Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

TEORI SOSIAL BUDAYA

“Teori Intraksionisme Simbolik”

Disusun oleh:

Zinda Ziarzi Afenti Nim: 1911270019

Siti Dewi Kurniasih Nim: 1911270010

Dosen Pengampu:

Salamah, SE, M.Pd

PROGRAM STUDI TADRIS ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS TARBIYAH DAN TADRIS

UIN FATMAWATI SOEKARNO BENGKULU

TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masyarakat bukanlah sesuatu yang statis “di luar sana” yang selalu mempengaruhi
dan membentuk diri kita, namun pada hakikatnya merupakan sebuah proses interaksi.
Individu bukan hanya memiliki pikiran (mind), namun juga diri (self) yang bukan sebuah
entitas psikologis, namun sebuah aspek dari proses sosial yang muncul dalam proses
pengalaman dan aktivitas sosial. Selain itu, keseluruhan proses interaksi tersebut bersifat
simbolik, di menanamkan-makna dibentuk oleh akal budi manusia.

Interaksi manusia dimediasi oleh penggunaan simbol-simbol, oleh interpretasi, atau


oleh penetapan makna dari tindakan orang lain. Mediasi ini ekuivalen dengan pelibatan
proses interpretasi antara stimulus dan respons dalam kasus perilaku manusia. Pendekatan
interaksionisme simbolik memberikan banyak penekanan pada individu yang aktif dan kreatif
ketimbang pendekatan-pendekatan teoretis lainnya. Pendekatan interaksionisme simbolik
berkembang dari sebuah perhatian ke arah dengan bahasa; namun Mead mengembangkan hal
itu dalam arah yang berbeda dan cukup unik. Pendekatan interaksionisme simbolik
menganggap bahwa segala sesuatu tersebut adalah virtual.

Interaksi merupakan proses timbal balik, di mana suatu kelompok dipengaruhi


tingkah laku reaktif pihak lain. Dengan demikian, ia memengaruhi tingkah laku orang lain.
Seseorang memengaruhi tingkah laku orang lain melalui kontak. Kontak dapat berupa kontak
fisik langsung maupun tidak langsung. Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi
apabila tidak memenuhi dua syarat adanya kontak sosial dan adanya komunikasi.

Semua interaksi antar individu manusia melibatkan suatu pertukaran simbol. Ketika
kita berinteraksi dengan yang lainnya, kita secara konstan mencari “petunjuk” mengenai tipe
perilaku apakah yang cocok dalam konteks itu dan mengenai bagaimana menginterpretasikan
apa yang dimaksudkan oleh orang lain. Interaksionisme simbolik mengarahkan perhatian kita
pada interaksi antar individu, dan bagaimana hal ini bisa dipergunakan untuk mengerti apa
yang orang lain katakan dan lakukan kepada kita sebagai individu.

Dengan mengetahui interaksionisme simbolik sebagai teori maka kita akan bisa
memahami fenomena sosial lebih luas melalui pencermatan individu. Ada tiga premis utama
dalam teori interaksionisme simbolis ini, yakni manusia bertindak berdasarkan makna-
makna; makna tersebut didapatkan dari interaksi dengan orang lain; makna tersebut
berkembang dan disempurnakan saat interaksi tersebut berlangsung.

B. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan yaitu sebagai pemenuhan tugas mata kuliah Sosiologi
Peternakan, untuk mengetahui lebih jauh mengenai Teori Interaksionisme Simbolik, dan
untuk menambah wawasan bagi penulis pada khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Teori Interaksionisme Simbolik

Teori Interaksionisme simbolik (symbolic interactionism) adalah pendekatan teoretis


dalam memahami hubungan antara manusia dan masyarakat. Ide dasar teori interaksionisme
simbolik adalah bahwa tindakan dan interaksi manusia hanya dapat dipahami melalui
pertukaran simbol atau komunikasi yang sarat makna. Teori interaksionisme simbolik mulai
berkembang pada pertengahan abad ke-20. Interaksionisme simbolik berakar dari dua kata
yang bermakna berbeda, yaitu interaksi dan simbol. Simbolik mengandung pengertian pada
makna yang terdapat pada situasi sosial tertentu di mana pelaku berada di dalamnya,
sedangkan interaksionisme mengandung arti makna tersebut dibentuk oleh interaksi di antara
pelaku.

