Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

MATA KULAH ISLAM PERADABAN MELAYU


“SEJARAH PERKEMBANGAN DAN DINAMIKA ISLAM DI FILIPINA
(MINDANAU) KESULTANAN SULU DAN MYANMAR PROBLEMATIKA
MUSLIM ROHINGYA “

Dosen pengampu:
Dr. Tuti Indriyani S.Ag, M.Pd.I

Disusun Oleh Kelompok: 9


1.Nopa sari ( 201210002)
2.Jefri Hendrika ( 201210026)
3.James Tri Putr ( 201210015)

PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UIN SULTAN THAHA SAIFUDIN JAMBI
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah Subhanahu Wa Ta‟ala Yang Maha


Pemurah dan Lagi Maha Penyayang, pujisyukur kami panjatkan kehadirat Allah
Subhanahu Wa Ta‟ala,yang telah melimpahkan Hidayah dan Rahmat-Nya
sehingga kami mampu menyelesaikan penyusunan makalah Sejarah
perkembangan dan dinamika islam di filifina (mindanau) kesultanan sulu dan
myanmar problematika muslim rohingya tepat pada waktunya.
Penyusunan makalah sudah kami lakukan semaksimal mungkin
dengandukungan dari banyak pihak, sehingga bisa memudahkan dalam
penyusunannya.Untukitu kami pun tidak lupa mengucapkan terima kasih dari
berbagai pihak yang sudah membantu kami dalam rangka menyelesaikan makalah
ini.
Tetapi tidak lepas dari semua itu, kami sadar sepenuhnya bahwa dalam
makalahini masih terdapat banyak kekurangan baik dari segi penyusunan bahasa
serta aspek- aspek lainnya.
Maka dari itu, dengan lapang dada kami membuka seluas-luasnya pintu
bagi para pembaca yang ingin memberikan kritik ataupun sarannya demi
penyempurnaan makalah ini. Akhirnya penyusun sangat berharap semoga dari
makalah yang sederhana ini bisa bermanfaat dan juga besar keinginan kami bisa
menginspirasi para pembaca untukmengangkat berbagai permasalahan lainnya
yang masih berhubungan pada makalahmakalah berikutnya.

Jambi,25 september 2021


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................2
DAFTAR ISI....................................................................................................................3
BAB I................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
1.1Latar Belakang........................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................5
1.3 Tujuan Makalah.....................................................................................................5
BAB II...............................................................................................................................6
PEMBAHASAN...............................................................................................................6
2.1 Perkembangan islam di Fhilipina dan Myanmar......................................................6
2.2 Bagaimana tanggapan masyarakat fhilipina dan Myanmar tentang islam................8
4.4 penyebab Myanmar melintas muslim rohingya......................................................10
BAB III...........................................................................................................................12
PENUTUP.......................................................................................................................12
3.1 Kesimpulan...........................................................................................................12
3.2. SARAN.................................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Langkah pertama dimulai dengan datangnya orang Islam di Mindanao
pada awal abad ke-14 di pulau Sulu penyebar Islam pertama bernama masa Ika
tahun 1365 kedua Syarif tahun 1381 ketika raja bagindo seorang bangsawan
Minangkabau datang bersama pengikutnya tahun 1390 dan beliau diangkat
sebagai raja setempat Syarif abubakar datang pada tahun 1434 dan seorang Arab
dari Palembang dan diangkat sebagai raja dan mulailah kesultanan Sulu dan
beliaulah yang pertama mendirikan pemerintahan Islam di sana di bawah
pemerintahan Syarif abubakar 1434 sampai 1465 masehi hampir seluruh Filipina
dikuasai Islam Syarif Muhammad bin Ali datang dari Johor tahun 1486 masehi
dan dinobatkan menjadi raja di Mindanao dengan gelar Sultan danau melalui jalur
dengan Islam menyebar di Utara pada tahun 1521 sebuah pemukiman Islam
berdiri di mana Lia manila dan sebuah lagi di pondok dari sini dapat dilihat bahwa
telah terjadi asimilasi berbagai suku dan bangsa datang ke Filipina waktu itu
seperti adanya bangsa Arab datang bangsa melayu sehingga dapat dipastikan
bahwa terjadi pembauran budaya yang diikat dengan 1 kepercayaan yaitu Islam.
Masyarakat Moro di Filipina Selatan merupakan minoritas dan
terkonsentrasi mereka telah mengalami proses proses dengan semakin gencarnya
perluasan militer politik dan ekonomi secara berturut-turut oleh penguasa Spanyol
Amerika dan republik Filipina pada tahun 1009 48 jumlah masyarakat Moro di
Filipina Selatan telah menjadi kurang dari separuh 38% dan pada tahun 1970 telah
menjadi 21% faktor utama penurunan jumlah ini adalah karena terencana dan
besar-besaran dari bagian utara Filipina ke tanah akibatnya hanya masyarakat
menurun menjadi semakin terjepit dan terisolasi ketika kekuatan kolonial Spanyol
tiba di Filipina muslim Mindanao kepulauan Sulu tawi tawi pulau basilan dan
pahlawan sudah memiliki negara dan pemerintahannya sendiri dengan hubungan
diplomasi dan perdagangan dengan negara-negara lain termasuk Cina sistem
administrasi dan politik didasarkan pada hubungan yang ada di negara-negara
tersebut bahkan saat itu bangsa Moro sudah memiliki sistem administrasi dan
pertahanan yang mampu mendukung perang perlawanan militer terhadap
kekuatan kolonial barat selama beberapa abad dan mampu memelihara intensitas
mereka sebagai entitas
Meskipun Islam menjadi minoritas terdekat wilayah yang menjadikan
Islam sebagai agama mayoritas yaitu di Filipina bagian selatan proses islamisasi
di Filipina pada masa awal adalah melalui tiga hal yaitu perdagangan perkawinan
dan Politik Islam menyentuh daratan Filipina sekitar abad ke-12 sampai ke-13
masyarakat Muslim setempat juga meyakini itu di Filipina para pendakwah Islam
menyebar menjadi kekuatan politik sehingga terbentuklah kesultanan-kesultanan
Islam Syarif abubakar merupakan raja pertama di kesultanan Islam solo sementara
itu Syarif kebungsuan menjadi penguasa muslim di Mindanao sejak saat itu Islam
terus diterima secara luas oleh masyarakat Filipina Selatan dengan kata lain Islam
berkembang di Filipina tidak lama setelah menyebar di dunia Melayu seperti hal
di nusantara Islam memperkenalkan diri kepada masyarakat Filipina khususnya
Filipina bagian Selatan dengan cara damai sehingga Islam dapat diterima
penduduk lokal sampai berkembang menjadi kesultanan Sulu dan Mindanao
sebelum para pedagang dari Eropa sampai ke Philipina orang-orang muslim dari
Arab telah lebih dulu berdagang sampai ke Philipina ratusan tahun Ratusan tahun
sebelum Spanyol menjajah Filipina masyarakat Filipina sudah mengenal dan
memeluk agama Islam

