Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HUKUM INTERNASIONAL

Oleh :

Komang Danan Prayudhi Dharma Yasa

2004551506

REGULER SORE (Z)

Dosen Pengampu :

Anak Agung Sri Utari, S.H., M.H.

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS UDAYANA

2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah memberikan karunia-
Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Peran Hukum
Internasioal Dalam Penyelesaian Kasus Islam Rohingya”.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
Anak Agung Sri Utari, S.H., M.H. pada mata kuliah Hukum Internasional. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Hukum Internasional bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Singraja, 24 Maret 2021

Komang Danan Prayudhi Dharma Yasa


DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
I.II Latar Belakang..................................................................................................................4
I.II Rumusan Masalah............................................................................................................5
BAB II........................................................................................................................................6
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................6
II.I Perbedaan perlakuan Rohingya Dengan Etnis Lain.......................................................................6
II.II Peran PBB Dalam Penyelesaian Kasus Rohingya..........................................................................7
II.III Peran Hukum Internasional........................................................................................................7
BAB III....................................................................................................................................................9
PENUTUP...............................................................................................................................................9
III.1 kesimpulan.................................................................................................................................9
III.II Sumber Hukum...........................................................................................................................9

BAB I
PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang


Latar belakang deskriminasi terhadap etnis Rohingya tidak hanya berasal dari
sentiment agama, namun juga kepentingan politik dan ekonomi. Berikut beberapa
latar belakang krisis Rohingya di Myanmar :

 Etnis Rohingya memiliki status yang berbeda dibandingkan etnis minoritas lainnya
 Etnis Rohingya dianggap sebagai imigran gelap dari Bangladesh
 Etnis Burma di Myanmar tidak bersaing dengan Rohingya di bidang perekonomian
 Kecemburuan Etnis Rakhine terhadap Enis Rohingya

Pada masa rezim militer Myanmar hingga tahun 2000, Etnis Rohingya
mendapat perlakuan deskriminatif berskala besar. Kebijakan diskriminatif terlihat dari
penyitaan tanah Etnis Rohingya untuk membangun perumahan masyarakat beragama
Buddha dan puncaknya pada tahun 2017, militer Myanmar melakukan upaya
pembersihan Etnis Rohingya. Setelah itu, Etnis Rohingya mengungsi ke negara Asia
Tenggara dan Asia Selatan dan dewasa ini, Ketika terjadi konflik di Myanmar yang
dimana terjadi pengkudetaan terhadap pemerintahan myamnar oleh para militernya
etnis Rohingya malah mendengar ini sebagai sebuah hal yang baik karena apa yang
dulu sampai sekarang dilakukan oleh pemerintah telah menyebabkan etnis rohingnya
geram dan kecewa. Saya membahas masalah ini karena ingin mendalami sampai
mana peran hukum internasional dalam permasalahan ini.

I.II Rumusan Masalah


1. Mengapa Etnis Rohingya mendapat perlakuan yang berbeda daripada etnis
lainnya?
2. Apakah dalam hal ini PBB, bisa ikut campur dalam penanganan masalah kasus
ini?
3. Bagaimana peran hukum internasional dalam kasus ini?
BAB II

PEMBAHASAN

II.I Perbedaan perlakuan Rohingya Dengan Etnis Lain

Timbul pertanyaan kenapa etnis Rohingya mendapatkan perlakuan diskriminatif dari


pemerintah Myanmar yang sebenarnya terdapat banyak juga etnis minoritas selain Rohingya.
Etnis Rohingya tak diakui sebagai warga negara, mereka kesulitan memperoleh akses
Kesehatan, Pendidikan dan perumahan yang layak dan kekerasan juga terus saja terjadi.
Secara umum orang berpendapat bahwa krisis Rohingya di Myanmar adalah karena masalah
agama. Namun menurut kepala bidang penelitian pada South Asia Democratic Forum,
Siegfried O Wolf, krisi ini lebih bersifat politis dan ekonomis. Dari sisi geografis, penduduk
Rohingya adalah sekelompok penganut Muslim yang jumlahnya sekitar satu juta orang dan
tinggal di negara bagian Rakhine. Wilayah Rakhine juga ditempati oleh masyarakat yang
mayoritas memeluk agama Budha.

Rakhine dikenal sebagai wilayah yang kaya akan sumber daya alam. Tetapi hal itu
menjadi timpang ketika pada kenyataannya tingkat kemiskinan di sana ternyata tinggi.
"Komunitas warga Rakhine merasa didiskriminasi secara budaya, juga tereksploitasi secara
ekonomi dan disingkirkan secara politis oleh pemerintah pusat, yang didominasi etnis Burma.
Dalam konteks spesial ini, Rohingya dianggap warga Rakhine sebagai saingan tambahan dan
ancaman bagi identitas mereka sendiri. Inilah penyebab utama ketegangan di negara bagian
itu, dan telah mengakibatkan sejumlah konflik senjata antar kedua kelompok," kata Siegfried
O Wolf saat diwawancarai oleh media Jerman Deutsche Welle (DW). Mayoritas warga
Rakhine menilai Rohingya sebagai saingan dalam hal mencari pekerjaan maupun untuk
kesempatan untuk berwirausaha.