Teori interaksionisme simbolik beranggapan bahwa masyarakat (manusia) adalah


produk sosial. Teori ini mempunyai metodologi yang khusus, karena interaksionisme
simbolik melihat makna sebagai bagian fundamental dalam interaksi masyarakat. Dalam
penelitian mengenai interaksi dalam masyarakat tersebut, teori interaksionisme simbolik
cenderung menggunakan metode kualitatif dibanding metode kuantitatif.

Inti pandangan pendekatan ini adalah individu. Para ahli di belakang perspektif ini
mengatakan bahwa individu merupakan hal yang paling penting dalam konsep sosiologi.
Mereka melihat bahwa individu adalah obyek yang bisa secara langsung ditelaah dan
dianalisis melalui interaksinya dengan individu yang lain.

Seperti yang dikatakan Francis Abraham dalam Modern Sociological Theory (1982)
[1], bahwa interaksionisme simbolik pada hakikatnya merupakan sebuah perspektif yang
bersifat sosial-psikologis yang terutama relevan untuk penyelidikan sosiologis. Teori ini akan
berurusan dengan struktur-struktur sosial, bentuk-bentuk kongkret dari perilaku individual
atau sifat-sifat batin yang bersifat dugaan, interaksionisme simbolik memfokuskan diri pada
Hakekat interaksi, pada pola-pola dinamis dari tindakan sosial dan hubungan sosial. Interaksi
sendiri dianggap sebagai unit analisis: sementara sikap-sikap diletakkan menjadi latar
belakang.
B. Pendapat Para Ahli Mengenai Teori Interaksionisme Simbolik.

Tokoh teori interaksi simbolik antara lain : George Herbert Mend, Herbert Blumer,
Charles Horton Cooley.Teori interaksi simbolik menyatakan bahwa interaksi sosial adalah
interaksi simbol. Manusia berinteraksi dengan yang lain dengan cara menyampaikan simbol
yang lain memberi makna atas simbol tersebut.

1. George Herbert Mead (1863-1931)


Pengertian berpikir Mead adalah suatu proses dimana individu berinteraksi dengan
dirinya sendiri dengan menggunakan simbol-simbol yang bermakna. Menurut Mead
tertib masyarakat akan tercipta apabila ada interaksi dan komunikasi melalui simbol-
simbol. Dalam buku Mind Set and Society, Mead memperkenalkan konsep diri
dengan menyebut bahwa diri dapat bersifat sebagai objek maupun subjek sekaligus
menjadi objek yaitu:
a) Merupakan objek bagi dirinya sendiri
b) Diri merupakan karakteristik manusia yang membedakan manusia dengan hewan.
c) Menjadikan manusia mampu mencapai kesadaran diri sehingga seseorang dapat
mengambil sikap yang impersonal dan objektif.

Mead menjelaskan bahwa ada empat tahap yang masing-masing dari tahap tersebut
saling berkaitan satu sama lain dalam setiap perbuatan.

a. Impuls
Adalah tahap paling awal dalam keempat tahap diatas. Dia adalah reaksi yang
paling awal dimana dia berfungsi untuk dirinya sendiri. Impuls melibatkan stimulasi
indriawi secara langsung dimana respons yang diberikan oleh aktor adalah bertujuan
untuk kebutuhan dirinya sendiri. Contohnya adalah ketika seseorang mempunyai
keinginan untuk menonton film di bioskop.
b. Persepsi
Adalah tahapan kedua, dimana dia adalah pertimbangan, bayangan maupun
pikiran terhadap bagaimana cara untuk bisa memenuhi impuls. Dalam tahapan ini,
aktor memberikan respons atau bereaksi terhadap stimulus yang berkaitan dengan
impuls tadi. Misal, berkaitan dengan contoh impuls diatas, ketika seseorang ingin
menonton film di bioskop, maka dia akan mencari.
c. Manipulasi
Adalah tahapan selanjutnya yang masih berhubungan dengan tahap-tahap
sebelum. Dalam tahapan ini aktor mengambil tindakan yang berkaitan dengan obyek
yang telah dipersepsikan. Bagi Mead, tahapan ini menciptakan jeda temporer dalam
proses tersebut, sehingga suatu respons tidak secara langsung dapat terwujud.
d. Konsumsi
Adalah upaya terakhir untuk merespons impuls. Dalam tahapan ini, dengan
adanya pertimbangan maupun pemikiran secara sadar, aktor dapat mengambil
keputusan atau tindakan yang umumnya akan berorientasi untuk memuaskan impuls
yang ada di awal tadi.

