Anda di halaman 1dari 20

MINORITAS ISLAM DAN MASALAH

SOSIAL KEMASYARAKATAN

MAKALAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Hukum


Isu-Isu Politik Islam Kontemporer Pada Program
Studi Pascasarjana Hukum Tata Negara
IAIN Bone

Oleh:

SRI HARIYANTI
NIM. 741352021002

PASCASARJANA PROGRAM MAGISTER


INTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) BONE
2022
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah swt, yang telah

melimpahkan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya kepada penulis, sehingga

penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini. Sholawat serta salam tetap

tercurah kepada nabi besar Muhammad Saw. Nabi akhir zaman yang menjadi

suri tauladan sepanjang hayat.

Penulisan makalah ini dapat terwujud berkat bantuan, bimbingan serta

dorongan dari berbagai pihak, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada

Bapak Prof. Dr H. Syarifuddin Latif, M. HI, selaku dosen mata kuliah Isu-Isu

Politik Islam Kontemporer yang telah memberikan tugas ini. Ucapan terima

kasih juga penulis sampaikan kepada kedua orang tua, keluarga, serta teman-

teman yang tidak mungkin disebutkan satu persatu atas doa dan motivasinya

dalam penulisan makalah ini. Semoga amal baiknya mendapat imbalan yang

setimpal dari Allah Swt.

Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini tentunya tidak terlepas

dari segala kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat

membangun selalu diharapkan demi kebaikan dan kesempurnaan makalah ini.

Meskipun demikian, penulis berharap semogah makalah ini bermanfaat bagi

penulis maupun pembaca.

Wassalamu’alaikum wr. wb.

Watampone, 6 Juni 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

SAMPUL

KATA PENGANTAR ii

DAFTAR ISI iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang 1

B. Rumusan Masalah 2

C. Tujuan Penulisan 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Minoritas Islam 3

B. Pengertian Masalah Sosial Kemasyarakatan 12

BAB III PENUTUP

A. Simpulan 16
B. Saran 16

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kajian-kajian tentang minoritas Muslim mulai menjadi perhatian

para ahli terutama Barat, sejak tahun 1950-an. Hal ini dipicu oleh

banyaknya negara-negara yang memerdekakan diri mereka melalui

perjuangan patriotik kolektif mereka sendiri. Namun kemudian,

fenomena ini menimbulkan kecenderungan regionalisasi yang

menimbulkan frakmentasi ras, suku dan komunitas agama.

Kehadiran Islam di Asia Tenggara sebagai sebuah wilayah

teritorial yang memiliki negara-negara tertentu dengan penduduk

minoritas Muslim, pada awalnya bermula di Samudera Pasai, tepatnya di

pantai laut Sumatera bagian Utara sekitar abad ke-7 M/1 H yang dibawa

oleh para pedagang Arab dan sebagian sejarawan mengatakan dibawa

oleh orang India dan Persia. Semenjak kehadiran Islam di Asia Tenggara

boleh dikatakan bahwa Asia Tenggara merupakan daerah yang

mempunyai penduduk Muslim terbesar di dunia, bahkan menurut

berbagai sumber jumlah penduduk Muslim Asia Tenggara melebihi

jumlah penduduk Muslim di kawasan Timur Tengah.

Berdasarkan catatan dan laporan para sejarawan bahwa jumlah penduduk

Muslim yang mayoritas di Asia Tenggara adalah Indonesia, Malaysia dan

Brunai Darsussalam. Azyumardi Azra mengatakan bahwa sejak beberapa

tahun terakhir sejumlah pengamat dunia Islam atau Islamicist di luar

negeri memberikan analisis dan komentar yang positif tentang

1
2

perkembangan Islam di Asia Tenggara, khususnya Indonesia dan

Malaysia.

Akan tetapi disamping banyak negara di Asia Tenggara yang

berpenduduk mayoritas Muslim, ada juga penduduk yang minoritas

Muslim pada suatu negara di Asia Tenggara dan nasib mereka

memprihatinkan karena mendapat perlakuan kurang baik dari pemerintah

dengan membatasi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan

peluang kerja di pemerintahan akhir-akhir ini.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dipaparkan di atas, penulis

buat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Apa Yang Dimaksud Minoritas Islam?

