Anda di halaman 1dari 3

BAB II

SEJARAH DAN POSISI ETNIS ROHINGYA YANG MEMPENGARUHI POLITIK


IDENTITAS JUNTA MILITER MYANMAR

“Warga tanpa status negara”, “etnis minoritas paling teraniaya didunia” merupakan
sebutan-sebutan yang diberikan kepada etnis Rohingya, hal ini dikarenakan diskriminasi yang
diterima oleh mereka dari pemerintah junta militer Myanmar dan juga etnis-etnis lainnya
yang beragama Buddha. Tentunya ada sejarah yang membuat mereka mendapatkan sebutan-
sebutan seperti diatas, maka dari itu, dalam bab ini penulis ingin membahas tentang sejarah
etnis Rohingya serta posisi mereka yang dipengaruhi oleh politik identitas junta militer
Myanmar. Tapi sebelum itu, penulis menemukan bahwa sejarah tentang etnis Rohingya
sendiri sulit untuk ditemukan kebenarannya, dan sampai saat ini masih menjadi salah satu
faktor utama dalam konflik tersebut. Beberapa ahli menyebutkan bahwa hal ini terjadi
dikarenakan bukti fisik untuk membenarkan sejarah etnis Rohingya susah untuk ditemukan,
maka dari itu penulis akan membahas sejarah etnis Rohingya dengan melihatnya dari
masuknya islam ke Myanmar, sampai pada pasca kemerdekaan Myanmar. Penulis melakukan
hal tersebut agar terlihat jelas bagaimana sejarah etnis Rohingya yang masih diperdebatkan
tersebut mempengaruhi politik identitas yang dimainkan junta militer Myanmar.

Diskriminasi yang diterima oleh etnis Rohingya ini telah berlangsung sejak tahun
1948 tepatnya setelah Myanmar memperoleh kemerdekaan, diskriminasi yang diterima oleh
etnis Rohingya ini didasarkan pada sejarah bergabungnya mereka kedalam Myanmar.
Permasalahan sejarah etnis Rohingya mengakibatkan mereka menerima sikap diskriminasi
yang bahkan sampai pada terjadinya genosida dan pembersihan ras, permasalahan sejarah ini
juga yang akan menjadi penentu posisi etnis Rohingya didalam kehidupan sosial di
Myanmar. Maka dari itu, pada bab ini akan membahas tentang sejarah etnis Rohingya yang
akan menentukan posisi mereka sekarang ini, serta pemanfaatan sejarah oleh Junta militer
Myanmar dalam politik identitas yang dimainkan.

2.1 Sejarah Etnis Rohingya

Etnis Rohingya merupakan salah satu etnis minoritas yang berada di Myanmar, etnis
ini merupakan sebuah etnis yang mayoritasnya merupakan seorang muslim dan bertempat di
Arakan, bagian pesisir Myanmar dan dekat dengan Bangladesh. Etnis ini merupakan salah
satu etnis yang telah berada di daerah Arakan sejak tahun 1788, sejarah tentang etnis
Rohingya menjadi sebuah perdebatan di Myanmar, ada yang berpendapat bahwa mereka
merupakan imigran yang illegal dari Bangladesh, ada juga yang berpendapat bahwa mereka
merupukan keturunan yang berasal dari pedagang-pedagang islam yang sempat singgah di
Myanmar untuk melakukan perdagangan. Pemerintah Myanmar sendiri percaya pada
pendapat yang mengatakan bahwa mereka masuk ke Myanmar sebagai imigran illegal dari
Bangladesh, sehingga etnis Rohingya seringkali disebut dengan orang-orang Bengali.

Etnis Rohingya sendiri menjadi salah satu etnis minortias di Myanmar yang tidak
mendapatkan pengakuan dari pemerintah Myanmar, hal ini terlihat dalam konstitusi
Myanmar, yang diatur dalam Undang-Undang Kewarganegaraan tahun 1982. Berdasarkan
hal tersebut etnis Rohingya tidak bisa mendapatkan haknya dalam kehidupan sehari-hari
seperti mendapatkan akses Kesehatan, Pendidikan, pekerjaan, bahkan sampai pada
perkawinan mereka, hal ini dikarenakan mereka tidak dianggap sebagai warga negara yang
sah berdasarkan undang-undang kewarganegaraan tahun 1982 tersebut.

