DISUSUN OLEH:
DOSEN PENGAMPU:
TAHUN 2020/2021
Kata pengantar
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya kami tidak dapat
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kitananti-natikan syafa’atnya di
akhirat nanti. Penyusun mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-
Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penyusun mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah kajian konflik sosial.
Atas dukungan moral dan materil yang diberikan dalam penyusunan makalah ini, maka
penulis mengucapkan terima kasih kepada ibu INDAH MASRUROH, MA. selaku dosen mata
kuliah manajemen konflik yang telah memberikan pembinaan. Penyusun menyadari bahwa
makalah ini belum sempurna dan masih banyak kesalahan serta kekurangan di dalamnya.
Untuk itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi penyempurnaan makalah
ini di masa yang akan datang. Apabila terdapat kesalahan pada makalah ini, penyusun mohon
maaf yang sebesar-besarnya. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi pembaca maupun
bagi penulis sendiri. Terima kasih…
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar belakang
Bermula Raja Sulaiman Shah yang menaiki takhta pada tahun 1404 diserang oleh tentera
Raja Burma lalu melarikan diri ke Gaur, India (Rohana 1997). Sekiranya dilihat dari
perspektif kelompok masyarakat Islam di Burma, penduduk IslamMyanmar terdiri
daripada pelbagai etnik atau keturunan seperti India, Burma, Cina, Rakhine danbeberapa
lagi kumpulan kecil termasuk orang Melayu. Pada tahun 1958, penduduk
Islamdianggarkan berjumlah lebih dari pada 600 000 orang. Separuh daripada mereka
adalah golonganimigran yang datang dari India dan Pakistan. Pada tahun 1977, penduduk
Islam Burma dipercayaimembentuk 10% daripada penduduk Burma. Bagaimanapun,
bancian tahun 1983 menunjukkanpenduduk Islam Burma hanya membentuk 3.9%
daripada 34 juta orang penduduk Burma (Izziah2002; Saifullah & Samsu 2009).Pada
tahun 1931, secara umum ada empat kategori kaum Muslim berdasarkan keturunaniaitu
orang Islam berketurunan India (Kala Pathee) membentuk kira-kira 65% daripada
pendudukIslam diikuti orang Islam keturunan Burma-India (zerbadee) yang membentuk
30%, Muslim Cina( Pashu atau Panthay ), Burma Muslim Melayu dan etnik-etnik yang
lain membentuk sebanyak 5%.Pada 1992, kepelbagaian etnik Islam ini membentuk 45%
daripada keseluruhan penduduk IslamBurma. Kira-kira sejuta orang iaitu 18% tinggal di
sekitar Yangon, 100 000 orang tinggal di sekitarMandalay dan 30 000 orang tinggal di
Maymo. Jumlah yang selebihnya tinggal berselerak di seluruhnegara Burma (Izziah
2002; Saifullah & Samsu 2009).Pertubuhan-pertubuhan Islam mendakwa nisbah
masyarakat Islam mengikut keturunanpada tahun 1995 adalah 50% penduduk Islam
berketurunan Burma, 48% berketurunan India dan 1%berketurunan Cina. Sementara pada
tahun 1996 pula mencatatkan seramai 5.55 juta orang iaitukira-kira 12.4% daripada
keseluruhan penduduk adalah beragama Islam. Masyarakat Islam Burmahidup berasingan
dalam kelompok masing-masing berdasarkan bangsa atau keturunan mereka.Setiap
daripadanya juga mempunyai kedudukan yang berbeza dalam masyarakat Burma
(Izziah2002).Masyarakat Islam Arakan atau Rakhine yang bersempadan dengan
Bangladesh dikenalisebagai golongan Rohingya yang merupakan generasi yang lahir
hasil perkahwinan campurpedagang-pedagang Arab dan Parsi dengan wanita-wanita
tempatan sejak abad ke-7 atau ke-9Masihi. Di samping masyarakat Islam Rohingya,
terdapat juga golongan Benggali yang berhijrah kesitu semasa pendudukan British.
Kumpulan etnik Rohingya merupakan minoriti muslim yang tinggal bersama masyarakat
Buddha di Arakan dan hidup terasing daripada kedua-dua golongan Islamketurunan India
dan Burma. Mereka merupakan golongan Islam yang paling miskin dan paling teruk
menerima penindasan dari pada pihak pemerintahan Burma.
BAB II
PEMBAHASAN
Selain itu Konflik yang terjadi di Myanmar melibatkan dua etnis yakni etnis Rohingya
sebagai minoritas dan etnis Rakhine sebagai mayoritas. Konflik ini bisa dibilang tak bisa
dipisahkan dari faktor sejarah. Kata Rohingya sendiri berasal dari Rohang, yang
merupakan nama lama dari negara bagian Arakan. Sementara Arakan dulunya merupakan
sebuah negara independen yang pernah dikuasai secara bergantian oleh orang Hindu,
Budha, dan Muslim. Pengaruh Islam mulai masuk ke wilayah Arakan pada tahun 1203
M, dan pada akhir 1440 M Arakan resmi menjadi sebuah negara muslim yang ditandai
dengan Perjanjian Yandabo yang menyebabkan Burma, Arakan dan Tenasserim
dimasukkan ke wilayah British-India. Selama 350 tahun kerajaan Muslim berdiri di
Arakan dan Umat Islam hidup dengan tenang.
