Anda di halaman 1dari 25

Dinamika Islan di Burma (Myanmar)

MAKALAH

Memenuhi Salah Satu Syarat Mengikuti


Perkuliahan Sejarah Islam Asia Tengggara
Pembimbing : Edi Iskandar, Dr.,S.Ag., M.Pd.

OLEH :
Zenssa Aldo Ryanto
NIM: 11910312362

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)


SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2020
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1


A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
C. Tujuan Masalah ............................................................................................ 3

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................ 4


A. Sejarah Burma .............................................................................................. 4
B. Demografi Geografi Dan Burma.................................................................. 7
C. Sejarah Masuknya Islam di Burma ............................................................ 10
D. Dinamika Penduduk Burma ....................................................................... 13
E. Posisi Islam Dalam Undang-Undang Negara Burma................................. 15
F. Organisasi Keislaman di Burma................................................................. 17

BAB III PENUTUP .............................................................................................. 20


A. Kesimpulan ................................................................................................ 20
B. Saran ........................................................................................................... 21

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

i
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah memberikan penulis

kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Tanpa pertolongan-Nya tentunya penulis tidak akan sanggup menyelesaikan

makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada

baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad Shalallahu a’laihi wasallam yang kita

nanti-nantikan syafa’atnya di akhirat kelak.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah Subhanahu wa ta’ala atas

limpahan nikmat sehatNya, baik itu berupa fisik maupun akal pikiran, sehingga

penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah dari mata kuliah Sejarah

Islam Asia Tenggara “Dinamika Islan di Burma (Myanmar)”.

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna

dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu,

penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca makalah ini, supaya makalah

ini nantinya lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat banyak kesalahan pada

makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Demikian, semoga

makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

Pekanbaru, 3 Juni 2021

Penulis

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Permasalahan keragaman agama dan etnis di banyak negara telah

mengakibatkan berbagai persoalan, utamanya menyangkut upaya sebuah

negara untuk menyatukan visi bersama berbasis keadilan. Sebagaimana

negara-negara tetangganya di Asia Tenggara, seperti Thailand dan Filipina,

permasalahan keragaman agama dan etnis telah membawa Myanmar ke

dalam kancah pergolakan yang hingga kini tidak kunjung usai. Sebagai salah

satu negara berkembang yang berada di Asia, Myanmar juga termasuk di luar

kategori negara berkembang dan negara maju. Ada beberapa negara yang

dikelompokkan sebagai negara gagal (failed state).

Islam di Myanmar termasuk agama minoritas, dengan persentase sekitar

4% dari jumlah penduduk di seluruh Myanmar. Walupun pemeluk agama

Islam minoritas, tetapi mereka mepunyai pengaruh di berbagai bidang. Hal ini

terbukti dengan banyaknya jabatan penting di pemerintahan yang diduduki

oleh orang Islam.

Dinamika kelompok minoritas Muslim Rohingya, masih menghadapi

persoalan-persoalan kemasyarakatan dan negara yang sangat kompleks.

Fenomena dinamika minoritas masyarakat yang beragama Islam di negara

Myanmar, secara umum diwarnai dengan represi, diskriminasi dan eksploitasi

dari kelompok mayoritas dan penguasa di negara Myanmar. Hal itu

menyebabkan persoalan-persoalan sosial, politik dan ekonomi yang

1
berlangsung, secara kumulatif menjadi gerakan-gerakan yang mengarah

kepada separatis.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Sejarah Burma?

2. Bagaimana Demografi Geografi dan Burma?

3. Bagaimana Sejarah Masuknya Islam di Burma?

2
4. Jelaskan Dinamika Penduduk Burma?