Undang-undang kewarganegaraan tersebut membuat etnis Rohingya melakukan


berbagai macam protes terhadap pemerintah junta militer yang saat itu berkuasa, hal ini
karena mereka merasa bahwa sudah lebih dari 500 tahun yang lalu mereka menempati tempat
tersebut, yang menurut mereka jauh sebelum Myanmar dibawah kekuasaan Inggris.
Kehidupan sosial etnis Rohingya sebelum dibuatnya Undang-undang kewarganegaraan
tersebut baik-baik saja, terbukti dengan rukunnya kedua etnis yang menghuni wilayah Arakan
yang sekarang disebut dengan Rakhine. Etnis Rohingya merupakan salah satu etnis yang ikut
serta dalam kemerdekaan Myanmar, hal ini terbukti dengan permintaan bantuan dari Aung
San yang merupakan bapak bangsa Myanmar kepada milisi muslim khususnya dari etnis
Rohingya.

Sejarah etnis Rohingya tidak bisa dilepaskan dengan sejarah masuknya islam di
Myanmar, seperti yang diketahui bahwa mayoritas etnis Rohingya merupakan pemeluk islam,
oleh karena itu ketika membahas sejarah Rohingya, maka harus dimasukkan juga
pembahasan tentang masuknya islam di Myanmar. Hal ini dilakukan agar terlihat jelas
bagaimana pengaruh identitas etnis Rohingya yang budaya, Bahasa, dan lain-lainnya berbeda
dari etnis-etnis lainnya di Myanmar menjadi kunci dalam politik identitas yang dimainkan
oleh junta militer Myanmar.

Menurut sejarah, masuknya islam pertama kali di Myanmar pada tahun 7 Masehi atau
1 hijriah, islam masuk melalui para pedagang dari Arab yang mampir di Myanmar, mereka
masuk melalui Arakan yang merupakan tempat masuknya orang-orang menggunakan jalur
laut ke Myanmar atau pusat maritim di Myanmar. Dalam beberapa sejarah disebutkan bahwa
kerajaan islam sempat berkuasa di arakan sebelum adanya negara Myanmar. Hal ini terbukti
dengan adanya mata uang koin dengan bertuliskan kalimat “Lailahailallah” yang digunakan
sebagai alat pertukaran pada masa itu. Sejarah juga mencatatkan bahwa peran beberapa
cendikiawan muslim juga mempengaruhi beberapa kerajaan Buddha pada masa itu, salah
satunya mereka menjadi guru untuk beberapa anak raja yang berkuasa.

Saat perang dunia kedua, Rohingya menempati posisi yang mengunrtungkan saat
berada dibawah kekuasaan inggris, hal ini dikarenakan muslim Rohingya dimanfaaatkan oleh
koloni inggris untuk mengurusi padi dan gula yang ada di Myanmar, yang sampai pada suatu
saat mereka diberikan kesempatan untuk bergabung dalam militer dan politik dibawah
kekuasaan inggris. Etnis Rohingya yang sedang mendapatkan posisi yang baik dibawah
kolonisasi inggris harus kembali menerima sikap yang mendiskriminasi ketika jepang datang
ke Myanmar yang membuat inggris harus mundur ke daerah India, dengan mundurnya
inggris tersebut situasi etnis Rohingya Kembali harus menegang dikarenakan konflik yang
dialimi mereka dengan etnis Rakhine yang mayoritasnya pemeluk agama Buddha. Rohingya
yang saat itu sempat berada dibawah kekuasaan inggris mempunyai perlengkapan militer
karena menjadi salah satu geriliawan yang dibuat inggris untuk membantu peperangan
melawan jepang, namun sayangnya yang terjadi dilapangan adalah konflik antara muslim
Rohingya berhadapan dengan Budhis Rakhine.

Ketegangan kedua etnis ini yang menjadi awal mula dari konflik Rohingya yang
berkepanjangan dan tak berkesudahan. Dalam beberapa literatur, orang-orang Rohingya dan
Arakan terlibat dalam satu perdebatan sengit tentang keaslian sejarah kedua etnis. Kedua
etnis ini memperdebatkan tentang keaslian mereka ditanah Arakan (sekarang disebut
Rakhine), orang Rakhine berpendapat sambal mengenang masa kejayaan kerajaan Arakan
yang dilihat mereka sebagai salah satu kubu historis melawan islam, sementara orang-orang
Rohingya melihat kuatnya pengaruh Bengali islam terhadap istana Mrauk U, beberapa orang
Rohingya bahkan menyebutkan bahwa kerajaan Mrauk U itu islami (Singh, 2018).

References
Singh, B. (2018). Tantangan Orang Rohingya Myanmar - Menghadapi Satu Minoritas Teraniaya dan
Implikasi untuk Keamanan Nasional dan Regional. (N. Bakdisoemanto, Trans.) Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press.

Anda mungkin juga menyukai