Fenomenologi mencoba untuk menganalisis dan
menjelaskan bagaimana gejala yang dialami pada manusia. Pendekatan ini berakar dalam
karya-karya filsuf Jerman seperti Edmund Husserl dan Martin Heidegger. Fenomenologi
menekankan pentingnya mendeskripsikan pengalaman manusia sebagaimana adanya,
tanpa penilaian atau interpretasi sebelumnya. Tujuannya adalah untuk mendapatkan
pemahaman yang mendalam tentang bagaimana orang melihat dan mengekspreikan
dunianya.
Fenomenologi cenderung menggabungkan berbagai aspek pengalaman manusia,
termasuk aspek fisik, emosional, sosial, dan kognitif. Ini bertujuan untuk mendapatkan
pemahaman yang lebih lengkap tentang fenomena yang sedang dipelajari. Pendekatan
fenomenologi juga dapat digunakan dalam berbagai konteks penelitian, seperti dalam
penyelidikan psikologi tentang pengalaman subjektif individu, dalam penelitian sosiologi
tentang konstruksi sosial dari realitas, atau dalam analisis budaya dan interpretasi yang
dikonstruksi manusia. Ini adalah alat yang kuat untuk memahami dunia melalui lensa
subjektivitas manusia.1
2. Teori Interaksionisme Simbolik
Teori interaksionisme simbolik adalah pendekatan sosiologis yang berfokus pada
analisis interaksi sosial manusia melalui pemahaman simbol-simbol dan makna-makna
yang melekat pada simbol-simbol tersebut. Interaksi simbolik ada karena ide-ide dasar
dalam membentuk makna yang berasal dari pikiran manusia (Mind) mengenai diri (Self),
dan hubungannya ditengah interaksi sosial, dan bertujuan akhir untukmemediasi, serta
menginterpretasi makna ditengah masyarakat (Society) dimana individutersebut
menetap.
1
Bernardus Raho, “Teori sosiologi modern (Edisi Revisi)” (Penerbit Ledalero, 2021), 157.
Mohammad Bagas Bukhori
10010321019

Pikiran (Mind) adalah kemampuan untuk menggunakan simbol yang mempunyai


makna sosial yang sama, dimana tiap individu harus mengembangkan pikiran mereka
melalui interaksi dengan individu lain, Diri (Self) adalah kemampuan untuk
merefleksikan diri tiap individu dari penilaian sudut pandang atau pendapat orang lain,
dan teori interaksionisme simbolis adalah salah satu cabang dalam teori sosiologi yang
mengemukakan tentang diri sendiri dan dunia luarnya. Masyarakat (Society) adalah
jejaring hubungan sosial yang diciptakan, dibangun, dan dikonstruksikan oleh tiap
individu ditengah masyarakat, dan tiap individu tersebut terlibat dalam perilaku yang
mereka pilih secara aktif dan sukarela, yang pada akhirnya mengantarkan manusia dalam
proses pengambilan peran ditengah masyarakatnya.2
3. Teori Dramaturgi
Teori dramaturgi adalah pendekatan sosiologis yang menggambarkan interaksi
sosial manusia sebagai pertunjukan atau drama di mana individu bermain peran tertentu
dalam berbagai situasi sosial. Individu dapat memiliki berbagai peran yang berbeda, dan
mereka harus mengikuti norma dan ekspektasi yang terkait dengan peran tersebut. dalam
setiap situasi sosial, individu memiliki dua domain berbeda, yaitu frontstage dan
backstage.
Frontstage adalah tempat di mana individu tampil dan berinteraksi dengan orang
lain, menciptakan kesan dan mengendalikan bagaimana mereka dilihat oleh orang lain.
Backstage adalah tempat di mana individu bisa lebih otentik dan bebas dalam berbicara
dan bertindak tanpa perlu mempertimbangkan penilaian orang lain. Analisis dramaturgi
sangat berkaitan konsisten dengan akar-akar interaksionisme simbolik analisis itu
berfungsi pada para aktor, tindakan, dan interaksi.3
4. Teori Etnometodologi
Ethnometodologi adalah metode-metode atau cara-cara yang digunakan oleh
orang kebanyakan atau masyarakat biasa didalam memaknai dunia sosialnya.
ethnometologis mempelajari proses bagaimana orang-orang memaknai keseharian yang
diterima begitu saja dengan cara rasional sehingga menjadi sesuatu yang berarti.
Pendekatan etnometodologi memandang masyarakat sebagai suatu konstruksi sosial yang
terus menerus diciptakan dan dipertahankan oleh individu melalui interaksi sosial
mereka.

2
Nina Siti Salmaniah Siregar, “Kajian Tentang Interaksionisme Simbolik,” Perspektif 1, no. 2 (2012): 104.
3
Rini Rinawati, “Dramaturgi Poligami,” MediaTor (Jurnal Komunikasi) 7, no. 1 (2006): 149.
Mohammad Bagas Bukhori
10010321019

Teori ini tidak sependapat mengenai fakta sosial yang merupakan obyek studi
sosiologi memempunyai realitas obyektif in se dan berada di luar sana. Namun
ethometodologi memandang realitas obyektif kenyataan sosial sebagai pencapaian atau
sebuah konstruksi yang dibangun secara terus-menerus melalui kegiatan-kegiatan sehari-
hari. Fakta sosial menurut teori ini bukanlah sesuatu yang diberi, melainkan sesuatu yang
diciptakan atau dikonstruksi oleh individu-individu. dengan ini dimaksudkannya bahwa
di dalam situasi setiap hari, individu-individu menerima kenyataan-kenyataan sosial dan
memaknainya secara baru. Ketika mereka memaknai situasi tertentu dengan secara
implisit kenyataan sosial, individu-individu sedang mengkonstruksi kenyataan sosial.4
5. Teori Hermeneutika
Teori hermeneutika adalah pendekatan interpretatif yang digunakan untuk
memahami dan menginterpretasi teks, budaya, atau fenomena manusia lainnya. Istilah
hermeneutika berasal dari kata Yunani hermeneuein, yang berarti menafsirkan atau
menginterpretasikan. Pendekatan ini umumnya digunakan dalam ilmu humaniora,
terutama dalam studi sastra, filsafat, agama, sejarah, dan ilmu sosial. Teori hermeneutika
menekankan pentingnya memahami teks atau fenomena dalam konteksnya yang lebih
luas. Ini mencakup konteks sejarah, budaya, sosial, dan linguistik di mana teks atau
fenomena itu muncul.
Kajian hermeneutika memandang terdapat tiga unsur yang ikut terlibat
didalamnya, yaitu unsur author (pengarang), unsur teks dan unsur reader (pembaca).
Unsur-unsur tersebut memiliki peran dan fungsi masing-masing yang tidak dapat
ditinggalkan antara satu dengan lainnya. Peran hermeneutika adalah menjadi seni dalam
berfikir dalam menafsirkan sebuah teks klasik atau realita sosial dimasa lampau yang
asing sama sekali agar menjadi milik orang yang hidup dimasa, tempat dan suasana
kultural yang berbeda. dalam tahapan berfikir ide yang ada dalam pikiran manusia
dipahami, baru kemudian diucapkan. Namun, bila pada saat berpikir perlu untuk
membuat persiapan dalam mencetuskan buah pikiran itu, maka saat itulah terdapat
transformasi pemikiran awal, dan kemudian penjelasan juga menjadi penting5

REFERENSI

4
Daniel Susilo, “Etnometodologi Sebagai Pendekatan Baru dalam Kajian Ilmu Komunikasi,” Jurnal Studi
Komunikasi 1, no. 1 (2017): 64.
5
M. Luqmanul Hakim Habibie, “Hermeneutika dalam Kajian Islam,” Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial Dan
Budaya 1, no. 1 (2016): 223.
Mohammad Bagas Bukhori
10010321019

Habibie, M. Luqmanul Hakim. “Hermeneutika dalam Kajian Islam.” Fikri: Jurnal Kajian
Agama, Sosial Dan Budaya 1, no. 1 (2016): 211–42.
RAHO, Bernardus. “Teori sosiologi modern (EDISI REVISI).” Penerbit Ledalero, 2021.
http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/309.
Rinawati, Rini. “Dramaturgi Poligami.” MediaTor (Jurnal Komunikasi) 7, no. 1 (2006): 147–
62.
Siregar, Nina Siti Salmaniah. “Kajian Tentang Interaksionisme Simbolik.” Perspektif 1, no. 2
(2012): 100–110.
Susilo, Daniel. “Etnometodologi Sebagai Pendekatan Baru dalam Kajian Ilmu Komunikasi.”
Jurnal Studi Komunikasi 1, no. 1 (2017): 62–72.

Anda mungkin juga menyukai