Mead mengklaim bahwa bahasa memungkinkan kita untuk menjadi makhluk yang
self-conscious [yangsadar akan individualitasnya] dan unsur kunci dalam proses itu adalah
simbol. Inti pemikiran Mead dalam teori Interaksionisme simbolik adalah bahwa manusia
memiliki dunianya sendiri dimana ia mampu menjadi subjek sekaligus objek bagi dirinya
sendiri. Sehingga ia mampu melakukan tindakan yang sesuai dengan keinginannya sendiri.
Tindakan dan alur berpikir Mead memandang tindakan merupakan inti dari teorinya dengan
proses terjadinya tindakan akibat rangsangan dan tanggapan. Bahasa mempunyai fungsi yang
signifikan yaitu menggerakkan tanggapan yang sama pada pihak rangsang dan respons.

Pemikiran George Herbert Mead dipengaruhi oleh Max Weber dengan teorinya
tentang Interaksi dan Tindakan. Max Weber dalam teori ini mengemukakan bahwa
masyarakat hanya merupakan satu nama yang menunjuk pada sekumpulan individu, dan
menurut Max Weber konsep fakta sosial seperti struktur social,kelompok sosial dll yang lebih
dari sekedar individu dan perilakunya, dianggap sebagai abstraksi spekulatif tanpa dasar
empiris, sehingga Max Weber menginterpretasikan individu dan tindakannya sebagai satuan
dasar atau Sebagai “Otorinya”.

Max Weber mengemukakan bahwa antara individu yang satu dengan individu yang
lain berinteraksi satu sama lain diwujudkan dengan adanya suatu tindakan maupun perilaku.
Namun tidak semua tindakan ataupun perilaku individu adalah suatu manifestasi yang
rasional. Rasionalitas hadir dalam diri seorang individu dengan terlebih dahulu melewati
proses pemikiran, dimana makna dari sebuah pemikiran adalah sesuatu yang penting dalam
mengerti manusia dimana pemilikan karakter-karakter ini membuat esensi berbeda dengan
perilaku binatang. Dan Max Weber membuat klasifikasi tentang tipe-tipe tindakan sosial
dengan menggunakan konsep dasar “rasionalitas” yaitu ada tindakan yang rasional dan non
rasional. Menurut Weber, tindakan rasional dihubungkan dengan kesadaran dan pilihan
bagaimana tindakan tersebut direalisasikan. Rasionalitas yang dikemukakan oleh Max Weber
lebih dibawa ke ranah suatu lembaga atau struktural, meskipun selanjutkan rasionalitas yang
dikembangkan Mead berdasar dari konsep Weber ini lebih dibawa ke ranah individu dan
lingkungan sosialnya.

2. Charles Horton Cooley (1864-1929)


Konsep penting dalam bangunan teori Cooley adalah konsep cermin diri
[looking-glass self] dan kelompok primer, dimana dalam individu senantiasa terjadi
suatu proses yang ditandai dengan 3 tahap terpisah yaitu:
 Persepsi, dalam tahap ini kita membayangkan bagaimana orang
melihat kita.
 Interpretasi dan definisi, disini kita membayangkan bagaimana
orang lain menilai penampilan kita.
 Respons, berdasarkan persepsi dan interpretasi individu tersebut
menyusun respons terhadap respons kita.

Kelompok primer dianggap penting oleh Cooley sebab:

 Kelompok ini memiliki pengaruh yang sangat mendasar dan


merupakan tempat pembentukan watak diri.
 Kelompok ini merupakan utama dalam hubungan antar ras dengan
masyarakat yang lebih luas.
 Kelompok memberikan kepada individu pengalaman tentang kesatuan
asal yang paling awal dan paling lengkap dan juga dalam pengertian
bahwa kelompok ini tidak mengalami perubahan derajat yang sama
seperti pada hubungan yang luas tetapi merupakan sumber yang dari
mana struktur iasl itu muncul.

3. Herbert Blummer
Individu dalam interaksionisme simbolik Blumer dapat dilihat dalam 3
premis yang diajukan:
 Manusia bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna yang ada pada
sesuatu itu pada mereka.
 Makna tersebut berasal dari interaksi dengan orang lain.
 Makna-makna tersebut disempurnakan pada saat proses interaksi
berlangsung.

