Anda di halaman 1dari 19

PORTOFOLIO

KRISIS ROHINGYA

Disusun oleh:

Bunga Annisa
XII SOS 4

Guru bidang studi:


Dwi Anggawati S.Pd

SMA NEGERI 1 BABELAN


Tahun ajaran 2021/202
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat
menyelesaikan Portofolio Sejarah Indonesia untuk mencapai keberhasilan dalam mencapai nilai
yang maksimal.

Rasa terima kasih saya ucapkan kepada pihak pihak yang membantu dan juga kepada
guru bidang studi Sejarah Indonesia Dwi Anggawati, S.Pd yang telah membimbing saya untuk
menyelesaikan Portofolio Sejarah Indonesia. Portofolio ini berisikan tentang sejarah krisis
rohingya. Diharapkan makalah ini dapat memberikan informasi kepada kita semua tentang isi
Perkembangan Iptek di Indonesia dalam Bidang Komunikasi dan Informasi dan semoga dapat
bermanfaat bagi kita semua kedepannya.

Akhir kata, saya ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga terwujudnya portofolio ini. Penulisan portofolio ini masih kurang sempurna dari yang
seharusnya. Maka dari itu, dibutuhkan kritik dan saran supaya saya dapat mengetahui letak
kesalahan saya dan dapat memperbaiki dalam pembuatan portofolio selanjutnya. Semoga
portofolio ini dapat memenuhi harapan sebagai penunjang kegiatan belajar Sejarah Indonesia.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Bekasi, 22 Januari 2023

Penulis

10
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................3
BAB I............................................................................................................................................................5
PENDAHULUAN...........................................................................................................................................5
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................5
Rumusan Masalah...................................................................................................................................6
Tujuan Penelitian.....................................................................................................................................6
Manfaat Penelitian..................................................................................................................................6
BAB II...........................................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.............................................................................................................................................6
2.1 Latar Belakang Krisis Rohingya..........................................................................................................6
2.2 Faktor Penyebab dari Krisis Rohingya................................................................................................8
2.3 Dampak yang Timbul Akibat Krisis Rohingya...................................................................................11
2.4 Peran Indonesia dalam Menangani Krisis Rohingya.........................................................................12
2.5 Tutorial Pembuatan Video Pembelajaran........................................................................................14
BAB 3.........................................................................................................................................................16
PENUTUP...................................................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan......................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................17
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Etnis Rohingya merupakan penduduk minoritas Islam yang bermukim di provinsi
Arakan, kawasan Barat Laut Myanmar. Pasca kemerdekaan Myanmar, Rohingya
memegang peranan penting dalam pemerintahan Jenderal Aung San di Myanmar.
Rohingya adalah kelompok etnis minoritas Muslim yang telah hidup selama berabad-
abad di Myanmar yang mayoritas penduduknya beragama Budha - sebelumnya dikenal
sebagai Burma. Meskipun tinggal di Myanmar selama beberapa generasi, Rohingya
tidak diakui sebagai kelompok etnis resmi dan telah ditolak kewarganegaraannya sejak
1982, menjadikan mereka populasi tanpa kewarganegaraan terbesar didunia. Sebagai
populasi tanpa kewarganegaraan, keluarga Rohingya ditolak hak dan perlindungan
dasarnya dan sangat rentan terhadap eksploitasi, kekerasan berbasis seksual dan gender
(SGBV) dan pelecehan. Rohingya, yang berjumlah sekitar satu juta jiwa di Myanmar
pada awal 2017, adalah salah satu dari sekian banyak etnis minoritas di negara
tersebut. Muslim Rohingya mewakili persentase terbesar Muslim di Myanmar, dengan
mayoritas tinggal di negara bagian Rakhine. Mereka memiliki bahasa dan budaya sendiri
dan mengatakan bahwa mereka adalah keturunan pedagang Arab dan kelompok lain yang
telah berada di wilayah tersebut secara turun-temurun.