5. Bagaimana Posisi Islam Dalam Undang-Undang Negara Burma?

6. Apa Saja Organisasi Keislaman di Burma?

C. Tujuan Masalah

1. Untuk Mengetahui Sejarah Burma.

2. Untuk Mengetahui Demografi Geografi dan Burma.

3. Untuk Mengetahui Sejarah Masuknya Islam di Burma.

4. Untuk Mengetahui Dinamika Penduduk Burma.

5. Untuk Mengetahui Posisi Islam Dalam Undang-Undang Negara Burma.

6. Untuk Mengetahui Organisasi Keislaman di Burma.

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Burma

Negara Myanmar yang mencapai kemerdekaan-nya dari Inggris tahun

1948. Beberapa kali mengalami gelombang protes, yang disebabkan oleh

ketidak-adilan. yang menciptakan luka yang mendalam pada beberapa

kelompok perlawanan, yang antara lain mengatasnamakan Hak Asasi

Manusia (HAM). Meskipun akar permasalahannya adalah ketidakadilan yang

dirasakan oleh sebagian besar kelompok etnis, yang merasa dizalimi oleh

sekelompok etnis yang dominan di negara itu (Etnis Burma) yang

mendominasi di Myanmar, karena di samping jumlah mereka yang lebih

banyak daripada kelompok-kelompok etnis yang lain, telah menguasai

berbagai bidang kehidupan di negara itu. Dan pada akhirnya, secara politis,

mereka pun mendominasi.

Dominasi kelompok etnis Burma, yang pada umumnya beragama Budha

terhadap kelompok etnis yang lain, telah melahirkan praktik-politik yang

dirasakan sebagai sebuah ketidakadilan oleh kelompok- kelompok etnis yang

lain, termasuk di dalamnya kelompok etnis-Muslim yang menempati posisi

minoritas. Berbagai kebijakan yang tidak adil itulah yang kemudian

ditengarai sebagai sebab utama yang memicu perpecahan di Myanmar, yang

hingga kini tak kunjung usai.

Islam di Myanmar termasuk agama minoritas, dengan persentase sekitar

4% dari jumlah penduduk di seluruh Myanmar. Walupun pemeluk agama

5
Islam minoritas, tetapi mereka mepunyai pengaruh di berbagai bidang. Hal ini

terbukti dengan banyaknya jabatan penting di pemerintahan yang diduduki

oleh orang Islam. Mereka juga banyak menguasai bidang perdagangan,

diplomatik, administrasi, politik, bahasa, dan budaya.1

Masyarakat Myanmar dibagi berdasarkan faktor etnis, seperti:

1. Burma,

2. Shan,

3. Karen,

4. Rakhine,

5. Kayah,

6. India dan

7. Mon.

Pembagian tersebut juga berlaku dalam masyarakat Muslim, ada Muslim

Burma atau Zerbadee, Muslim keturunan India, Muslim Hui-Hui atau Panthay

dan Muslim Rohingya. Namun pada umumnya masyarakat Muslim di

Myanmar terbagi menjadi tiga komunitas yang berbeda, yaitu:

1. Muslim Burma atau Zerbadee

2. Muslim India

3. Muslim Rohingya.2

Masing-masing komunitas memiliki hubungan yang berbeda-beda dengan

1
Moh Nurhakim, Sejarah & Peradaban Islam. (2004), h. 1–18.
2
Ismail Suardi Wekke et al., Muslim Minority in Myanmar: A Case Study of Myanmar
Government and Rohingya Muslims‟, Walisongo: Jurnal Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 25, No.
2 (2017), h. 303.

5
masyarakat Budha dan pemerintah. Komunitas pertama, Muslim Burma,

merupakan komunitas yang terbentuk paling awal. Mereka terbentuk dari

wilayah Sweebo di dataran tengah dekat ibu kota pra kolonial kerajaan

Burma. Komunitas ini dapat dirunut asal usulnya hingga abad ke 13 dan ke

14, ketika nenek moyang mereka datang ke negara itu sebagai pembantu

istana, tentara sewaan dan pedagang dari Barat. Pada 1930-an, Muslim Burma

yang berasimilasi dengan baik ini jumlahnya dilaporkan kurang dari sepertiga

komunitas Muslim.

Komunitas kedua, Muslim India, merupakan komunitas Muslim yang

terbentuk seiring kolonisasi Burma oleh Inggris pada abad ke 19. Pada 1886

sampai 1937, Burma dijadikan sebagai bagian dari provinsi India oleh Inggris.

Oleh karena itu, banyak imigran dari India ke Burma. Pemerintah Inggris

sangat berperan atas datangnya kaum Muslim India ini. Mereka berdomisili

di provinsi Arakan dan Tenasserim. Kedatangan arus imigran yang sangat

besar ke Myanmar ini menyebabkan munculnya masalah sosial, politik dan

ekonomi.

Komunitas Muslim di Myanmar yang ketiga adalah Rohingya yang

bermukim di daerah Arakan atau Rakhine yang berbatasan dengan

Bangladesh. Sebelum 1784, walaupun penguasanya menggunakan lambang

Islam, Arakan merupakn sebuah kerajaan Budha merdeka. Akan tetapi

kerajaan Budha tersebut dihancurkan oleh tentara Myanmar. Kedudukannya

melemah diakibatkan oleh bangkitnya kekuatan Myanmar di bagian timur.