Namun, pada 24 September 1784 M Raja Boddaw Paya dari Burma menginvasi Arakan
dan menguasainya. Pada 1824-1826 perang Anglo-Burma pertama kali pecah. Perang ini
berakhir pada 24 Februari 1426. Tahun 1935 diputuskan bahwa Burma terpisah dari
British-India tepatnya mulai tanggal 1 April 1937 melalui keputusan ini pula
digabungkanlah Arakan menjadi bagian British-Burma.
Hal ini bertentangan dengan keinginan mayoritas penduduknya yang beragama Islam dan
ingin bergabung dengan India. Hingga pada akhirnya Arakan menjadi bagian Burma
yang merdeka pada Tahun 1948. Tak seperti etnis lain yang setidaknya diakui
kewarganegaraannya oleh Myanmar, masyarakat Rohingya dianggap sebagai penduduk
sementara. Dianggap sebagai “orang asing” membuat masyarakat Rohingya tidak
diperbolehkan bekerja sebagai pengajar, perawat, abdi masyarakat atau dalam layanan
masyarakat mereka dianggap sebagai orang-orang yang tak bernegara dan tidak diakui
oleh pemerintah Myanmar.
Penyebab Konflik Rohingya
Penyebab konflik di Provinsi Rakhine yang melibatkan etnis Rakhine dan Rohingya
disebabkan oleh banyak faktor di antaranya sebagai berikut:
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Sebenarnya apabila dilihat dari segi histori, Kaum Rohingya sudah ada sebelum negara
Myanmar ada. Sebagai etnis, Muslim Rohingya sudah hidup di sana sejak abad 7 Masehi dengan
nama kerajaan Arakan (1430-1784). Sekitar 3.5 abad Rohingya berada dalam kekuasaan Muslim
hingga Kerajaan Burma menyerangdan dianeksasi oleh Inggris. Setelah itu Rohingya menjadi
bagian dari British India yang saat itu juga belum merdeka. Dan berlanjut hingga tahun 1940-an
ada 137 etnis yang terdapat di Burma sejak Burma merdeka (1948), sejak saat itu pula etnis
Rohingya tidak diakui sebagai etnis yang ada di Burma. Etnis Muslim Rohingya selama puluhan
tahun mengalami diskriminasi hingga menyebabkan status mereka kini stateless atau tidak
memiliki negara.
Tercatat 10 orang Muslim Rohingya tewas. Sejak itu, kerusuhan rasial diRakhine pun
meluas.Salah satu akar konflik menahun itu adalah status etnis minoritas Rohingya yang masih
dianggap imigran ilegal di Myanmar.Pemerintah Myanmar tak mengakui dan tak memberi status
kewarganegaraan kepadamereka. Sebagai akibat tiadanya kewarganegaraan, etnis Rohingya tak
bisa mengakses pendidikan, layanan kesehatan, dan bahkan pekerjaan yang layak.
Konflik yang melibatkan dua etnis ini tidak bisa dilepaskan dari faktor sejarah. Kata
Rohingya berasal dari kata Rohang, yang merupakan nama lama dari negara bagian Arakan.
Arakan dulunya merupakan sebuah negara independen yang pernah dikuasai secara bergantian
oleh orang Hindu, Budha dan Muslim. Pada 1203 M, Bengali menjadi sebuah negara Islam,dan
sejak saat itu pula pengaruh Islam mulai merambah masuk kewilayah Arakan. Hingga pada
akhirnya pada 1430 M, Arakan menjadi sebuah negara Muslim.yang ditandai dengan
diratifikasinya Perjanjian Yandabo menyebabkan Burma, Arakan dan Tenasserim dimasukkan ke
wilayah British-India. Selama 350 tahun kerajaan Muslim berdiri di Arakan dan Umat Islam
hidup dengan tenang. Namun pada 24 September 1784 M. Raja Boddaw Paya dari Burma
menginvasi Arakan dan menguasainya. Pada 1824-1826 perang Anglo-Burma pertama pecah.
Perang ini berakhir pada 24 Februari 1426. Tahun 1935 diputuskan bahwa Burma terpisah dari
British-India tepatnya mulai tanggal 1 April 1937 melalui keputusan ini pula digabungkanlah
Arakan menjadi bagian British-Burma. Hal ini bertentangan dengan keinginan mayoritas
penduduknya yang beragama Islam dan ingin bergabung dengan India.Hingga pada akhirnya
Arakan menjadi bagian Burma yang merdeka pada Tahun 1948.Tidak seperti etnis lain yang
setidaknya diakui warganegaranya oleh Myanmar, masyarakat Rohingya dianggap sebagai
penduduk sementara.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Talib Ahmad. 2000. Sejarah Myanmar. Kuala Lumpur: Penerbit Dewan Bahasa dan
Pustaka.
Abdullah Zakaria Ghazali & Zulkanaian Abdul Rahman. 2008. Konflik Dunia Abad Ke-20. Dlm.
AbuTalib Ahmad (pnyt.). Rohingya dan Konflik Etnik di Arakan (Rakhine), hlm. 100-126.
Selangor: Dawama Sdn. Bhd.
Azharudin Mohamed Dali & Azlinariah Abdullah. 2012. Air Mata Kesengsaraan Rohingya:
Identiti,Penindasan dan Pelarian. Kuala Lumpur: Inteam Publishing Sdn. Bhd.