Interaksionisme simbolik, kata Blumer dalam interaksi aktor tidak semata-mata


bereaksi terhadap tindakan dari orang lain tetapi mencoba menafsirkan dan mendefisitkan
setiap tindakan orang lain. Dalam melakukan interaksi secara langsung maupun tidak
langsung individu dijembatani oleh penggunaan simbol-simbol penafsiran yaitu bahasa.
Konsep Blumer dikenal dengan self-indication yaitu proses komunikasi yang sedang berjalan
dimana individu mengetahui sesuatu, menilainya, memberinya makna dan memutuskan untuk
bertindak berdasarkan makna itu. Inti pemikiran Blumer mengenai interaksionisme simbolik
dapat disadur dari kajian Poloma 1984 sebagai berikut:

 Masyarakat terdiri dari manusia yang berinteraksi.


 Interaksi terdiri dari kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan
manusia lain. Interaksi non simbolis mencakup stimulus respons yang
sederhana. Interaksionisme simbolis mencakup penafsiran tindakan.
 Objek-objek yang tidak mempunyai makna yang intrinsik, makna lebih
merupakan produk interaksi simbolik. Objek dapat dikategorikan ke 3
kategori luas yaitu : objek fisik seperti meja dan kursi, objek sosial
seperti guru, dan objek abstrak seperti nilai.
 Manusia tidak hanya mengenal objek eksternal, mereka dapat
mengenal dan melihat dirinya sebagai objek.
 Tindakan manusia adalah tindakan interpretatif yang dibuat oleh
manusia.
 Tindakan tersebut saling dikaitkan dan disesuaikan oleh anggota
kelompok.

C. Prinsip Dasar Pembentukan Teori Interaksionisme Simbolik.

Dasar pembentukan teori ini adalah filsafat pragmatis dan behaviorisme sosial. Ada 3
hal penting dalam interaksionisme simbolik menurut filsafat pragmatis :

1. Memusatkan perhatian pada interaksi antar aktor dan dunia nyata.


2. Memandang baik aktor maupun dunia nyata sebagai proses
dinamis dan bukan struktur yang statis.
3. Arti penting yang menghubungkan kepada kemampuan aktor
untuk menafsirkan kehidupan sosial

Sedangkan pemikiran behaviorisme sosial lebih kearah perilaku individu yang


diamati. Teori ini memiliki substansi yaitu kehidupan bermasyarakat terbentuk melalui proses
interaksi dan komunikasi antar individual dan antar kelompok dengan menggunakan simbol-
simbol yang dipahami maknanya melalui proses dan memberikan tanggapan terhadap
stimulus yang datang dari lingkungannya dan dari luar dirinya. Substansi dari teori ini
dikemukakan oleh Arnold Rose [dalam buku Ritzer 2003:54]:

a. Manusia berada dalam lingkungan simbol-simbol memberikan tanggapan terhadap


simbol itu yang berupa fisik manusia memiliki kemampuan untuk
menginterpretasikan simbol-simbol secara verbal melalui pemakaian bahasa serta
memahami makna dibalik simbol itu.
b. Melalui simbol manusia berkemampuan menstimulus orang lain.
c. Melalui komunikasi simbol dapat dipelajari arti dan nilai-nilai serta tindakan orang
lain begitu pula pengetahuan simbol dalam komunikasi dalam mempelajari simbol.
d. Simbol, makna, serta nilai yang berhubungan dengan mereka tidak hanya terpikirkan
oleh mereka dalam bagian-bagian terpisah tetapi selalu dalam bentuk kelompok yang
kadang-kadang luas dan kompleks.
e. Berpikir merupakan suatu proses pencarian kemungkinan yang bersifat simbolis dan
untuk mempelajari tindakan-tindakan yang akan datang, menafsir keuntungan dan
kerugian relatif menurut penilaian individual, dimana studi antaranya dipilih untuk
dilakukan.

Menurut teori ini, konsep tentang masyarakat, lembaga sosial, maupun Negara
hannyalah konseptual saja dalam arti hannyalah istilah akademik. Hal yang penting dalam
sosiologi adalah interaksi antar individu dan lingkungan dimana mereka berada.