Dari permasalahan politik, warga Rakhine merasa jika kaum Rohingya telah
mengkhianati mereka lantaran tidak memberikan suara bagi partai politik mayoritas
penduduk setempat. "Jadi bisa dibilang, rasa tidak suka warga Buddha terhadap Rohingya
bukan saja masalah agama, melainkan didorong masalah politis dan ekonomis," kata Wolf.
Hal ini diperburuk oleh sikap pemerintah Myanmar yang bukannya mendorong rekonsiliasi,
tetapi malah mendukung kelompok fundamentalis Budha. Umat Budha di dunia sendiri
mengutuk kekerasan yang dilakukan kelompok garis keras di Myanmar. Tahun 2014 lalu,
Dalai Lama meminta Umat Budha menghentikan kekerasan di Myanmar dan Sri Lanka.

II.II Peran PBB Dalam Penyelesaian Kasus Rohingya

Rentetan kekerasan terhadap muslim Rohingya pada dasarnya sudah memenuhi


definisi untuk disebut pembersihan etnis dalam pengertian Konvensi Perserikatan Bangsa-
Bangsa 1948 tentang genosida. Pasal 2 konvensi menyatakan genosida berarti perbuatan
dengan tujuan menghancurkan, baik keseluruhan maupun sebagian, sebuah bangsa, etnis, ras,
dan kelompok agama dengan cara membunuh atau membatasi hak-hak dan kebebasan
mereka. Konvensi ini juga menyebutkan, di bawah mandat Pasal 6 dan 8 Piagam PBB 1945,
PBB mempunyai tanggung jawab melakukan tindakan untuk melindungi sebuah populasi dari
genosida dan kejahatan kemanusiaan lain. Salah satu prosedurnya melalui resolusi Dewan
Keamanan PBB dan Majelis Umum PBB.

Namun, dalam kasus krisis Rohingya di Rakhine, PBB secara kelembagaan hanya
mengeluarkan dua kali resolusi. Pertama, resolusi Dewan Keamanan PBB bernomor
S/2007/14 pada 12 Januari 2007. Kedua, resolusi Dewan HAM PBB tentang tim pencari
fakta atas konflik Rakhine pada 26 Maret 2017. Meski PBB mengirim tim pencari fakta pada
Januari 2017 setelah eskalasi konflik pada 2016, tetapi dua resolusi PBB itu belum berhasil
memecahkan persoalan. Banyak hambatan dalam pelaksanaan resolusi.

II.III Peran Hukum Internasional

Peran hukum internasional disini adalah sebagai sumber hukum dari sebuah
permasalahan, tindakan ini termasuk Genosida dan pelanggaran Hak Asasi Manusia. Di dunia
internasional, isu mengenai Hak Asasi Manusia (HAM) diatur dalam perjanjan – perjanjian
internasional, diantaranya adalah Universal Declaration of Human Rights (UDHR), Statuta
Roma, International Covenant on Civil and Political Rights (ICCPR), International Covenant
on Economic, Social, and Cultural Rights (ICESCR), Convention on the Rights of Child
(CRC), Convention on the Elimination of All Forms of Discrimination against Women
(CEDAW) dan International Convention on the Elimination of All Forms of Racial
Discrimination (ICERD).

Dalam mengatasi kasus yang dilakukan oleh Myanmar kepada etnis Rohingya, dapat
diatasi melalui ICC atau International Criminal Court dengan catatan Myanmar meratifikasi
seluruh perjanjian internasional mengenai HAM yang telah disebutkan diatas. Tetapi,
Myanmar tidak meratifikasi seluruh perjanjian internasional tersebut sehingga Myanmar
tidak terikat dan bertanggung jawab. Hal ini yang menyebabkan tidak dapat berjalannya
proses hukum. Meskipun begitu, dalam pasal 17 ayat (1) huruf (a) yang mengatakan
“Kasusnya sedang diselidiki atau dituntut oleh suatu negara yang mempunyai jurisdiksi atas
kasus tersebut, kecuali kalau negara tersebut tidak bersedia atau benar-benar tidak dapat
melakukan penyelidikan atau penuntutan”. Menurut pasal ini, ICC dapat mengambil alih
kasus ini dan menetapkan sanksi hukum terhadap Myanmar yang berbentuk pengenaan
prinsip tanggung jawab pidana individu (individual criminal responsibility) yang terdapat
dalam pasal 25, serta tanggung jawab komandan dan atasan (commander and superior
responsibility) yang terdapat dalam pasal 27.
BAB III

PENUTUP

III.1 kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah dalam kasus genosida idan pelanggaran HAM
yang dilakukan Myanmar terhadap masyarakat Rohingya harus cepat diselesaikan.
Pemerintah Myanmar harus mengambil Langkah tegas untuk rakyatnya sendiri semi
menjamin hak untuk hidup dan berkembang. Dan disini PBB juga tidak dapat meneruskan
kasus ini kepada Mahkamah Pidana Internasional walau[un terbukti melanggar, dan disini
PBB hanya bisa menjadi mediator dan memberikan usulan kepada kedua belah pihak dalam
kasus ini.

III.II Sumber Hukum

 Pasal 2 dan pasal 18 Universal Declaration Of Human Righ (UDHR)


 Pasal 6 dan pasal 7 Statuta Roma
 Passal 17 aya (1) huruf (a) Statuta Roma
DAFTAR PUSAKA

Anda mungkin juga menyukai