Arakan kemudian dimasukkan menjadi bagian dalam Burma oleh Inggris.

5
Sejak saat itu Arakan didatangi oleh sejumlah besar imigran dari Chittagong

(Bengal). Proporsi terbesar kaum Muslim Myanmar adalah keturunan Bengal

dan sebagian besar mereka tinggal di negara bagian Arakan. Arakan

merupakan daerah yang di diami oleh dua komunitas etnis, Budha Arakan

atau Rakhaing dan Muslim rohingya.3

Setelah Burma merdeka pada tahun 1948, ketiga muslim di atas memiliki

peran yang berbeda. Muslim Burma mendapat tempat di pemerintahan U Nu.

Sebaliknya kaum Muslim India, yang lebih berpandangan keluar dan

berorientasi pada perdagangan, mengalami masa hidup yang lebih sulit

setelah kemerdekaan. Menjelang September 1964, sekitar 100 ribu orang

India terpakasa harus meninggalkan Myanmar akibat kebijakan nasionalisasi

dan birokratisasi yang di jalankan Ne Win.

B. Demografi Geografi Dan Burma

3
Jawahir Thontowi, Perlakuan Pemerintah Myanmar terhadap Minoritas Muslim Rohingya
Perspektif Sejarah dan Hukum Internasional, Pandecta : Jurnal Penelitian Ilmu Hukum (Research
Law Journal), Vol. 8, No. 1 (2013), h. 41–9.

5
Secara astronomis Myanmar terletak antara 10 LU – 29, 1 LU dan antara

29 BT-101 BT. Batas-batas geografis Myanmar, yaitu sebelah utara dengan

Cina, sebelah timur dengan Cina, Laos dan Thailand, sebelah selatan dengan

laut Andaman dan sebelah barat daya teluk Benggala, Bangladesh dan India.

Negara Myanmar terbentuk dari dua unsur struktural yang pokok, yakni

sederetan lipatan di sebelah barat dan sebuah patahan blok massif di sebelah

timur. Kedua bagian ini berjajar dari utara ke selatan. Di antara keduanya

terdapat sebuah dataran rendah aluvial yang membentang dari daerah delta

dan lembah sungai Irawadi, lembah sungai Sittang sampai kedaratan

pedalaman Mandalay. Di bagian Timur dataran rendah ini terdapat Plato Shan

yang bergelombang. Tingginya rata-rata kurang dari 900 meter di atas

permukaan laut. Di bagian timur laut terdapat sungai Salween yang melintasi

Plato Shan dan melewati lembah yang sempit.

Bentuk pemerintahan negara Myanmar adalah Junta militer. Juntai berasal

dari bahasa Spanyol yang artinya Komite atau Dewan Pimpinan. Pada

pertengahan Juli 2007, penduduk Myanmar berjumlah 47.373.958 jiwa.

Beberapa suku bangsa yang mendiami daerah Myanmar, antara lain suku

Kachin, Chin dan suku Shan. Bahasa resmi negara Myanmar adalah bahasa

Burma, namun beberapa bahasa etnis minoritas juga masih dipergunakan di

beberapa wilayah negara ini. Beberapa agama di anut masyarakat Myanmar

diantaranya Budha 89%, Kristen 4%, Islam 4%, dan lainya 3%. Komoditas

ekspor utama Myanmar antara lain beras, kayu jati, produk minyak, kapas dan

karet, sedangkan produk impor utamanya antara lain mesin dan peralatan

8
transportasi, tektil, besi dan baja, farmasi serta kertas.

Sumber daya alam yang penting dan menjadi tumpuan hidup penduduk

Myanmar adalah tanah yang subur. Myanmar banyak menghasilkan jenis

kayu jati dan kayu besi. Wilayah hutan tersebut terdapat disekitar kawasan

pegunungan bagian barat dan utara. Bahan galian yang terkandung di

Myanmar, antara lain minyak bumi di wilayah lembah Irawadi (kota Chauh),

timah putih di selatan Tanasserim, perak, timbal, seng, nikel, dan biji besi di

dataran tinggi Shan, dan batu permata di Korundum.