Simbol-simbol ini sebagian besar berupa kata-kata, baik lisan maupun tulisan. Kata
tidak lain hannyalah sekedar bunyi dan belum mempunyai arti tertentu yang melekat pada
kata itu sendiri. Kata atau bunyi tertentu tersebut baru memiliki arti setelah masyarakat atau
sekelompok orang sepakat memberikan arti dari kata atau bunyi tersebut. Bunyi dan
tulisannya sama, tetapi jika berada pada masyarakat yang berbeda akan memberikan arti atau
makna yang berbeda. Misalnya, kencot untuk masyarakat Banyumas berarti lapar sedangkan
untuk masyarakat Kedu berarti terinjak, jika di Yogyakarta sebagai sebutan kesenian
tradisional masyarakat. Tak seperti binatang, manusia dibekali kemampuan untuk berpikir
kemampuan berpikir dibentuk oleh interaksi sosial dalam interaksi sosial, manusia
mempelajari arti dan simbol yang memungkinkan mereka menggunakan kemampuan berpikir
mereka.

Makna dan simbol memungkinkan manusia melanjutkan tindakan dan berinteraksi.


Manusia mampu mengubah arti dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan
interaksi berdasarkan penafsiran mereka terhadap situasi. Manusia mampu membuat
kebijakan modifikasi dan perubahan, sebagian karena kemampuan mereka berinteraksi
dengan diri mereka sendiri, yang memungkinkan mereka menguji serangkaikan tindakan,
menilai keuntungan dan kerugian, dan kemudian memilih satu di antara serangkaikan peluang
tindakan itu. Pola tindakan dan interaksi yang saling berkaitan akan membentuk kelompok
dan masyarakat. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya interaksi dalam suatu
masyarakat, yaitu :

1. Kapasitas berpikir
Individu tak dilihat sebagai unit yang dimotivasi oleh kekuatan eksternal dan internal
di luar kontrol mereka tetapi lebih dipandang sebagai cerminan dari unit-unit yang
saling berinteraksi di dalam masyarakat. Cerminan ini terdapat dalam pikiran
individu. Pikiran bukanlah benda (otak) tapi lebih melihatnya sebagai proses yang
berkelanjutan dari stimulus dan respons. Pikiran berhubungan dengan aspek
sosialisasi, arti, simbol, diri, interaksi dan masyarakat.
2. Berpikir dan Berinteraksi Manusia memiliki kapasitas umum untuk berpikir yang
harus dibentuk dan diperhalus dalam proses interaksi sosial(sosialisasi). Sosialisasi
dipahami sebagai proses dinamis yang memungkinkan manusia mengembangkan
kemampuan berpikir, untuk mengembangkan cara hidup manusia sendiri. Sosialisasi
bukan proses satu arah dimanufaktur menerima informasi, melainkan merupakan
proses dinamis dimana aktor menyusun dan menyesuaikan informasi dengan
kebutuhan mereka sendiri. Ada tiga jenis obyek dalam interaksi: obyek fisik seperti
batu atau pohon, obyek sosial seperti mahasiswa dan obyek abstrak seperti gagasan.
Manusia memperlakukan obyek itu bukan sekedar sebagai sesuatu yang berada di luar
sana tetapi sebagai sesuatu yang ia maknai dalam pikiran. Obyek yang sama bisa jadi
memiliki makna berbeda bagi individu yang berbeda.
3. Aksi dan Interaksi Tindakan sosial dimaknai sebagai tanggapan individu terhadap
orang lain di dalam pikirannya sendiri. Interaksi sosial dimaknai sebagai proses
mengkomunikasikan arti terhadap orang lain yang terlibat dalam interaksi. Di dalam
interaksi sosial, para aktor terlibat dalam proses saling mempengaruhi.
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
 Tokoh teori interaksi simbolik antara lain : George Herbert Mend, Herbert
Blumer, Charles Horton Cooley.
 Manusia berinteraksi dengan yang lain dengan cara menyampaikan simbol
yang lain memberi makna atas simboltersebut.
B. Saran
Agar tercipta proses interaksi yang baik sebaiknya semua interaksi antar individu
manusia melibatkan suatu pertukaran simbol.
DAFTAR PUSTAKA

Jacon, T. 1993. Faktor-Faktor Interaksi Simbolik. Citra Umbara: Bandung

Jasi, M. 2000. Interaksi Simbolik. PT. Raja Grafindo: Jakarta

Kartono, H. 2003. Teori Interaksi. PT. Gramedia: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai