10010321019
2
Nina Siti Salmaniah Siregar, “Kajian Tentang Interaksionisme Simbolik,” Perspektif 1, no. 2 (2012): 104.
3
Rini Rinawati, “Dramaturgi Poligami,” MediaTor (Jurnal Komunikasi) 7, no. 1 (2006): 149.
Mohammad Bagas Bukhori
10010321019
Teori ini tidak sependapat mengenai fakta sosial yang merupakan obyek studi
sosiologi memempunyai realitas obyektif in se dan berada di luar sana. Namun
ethometodologi memandang realitas obyektif kenyataan sosial sebagai pencapaian atau
sebuah konstruksi yang dibangun secara terus-menerus melalui kegiatan-kegiatan sehari-
hari. Fakta sosial menurut teori ini bukanlah sesuatu yang diberi, melainkan sesuatu yang
diciptakan atau dikonstruksi oleh individu-individu. dengan ini dimaksudkannya bahwa
di dalam situasi setiap hari, individu-individu menerima kenyataan-kenyataan sosial dan
memaknainya secara baru. Ketika mereka memaknai situasi tertentu dengan secara
implisit kenyataan sosial, individu-individu sedang mengkonstruksi kenyataan sosial.4
5. Teori Hermeneutika
Teori hermeneutika adalah pendekatan interpretatif yang digunakan untuk
memahami dan menginterpretasi teks, budaya, atau fenomena manusia lainnya. Istilah
hermeneutika berasal dari kata Yunani hermeneuein, yang berarti menafsirkan atau
menginterpretasikan. Pendekatan ini umumnya digunakan dalam ilmu humaniora,
terutama dalam studi sastra, filsafat, agama, sejarah, dan ilmu sosial. Teori hermeneutika
menekankan pentingnya memahami teks atau fenomena dalam konteksnya yang lebih
luas. Ini mencakup konteks sejarah, budaya, sosial, dan linguistik di mana teks atau
fenomena itu muncul.
Kajian hermeneutika memandang terdapat tiga unsur yang ikut terlibat
didalamnya, yaitu unsur author (pengarang), unsur teks dan unsur reader (pembaca).
Unsur-unsur tersebut memiliki peran dan fungsi masing-masing yang tidak dapat
ditinggalkan antara satu dengan lainnya. Peran hermeneutika adalah menjadi seni dalam
berfikir dalam menafsirkan sebuah teks klasik atau realita sosial dimasa lampau yang
asing sama sekali agar menjadi milik orang yang hidup dimasa, tempat dan suasana
kultural yang berbeda. dalam tahapan berfikir ide yang ada dalam pikiran manusia
dipahami, baru kemudian diucapkan. Namun, bila pada saat berpikir perlu untuk
membuat persiapan dalam mencetuskan buah pikiran itu, maka saat itulah terdapat
transformasi pemikiran awal, dan kemudian penjelasan juga menjadi penting5
REFERENSI
4
Daniel Susilo, “Etnometodologi Sebagai Pendekatan Baru dalam Kajian Ilmu Komunikasi,” Jurnal Studi
Komunikasi 1, no. 1 (2017): 64.
5
M. Luqmanul Hakim Habibie, “Hermeneutika dalam Kajian Islam,” Fikri: Jurnal Kajian Agama, Sosial Dan
Budaya 1, no. 1 (2016): 223.
Mohammad Bagas Bukhori
10010321019
Habibie, M. Luqmanul Hakim. “Hermeneutika dalam Kajian Islam.” Fikri: Jurnal Kajian
Agama, Sosial Dan Budaya 1, no. 1 (2016): 211–42.
RAHO, Bernardus. “Teori sosiologi modern (EDISI REVISI).” Penerbit Ledalero, 2021.
http://repository.iftkledalero.ac.id/id/eprint/309.
Rinawati, Rini. “Dramaturgi Poligami.” MediaTor (Jurnal Komunikasi) 7, no. 1 (2006): 147–
62.
Siregar, Nina Siti Salmaniah. “Kajian Tentang Interaksionisme Simbolik.” Perspektif 1, no. 2
(2012): 100–110.
Susilo, Daniel. “Etnometodologi Sebagai Pendekatan Baru dalam Kajian Ilmu Komunikasi.”
Jurnal Studi Komunikasi 1, no. 1 (2017): 62–72.