Negara Myanmar dulu dikenal sebagai Birma atau Burma, karena sejak

1972 menyebut negaranya dengan nama Republik Sosialis Uni Burma

(Dyadaungan Socialist Thammada Myanma Nainnggnan). Namun, secara

resmi perubahan nama dari Burma menjadi Myanmar dilakukan oleh

pemerintahan junta militer di bawah kepemimpinan Jenderal Saw Maung

pada tanggal 18 Juni 1989 dan ibukotanya dari Rangoon menjadi Yangon.

Seperti yang telah dicantumkan, ibu kota negara ini sebelumnya terletak di

Yangon sebelum dipindahkan oleh pemerintahan junta militer ke Naypyidaw

yang mempunyai arti “tempat tinggal para raja”, pada tanggal 7 November

2005. Di antara beberapa alasan terkait pemindahan ibukota Myanmar, ada

sebuah alasan klasik yaitu pemindahan tersebut dilakukan untuk mengikuti

sebuah tradisi myanmar pada masa dinasti yang gemar memindahkan kota.

Namun tentunya pemindahan ibukota negara tersebut telah menghabiskan

biaya yang cukup besar dan berpengaruh terhadap anggaran belanja negara.

Mata uang negara Myanmar adalah Kyat Myanmar. Myanmar adalah salah

9
satu dari sepuluh negara yang tergabung dalam ASEAN (Association of

Southeast Asian Nations) yang di dirikan pada tanggal 8 Agustus 1967.

Myanmar bergabung dengan ASEAN pada tanggal 23 Juli 1997.4

C. Sejarah Masuknya Islam di Burma

Sejarah awal mengenai Islamisasi di Burma, terdapat dua daerah besar

yang telah dapat dimasuki oleh orang-orang Arab, yakni daerah Pagan

(Bagan) dan daerah Arakan, dalam beberapa tulisan mengenai sejarah awal

masuknya Islam ke Burma dapat melihat dari kedua daerah ini, dimana

Arakan yang berada di sepanjang timur pesisir pantai Bengal dari sungai Naf,

telah lebih awal dimasuki oleh orang-orang Arab, faktor penyebanya adalah

ramainya arus perdagangan yang menghubungkan antara Timur Tengah dan

Asia Tenggara. Islam sampai di Myanmar melalui beberapa jalan. Para

pedagang Arab menetap di garis pantai Myanmar selama abad I tahun Hijriah

(abad VII Masehi), atau sesudahnya. Pada awalnya mereka menempati

kawasan disekitar pantai Arakan, dan kemudian ke selatan. Lebih belakangan,

para pedagang India dan Melayu telah efektif dalam menyebarkan Islam.

Akhirnya, para pengungsi dari Yunnan pada abad XIX menetap dibagian

Utara Myanmar.

Para pelaut Muslim, telah datang ke Burma pada abad ke sembilan. Pada

tahun 860 M, para pengelana dari Cina menemukan daerah koloni Persia

diperbatasan Yunnan. Pelancong dari Persia, Ibnu Khardabheh, pelancong

4
Achmad Syafrizal, Sejarah Islam Nusantara, Islamuna: Jurnal Studi Islam, Vol. 2, No. 2
(2015), h. 235.

10
dari Arab pada abad kesembilan, Suleiman, dan pelancong dari Persia abad

kesepuluh, Ibnal Faqih, dalam tulisan-tulisan mereka menyebut Burma

Selatan. Sejarawan Arab yang hidup di abad kesepuluh al Magdisi,

membicarakan hubungan yang di kembangkan Burma dengan India,

kepulauan Melayu, dan Srilanka. Sejarah Burma mencatat keberadaan orang-

orang Arab dimasa pemerintahan Raja Anawratha ( 1044-1077) yang bekerja

sebagai penunggang kuda kerajaan. Pengganti Anawratha, raja Sawlu (1077-

1088) dididik oleh seorang guru Muslim berkebangsaan Arab dan

mengangkat anak sang guru, Yaman Khan sebagai gubernur kota Ussa, yang

sekarang bernama Pegu. Sebuah konspirasi di lingkungan istana membuat

Yaman Khan memberontak. Usahanya untuk menguasai Pagan digagalkan

oleh Kyanzittha, saudara Sawlu, yang memperkenalkan suatu perkampungan

Muslim di pedalaman Burma lewat tawanan-tawanan Muslim asal India. Di

abad ketiga belas, ketika pasukan Kubilai Khan yang didominasi oleh tentara-

tentara Muslim, dibawah pimpinan Nasruddin, anak gubernur Yunnan,

menyerang daerah Pagan, keberadaan mereka di Burma kembali terasa.