2. Apa Yang Dimaksud Masalah Sosial Kemasyarakatan?

C. Tujuan Penulisan

Tujuan pembahasan dalam makalah ini adalah agar

mahasiswa/pembaca tahu tentang:

1. Untuk Mengetahui Pengertian Minoritas Islam.

2. Untuk Mengetahui Pengertian Masalah Sosial Kemasyarakatan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Minoritas Islam

Minoritas Muslim adalah sebagian masyarakat yang menganut

agama Islam dalam suatu negara. Mereka disebut minoritas karena kalah

jauh dalam hal jumlah dengan masyarakat mayoritas. Mereka sering

mendapat perlakuan berbeda dari masyarakat yang tidak berkeyakinan

Muslim. Mereka harus menentukan nasibnya sendiri sekalipun menjalin

kerjasama dengan berbagai pihak. Masyarakat minoritas harus bersedia

memperjuangkan kepentingannya.1

Minoritas Muslim di Thailand, Filipina dan Myanmar

1. Thailand

a Proses Islamisasi

Islam masuk ke Thailand diperkirakan pada abad ke-10 M

atau ke-11 M, dibawa oleh para pedagang Arab dan tempat

pemukiman Islam pertamanya adalah bagian selatan yang lebih

dikenal dengan Pattani. Proses penyebaran Islam dilakukan oleh

para guru sufi pengembara dan pedagang yang berasal dari wilayah

Arab dan pesisir India. Bukti kehadiran Islam di Thailand

dibuktikan dengan peninggalan arkeologis, yaitu ditemukan sebuah

batu nisan yang bertuliskan tulisan Arab di dekat kampung teluk

Cik Munah, Pekan Pahang yang berangka tahun 1028 M.

Lebih kurang 300 tahun keberadaan Islam di Pattani,

terbentuk kerajaan Islam di Pattani dengan rajanya yang pertama

1
Sukandia A. K, Politik Kekerasan, Bandung: Mizan, 1999, h. 180.

3
4

adalah Sultan Sulaiman Syah yang berkuasa dari tahun 1357 M-

1398 M. Dengan berdirinya kerajaan Islam tersebut telah semakin

mempermudah proses Islamisasi penduduk di Pattani yang

akhirnya kerajaan Pattani memperoleh kejayaan di Thailand secara

umum dan di Pattani secara khusus.

b Kondisi Sosial Muslim Pattani Setelah Ditaklukkan oleh Thailand

Kegagalan kerajaan Islam Pattani mempertahankan

kekuasaannya di Thailand khususnya Pattani telah menjadi jalan

mulus bagi bangsa Thai menguasai Islam secara keseluruhan.

Penderitaan Muslim atas perlakuan tidak wajar, apalagi kebijakan

pemerintah yang tidak mempertimbangkan kepentingan Muslim

sedikit pun ditambah kebijakan pemerintah tentang devide et

impera dengan membagi-bagi daerah Pattani menjadi beberapa

daerah yang lebih kecil. Pada tahun 1939 M masa pemerintahan

Phibhun Songkhram, pemerintah memberlakukan aturan tentang

cara berpakaian muslim harus mengikut pola Barat dan bahasa

Melayu dikurangi pengaruhnya dan diganti dengan bahasa Thai.

Raja juga mengumandangkan supaya umat Islam

mengesampingkan beberapa ajaran Islam.

c Perlawanan Muslim Pattani

Penderitaan yang sangat mendalam yang dialami oleh

Muslim Pattani, telah melahirkan berbagai perlawanan yang

berujung pada diperolehnya kemerdekaan oleh Muslim Pattani dari

pemerintah Thailand untuk melaksanakan ajaran dan kepercayaan

Muslim. Berkat perjuangan yang sengit pada awalnya adalah

menuntut kebebasan beragama, setelah lahirnya beberapa barisan-


5

barisan pembebasan seperti Barisan Islam Pembebasan Pattani

(BIPP) yang ditubuhkan pada tahun 1959 oleh Tengku Abdul Jalil

bin Tengku Abdul Mutalib bekas pimpinan Gabungan Melayu

Patani Raya (GEMPAR).

