Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat limpahan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah ini.
Judul yang penulis angkat dalam makalah ini adalah “KERUKUNAN ANTAR
UMAT BERAGAMA”.
Dalam makalah ini penulis akan membahas tentang bagaimana Konsep
kerukunan antar umat beragama dalam perspektif agama hindu, bagaimana
agama merupakan rahmat Tuhan dan konsep kebersamaan dalam pluralitas
beragama menurut agama hindu.
Tak ada gading yang tak retak, penulis menyadari bahwa makalah penulis
kali ini masih mempunyai kekurangan. Karena itu, saran dan kritik yang
membangun dari para pembaca dan pihak yang terkait sangat penulis harapkan
demi penyempurnaan isi dari makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Denpasar, 1 Desember 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ………………………………………………………… 1


DAFTAR ISI ………………………………………………………………….. 2
BAB I PENDAHULUAN ………………………………………………… 3
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………….. 3

1.2 Rumusan Masalah ………………………………………………………. 4

1.3 Tujuan …………………………………………………………………… 4

1.4 Manfaat …………………………………………………………………. 4

BAB II PEMBAHASAN ………………………………………………….. 5


2.1 Kerukunan Antar Umat Beragama ………………………………………... 5
2.1.1 Butir-Butir Kerukunan (Menurut Perspektif Hindu) ……………… 6
2.2 Agama Merupakan Rahmat Bagi Semua (Dalam Perspektif Hindu) ……... 8
2.2.1 Definisi Agama Hindu …………………………………………….. 9
2.2.2 Memahami Rahmat Hindu …………………………………………9
2.3 Kebersamaan dalam Pluralitas Beragama ………………………………….12
2.3.1 Konsep Toleransi Beragama ……………………………………..... 12
BAB III PENUTUP ………………………………………………………… 14
3.1 Kesimpulan ………………………………………………………………. 14
3.2 Saran ……………………………………………………………………… 14
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………… 15

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menyimak berbagai kerusuhan yang terjadi selama ini kita melihat betapa
beragam bentuk perwujudannya dan betapa pula kompleksitas faktor
penyebabnya. Kerusuhan-kerusuhan yang terjadi di berbagai tempat itu
terwujud dalam berbagai bentuk kekerasan, penjarahan, dan perusakan, tidak
hanya terhadap milik pribadi akan tetapi juga milik pemerintah atau negara
bahkan simbol-simbol keagamaan. Kita ragu menyatakan bahwa kerusuhan itu
merupakan konflik agama (semata) namun sulit untuk menafikannya sama
sekali sebab perusakan sejumlah rumah-rumah ibadah yang dianggap sakral
dan merupakan simbol kehadiran sebuah agama dan komunitas para
pemeluknya terjadi. Kemungkinan faktor-faktor lain berperan sebagai sumber
penyebabnya juga sukar dibantah. Misalnya masalah kaum pendatang dan
penduduk asli tampak kentara dalam kasus Sambas, Kupang, Ambon, Poso di
Indonesia, beberapa negara di Asia dan di belahan dunia ini. Kalau dalam
semua kasus ini ada bias perbedaan agama kasus yang terjadi di beberapa
tempat justru terjadi antara dua suku yang seagama. Mungkin saja kasus- kasus
ini sedikit banyak mengandung nuansa kesenjangan ekonomi karena kaum
pendatang biasanya bekerja lebih ulet dan lebih berhasil sehingga menguasai
sektor perekonomian lokal. Lalu ada juga yang berkaitan dengan konflik antara
rakyat dan penguasa yang mengisyaratkan gejala ketidakpercayaan terhadap
aparat keamanan dan pemerintahan. Perusakan markas-markas Polisi dan
Kantor- kantor Pemerintah dari Tingkat Desa hingga Kabupaten/Kota
(exekutif) dan juga Dewan Perwakilan Rakyat (legislatif) memperlihatkan
kecenderungan itu. Kasus-kasus kerusuhan di atas memperlihatkan bahwa
salah satu tantangan serius yang dihadapi dunia saat ini adalah fenomena
munculnya budaya kekerasan.
Fenomena ini sungguh sangat mencemaskan. Ironisnya adalah bahwa
gejala sadisme ini tidak hanya dilakukan oleh masyarakat yang mudah main
hakim sendiri dengan melakukan bukan hanya sekedar tindakan-tindakan
kekerasan akan tetapi juga tindakan kekejaman dan kebengisan yang dilakukan
oleh aparat negara seperti sering diungkapkan oleh mereka yang mengalami
siksaan ketika diinterogasi. Bahkan kasus yang dapat dikatakan sebagai
“kekerasan yang dilakukan oleh negara”. Budaya kekerasan ini ikut mewarnai
berbagai kerusuhan akhir-akhir ini sebagaimana terlihat dari korban-korban
yang terbunuh bahkan secara sangat mengenaskan. Berbagai kerusuhan sosial

3
apalagi budaya kekerasan mengisyaratkan bahwa kemampuan rakyat untuk
menangani pluralitas masyarakat dunia sudah sangat menyusut.
1.2 Rumusan Masalah
a. bagaimana pandangan kerukunan antar umat beragama menurut
agama hindu?
b. bagaimana pandangan agama hindu mengenai agama adalah
rahmat Tuhan?
c. Bagaimana pandangan agama hindu terhadap kebersamaan dalam
pluralitas beragama?
1.3 Tujuan
Penulisan makalah ini bermaksud untuk memenuhi tugas mata kuliah
agama kami, dan untuk menambah wawasan para pembaca tentang
kerukunan antar umat beragama.

1.4 Manfaat
Manfaat dari penulisan makalah ini adalah umat beragama diharapkan
memperkuat kerukunan jika agama dapat dikembangkan sebagai factor
pemersatu maka ia akan memberikan stabilitas dan kemajuan Negara
sehingga dapat menciptakan suasana rukun antar umat beragama
dilingkungan masyarakat yaitu rasa aman, nyaman, dan sejahtera.

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Kerukunan Antar Umat Beragama


Sebagai telah diketahui bersama bahwa bangsa Indonesia terdiri bermacam-
macam suku bangsa, beraneka ragam ras, bermacam-macam golongan, beragam
budaya dan agama serta penganut kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa
yang berjenis-jenis pula banyaknya. Hal itu merupakan faktor yang sangat rawan
bagi tumbuhnya disintegrasi bangsa, apa-bila kita kurang waspada menyikapinya
akan timbul bentrokan antara sesama suku, agama, ras dan antar golongan
sehingga dapat menimbulkan perpecahan yang sangat merugikan persatuan dan
kesatuan bangsa.
Berkenaan dengan itu marilah kita meningkatkan kewaspadaan kita bersama
dengan cara lebih menghayati dan makin mengamalkan nilai-nilai luhur yang
terkandung dalam falsafah bangsa kita yaitu Pancasila sebagai ideologi dan dasar
negara Republik Indonesia.
Agama merupakan salah satu hak asasi manusia yang paling mendasar dan
sangat sensitif sehingga perlu mendapat kebebasan memilih dan memeluk
agamanya masing-masing tanpa mendapat paksaan dari siapapun. Interaksi antara
masyarakat yang berbeda agama perlu dibina serta ditangani secara arif dan
bijaksana agar tidak menimbulkan rasa ketersinggungan pemeluk agama yang satu
dengan yang lainnya yang berbeda cara pelaksanaannya walaupun mempunyai
tujuan yang sama yaitu mencapai kebahagiaan di dunia dan kemoksaan di akhirat.
Lembaga yang bertugas untuk mengatur tata kehidupan beragama dalam
sistem kehidupan berbangsa dan bernegara tidak hanya diserahkan kepada instansi
dan lembaga yang formal saja melainkan seluruh masyarakat luas termasuk semua
komponen bangsa harus bertanggung jawab untuk melakukan pencegahan dan
penanggulangan terhadap kerawanan-kerawanan yang timbul sebagai akibat
pergaulan sesama umat beragama.

5
Krisis kerukunan hidup beragama merupakan suatu keadaan yang rawan dan
gawat serta mengancam stabilitas nasional dan integritas bangsa sebagai akibat
adanya konflik terbuka antara sesama umat beragama yang belum menyadari
betapa pentingnya kerukunan beragama secara inter dan antar umat serta
kerukunan antar umat beragama dengan pemerintah sehingga mengakibatkan
timbulnya tindakan kekerasan dan kebrutalan yang sangat merugikan persatuan
dan kesatuan bangsa yang pada gilirannya nanti menimbulkan kerusuhan,
kekacauan dan kehancuran.
Setiap aspek yang dapat menimbulkan kerawanan yang mengarah kepada
perpecahan serta dapat mengancam goyahnya persatuan dan kesatuan, perlu
diantisipasi secara dini sehingga tetap tegaknya persatuan dan kesatuan bangsa
dengan jalan mewujudkan kerukunan sesama umat beragama sesuai dengan nilai-
nilai luhur yang terkandung dalam Pancasila.
Kita semua telah menyadari betapa pentingnya penghayatan dan pengamalan
Pancasila itu sendiri sehingga kita memiliki mental dan moral yang kuat untuk
bersama-sama menjaga keutuhan bangsa Indonesia yang berbhineka tunggal ika
mampu meningkatkan persatuan dan kesatuan bangsa, melaksanakan demokrasi
untuk mewujudkan masyarakat madani yang aman, damai, sejahtera dan bahagia.
Dalam kaitannya dengan peningkatan ketaqwaan dan keimanan demi
terwu¬judnya kerukunan hidup beragama perlu lebih dihayati dan makin
diamalkan lagi butir-butir kerukunan yang ada pada setiap agama sesuai dengan
caranya masing-masing demi menjaga keutuhan persatuan dan kesatuan bangsa.

2.1.1 Butir-Butir Kerukunan (Menurut Perspektif Hindu)


Dalam ajaran Hindu dikenal adanya butir-butir kerukunan sebagai
berikut:

2.1.1.1 Tri Hita Karana


Secara harfiah Tri Hita Karana dapat diartikan tiga
penyebab kebahagiaan. (tri artinya tiga, hita artinya kebahagiaan,
dan karana artinya penyebab). Unsur-unsur Tri Hita Karana adalah:

6
1. Parhyangan, yaitu membina hubungan yang harmonis antara
manusia dengan Tuhan Yang Maha Esa.
2. Pawongan, yaitu membina hubungan yang harmonis antara
sesama manusia sehingga tercipta keselarasan, keserasian dan
keseimbangan.
3. Palemahan, yaitu membina hubungan yang harmonis antara
manusia dengan alam lingkungannya.
Secara keseluruhan Tri Hita Karana merupakan tiga unsur
keseimbangan hubungan Manusia dengan Tuhan, hubungan
Manusia dengan Manusia dan hubungan Manusia dengan alam
lingkungannya yang dapat mendatangkan kesejahteraan, kedamaian
dan kebahagiaan bagi kehidupan manusia.

2.1.1.2 Tri Kaya Parisudha


Secara arti kata Tri Kaya Parisudha dapat diterjemahkan
prilaku yang suci. (tri artinya tiga, kaya artinya prilaku, parisudha
artinya semuanya suci). Unsur-unsur Tri Kaya Parisudha adalah:
1. Manacika Parisudha, yaitu berpikir yang suci, baik dan benar.
2. Wacika Parisudha, yaitu berkata yang suci, baik dan benar.
3. Kayika Parisudha, yaitu berbuat yang suci, baik dan benar.
Dalam ajaran Agama Hindu, Tri Kaya Parisudha
merupakan suatu etika sopan santun dan budi pekerti yang luhur
yang harus dilaksanakan dalam kehidupan nyata sehari-hari untuk
menghindari adanya rasa kurang menghormati harkat dan martabat
manusia yang dapat menimbulkan kemarahan dan rasa dendam
yang berkepanjangan di antara sesama manusia.

2.1.1.3 Tat Twam Asi


Apabila diterjemahkan secara artikulasi Tat Twam Asi
berarti Itu adalah Kamu atau Kamu adalah Itu. Dalam pergaulan
hidup sehari-hari hendaknya manusia senantiasa berpedoman
kepada Tat Twam Asi, sehingga tidak mudah melaksanakan

7
perbuatan yang dapat menyinggung perasaan bahkan dapat
menyakiti hati orang lain dan pada akhirnya menimbulkan rasa iri
hati dan benci.
Tat Twam Asi menjurus kepada Tenggang Rasa yang dapat
menuntun sikap dan prilaku manusia senantiasa tidak
melaksanakan perbuatan yang dapat menimbulkan sakit hati
sehingga terjadi perpecahan dan permusuhan. Oleh karena itu
janganlah suka menyakiti hati orang lain karena pada hakikatnya
apa yang dirasakan oleh orang lain seyogyanya kita rasakan juga.