Suatu negara Islam didirikan di Arakan, ketika Sultan Bengal yang

beragama Islam Naseeruddin Mahmud Syah (1442-1459), membantu raja

Sulayman Naramitha membangun negara Islam. Pemerintahan Muslim

berlangsung beberapa abad di Arakan dan meluas ke Selatan hingga mencapai

Moulmein pada masa pemerintahan sultan Salim Syah Rasagri (1593-1612

M). Bahasa Persia merupakan bahasa resmi bagi negara islam Arakan yang

beribukota di Myohaung. Pada tahun 1784, Burman Raja Bodawpaya

11
menaklukkan dan menguasai Arakan, memicu perang gerilya panjang yang

dilakukan oleh tentara Burman, diduga menewaskan lebih dari 200.000

Arakan dan diminta kerja paksa untuk membangun Candi Budha. Upaya

gagal pada tahun 1796 untuk menggulingkan pemerintahan Burman

mengakibatkan hampir dua-pertiga penduduk muslim Arakan pergi ke daerah

Chittagong. Pada tahun berikutnya antara 1824 dan 1826 oleh pendudukan

Inggris. Ketika Burma merdeka pada tahun 1948, Arakan dimasukkan

kedalam negara Burma.

Pada masa kekuasaan perdagangan Muslim di Asia Tenggara mencapai

puncaknya hingga sekitar abad ketujuh belas, kota-kota di pesisir Burma,

lewat koneksi kaum Muslim, masuk kedalam jaringan dagang kaum Muslim

yang lebih luas. Bahkan ketika dominasi kaum Muslim dibidang perdagangan

mulai surut, sebelum akhirnya hancur dibawah tekanan luar sebagai akibat

perubahan konstelasi politik internasional yang muncul dari rivalnya Eropa,

kaum Muslim tetap memainkan peran penting dikawasan ini. Mereka tidak

hanya aktif dibidang perdagangan, melainkan juga dalam pembuatan dan

perawatan kapal. Suatu ketika di abad ketujuh belas sebagian propinsi yang

terletak di jalur perdagangan dari Mergui ke Ayutthaya praktis dipimpin oleh

gubernur Muslim dengan para administratur tingginya juga Muslim. Sejak

abad kelima belas hingga pertengahan abad kedelapan belas, tentara kerajaan

Burma memasukkan kaum Muslim dalam unit pegawai kerajaan sebagai

pasukan artileri dan pasukan penembak. Selama pemerintahan raja Pagan-

Min (1846-1853), seorang Muslim diangkat menjadi gubernur Amarapura,

12
ibukota kerajaan pada waktu itu, yang memporoleh wewenang luas yang

diberikan oleh raja. Ditahun 1855, gubernur Pagan juga seorang Muslim.5

D. Dinamika Penduduk Burma

Myanmar merupakan salah satu negara yang berada di kawasan Asia

Tenggara yang hingga kini pemerintahannya dikuasai oleh militer. Setelah

memperoleh kemerdekaannya dari Inggris pada tahun 1948, pemerintahan

Burma berbentuk Republik bernama Union of Burma dengan Sao Shwe Thaik

sebagai Presiden pertama dan U Nu sebagai Perdana Menteri. Myanmar

merupakan negara terbesar kedua di ASEAN setelah Indonesia dengan jumlah

penduduk sekitar 60 juta jiwa. Myanmar lebih didominasi etnik Burma yang

secara etnis dekat dengan Tibet dan China. Etnik lainnya seperti Kharen,

Shan, Rakhine, Mon, Chin, Kachin dan kelompok etnis yang lebih kecil

lainnya menjadi ancaman keamanan di dalam negeri dan berkaitan dengan

gerakan separatis.

Pasca kemerdekaan Myanmar, sistem pemerintahan yang demokratis

sempat berlangsung beberapa lama, namun terhenti ketika pihak junta militer

yang dipimpin oleh Jenderal Ne Win melakukan kudeta di tahun 1958 hingga

1960. Demokrasi sempat bersemi kembali setelah pemilu tahun 1960 yang

dimenangkan oleh U Nu dengan partainya Union Party. Namun rezim militer

kembali mengambilalih pemerintahan sipil ditahun 1962. Kudeta militer

inilah yang menjadi awal dari keruntuhan demokrasi di Myanmar.

5
Ridwan Bustamam, Jejak Komunitas Muslim di Burma: Fakta Sejarah Yang Terabaikan,
Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 11, No. 2 (2013), h. 309–38.

