Disusun oleh:
Dosen Pengampu:
TAHUN 2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masyarakat bukanlah sesuatu yang statis “di luar sana” yang selalu mempengaruhi
dan membentuk diri kita, namun pada hakikatnya merupakan sebuah proses interaksi.
Individu bukan hanya memiliki pikiran (mind), namun juga diri (self) yang bukan sebuah
entitas psikologis, namun sebuah aspek dari proses sosial yang muncul dalam proses
pengalaman dan aktivitas sosial. Selain itu, keseluruhan proses interaksi tersebut bersifat
simbolik, di menanamkan-makna dibentuk oleh akal budi manusia.
Semua interaksi antar individu manusia melibatkan suatu pertukaran simbol. Ketika
kita berinteraksi dengan yang lainnya, kita secara konstan mencari “petunjuk” mengenai tipe
perilaku apakah yang cocok dalam konteks itu dan mengenai bagaimana menginterpretasikan
apa yang dimaksudkan oleh orang lain. Interaksionisme simbolik mengarahkan perhatian kita
pada interaksi antar individu, dan bagaimana hal ini bisa dipergunakan untuk mengerti apa
yang orang lain katakan dan lakukan kepada kita sebagai individu.
Dengan mengetahui interaksionisme simbolik sebagai teori maka kita akan bisa
memahami fenomena sosial lebih luas melalui pencermatan individu. Ada tiga premis utama
dalam teori interaksionisme simbolis ini, yakni manusia bertindak berdasarkan makna-
makna; makna tersebut didapatkan dari interaksi dengan orang lain; makna tersebut
berkembang dan disempurnakan saat interaksi tersebut berlangsung.
B. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan yaitu sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Sosiologi
Peternakan, untuk mengetahui lebih jauh mengenai Teori Interaksionisme Simbolik, dan
untuk menambah wawasan bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Inti pandangan pendekatan ini adalah individu. Para ahli di belakang perspektif ini
mengatakan bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi.
Mereka melihat bahwa individu adalah obyek yang bisa secara langsung ditelaah dan
dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.
Seperti yang dikatakan Francis Abraham dalam Modern Sociological Theory (1982)
[1], bahwa interaksionisme simbolik pada hakikatnya merupakan sebuah perspektif yang
bersifat sosial-psikologis yang terutama relevan untuk penyelidikan sosiologis. Teori ini akan
berurusan dengan struktur-struktur sosial, bentuk-bentuk kongkret dari perilaku individual
atau sifat-sifat batin yang bersifat dugaan, interaksionisme simbolik memfokuskan diri pada
Hakekat interaksi, pada pola-pola dinamis dari tindakan sosial dan hubungan sosial. Interaksi
sendiri dianggap sebagai unit analisis: sementara sikap-sikap diletakkan menjadi latar
belakang.
B. Pendapat Para Ahli Mengenai Teori Interaksionisme Simbolik.
Tokoh teori interaksi simbolik antara lain : George Herbert Mend, Herbert Blumer,
Charles Horton Cooley.Teori interaksi simbolik menyatakan bahwa interaksi sosial adalah
interaksi simbol. Manusia berinteraksi dengan yang lain dengan cara menyampaikan simbol
yang lain memberi makna atas simbol tersebut.
Mead menjelaskan bahwa ada empat tahap yang masing-masing dari tahap tersebut
saling berkaitan satu sama lain dalam setiap perbuatan.
a. Impuls
Adalah tahap paling awal dalam keempat tahap diatas. Dia adalah reaksi yang
paling awal dimana dia berfungsi untuk dirinya sendiri. Impuls melibatkan stimulasi
indriawi secara langsung dimana respons yang diberikan oleh aktor adalah bertujuan
untuk kebutuhan dirinya sendiri. Contohnya adalah ketika seseorang mempunyai
keinginan untuk menonton film di bioskop.
