Anda di halaman 1dari 8

ETNIS

ROHINGYA
LATAR
BELAKANG
Etnis Rohingya adalah nama kelompok etnis yang tinggal di negara
bagian Arakan/Rakhine sejak abad ke-7 Masehi (788 M). Ada beberapa
versi tentang asal kata “Rohingya”. Rohingya berasal dari kata “Rohan”
atau “Rohang”, nama kuno dari “Arakan”, sehingga orang yang
mendiaminya disebut “Rohingya”. Versi lain menyebutkan bahwa istilah
“Rohingya” disematkan oleh peneliti Inggris Francis Hamilton pada
abad ke-18 kepada penduduk muslim yang tinggal di Arakan.
Etnis Rohingya diperkirakan adalah keturunan campuran (Arab, Moor,
Turki, Persia, Mogul dan Pathan), Bengali lokal dan Rakhine. Mereka
berbicara versi Chittagonian, dialek regional Bengali yang juga
digunakan secara luas di seluruh bagian tenggara Bangladesh.

Pada tahun 1962 ketika Jenderal Ne Win melakukan kudeta hingga pada
akhirnya menjadi Presiden di Myanmar, sistem politik Myanmar
berubah menjadi lebih otoriter. Konflik yang kerap muncul di Myanmar
yang melibatkan antar etnis terjadi dalam kurun 1991 sampai sekarang.
KONFLI
K
1. Status yang Berbeda
Sejak UU Kewarganegaraan 1982 diberlakukan, etnis
yang diakui sebagai warga negara adalah etnis yang
telah lama berada di myanmar sebelum penduduk
kolonial Inggris tahun 1824. Ada 135 etnis, namun
warga Rohingya tidak termasuk kedalamnya

Bukan hanya dilatar belakangi heterogenitas etnis saja


yang menyebabkan konflik ini, melainkan adanya
ketimpangan ekonomi, agama, superioritas etnis, dan
kebijakan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah.
2. Burmanisasi

Pada rezim militer yaitu era Ne Win hingga tahun 2000, etnis
Rohingnya ini mengalami diskriminasi melalui kebijakan
Burmanisasi Junta Militer. Program model village memusatkan
pembangunan perumahan khusus untuk etnis Buddha seperti
Rakhine, dengan tanah warga Rohingya disita secara paksa.
Etnis Rakhine direlokasi ke area hasil rampasan tanah Rohingya,
sementara Muslim Rohingya kehilangan tanah dan menjadi
tunawisma. Pemerintah Myanmar juga menggantikan tempat suci
Rohingya dengan struktur Buddha. Situasi ini menciptakan
ketidaksetaraan dan penderitaan bagi etnis Rohingya.
3. Kecemburuan Etnis Rakhine Terhadap
Etnis Rohingya
Keberadaan etnis Rohingya dianggap mengurangi hak
atas lahan dan ekonomi, khususnya di wilayah Arakan,
Rakhine yang menjadi pusat kehidupan etnis Muslim
Rohingya. Keberadaan etnis Rohingya di Provinsi
Rakhine semakin terancam oleh tindakan yang
sewenang wenang.

Etnis Rohingya yang banyak menjadi korban


perampasan tanah melampiaskan kekecewaannya pada
etnis Rakhine yang jauh lebih dilindungi oleh
pemerintah. Tingkat kebencian warga Muslin Rohingya
semakin besar dengan etnis Rakhine dan konflik antar
keduanha semakin menimbulkan pertikaian.
4. Diskriminasi Rohingya Diberitakan Media
Internasional

Pada 2012, konflik antara etnis Rohingya dan Rakhine mencuat ke


perhatian media internasional, terutama pada bulan Juni-Agustus.
Berita tersebut mengungkapkan serangkaian kejadian, termasuk
pembakaran massal perumahan Rohingya dan penyerangan kedua
etnis. Tentara dan polisi Myanmar diduga terlibat dalam provokasi
dan serangan terhadap komunitas Rohingya. Meskipun banyak
pihak, termasuk PBB dan Uni Eropa, mengutuk konflik tersebut,
tidak ada penyalahan langsung pada pemerintah Myanmar. Amnesty
Internasional dan organisasi HAM dunia menilai bahwa Myanmar
melakukan diskriminasi sistematis terhadap Rohingya, menyebabkan
penderitaan berkelanjutan.
Thank
You

Anda mungkin juga menyukai