13
Permasalahan demokrasi dan HAM ini pada akhirnya mengundang

perhatian masyarakat internasional. Bahkan berbagai desakan muncul agar

Myanmar dapat menyelesaikan permasalahan yang terjadi di negaranya.

Desakan dan ancaman internasional atas Myanmar secara tidak langsung

membawa dampak buruk bagi situasi dan kondisi domestik Myanmar itu

sendiri. Dampak dari sanksi ekonomi negara-negara Barat seperti Amerika

Serikat dan Uni Eropa selama 20 tahun lebih membuat perekonomian di

Myanmar semakin tidak berkembang dan terpuruk. Desakan yang muncul

ternyata tidak hanya berdampak terhadap Myanmar sendiri, namun juga akan

berdampak bagi organisasi regional yang menaungi serta negara-negara yang

berada di sekitarnya. Catatan buruk pelaksanaan demokrasi dan pelanggaran

HAM di Myanmar menimbulkan stigma negatif terhadap ASEAN.

Masyarakat internasional menilai bahwa ASEAN tidak mampu menegakkan

HAM dan demokrasi di kawasan Asia Tenggara.6

Peradaban awal di Myanmar termasuk penduduk berbahasa Tibeto-Burma

di Burma Utara dan Kerajaan Mon di Burma Selatan. Pada abad ke-9, orang

Bamar memasuki lembah atas Sungai Irrawaddy, diikuti dengan didirikannya

Kerajaan Pagan tahun 1050-an. Sejak saat itu, bahasa Burma, termasuk

budaya dan Buddha Theravada perlahan-lahan menjadi dominan di negara ini.

Kerajaan Pagan jatuh akibat invasi Mongol. Pada abad ke-16, setelah

disatukan oleh Dinasti Taungoo, negara ini sesaat pernah menjadi kekaisaran

6
Keifer, Demokratisasi di Myanmar, Angewandte Chemie International Edition, Vol. 6,
No. 11 (1967), h. 951–2.

14
terbesar dalam sejarah Asia Tenggara. Pada abad ke-19, Dinasti Konbaung

menguasai daerah yang didalamnya termasuk wilayah Myanmar modern saat

ini dan sesaat menguasai Manipur dan Assam. Inggris menguasai Myanmar

setelah 3 Perang Anglo-Burma pada abad ke-19 dan negara ini kemudian

menjadi koloni Inggris. Myanmar mendapatkan kemerdekaan tahun 1948,

awalnya sebagai negara demokrasi, tetapi setelah kudeta tahun 1962, negara

ini dikuasai militer.

Setelah mereka, negara ini banyak mengalami kekerasan etnis. Selama

periode ini, Perserikatan Bangsa-Bangsa dan banyak organisasi lainnya

melaporkan terus terjadi pelanggaran hak asasi manusia secara konsisten dan

sistematis. Pada tahun 2011, junta militer dibubarkan setelah pada tahun 2010

diadakan pemilihan umum, dan pemerintahan sipil dimulai. Hal ini,

bersamaan dengan dilepasnya Aung San Suu Kyi dan tahanan politik lainnya,

telah memperbaiki catatan hak asasi manusia dan hubungan luar negeri negara

ini, memungkinkannya terbebas dari sanksi ekonomi. Namun, negara ini

belum terbebas dari kritik akibat perlakuan pemerintah terhadap etnis

minoritas. Pada pemilihan umum 2015, partai Aung San Suu Kyi menang

mayoritas di parlemen. Namun, militer Myanmar tetap menjadi kekuatan

utama di politik.

E. Posisi Islam Dalam Undang-Undang Negara Burma

Keberadaan warga minoritas Muslim Rohingya tidak diakui oleh

Pemerintah Burma sebagai salah satu etnis asli Burma. Warga minoritas

Muslim Rohingya juga mengalami tindakan-tindakan diskriminatif baik dari

15
kaum mayoritas maupun dari pihak Pemerintah Burma sendiri. Terkesan

bahwa warga minoritas Muslim Rohingya tersebut tidak diinginkan di

negaranya sendiri. Oleh karena itu, Muslim Rohingya banyak melarikan diri

ke berbagai negara tetangga seperti Bangladesh, Indonesia, Malaysia dan

negaranegara tetangga Burma lainnya untuk mencari perlindungan. Masalah

yang muncul adalah tentang legalitas atas status kependudukan Rohingya di

Burma. Hukum kewarganegaraan yang berlaku di Burma semakin ketat dan

kompleks. Pada tahun 1982, Burma mengeluarkan undang-undang tentang

kewarganegaraan yang intinya menciptakan tiga kelas warga, yaitu warga

negara penuh (diberi hak penuh warga negara Burma), warga negara asosiasi

(warga negara gabungan dari warga lain) dan warga natura lisasi (warga asli).