 pemerintah Myanmar, sebuah negara mayoritas Buddha, menyangkal


kewarganegaraan Rohingya dan bahkan mengecualikan mereka dari sensus tahun 2014,
menolak untuk mengakui mereka sebagai manusia. Ia melihat mereka sebagai imigran
ilegal dari Bangladesh. Sejak tahun 1970-an, Rohingya telah bermigrasi ke seluruh
wilayah dalam jumlah yang signifikan. Perkiraan jumlah mereka seringkali jauh lebih
tinggi daripada angka resmi. Sejak 25 Agustus 2017, lebih dari 700.000 pengungsi
Rohingya dari Myanmar telah mengungsi ke Bangladesh. Krisis pengungsi Rohingya ini
adalah salah satu pergerakan orang terbesar dan
tercepat dalam sejarah baru-baru ini. Rohingya, kelompok etnis minoritas yang sebagian
besar Muslim di Myanmar yang mayoritas beragama Buddha, melarikan diri dari apa
yang digambarkan oleh PBB sebagai kekerasan genosida yang terjadi setelah
penganiayaan dan pelanggaran hak asasi manusia selama beberapa dekade. Membanjiri
distrik Cox's Bazar di Bangladesh, para pengungsi bergabung dengan lebih dari 200.000
Rohingya yang melarikan diri bertahun-tahun sebelumnya. Saat ini, sekitar
880.000 pengungsi Rohingya tinggal di kamp pengungsi terbesar dan terpadat di dunia,
Kutupalong. Sekitar setengah dari pengungsi adalah anak-anak.

Rumusan Masalah
1. Bagaimana latar belakang terjadinya Krisis Rohingya?
2. Apa faktor penyebab dari Krisis Rohingya?
3. Dampak apa yang timbul akibat Krisis Rohingya?
4. Apa peran indonesia dalam menangani Krisis Rohingya?

Tujuan Penelitian
1. Mengetahui latar belakang terjadinya Krisis Rohingya
2. Mengetahui faktor – faktor penyebab terjadinya Krisis Rohingya
3. Mengetahui dampak yang ditimbulkan akibat dari Krisis Rohingya
4. Mengetahui peran indonesia dalam menangani Krisis Rohingya

Manfaat Penelitian
1. Mengetahui tentang Krisis Rohingya
2. Menjadi rujukan pembelajaran Sejarah Peminatan kelas 12
3. Menjadi bahan untuk mendapatkan nilai bagi penyusun di bidang studi Sejarah
Peminatan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Latar Belakang Krisis Rohingya


Krisis kemanusiaan yaitu kasus kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia
terhadap kelompok minoritas muslim Rohingya di Myanmar telah menyita perhatian
publik internasional. Eskalasi konflik yang meningkat antara Buddha Arakan dengan
muslim Rohingya memberikan gambaran yang buruk mengenai keseriusan pemerintah
Myanmar dalam penegakan hukum dan hak asasi manusia. Krisis Rohingya ini dipicu
oleh insiden pemerkosaan dan pembunuhan terhadap Ma Thida Htwe (27 tahun), seorang
gadis Buddhis Arakan, yang dilakukan oleh beberapa oknum muslim Rohingya pada Mei
2012. Insiden tersebut kemudian memicu gejala kebencian terhadap muslim Rohingya di
seluruh daerah Arakan. Beberapa hari setelah insiden itu, masyarakat Buddhis Arakan
membalas dengan memukuli dan membunuh 10 orang etnis Rohingya, dalam satu insiden
pencegatan dan pembunuhan penumpang bus antar-kota, hingga tewas di Taunggup.

Insiden pembunuhan itu menjadi awal bagi meningkatnya gejala kekerasan yang dan
pelanggaran hak asasi manusia yang dialami oleh muslim Rohingya. Kelompok Buddhis
Arakan, didukung oleh pendeta Buddha lokal dan aparat keamanan Myanmar, melakukan
berbagai tindakan kekerasan secara sistematis terhadap muslim Rohingya meliputi
pemukulan, pemenggalan, pembunuhan, pemerkosaan, pembakaran tempat tinggal,
pengusiran dan isolasi bantuan ekonomi. Berbagai tindakan kekerasan ini digunakan
sebagai cara untuk mengusir etnis Rohingya keluar dari Myanmar. Aksi anarkisme yang
dilakukan oleh masyarakat Arakan ini tidak mendapat perhatian serius dari pemerintah
Myanmar, khususnya perlindungan terhadap keberlangsungan hidup etnis Rohingya dan
penegakan hukum terhadap pelaku aksi-aksi kekerasan. Pemerintah Myanmar dinilai
sengaja mengambil kebijakan yang diskriminatif terhadap muslim Rohingnya dan adanya
dugaan upaya pembersihan etnis (ethnic cleansing) yang dilakukan oleh aparat keamanan
Myanmar kepada etnis Rohingya. Kehidupan etnis Rohingnya ini juga diawasi dan
dikendalikan pasukan penjaga perbatasan yang dikenal sebagai Nasaka, inisial nama
kesatuan tersebut dalam bahasa Burma. Unit Nasaka