Gerakan pembebasan Pattani semakin meningkat drastis pada

tahun 1968 hingga tahun 1975. Gerakan-gerakan ini tidak pelak

lagi melakukan berbagai penentangan terhadap pemerintah

Thailand yang membuat pemerintah gentar. Sejak awal tahun 1980-

an pemerintahan Thai melakukan program pembangunan ekonomi

dan sosial di empat buah wilayah di Thailand selatan yang

tujuannya adalah untuk melemahkan perjuangan gerakan

pembebasan Pattani..

2. Filipina

a Proses Islamisasi

Pada abad ke-7 M, pulau-pulau yang membentuk Filipina

sekarang berada dalam keadaan Islamisasi yang maju Pada tahun

1434 M-1465 M salah seorang pendakwah Islam yang datang ke

Filipina, Syarif abu Bakar mendirikan pemerintahan Islam pertama

kalinya dan semenjak itu hampir seluruh Filipina di kuasai. Pada

tahun 1486 M Syarif Muhammad bin Ali yang datang dari Johor

dinobatkan menjadi raja dengan gelar Sultan Mengendonoa.

Sekitar tahun 1520 disusul oleh kerajaan Islam di Manila yang

berada di bawah kekuasaan salah satu keluarga Kesultanan Brunei

yang bergelar Datu atau Rajah. Akan tetapi kedatangan bangsa

Spanyol pada tahun 1565 M telah mengubah dunia Filipina

menjadi Kristen melebihi kekuasaan Islam, bahkan Islam hidup di


6

bawah rongrongan Kristen. Hal ini telah membuat Muslim

melakukan penentangan kepada Spanyol, karena dengan pendirian

koloni dengan nuansa kristenisasi telah menghambat proses

islamisasi secara langsung. Penyebaran Islam terhenti di Sulu dan

Mindanau serta berbagai konflik muncul antara Muslim dengan

Spanyol.2

Akhirnya konflik antara Muslim dengan Spanyol telah

berujung dengan terjadinya peperangan dan Muslim Filipina

dinamakan oleh Spanyol dengan orang Moro yang merupakan

suatu penghinaan terhadap Muslim. Tahun 1578 M Spanyol juga

melibatkan orang-orang Filipina Utara yang telah terkristenkan

dalam peperangan melawan umat Islam. Kondisi inilah sampai saat

ini yang menimbulkan kebencian, pertikaian dan rasa tidak percaya

Kristen Filipina terhadap umat Islam di Filipina Selatan.

b Kondisi Muslim Masa Kekuasaan Asing dan Filipina

Semenjak Filipina dan beberapa daerah Islam dikuasai oleh

Spanyol dan digantikan oleh Amerika, kondisi Muslim sangat

menyedihkan karena mereka dipaksa masuk Kristen dan

diperlakukan secara tidak baik oleh penjajah. Kondisi semakin

buruk disaat Amerika menyatukan Muslim Moro dengan

masyarakat Filipina. Pemerintah Filipina memperlakukan Muslim

secara tidak baik dan mereka bekerja sama dengan Amerika untuk

melakukan pembunuhan terhadap Muslim dan desa-desa mereka

dibakar.

2
Saifullah, Minoritas Muslim di Asia Tenggara”, dalam
http://lppbi-fiba.blogspot.com/2009/01/minoritas-muslim-asia-tenggara.html, 6 Juni 2022.
7

Kondisi seperti ini telah melahirkan semangat perjuangan

bagi Muslim melakukan perlawanan terhadap penjajah dan

Pemerintah Filipina untuk mempertahankan diri. Penduduk

Muslim menderita kesulitan yang luar biasa selama sepuluh tahun

terakhir karena keganasan tentara Filipina yang mencoba

menghancurkan keinginan Muslim untuk bertahan dan hidup

terhormat sebagai Muslim. Sejumlah besar desa Muslim

dihancurkan, sehingga banyak pengungsi Muslim yang lari ke

Sabah (Malaysia).