Undang-Undang Kewarganegaraan Burma tahun 1982 secara langsung

mengatur tentang kendali Pemerintah junta militer Burma dalam memberikan

status kewarganegaraan ataupun menghapus status kewarganegaraan warga

negaranya yang mungkin disebabkan karena melakukan tindakan tercela atau

ketidaksetiaan pada negaranya. Keputusan tersebut bersifat mutlak dalam

kekuasaan penuh keputusan dalam negeri Burma yang menjadikan undang-

undang kewarganegaraan tesebut legal dan berkekuatan hukum.

Undang-undang kewarganegaraan Burma yang dibuat dan diterapkan pada

tahun 1982 berdampak pada berbagai aspek kehidupan warga Muslim

Rohingya, dari mulai aspek sosial, politik hingga aspek ekonomi. Kebijakan

yang berlandaskan ekonomi diberlakukan agar orang sejahtera (under

development). Walaupun kebijakan ini berlaku pula pada kelompok etnik

16
minoritas yang lain, namun, mempertimbangkan bahwa 60% populasi orang

Rohingya adalah kelompok yang tidak memiliki tanah dan tergantung bantuan

orang lain. Terkait dengan hilangnya pendapatan maka sangat berperan

ketidaktahanan pangan. Hal tersebut nampak sebagai usaha yang sengaja

untuk meningkatkan kelaparan dan memicu arus pengungsian. Pelaksanaan

perundang-undangan dari pemerintah junta militer Burma cenderung

digunakan untuk menjaga kepentingan militer dan kelas menengah sehingga

menimbulkan konflik. Oleh karena itu, terjadi benturan kepentingan dari para

korporat dalam hal ini kelas menengah dan distribusi manfaat perekonomian

kepada kelas bawah. Pemerintah junta militer mengeluarkan persetujuan

impor secara leluasa dan pemerintah junta militer Burma juga terlibat dalam

skandal seks dan korupsi.

Penerapan Hukum Kewarganegaraan Burma 1982 oleh Pemerintah

Myanmar terhadap warga Muslim Rohingya yaitu tidak diakuinya Rohingya

sebagai warga negara Burma sehingga menimbulkan diskriminasi terhadap

Muslim Rohingya dalam bidang ekonomi, bidang sosial, bidang politik, dan

bidang hukum. Diskriminasi di bidang ekonomi terhadap warga Muslim

Rohingya antara lain pengumpulan pajak terhadap Muslim Rohingya, kontrol

ekonomi sosial Muslim Rohingya.

F. Organisasi Keislaman di Burma

1. Organisasi Solidaritas Rohingya (RSO)

The Organisasi Solidaritas Rohingya ( RSO ) adalah Rohingya

organisasi politik didirikan pada tahun 1982, menyusul brutal operasi

17
militer skala besar yang dilakukan oleh Tatmadaw (Angkatan Bersenjata

Myanmar). Kelompok itu sebelumnya adalah organisasi militan, tetapi

secara militer telah mati sejak cabang bersenjata mereka bergabung

dengan Tentara Nasional Rohingya (RNA) pada tahun 1998. Pakar

regional di Negara Bagian Rakhine sebelumnya memperdebatkan

keberadaan RSO sebagai kekuatan militan aktif setelah awal 2000-an.

Pemerintah Myanmar menyalahkan RSO atas serangan di pos-pos

perbatasan pada Oktober 2016 sampai Arakan Rohingya Salvation Army

mengaku bertanggung jawab, yang menjadi dalih untuk "operasi

pembersihan" militer Burma yang menargetkan Rohingya dan membuat

hampir 750.000 orang mengungsi bersama dengan kekejaman massal

yang secara luas dianggap sebagai genosida. Pada awal 1990-an, kamp

militer Organisasi Solidaritas Rohingya (RSO) terletak di Distrik Cox's

Bazar di Bangladesh selatan . RSO memiliki persenjataan yang signifikan

dari senapan mesin ringan, senapan serbu AK-47, peluncur roket RPG-2,

ranjau dan bahan peledak claymore, menurut laporan lapangan yang

dilakukan oleh koresponden Bertil Lintner pada tahun 1991.