3
terdiri dari perwira berbagai kesatuan seperti polisi, militer, bea cukai dan imigrasi.
Nasaka mengendalikan hampir setiap aspek dari kehidupan etnis Rohingya. Dokumentasi
pelanggaran hak asasi manusia melaporkan bahwa Nasaka bertanggungjawab dalam
kasus pemerkosaan, pemerasan dan kerja paksa. Etnis Rohingya tidak dapat melakukan
perjalanan antar kota atau mengurus pernikahan tanpa adanya perizinan dari Nasaka,
yang semuanya baru akan diurus setelah membayar uang suap. Menurut laporan United
Nations Office for the Coordination of Humanitarian Affairs, sekitar 180,000 orang
mendapatkan dampak dari dua gelombang kekerasan sektarian antara masyarakat
Buddhis Arakan dengan Muslim Rohingya di distrik Arakan Barat pada tahun 2012.
140,000 orang masih mengungsi, sebagian besar dari mereka adalah orang Rohingya
yang tinggal di 80 kamp dan shelter pengungsian. Sementara itu sekitar 36,000 orang
sisanya tinggal di 113 desa terpencil yang mengalami kesulitan akses untuk pelayanan
dasar. Sejumlah 167 orang tewas dalam insiden kekerasan (78 orang pada Juni dan 89
orang pada Oktober), 223 orang mengalami luka-luka (87 orang pada Juni dan 136 orang
pada Oktober) dan lebih dari 10,000 rumah dan bangunan hancur akibat insiden tersebut.

Sejak Oktober 2012 diperkirakan terdapat 785 orang pengungsi Rohingya tewas
tenggelam di laut dalam pelariannya untuk mencapai perairan Thailand, Indonesia,
Malaysia dan Australia, berbanding dengan 140 orang tewas pada tahun 2011. Sementara
di Bangladesh diperkirakan terdapat 300,000 orang pengungsi Rohingya, ungkap
Medecins Sans Frontieres (MSF), organisasi medis non-pemerintah asal Perancis.
Beberapa pengungsi lainnya mencoba mengungsi ke India, Nepal dan Timor Leste. Pada
saat yang bersamaan sekitar 2,000 orang Rohingya baik pria, wanita dan anak-anak
berada di shelter-shelter pengungsian di wilayah perbatasan Thailand. Pemerintah
Bangladesh melansir bahwa mereka telah menerima sekitar 25,000 orang Rohingya
dengan status pengungsi, yang mendapatkan bantuan dari PBB, ditempatkan di dua kamp
di sebelah tenggara Bangladesh. Diperkirakan masih terdapat antara 200,000 hingga
300,000 orang pengungsi Rohingya yang tidak terdaftar, tidak memiliki status dan hak-
hak legal sebagai pengungsi. Orang-

4
orang ini menetap di luar kamp pengungsian dan bergantung kepada masyarakat lokal
Bangladesh untuk bertahan hidup.

Berdasarkan laporan media, terdapat sekitar 90 orang tewas dan hampir 30,000 orang
Rohingya terusir akibat gelombang baru kekerasan setelah sekelompok ekstremis
menyerang dan membakar rumah dan perahu di daerah pemukiman muslim di Kyaukpyu
pada Oktober 2012. Sejumlah orang Rohingnya juga dibawa ke tengah laut melalui
perahu, tongkang dan kapal nelayan, dilaporkan lebih dari seratus orang tewas tenggelam
setelah kapal mereka diserang dan ditenggelamkan. Gambar satelit yang dipublikasikan
oleh Human Rights Watch mengindikasikan bahwa pembakaran terhadap pemukiman
Rohingya di Kyaukpyu telah direncanakan dan melibatkan unsur dari militer. Serangan
ini menyebabkan kerusakan di delapan distrik yang menghancurkan 4,000 rumah beserta
tempat peribadatan.