Dari bulan Maret 1968 M sampai Maret 1982 M, lebih dari

seratus ribu orang sipil Muslim dibunuh oleh tentara Filipina, tiga

ratus ribu rumah dihancurkan dan lima puluh desa, kota kecil dan

besar telah diratakan oleh tentara Filipina termasuk ibu kota tua

Muslim, yaitu Jolo. Tindakan ini melahirkan gerakan perlawanan

dari Muslim Filipina dengan berbagai macam model perlawanan,

ada yang melalaui pemberontakan seperti kelompok yang berasal

dari kesultanan Sulu telah berjuang untuk mendirikan Negara Sulu

yang merdeka. Kemudian disusul oleh gerakan Hajal Ouh

Movement yang juga berjuang untuk memerdekakan Sulu, Basilan

dan Zamboanga, tetapi gerakan ini tidak berjalan begitu lama

karena Hajal Ouh dibunuh oleh tentara Filipina.

c Perlawanan Moro (Muslim Filipina)

Sejak tahun 1570-an Spanyol telah menerapkan politik

divide and rule (pecah belah dan kuasai) serta mission sacre (misi

suci kristenisasi) terhadap Muslim di Filipina. Pada tahun 1898

ditanda tangani Traktat Paris yang mengalihkan kekuasaan Filipina


8

kepada Amerika, sehingga sejak saat itu Amerika menjadi

penguasa di Filipina. Pada tahun 1914-1920 Amerika melancarkan

program pengintegrasian bangsa Moro (Muslim) dan pada tahun

1919 pemerintah Filipina mendapat hak legislatif untuk menguasai

tanah Moro.

Pada tahun 1968 para politisi Muslim mendirikan Muslim

Independent Movement (MIM) yang dipelopori oleh Udtog

Matalam yang bertepatan pada tanggal 1 Mei 1968. Pada tahun

1971 berdiri Moro Liberation Front (MLF), namun karena

perbedaan visi dan orientasi MLF kemudian pecah menjadi dua

kelompok, yakni kelompok nasionalis-sekuler yang dipimpin oleh

Nur Misuari yang mendirikan Moro National Liberation Front

(MNLF) dan kelompok Moro Islamic Liberation Front (MILF)

yang dipimpin oleh Hashim Salamat.

d Kondisi Sosial dan Pendidikan Moro

Kemerdekaan yang diperoleh melalui perjuangan yang

panjang dan berkat keterlibatan dunia internasional telah

mengantarkan Muslim Filipina memperoleh kemerdekaan dengan

program otonomi. Akhirnya Muslim yang pada mulanya hidup di

bawah rongrongan penjajah dan pemerintah yang beragama

Kristen akhirnya bisa hidup di bawah naungan Islam dan bebas

untuk menjalankan syariat. Hukum keluarga diberlakukan hukum

Islam dan kantor KUA didirikan sebagai sebuah lembaga yang

berfungsi sebagai tempat mengadukan atau memecahkan masalah

muslim, terutama dalam hal perkawinan. Adapun dalam bidang


9

pendidikan mereka dapat sekolah di sekolah-sekolah Islam seperti

madrasah dan sebagainya.

3. Burma/Myanmar

a Proses Islamisasi

Islam masuk ke Myanmar khususnya wilayah Arakan

adalah pada abad ke-1 H/7 M yang dibawa oleh para pedagang

Arab yang datang ke Akyab, ibu kota Arakan. Namun Muslim di

Arakan dalam proses islamisasi memakan waktu yang lama untuk

mewujudkan suatu kekuasaan, mereka baru dapat mendirikan

Negara Islam Arakan pada abad ke-8 H/14 M. Proses penyebaran

Muslim dari pantai Arakan kemudian lanjut ke selatan dan

masuknya Islam ke Myanmar tidak hanya dibawa oleh para

pedagang Arab, Muslim Malaysia dan India juga mempunyai

peranan yang penting dalam penyebaran Muslim di Myanmar.