b. Persepsi
Adalah tahapan kedua, dimana dia adalah pertimbangan, bayangan maupun
pikiran terhadap bagaimana cara untuk bisa memenuhi impuls. Dalam tahapan ini,
aktor memberikan respons atau bereaksi terhadap stimulus yang berkaitan dengan
impuls tadi. Misal, berkaitan dengan contoh impuls diatas, ketika seseorang ingin
menonton film di bioskop, maka dia akan mencari.
c. Manipulasi
Adalah tahapan selanjutnya yang masih berhubungan dengan tahap-tahap
sebelum. Dalam tahapan ini aktor mengambil tindakan yang berkaitan dengan obyek
yang telah dipersepsikan. Bagi Mead, tahapan ini menciptakan jeda temporer dalam
proses tersebut, sehingga suatu respons tidak secara langsung dapat terwujud.
d. Konsumsi
Adalah upaya terakhir untuk merespons impuls. Dalam tahapan ini, dengan
adanya pertimbangan maupun pemikiran secara sadar, aktor dapat mengambil
keputusan atau tindakan yang umumnya akan berorientasi untuk memuaskan impuls
yang ada di awal tadi.
Mead mengklaim bahwa bahasa memungkinkan kita untuk menjadi makhluk yang
self-conscious [yangsadar akan individualitasnya] dan unsur kunci dalam proses itu adalah
simbol. Inti pemikiran Mead dalam teori Interaksionisme simbolik adalah bahwa manusia
memiliki dunianya sendiri dimana ia mampu menjadi subjek sekaligus objek bagi dirinya
sendiri. Sehingga ia mampu melakukan tindakan yang sesuai dengan keinginannya sendiri.
Tindakan dan alur berpikir Mead memandang tindakan merupakan inti dari teorinya dengan
proses terjadinya tindakan akibat rangsangan dan tanggapan. Bahasa mempunyai fungsi yang
signifikan yaitu menggerakkan tanggapan yang sama pada pihak rangsang dan respons.
Pemikiran George Herbert Mead dipengaruhi oleh Max Weber dengan teorinya
tentang Interaksi dan Tindakan. Max Weber dalam teori ini mengemukakan bahwa
masyarakat hanya merupakan satu nama yang menunjuk pada sekumpulan individu, dan
menurut Max Weber konsep fakta sosial seperti struktur social,kelompok sosial dll yang lebih
dari sekedar individu dan perilakunya, dianggap sebagai abstraksi spekulatif tanpa dasar
empiris, sehingga Max Weber menginterpretasikan individu dan tindakannya sebagai satuan
dasar atau Sebagai “Otorinya”.
Max Weber mengemukakan bahwa antara individu yang satu dengan individu yang
lain berinteraksi satu sama lain diwujudkan dengan adanya suatu tindakan maupun perilaku.
Namun tidak semua tindakan ataupun perilaku individu adalah suatu manifestasi yang
rasional. Rasionalitas hadir dalam diri seorang individu dengan terlebih dahulu melewati
proses pemikiran, dimana makna dari sebuah pemikiran adalah sesuatu yang penting dalam
mengerti manusia dimana pemilikan karakter-karakter ini membuat esensi berbeda dengan
perilaku binatang. Dan Max Weber membuat klasifikasi tentang tipe-tipe tindakan sosial
dengan menggunakan konsep dasar “rasionalitas” yaitu ada tindakan yang rasional dan non
rasional. Menurut Weber, tindakan rasional dihubungkan dengan kesadaran dan pilihan
bagaimana tindakan tersebut direalisasikan. Rasionalitas yang dikemukakan oleh Max Weber
lebih dibawa ke ranah suatu lembaga atau struktural, meskipun selanjutkan rasionalitas yang
dikembangkan Mead berdasar dari konsep Weber ini lebih dibawa ke ranah individu dan
lingkungan sosialnya.
3. Herbert Blummer
Individu dalam interaksionisme simbolik Blumer dapat dilihat dalam 3
premis yang diajukan:
Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna yang ada pada
sesuatu itu pada mereka.