2.2 Faktor Penyebab dari Krisis Rohingya


1. Tanah Arakan yang kaya sumber daya alam

Tanah arakan yang didiami warga Rohingya merupakan sumber daya alam bagi
myanmar. Keberadaan orang-orang rohingya ini dianggap sebagai penggagu dan
mengambil jatah pekerjaan pribumi Myanmar di daerah arakan. Pengelolaan sumber daya
alamnya ditangani oleh erusahaan perancis yang memperkerjakan orang-orang rohingya
dan pribumi myanmar.

2. Krisis identitas orang-orang Rohingya

Salah satu Penyebab Konflik Rohingya adalah masalah identitas. Orang-orang ini
tidak mendapatkan tempat di manapun. Mereka tidak mempunyai kewarganegaraan,
namun bersikaeras untuk tetap tinggal di Myanmar. Nenek moyang mereka berasal dari
Bangladesh, namun itu sudah ratusan tahun yang lalu. Sejak 1400an ketika mereka tiba di
Myanmar. Kini tidak ada negara yang menerimanya.

5
3. Pemerkosaan dan pembunuhan yang dilakukan kepada pribumi Myanmar

Ada suatu kejadian yang membuat marah para kaum pribumi Myanmar di
Rakhine. Ma Thida Htwe, seorang gadis Buddha berumur 27 tahun, putri U Hla Tin, dari
perkampungan Thabyechaung, Desa Kyauknimaw, Yanbye, ditikam sampai mati oleh
orang tak dikenal. Orang yang tak dikenal tersbut dituduh adalah seorang muslim dari
etnis rohingya. Namun beberapa sumber hal itu hanyalah fitnah, karena sang pembunuh
adalah pacar sendiri. Kasus tersebut kemudian dilaporkan ke Kantor Polisi Kyauknimaw
oleh U Win Maung, saudara korban. Kantor polisi memperkarakan kasus ini dengan
Hukum Acara Pidana pasal 302/382 (pembunuhan / pemerkosaan). Lalu Kepala
kepolisian distrik Kyaukpyu dan personil pergi ke Desa Kyauknimaw pada 29 Mei pagi
untuk pencarian bukti-bukti lalu menetapkan tiga tersangka, yaitu Htet Htet (a) Rawshi
bin U Kyaw Thaung (Bengali/Muslim), Rawphi bin Sweyuktamauk (Bengali/Muslim)
dan Khochi bin Akwechay (Bengali/ Muslim).

4. Pemerintah Myanmar tidak mengakui Rohingya

Pemerintah Myanmar menganggap Muslim Rohingya adalah imgran haram yang


datang dari Bangladesh. Pemerintah Myanmar mengatakan masuknya warga pada 1950,
yaitu setelah Myanmar menjadi negara berdaulat. Meskipun beberapa catatan sejarah
menunjukan meraka telah berada disana sejak 1400an melalui kegiatan perdagangan.
Namun pemerintah Myanmar tidak mengakui catatan sejarah itu.

5. Kampung halaman Bangladesh tidak mengakui Rohingya

Negara nenek moyang Rohingya dengan tegas mengatakan bahya etnis Rohingya
yang berada di Myanmar bukanlah warga negaranya, dan melarang warga negaranya
yang memeberi bantuan kepada warga rohingya di Myanmar, termasuk memberi tempat
pengungsian. Hal ini tentu sangat menyakitkan bagi warga rohingnya di Myanmar yang
tidak memiliki tempat untuk berdiam setelah diusir dari “rumahnya”. Rohingya Myanmar
akan terus menjadi penduduk kapal bila tidak ada negara yang mengakuinya.
6. Pembantaian 10 muslim dalam bis

Menurut berita harian New Light mengabarkan bahwa beredar foto-foto dan
informasi bahwa menurut seraoang wanita dengan yang menjadi korban dengan bukti
forensik polisi dan juga saksi mata yang melihat tubuh korban, ia diperkosa beberapa kali
oleh tiga pemuda Bengali Muslim dan tenggorokannya digorok, dadanya ditikam
beberapa kali dan organ wanitanya ditikam dan dimutilasi dengan pisau.