2.2 Agama Merupakan Rahmat Bagi Semua (Dalam Perspektif Hindu)


Setiap agama memiliki kitab suci, seperti kita ketahui kitab suci agama hindu
adalah “Weda”. Para ahli sejarah menyebutkan bahwa weda adalah susastra tertua
di dunia yang mengandung ajaran agama. Weda secara etimologi berasal dari
bahasa sankskerta dari kata "Vid" yang artinya Ilmu Pengetahuan. Dalam kamus
besar Bahasa Indonesia (KBBI) Weda adalah kitab suci agama Hindu yang Tertua.
Veda adalah ilmu pengetahuan yang mengandung tuntunan rohani agar manusia
mencapai kesempurnaan hidup atau paravidya. Veda juga mengandung ilmu
pengetahuan tentang ciptaan Brahman atau aparavidya untuk tujuan memuliakan
hidup manusia dan alam semesta.
Weda bersifat apaurusheya, yang artinya tidak dikarang oleh manusia dan
bersifat abadi karena berasal dari wahyu. Umat Hindu meyakini bahwa weda
pertama kali diwahyukan atau diturunkan melalui 7 (tujuh) Maha Rsi. Ketujuh Rsi
tersebut diantaranya Rsi Grtsamada, Rsi Visvamitra, Rsi Vamadeva, Rsi Atri, Rsi
Bharadvaja, Rsi Vasistha dan Rsi Kanva. Kemudian Maharesi Byasa, menyusun
kembali Weda dan membagi Weda menjadi empat bagian utama, yaitu: Regweda,
Yajurweda, Samaweda dan Atharwaweda.
Setiap Maha Rsi penerima wahyu membawa rahmat bagi umat manusia.
Wahyu yang diterima dari Tuhan Yang Maha Esa kepada para Maha Rsi bertujuan
menuntun manusia mencapai kebahagiaan tertinggi yaitu kembali bersatu dengan
Tuhan (Moksa). Para Maha Rsi membawa rahmat bagi seluruh umat manusia.
Tidak semata di zaman wahyu itu diturunkan, atau semasa hidupnya semata.

8
Rahmat yang dibawanya berlaku selalu sepanjang masa Bahkan untuk
berabad-abad mendatang, hingga datangnya kiamat. Ajaran yang dibawanya tidak
terbatas hanya di lingkungan tanah kelahirannya saja. Ajaran agama yang
dibawanya melingkupi seluruh sudut bumi, dan berlaku universal untuk segala
tempat dan bangsa serta berlaku abadi sepanjang masa. Agama diturunkan untuk
membimbing dan memberi petunjuk kepada manusia guna mencapai
kesejahteraan hidupnya di dunia dan akhirat.

2.2.1 Definisi Agama Hindu


Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti
"tradisi" atau "A" berarti tidak; "GAMA" berarti kacau. Sehingga agama
berarti tidak kacau. Dapat juga diartikan suatu peraturan yang bertujuan
untuk mencapai kehidupan manusia ke arah dan tujuan tertentu. Agama
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem yang mengatur tata
keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa
serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan
manusia serta lingkungannya.
Banyak ahli agama hindu yang menyebut Hinduisme
sebagai Sanātana-dharma, artinya "darma yang abadi" atau "jalan yang
abadi". Istilah ini mengacu kepada kewajiban "abadi" yang harus
dijalankan oleh seluruh umat Hindu tanpa memandang derajat, kasta, atau
sekte/aliran. Ajaran-ajaran tersebut meliputi kejujuran, tidak menyakiti
makhluk hidup, menjaga kesucian, berniat baik, pemaaf, bersabar,
mengendalikan nafsu, mengendalikan diri sendiri, dan murah hati.