Makna tersebut berasal dari interaksi dengan orang lain.
Makna-makna tersebut disempurnakan pada saat proses interaksi
berlangsung.
Dasar pembentukan teori ini adalah filsafat pragmatis dan behaviorisme sosial. Ada 3
hal penting dalam interaksionisme simbolik menurut filsafat pragmatis :
Menurut teori ini, konsep tentang masyarakat, lembaga sosial, maupun Negara
hannyalah konseptual saja dalam arti hannyalah istilah akademik. Hal yang penting dalam
sosiologi adalah interaksi antar individu dan lingkungan dimana mereka berada.
Simbol-simbol ini sebagian besar berupa kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Kata
tidak lain hannyalah sekedar bunyi dan belum mempunyai arti tertentu yang melekat pada
kata itu sendiri. Kata atau bunyi tertentu tersebut baru memiliki arti setelah masyarakat atau
sekelompok orang sepakat memberikan arti dari kata atau bunyi tersebut. Bunyi dan
tulisannya sama, tetapi jika berada pada masyarakat yang berbeda akan memberikan arti atau
makna yang berbeda. Misalnya, kencot untuk masyarakat Banyumas berarti lapar sedangkan
untuk masyarakat Kedu berarti terinjak, jika di Yogyakarta sebagai sebutan kesenian
tradisional masyarakat. Tak seperti binatang, manusia dibekali kemampuan untuk berpikir
kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial dalam interaksi sosial, manusia
mempelajari arti dan simbol yang memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berpikir
mereka.
1. Kapasitas berpikir
Individu tak dilihat sebagai unit yang dimotivasi oleh kekuatan eksternal dan internal
di luar kontrol mereka tetapi lebih dipandang sebagai cerminan dari unit-unit yang
saling berinteraksi di dalam masyarakat. Cerminan ini terdapat dalam pikiran
individu. Pikiran bukanlah benda (otak) tapi lebih melihatnya sebagai proses yang
berkelanjutan dari stimulus dan respons. Pikiran berhubungan dengan aspek
sosialisasi, arti, simbol, diri, interaksi dan masyarakat.
2. Berpikir dan Berinteraksi Manusia memiliki kapasitas umum untuk berpikir yang
harus dibentuk dan diperhalus dalam proses interaksi sosial(sosialisasi). Sosialisasi
dipahami sebagai proses dinamis yang memungkinkan manusia mengembangkan
kemampuan berpikir, untuk mengembangkan cara hidup manusia sendiri. Sosialisasi
bukan proses satu arah dimanufaktur menerima informasi, melainkan merupakan
proses dinamis dimana aktor menyusun dan menyesuaikan informasi dengan
kebutuhan mereka sendiri. Ada tiga jenis obyek dalam interaksi: obyek fisik seperti
batu atau pohon, obyek sosial seperti mahasiswa dan obyek abstrak seperti gagasan.
Manusia memperlakukan obyek itu bukan sekedar sebagai sesuatu yang berada di luar
sana tetapi sebagai sesuatu yang ia maknai dalam pikiran. Obyek yang sama bisa jadi
memiliki makna berbeda bagi individu yang berbeda.
3. Aksi dan Interaksi Tindakan sosial dimaknai sebagai tanggapan individu terhadap
orang lain di dalam pikirannya sendiri. Interaksi sosial dimaknai sebagai proses
mengkomunikasikan arti terhadap orang lain yang terlibat dalam interaksi. Di dalam
interaksi sosial, para aktor terlibat dalam proses saling mempengaruhi.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Tokoh teori interaksi simbolik antara lain : George Herbert Mend, Herbert
Blumer, Charles Horton Cooley.
Manusia berinteraksi dengan yang lain dengan cara menyampaikan simbol
yang lain memberi makna atas simboltersebut.
B. Saran
Agar tercipta proses interaksi yang baik sebaiknya semua interaksi antar individu
manusia melibatkan suatu pertukaran simbol.
DAFTAR PUSTAKA