Setelah itu lebih dari seribu massa marah dan hampir menghancurkan kantor
polisi di mana tiga pelaku ditangkap. Lalu stelahnya terjadi kasus terburuk dan pemicu
tragedi Ronghya adalah pembantaian terhadap 10 orang Muslim peziarah yang ada dalam
sebuah bus di Taunggup dalam perjalanan dari Sandoway ke Rangoon pada tanggal 4
Juni

7. Lemahnya penegakkan Hak Azasi Manusia di Myanmar

Salah satu tokoh penting Myanmar dalam penegakan Demokrasi adalah Aung San
Suu Kyi. Wanita tangguh ini mendapatkan nobel perdamaian pada 1991 atas usahanya
itu. Namun meskipun memiiki tokoh sekaliber pemenang nobel perdamaian, tidak
membuat negara ini menjadi adil pada tiap-tiap warganya. Bahka sang pemenang nobel
ini tampak tenang ketika kasus Rohingya merebak keseluruh dunia.Hak Asasi Manusia
adalah perihal hakiki dalam membangun suatu negara yang demokratis. Alih-alih
menjalankan negaranya dengan demokrasi yang baik, militer terus mengintervensi
pemerintahan sehingga beberapa keputusan tetap ditangan militer. Begitu juga dengan
kasus Rohingya. Mereka yang tidak mendapat pengauan kewarga negaraan menjadi
objek bulan-bulanan militer Myanmar.

8. Keadaan negara yang dipimpin militer

Pemerintahan Myanmar dijalankan oleh junta militer. Yang mana pemerintahan


dijalankan secara diktator dan apa yang tidak disukai oleh pemerintah akan diberangus.
Seperti itu dengan keadaan para etnis rohingya. Kelompok masyarakat yang tidak
mendapat pengakuan dari pemerintah itu harus mendapat diskriminasi hingga perlakuan
buruk.
2.3 Dampak yang Timbul Akibat Krisis Rohingya
1. Dalam Bidang Politik

Bidang politik Ketika militer Myanmar melakukan upaya pembersihan etnis


Rohingya pada akhir Agustus 2017, Bangladesh pada awalnya enggan membuka
perbatasannya. Akan tetapi, karena desakan dari pihak internasional, Perdana Menteri
Sheikh Hasina pun mengalah dan membuka perbatasannya agar etnis Rohingnya dapat
mengungsi ke negaranya. Di sisi lain, Bangladesh belum mampu mengatur dukungan
diplomatik internasional yang diperlukan untuk mengakhiri kasus Rohingya. Hasina
sempat mengupayakan pemulangan etnis Rohingya dengan mengadakan diskusi bersama
pemerintah Myanmar. Namun, upaya pemulangan etnis Rohingnya selalu saja menemui
jalan buntu.

2. Dalam Bidang Keamanan

Kelompok militan Arakan Rohingya Salvation Army (ARSA), yang serangannya


memicu insiden pada 2017 lalu, bersikeras melanjutkan kampanye untuk memberontak
pemerintah Myanmar. Hal ini membuat badan keamanan Bangladesh khawatir, bahwa
ARSA akan terus merekrut pengikut dan menggunakan kamp sebagai basis pertempuran
lintas batas. Selain itu, pemerintah Bangladesh pun waswas apabila ARSA memiliki
kaitan dengan organisasi teroris regional maupun internasional.

4. Dalam Bidang Ekonomi

Kedatangan pengungsi Rohingya dalam jumlah sangat besar menimbulkan


dampak serius bagi perekonomian Bangladesh. Sebagai negara kecil dan hanya terdiri
dari dataran rendah, kedatangan etnis Rohingya membuat negara ini semakin penuh sesak
dan kekurangan sumber daya. Sedangkan bantuan kemanusiaan dari dunia internasional
yang mengalir juga tidak mencukupi. Kota pesisir dan pantai Cox's Bazar yang dulunya
menjadi tujuan wisata utama Bangladesh, sekarang dibanjiri oleh para pekerja
kemanusiaan asing. Selain itu, banyak buruh harian dan penduduk setempat yang
mengeluh karena kenaikan

8
harga barang-barang pokok. Mereka juga banyak yang kehilangan pekerjaan karena
para pengungsi bersedia menerima upah yang jauh lebih rendah.

5. Dalam Bidang Sosial

Para pengungsi telah mengubah demografi wilayah Ukhia dan Teknaf di


Bangladesh, di mana pengungsi Rohingya sekarang jumlahnya dua kali lebih banyak dari
penduduk lokal. Selain itu, tingkat kelahiran etnis Rohingya juga jauh lebih tinggi
daripada penduduk Bangladesh sendiri. Padahal, bayi yang lahir itu menghadapi risiko
kekurangan gizi, penyakit, dan kematian karena ketidakjelasan nasib para pengungsi.
Pekerjaan pemerintah Bangladesh pun bertambah banyak karena para pengungsi juga
berisiko untuk terjerumus dalam perdagangan manusia.