2.2.2 Memahami Rahmat Hindu


Ajaran Agama Hindu dapat dibagi menjadi tiga bagian yang
dikenal dengan “Tiga Kerangka Dasar”, di mana bagian yang satu dengan
lainnya saling isi mengisi dan merupakan satu kesatuan yang bulat untuk
dihayati dan diamalkan guna mencapai tujuan agama yang disebut
Jagadhita dan Moksa. Tiga Kerangka Dasar tersebut adalah:

9
2.2.2.1 Tattwa (Filsafat)
Sebenarnya agama Hindu mempunyai kerangka dasar
kebenaran yang sangat kokoh karena masuk akal dan konseptual.
Konsep pencarian kebenaran yang hakiki di dalam Hindu diuraikan
dalam ajaran filsafat yang disebut Tattwa. Tattwa dalam agama
Hindu dapat diserap sepenuhnya oleh pikiran manusia melalui
beberapa cara dan pendekatan yang disebut Pramana. Ada 3 (tiga)
cara penyerapan pokok yang disebut Tri Pramana. Tri Pramana ini,
menyebabkan akal budi dan pengertian manusia dapat menerima
kebenaran hakiki dalam tattwa, sehingga berkembang menjadi
keyakinan dan kepercayaan. Kepercayaan dan keyakinan dalam
Hindu disebut dengan sradha. Dalam Hindu, sradha disarikan
menjadi 5 (lima) esensi, disebut Panca Sradha.
Berbekal Panca Sradha yang diserap menggunakan Tri
Pramana ini, perjalanan hidup seorang Hindu menuju ke satu tujuan
yang pasti. Ke arah kesempurnaan lahir dan batin yaitu Jagadhita
dan Moksa. Ada 4 (empat) jalan yang bisa ditempuh, jalan itu
disebut Catur Marga. Demikianlah tattwa Hindu Dharma.

2.2.2.2 Susila (Etika)


Susila merupakan kerangka dasar Agama Hindu yang kedua
setelah filsafat (Tattwa). Susila memegang peranan penting bagi
tata kehidupan manusia sehari- hari. Realitas hidup bagi seseorang
dalam berkomunikasi dengan lingkungannya akan menentukan
sampai di mana kadar budi pekerti yang bersangkutan. la akan
memperoleh simpati dari orang lain manakala dalam pola hidupnya
selalu mencerminkan ketegasan sikap yang diwarnai oleh ulah
sikap simpatik yang memegang teguh sendi- sendi kesusilaan.Di
dalam filsafat (Tattwa) diuraikan bahwa agama Hindu
membimbing manusia untuk mencapai kesempurnaan hidup
seutuhnya, oleh sebab itu ajaran sucinya cenderung kepada
pendidikan sila dan budi pekerti yang luhur, membina umatnya

10
menjadi manusia susila demi tercapainya kebahagiaan lahir dan
batin.
Kata Susila terdiri dari dua suku kata: “Su” dan “Sila”. “Su”
berarti baik, indah, harmonis. “Sila” berarti perilaku, tata laku. Jadi
Susila adalah tingkah laku manusia yang baik terpancar sebagai
cermin obyektif kalbunya dalam mengadakan hubungan dengan
lingkungannya.
Pengertian Susila menurut pandangan Agama Hindu adalah
tingkah laku hubungan timbal balik yang selaras dan harmonis
antara sesama manusia dengan alam semesta (lingkungan) yang
berlandaskan atas korban suci (Yadnya), keikhlasan dan kasih
sayang.

2.2.2.3 Upacara/Yadnya
Yadnya adalah suatu karya suci yang dilaksanakan dengan
ikhlas karena getaran jiwa/rohani dalam kehidupan ini berdasarkan
dharma, sesuai ajaran sastra suci Hindu yang ada (Weda). Yadnya
dapat pula diartikan memuja, menghormati, berkorban, mengabdi,
berbuat baik (kebajikan), pemberian, dan penyerahan dengan penuh
kerelaan (tulus ikhlas) berupa apa yang dimiliki demi kesejahteraan
serta kesempurnaan hidup bersama dan kemahamuliaan Sang
Hyang Widhi Wasa. Di dalamnya terkandung nilai- nilai:
 Rasa tulus ikhlas dan kesucian.
 Rasa bakti dan memuja (menghormati) Sang Hyang Widhi
Wasa, Dewa, Bhatara, Leluhur, Negara dan Bangsa, dan
kemanusiaan.
Di dalam pelaksanaannya disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing menurut tempat (desa), waktu (kala), dan keadaan
(patra). Klasifikasi Yadnya pula dibagi-bagi sebagai berikut:
 Menurut tingkat pelaksanaannya
 Menurut jenisnya (panca yadnya)
 Menurut waktu pelaksanaannya