Pada tahun 1948 British memberikan kemerdekaan kepada

Myanmar, dengan demikian Arakan daerah kekuasaan Islam

menjadi daerah kekuasaan Myanmar. Hal ini membuat Muslim

tidak senang, karena mereka diperlakukan secara kejam oleh

pemerintah bahkan kewarganegaraan mereka dinafikan. Kondisi

ini telah membuat Muslim menuntut agar mereka diberi otonomi

untuk menjalankan pemerintahan sendiri.

b Muslim Setelah Kemerdekaan Myanmar

Setelah Myanmar merdeka dari British pada tahun 1948,

pemerintah Myanmar senantiasa waspada terhadap kedudukan

Muslim yang penting di ibu kota Negara. Kemudian Muslim juga

banyak yang mempunyai jabatan penting di pemerintahan


10

disamping keterlibatan mereka dalam urusan perniagaan yang

membuat Muslim memperoleh kemewahan dari hasil perdagangan.

Hal ini telah melahirkan sentimen bagi pemerintah Myanmar dan

akhirnya terjadilah kontroversi antara Muslim dengan orang

Myanmar yang berakibat banyaknya nyawa orang-orang Islam

yang menjadi korban.

Rasa sentimen yang begitu mendalam juga menyebabkan

munculnya tindakan keganasan dari pemerintah Myanmar terhadap

orang Muslim tanpa perikemanusiaan. Beberapa serangan kejam

telah dilakukan terhadap Muslim pada tahun 1931 sampai 1938

dan serangan yang paling ganas serta kejam telah terjadi di Yangon

dan Mandanay. Di perkirakan dalam peristiwa tersebut sebanyak

200 orang Muslim terbunuh akibat keganasan tentara Myanmar.

Tanah-tanah Muslim dirampas, pemerintah dengan

masyarakat Buddha juga menindas masyarakat Islam dengan

memeras uang dan memaksa mereka memberi opeti serta

memenjarakan mereka dengan sewenang-wenang. Sebagian umat

Islam di usir dan tidak boleh kembali kekampung halamannya.

Menjelang tahun 1971 dan tahun-tahun berikutnya, kekejaman

yang dilakukan oleh pemerintah Myanmar terhadap Muslim terus

meningkat tajam..

c Perlawanan Muslim

Perlakuan pemerintah Myanmar yang tidak baik terhadap

Muslim telah membangkitkan semangat Muslim untuk melakukan

pemberontakan dan perlawanan terhadap pemerintah Myanmar.

Apalagi keinginan otonomi tidak mendapat sahutan dari


11

pemerintah yang sangat kejam, semakin membuat Muslim sadar

karena mereka sudah diotak atik oleh pemerintah sesuai seleranya.

Puncak perlawanan Muslim terjadi pada tahun 1948 berlanjut

sampai tahun 1954 yang dikenal dengan Pemberontakan Mujahid

yang dipimpin oleh Kasim. Namun Kasim akhirnya tertangkap,

tetapi perjuangan umat Islam terus berjalan sampai tahun 1961

dalam memperjuangkan kemerdekaan dari pemerintah.

Perjuangan yang pada mulanya sempat memudar akhirnya pada

dekade 1970-an dan 1980-an kembali aktif. Semenjak itu,

perlawanan umat Islam tidak henti-hentinya terhadap pemerintah

yang selalu bertindak zalim terhadap umat Islam. Kemudian

semenjak tahun 1980, Muslim dari daerah lain dipaksa keluar dari

Myanmar dengan penganiayaan yang tidak kalah pelakunya dan

ribuan Muslim lari ke Thailand dan Malaysia.