6. Bagi Lingkungan

Derasnya arus pengungsi Rohingya yang masuk ke Bangladesh dalam empat


tahun terakhir telah menyebabkan kerusakan lingkungan dan hilangnya lahan berhutan.
Pasalnya, untuk membangun pemukiman etnis Rohingya, hutan lindung terpaksa dibuka
dan pohon-pohonnya digunakan sebagai kayu bakar. Daerah yang sebelumnya dihuni
gajah liar kini tandus. Begitu pula dengan lahan yang subur, hijau, dan berbukit dengan
cepat berubah menjadi hamparan tanah yang ditutupi tenda pemukiman. Aktivitas para
pengungsi juga membuat sumber air tanah cepat habis dan terkontaminasi. Selain itu,
polusi udara di Ukhia dan Tekfnaf meningkat karena asap dari kayu bakar para pengungsi
dan knalpot dari ribuan kendaraan yang membawa orang ataupun barang ke kamp.

2.4 Peran Indonesia dalam Menangani Krisis Rohingya

Indonesia menujukan peran dan menunjukan dirinya peduli dalam membantu


menangani masalah etnis rohingya  dikarenakan garis besar politik luar negeri indonesia
berlandaskan pada Undang-undang dasar 1945, yaitu menjaga perdamaian dunia dan
perdamaian abadi yang berdasarkan pada keadilan sosial.  Indonesia sangat mengencam

9
dan mengutuk keras atas tindakan Myanmar yang melakukan ethnic cleansing serta
diskriminasi terhadap etnis rohingya.

Pemerintah melalui Menlu yang bekerja sama dengan masyarakat sipil telah
memberikan bantuan kemanusiaan berupa pakaian,alat tidur,tempat penampungan
air,makanan serta tenda untuk menampung pengungsi terhadap etnis rohingya baik yang
telah mengungsi ke bangladesh maupun yang berada di wilayah Rakhine. Selain dari
itu,kementerian kesehatan mengirimkan bantuan yang berupa obat-obatan sebanyak 1 ton
bagi pengungsi yang mengidap penyakit.  Kerja sama antara Menlu dan masyarakat sipil
tersebut dikepalai oleh dua organisasi islam besar di indonesia,muhamamadiyah dan
Nahdatul ulama (NU). Kerjasama tersebut mempunyai tujuan utama yaitu agar
pemerintah tetap terlibat disetiap masalah rohingya walaupun tidak terlalu banyak
memberikan pengaruh terhadap kebijakan Myanmar diwilayah Rakhine serta
memberikan jalan kepada para organisasi non pemerintah (NGO) indonesia untuk andil
dalam membantu rohingya dalam bentuk bantuan kemanusiaan.

Tidak hanya memberikan bantuan kemanusiaan  indonesia juga melakukan


diplomasi dengan pemerintah Myanmar, dengan menawarkan solusi kepada pemerintah
myanmar serta menyinggung isu rohingya di forum-forum internasional. Indonesia
membentuk sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang bertugas dibidang
kemanuasiaan pada tanggal 13 agustus 2017. LSM ini bernama Aliansi Kemanusiaan
Indonesia untuk Myanmar (AKIM) yang mempunyai tugas untuk membantu krisis
kemanusiaan di Myanmar. AKIM ini beranggotakan Nahdlatul Ulama,
Muhammadiyah,PKPU,aksi cepat tanggap dan palang merah indonesia. AKIM ini
mempunyai program kerja Humanitarian Assitance for sustainable community untuk
myanmar. Dalam program HASCO ini hanya memberikan bantuan kemanusiaan serta
pengembangan kapasitas untuk masyarakat dan area yang terkena dampak konflik di
rakhine.
Gama, S. G. (2020, Desember 3). Retrieved from Krisis Rohingya di Myanmar:
https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/03/130323969/krisis-rohingya-di-myanmar?
page=all#page2

Gama, S. G. (2020, Desember 03). Krisis Rohingya di Myanmar. Retrieved from


https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/03/130323969/krisis-rohingya-di-myanmar?
page=all#page2

Gama, S. G. (2020, Desember 3). Krisis Rohingya di Myanmar. Diambil kembali dari Krisis Rohingya di
Myanmar: https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/03/130323969/krisis-rohingya-di-
myanmar?page=all#page2

prabowo, G. (2020). Krisis Rohingya di Myanmar. Kompas.Com.