11
 Menurut cara menjalankannya (panca marga yadnya)

2.3 Kebersamaan dalam Pluralitas Beragama


Setiap agama memiliki ajaran-ajaran luhur yang bertujuan menjadikan setiap
umat penganutnya menjadi individu yang mulia. Namun ketika ajaran-ajaran
agama yang luhur dan mulia tersebut tampil dalam pola-pola aplikasi yang
berbeda, baik menyangkut tata cara pemujaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, pola
hidup, sampai jumlah umat pemeluknya (mayoritas dan minoritas), mulailah
timbul persoalan-persoalan yang mengarah pada konflik beragama. Terlebih lagi
di Indonesia yang penduduknya memiliki agama dan kepercayaan yang berbeda-
beda, sehingga diperlukan sikap toleransi dan membina kerukunan antarumat
beragama agar tidak berujung pada perpecahan.
2.3.1 Konsep Toleransi Beragama
Istilah toleransi dalam bahasa Inggris “tolerance” berarti sikap
membiarkan, mengakui, dan menghormati keyakinan orang lain tanpa
memerlukan persetujuan. Secara hukum, di Indonesia konsep kerukunan
umat beragama adalah keadaan hubungan sesama umat beragama yang
dilandasi toleransi, saling pengertian, saling menghormati, menghargai
kesetaraan dalam pengamalan ajaran agamanya dan kerjasama dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara di dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.
Sedangkan pemeliharaan kerukunan umat beragama adalah upaya bersama
umat beragama dan pemerintah di bidang pelayanan, pengaturan, dan
pemberdayaan umat beragama.
Toleransi merupakan sikap seseorang yang mau bersabar terhadap
keyakinan filosofis dan moral orang lain yang dianggap berbeda, dapat
disanggah, atau bahkan keliru. Dengan sikap itu juga tidak mencoba
memberangus ungkapan-ungkapan yang sah keyakinan-keyakinan orang
lain tersebut. Pada hakikatnya, sikap toleransi merupakan suatu sikap

12
menghormati, saling mengerti, saling menghargai dan menerima berbagai
bentuk perbedaan orang atau komunitas lain, baik dalam hal agama,
kepercayaan, budaya, maupun cara-cara hidup lainnya.
Lawan dari sikap toleransi adalah intoleransi, yang berarti sikap
yang tidak menghargai, sikap tidak menerima, ataupun sikap yang tidak
memperbolehkan cara-cara hidup orang lain yang dianggap berbeda atau
bertentangan dengan cara-cara hidup yang dimilikinya. Dalam hal ini,

13
14

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bahwa ajaran hindu itu adalah rahmat dalam artian yang luas, bukan rahmat
yang dipahami oleh sebagian orang menurut seleranya sendiri. Rahmat dalam
hindu adalah rahmat yang sesuai dengan kehendak Tuhan Yang Maha Esa dan
ajaran-Nya, baik berupa perintah atau larangan.

3.2 Saran
Sebagai seorang yang beragama, agama hendaknya menjadi dasar
dalam menata kehidupan, baik ekonomi, politik, maupun budaya sehingga
kehidupannya menjadi prilaku yang islami, karena sesungguhnya agama ini
adalah rahmat bagi seluruh makhluk.

14
15

DAFTAR PUSTAKA

http://serimelani.blogspot.co.id/2015/09/agama-merupakan-rahmat-bagi-
semua.html

https://hindualukta.blogspot.com/2019/08/7-tujuh-rsi-penerima-wahyu-
weda-dalam.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Weda

https://id.wikipedia.org/wiki/Agama_Hindu#Pendapat_orang_Hindu

http://kb.alitmd.com/tiga-kerangka-dasar-agama-hindu/

https://www.academia.edu/32395180/MAKALAH_AGAMA.docx

15

Anda mungkin juga menyukai