Pada 28 Oktober 1998, Organisasi Solidaritas Rohingya bergabung

dengan Front Islam Rohingya Arakan dan membentuk Organisasi

Nasional Rohingya Arakan (ARNO), beroperasi di pengasingan di Cox's

Bazaar. he Rohingya Tentara Nasional (RNA) didirikan sebagai sayap

bersenjatanya.

18
2. Front Islam Rohingya Arakan (ARIF)\

The Arakan Rohingya Islam depan ( ARIF ) adalah Rohingya

kelompok pemberontak yang aktif di utara negara bagian Rakhine ,

Myanmar (Burma). Kelompok itu terdiri dari pejuang Rohingya yang

dipimpin oleh Nurul Islam , seorang pengacara berpendidikan Yangon .

Kelompok tersebut dibentuk setelah menyatukan sisa-sisa Front Patriotik

Rohingya (RPF) dan fraksi yang membelot dari Organisasi Solidaritas

Rohingya (RSO) yang berada di bawah komando Nurul Islam. Pada 28

Oktober 1998, ARIF bergabung dengan RSO dan membentuk Organisasi

Nasional Rohingya Arakan (ARNO), beroperasi di pengasingan di Cox's

Bazar . The Rohingya Tentara Nasional (RNA) didirikan sebagai sayap

bersenjatanya.7

7
Mudji Hartono, Islam Menghadapi Junta Militer di Myanmar, September (2001), h. 11.

19
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Islam di Myanmar termasuk agama minoritas, dengan persentase sekitar

4% dari jumlah penduduk di seluruh Myanmar. Walupun pemeluk agama

Islam minoritas, tetapi mereka mepunyai pengaruh di berbagai bidang. Hal ini

terbukti dengan banyaknya jabatan penting di pemerintahan yang diduduki

oleh orang Islam. Mereka juga banyak menguasai bidang perdagangan,

diplomatik, administrasi, politik, bahasa, dan budaya. Islam sampai di

Myanmar melalui beberapa jalan. Para pedagang Arab menetap di garis pantai

Myanmar selama abad I tahun Hijriah (abad VII Masehi), atau sesudahnya.

Pada awalnya mereka menempati kawasan disekitar pantai Arakan, dan

kemudian ke selatan. Lebih belakangan, para pedagang India dan Melayu

telah efektif dalam menyebarkan Islam. Akhirnya, para pengungsi dari

Yunnan pada abad XIX menetap dibagian Utara Myanmar.

Penerapan Hukum Kewarganegaraan Burma 1982 oleh Pemerintah

Myanmar terhadap warga Muslim Rohingya yaitu tidak diakuinya Rohingya

sebagai warga negara Burma sehingga menimbulkan diskriminasi terhadap

Muslim Rohingya dalam bidang ekonomi, bidang sosial, bidang politik, dan

bidang hukum. Diskriminasi di bidang ekonomi terhadap warga Muslim

Rohingya antara lain pengumpulan pajak terhadap Muslim Rohingya, kontrol

ekonomi sosial Muslim Rohingya.

20
B. Saran

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekali kesalahan dan jauh

dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan

berpedoman pada banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka

dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan

makalah dalam kesimpulan di atas.

21
DAFTAR PUSTAKA

Achmad Syafrizal. (2015). Sejarah Islam Nusantara. Islamuna: Jurnal Studi

Islam, Vol. 2, No. 2.

Ismail Suardi Wekke et al. (2017). Muslim Minority in Myanmar: A Case Study of

Myanmar Government and Rohingya Muslims‟. Walisongo: Jurnal

Penelitian Sosial Keagamaan, Vol. 25, No. 2.

Jawahir Thontowi. (2013). Perlakuan Pemerintah Myanmar terhadap Minoritas

Muslim Rohingya Perspektif Sejarah dan Hukum Internasional. Pandecta :

Jurnal Penelitian Ilmu Hukum (Research Law Journal), Vol. 8, No. 1.

Keifer. (1967). Demokratisasi di Myanmar, Angewandte Chemie International

Edition, Vol. 6, No. 11.

Moh Nurhakim. (2004). Sejarah & Peradaban Islam.

Mudji Hartono. (2001). Islam Menghadapi Junta Militer di Myanmar.

Ridwan Bustamam. (2013). Jejak Komunitas Muslim di Burma: Fakta Sejarah

Yang Terabaikan. Jurnal Lektur Keagamaan, Vol. 11, No. 2.

Anda mungkin juga menyukai