d Kondisi Sosial dan Pendidikan Muslim Myanmar

Kondisi Muslim di Myanmar saat ini, menurut muslim

mereka sangat teraniaya dengan perlakuan pemerintah yang sangat

kejam, dan mereka merasa tidak mendapatkan tempat yang sama

dalam urusan pekerjaan. Adapun dalam bidang pendidikan, mereka

kalau sekolah di sekolah umum tidak akan mendapatkan pelajaran

agama, sedangkan kalau sekolah di sekolah agama (Islam) mereka

tidak mendapatkan kesempatan untuk bekerja di pemerintahan

sebagaimana alumni pelajar umum lainnya. Namun hal yang tidak

dilihat oleh muslim adalah bagaimana sebenarnya pemerintah telah

berusaha memfasilitasi muslim dengan baik, baik dalam masalah

pendidikan maupun dalam masalah perlakuan pemerintah.


12

Fasilitas pendidikan yang didapat oleh muslim adalah pemerintah

mendirikan sekolah dan membantu untuk pembangunan mesjid.

Semua ini dapat disimpulkan bahwa sebenarnya pemerintah sangat

memperhatikan masalah pendidikan warga tanpa membedakan

antara pemeluk agama yang satu dengan lainnya. Kemudian

muslim beranggapan bahwa pemindahan penduduk yang beragama

Buddha ke daerah muslim dianggap sebagai program pemoritasan

pemerintah terhadap muslim.

B. Pengertian Masalah Sosial Kemasyarakatan

1. Pengertian Masalah Sosial

Istilah masalah sosial mengandung dua kata, yakni masalah dan

sosial. Kata “sosial” membedakan masalah ini dengan masalah

ekonomi, politik, fisika, kimia, dan masalah lainnya. Meskipun

bidang-bidang ini masih terkait dengan masalah sosial. Kata “sosial”

antara lain mengacu pada masyarakat, hubungan sosial, struktur sosial,

dan organisasi sosial. Sementara itu kata “masalah” mengacu pada

kondisi, situasi, perilaku yang tidak diinginkan, bertentangan,

aneh, tidak benar, dan sulit. Menurut Arnold Rose, masalah sosail

merupakan sebagai suatu situasi yang telah memengaruhi sebagian

besar masyarakat sehingga meraka percaya bahwa situasi itu adalah

sebab dari kesulitan mereka situasi itu dapat diubah.

Ada 2 elemen penting terkait dengan definisi masalah sosial.

Elemen yang pertama adalah elemen objektif. Elemen objektif

menyangkut keberadaan suatu kondisi sosial. Kondisi sosial disadari

melalui pengalaman hidup kita, media dan pendidikan, kita bertemu

dengan peminta-peminta yang terkadang datang dari rumah ke rumah.


13

Kita menonton berita tentang peperangan, kemiskinan, dan human

trafficking atau perdagangan manusia. Kita membaca diberbagai

media, surat kabar, bagaimana orang kehilangan pekerjaannya.

Sementara itu elemen subjektif adalah masalah sosial menyangkut

pada keyakinan bahwa kondisi sosial tentu berbahaya bagi masyarakat

dan harus diatasi. Kondisi sosial seperti itu antara lain adalah

kejahatan, penyalahgunaan obat, dan polusi. Dan kondisi ini tidak

dianggap oleh masyarakat tentusebagai masalah sosial tetapi bagi

masyarakat yang lain, kondisi itu dianggap sebagai kondisi yang

mengurangi kualitas hidup manusia.

2. Kemiskinan Sebagai Masalah Sosial

Kemiskinan adalah suatu keadaan di mana seseorang tidak

sanggup memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan

kelompok dan juga tidak mampu memanfaatkan tenaga mental

maupun fisiknya dalam kelompok tersebut. Tingkat kemiskinan di

masyarakat dapat diukur melalui berbagai pendekatan, yaitu: a)Secara

absolut, artinya kemiskinan tersebut dapat diukur dengan standar

tertentu. Seseorang yang memiliki taraf hidup di bawah standar, maka

dapat disebut miskin; b) Secara relatif, digunakan dalam masyarakat

yang sudah mengalami perkembangan dan terbuka. Melalui konsep ini,

kemiskinan dilihat dari seberapa jauh peningkatan taraf hidup lapisan

terbawah yang dibandingkan dengan lapisan masyarakat lainnya.

3. Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial

Kriminalitas berasal dari kata crime  yang artinya

kejahatan. Kriminalitas adalah semua perilaku warga masyarakat yang

bertentangan dengan norma-norma hukum pidana. Kriminalitas yang


14

terjadidi lingkungan masyarakat dapat dipengaruhi oleh beberapa

faktor, baik dari dalam maupun luar individu. Tindakan kriminalitas

yang ada di masyarakat sangat beragam bentuknya, seperti pencurian,

perampokan, pembunuhan, dan lain sebagainya. Tindakan kriminalitas

yang terjadi di masyarakat harus menjadi perhatian aparat polisi dan

masyarakat sekitar.

4. Kesenjangan Sosial Sebagai Masalah Sosial

Kesenjangan sosial adalah suatu keadaan ketidakseimbangan

sosial yang ada di masyarakat yang menjadikan suatu perbedaan yang

sangat mencolok. Dalam hal kesenjangan sosial sangatlah mencolok

dari berbagai aspek misalnya dalam aspek keadilanpun bisa terjadi.

Antara orang kaya dan miskin sangatlah dibedakan dalam aspek

apapun, orang desa yang merantau dikotapun ikut terkena dampakdari

hal ini, memang benar kalau dikatakan bahwa“ Yang kaya makin kaya,

yang miskin makin miskin”. Adanya ketidak pedulian terhadap sesama

ini dikarenakan adanya kesenjangan yang terlalu mencolok antara yang

“kaya” dan yang “miskin”. Banyak orang kaya yang memandang

rendah kepada golongan bawah, apalagi jika ia miskin dan juga kotor,

jangankan menolong, sekedar melihat pun mereka enggan.

5. Ketidakadilan Sebagai Masalah Sosial 

Menurut kamus umum bahasa Indonesia susunan W.J.S

Poerwadarminta, kata adil berarti tidak beratsebelah atau memihak

manapun dan tidak sewenang-wenang. Sedangkan menurut istilah

keadilan adalah penagkuan dan perlakuan yang seimbang antara hak

dan kewajiban. Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam

tindakan manusia, ada tiga macam keadilan menurut Aristoteles,yaitu :


15

a Keadilan distributif, yaitu memberikan sama yang sama dan

memberikan tidak sama yang tidak sama.

b Keadilan kommutatif, yaitu penerapan asas proporsional,

biasanya digunakan dalam hal hukum bisnis.

c Keadilan remedial, yaitu memulihkan sesuatu ke keadaan

semula, biasanya digunakan dalam perkara gugatan ganti

kerugian.
BAB III

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Minoritas muslim adalah sebagian masyarakat yang menganut agama Islam

dalam suatu negara. Mereka disebut minoritas karena kalah jauh dalam hal

jumlah dengan masyarakat mayoritas. Mereka sering mendapat perlakuan

berbeda khususnya di negara-negara Asia Tenggara, dimana mereka

diperlakukan secara kejam yang terkadang sudah jauh dari

kemanusiaan.

2. Masalah sosial menyangkut nilai-nilai sosial dan moral. Masalah

tersebut merupakan persoalan karena menyangkut tata kelakuan yang

inmoral, berlawanan dengan hukum dan bersifat merusak

B. Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya, dan

bagi para pembaca umumnya sehingga memberi sumbangsi. Selain itu,

penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk

memperbaiki kesalahan, kekeliruan dan kekurangan dalam makalah ini.

Sehingga menjadi masukan bagi penulis untuk pembuatan makalah-

makalah selanjutnya.

16
DAFTAR PUSTAKA

K, Sukandia A. Politik Kekerasan, Bandung: Mizan, 1999.

Saifullah. Minoritas Muslim di Asia Tenggara”. dalam http://lppbi-


fiba.blogspot.com/2009/01/minoritas-muslim-asia-tenggara.html. 6 Juni
2022.

Anda mungkin juga menyukai