2.5 Tutorial Pembuatan Video Pembelajaran


 Alat-alat yang digunakan untuk pembuatan video pembelajaran :
1. Laptop : untuk merekam ppt dan mengedit video
 Software yang digunakan untuk pembuatan video pembelajaran :
1. Microsoft : untuk membuat ppt
2. Canva : untuk merekam ppt dan mengedit video
 Langkah-langkah pembuatan video pembelajaran :
1. Mencari materi untuk membuat ppt, disini saya mencari materi dengan menggunakan
google dan scan QR code di buku modul.
2. Setelah itu masukan materi tersebut ke dalam ppt
3. Jika sudah selesai membuat ppt, buka Canva untuk memulai merekam video
pembelajaran lalu tekan start recording
4. Jika sudah selesai di rekam, tekan stop recording. Kemudian buka yang menyimpan
video hasil rekaman tadi
5. Buka CapCut, lalu import hasil record video tadi untuk diedit

6. Video Pembelajarannya sudah jadi dan siap untuk di upload di YouTube


BAB 3
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Krisis Rohingya di Myanmar membuktikan bahwa krisis tersebut memiliki akar historis
yang cukup lama. Seiring berjalannya waktu dinamika sistem politik di Myanmar selepas
pendudukan Inggris telah mengubah kedudukan etnis Rohingya yang mengidentifikasi Rohingya
sebagai bukan warga negara Myanmar. Pelucutan hak-hak dasar etnis Rohingya telah memicu
suatu bencana kemanusiaan yang menyebabkan arus pengungsi di kawasan diikuti dengan
berbagai potensi dampaknya. Terjadinya krisis Rohingya mencerminkan bahwa penegakan nilai-
nilai HAM di Asia Tenggara masih membutuhkan perhatian lebih serius dalam mengejar
ketertinggalan dari kawasan lain. Meski tidak dapat dipungkiri upaya penegakan nilai-nilai HAM
di Asia Tenggara telah melalui perjalan yang panjang.
DAFTAR PUSTAKA

Kompas.com. (2021, September 20). Dampak Krisis Rohingya bagi Bangladesh. Retrieved from
https://www.kompas.com/stori/read/2021/09/20/130000179/dampak-krisis-rohingya-bagi-
bangladesh?page=all#page2

ock, R. (2017, Agustus 8). 8 Penyebab Konflik Rohingya di Myanmar. Retrieved from
https://hukamnas.com/penyebab-konflik-rohingya

prabowo, G. (2020). Krisis Rohingya di Myanmar. Kompas.Com.

Reid, K. (2021, Maret 25). Rohingya refugee crisis: Facts, FAQs, and how to help. Retrieved from
https://www.worldvision.org/refugees-news-stories/rohingya-refugees-bangladesh-
facts#:~:text=This%20Rohingya%20refugee%20crisis%20is%20among%20the%20largest
%2C,follows%20decades%20of%20persecution%20and%20human%20rights%20abuses.

Alwahida. (2017, Januari 8). makalah peran Indonesia Dalam Mewujudkan Perdamaian Dunia.
Retrieved from
https://www.academia.edu/38553684/makalah_peran_Indonesia_Dalam_Mewujudkan_Perda
maian_Dunia

BBC News. (2020, Januari 23). Myanmar Rohingya: What you need to know about the crisis. Retrieved
from https://www.bbc.com/news/world-asia-41566561

Gama, S. G. (2020, Desember 3). Retrieved from Krisis Rohingya di Myanmar:


https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/03/130323969/krisis-rohingya-di-myanmar?
page=all#page2

Gama, S. G. (2020, Desember 03). Krisis Rohingya di Myanmar. Retrieved from


https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/03/130323969/krisis-rohingya-di-myanmar?
page=all#page2

Gama, S. G. (2020, Desember 3). Krisis Rohingya di Myanmar. Diambil kembali dari Krisis Rohingya di
Myanmar: https://www.kompas.com/skola/read/2020/12/03/130323969/krisis-rohingya-di-
myanmar?page=all#page2

Anda mungkin juga menyukai