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana perkembangan islam di Filipina dan Myanmar?
2. Bangaimana tanggapan masyarakat filipina dan Myanmar terhadap islam?
3. Apa saja Konflik dan Penyebab Myanmar menindas muslim rohingya?

1.3 Tujuan Makalah


1. Untuk mengetahui perkembangan islam di Filipina dan Myanmar
2. Untuk mengetahui tanggapan masyarakat filipina tentang islam dan
Myanmar
3.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Perkembangan islam di Fhilipina dan Myanmar


Perkembangan Islam diwilayah Mindanao dan Sulu diawali kedatangan
saudagar-saudagar yang dipimpin seorang ulama Arab bernama Syarif Auliya
Karim al-Mahdum dan Raja Baguinda yang menyebarkan ajaran Islam. Sebutan
penyebar Islam di wilayah ini antara lain masyaikha, Makhdum dan Auliya.
Masing-masing kelompok menyatakan diri sebagai orang yang dekat dengan
keturunan Nabi Muhamad SAW.Khusus sosok Raja Baguinda dari catatan
sejarah beilau datang lebih belakangan setelah perkembangan Islam diSumatra
Barat berjalan intensif, mengingat Raja Baguinda adalah seorang pangeran dari
keturunan raja-raja Pagaruyung Sumatra Barat. Menurut Cesar A.Majul, dalam
"The Role of Islam In History of Fhilipina People", membagi dua pendekatan
tentang keberadaan sulthan muslim di bagian selatan terutama Kesultanan Sulu
dan Mindanao.Kedua, pendekatan yang memandang raja-raja sebagai bagian
dari konstelasi yang lebih luas dari sulthan dan raja-raja yang sebenarnya
bagiandari daar al Islam, sebagai prasarat dari sebuah sistem kekuasaan Islam
saat itu (Majul, 1980:9).Pada saat masuknya kolonial Spanyol ke Filipina pada
tanggal 16 Maret 1521 M, penduduk muslim telah mencium adanya maksud lain
dibalik ekspedisi ilmiah Ferdinand de Magelhands.Kolonial Spanyol
menghabiskan waktu tidak kurang 375 tahun untuk melawan dan
menaklukkan kelompok muslim Selatan Filipina, namun hal ini umat Islam
tetap tidak dapat ditaklukan, hingga berpindah kekuasaan kolonial Spanyol
kepada Amerika. Menurut Cesar Adib Majul adanya konflik antara muslim
Moro dengan koloni Spanyol dilatarbelakangi lebih oleh dominan perebutan
pengaruh agama (Gospel) ketimbang faktor-faktor lain seperti ekonomi
(gold) dan politik (glory), sehingga munculnya “perang Moro”.
Filipina merupakan salah satu Negara yang terdapat di Asia Tenggara
yang mayoritas penduduknya beragama Katolik.Islam agama minoritas.Meskipun
Islam menjadi minoritas, terdapat wilayah yang menjadikan Islam sebagai agama
utama yaitu di Filipina bagian Selatan. Proses islamisasi di Filipina pada masa
awal adalah melalui tiga hal,yaitu perdagangan, perkawinan dan politik.
Diterimanya Islam oleh orang-orang Mindanao, Sulu, Manilad dan sepanjang
pesisir pantai kepulauan Filipina tidak terlepas dari ajaran Islam yang dibawa oleh
para pedagang tersebut dapat mengakomodasi tradisi lokal.Umat Islam Filipina
yang kemudian dikenal dengan bangsa Moro, akhirnya menghadapi berbagai
hambatan baik pada masa kolonial maupun pasca kemerdekaan. Bila direntang ke
belakang, perjuangan bangsa Moro dapat dibagi menjadi tiga fase: Moro berjuang
melawan penguasa Spanyol selama lebih dari 375 tahun (1521-1898). Moro
berusaha bebas dari kolonialismeAmerika selama 47 tahun (1898-1946). Moro
melawan pemerintah Filipina (1970-sekarang). Minimal ada tiga alasan yang
menjadi penyebab sulitnya bangsa Moro berintegrasi secara penuh kepada
pemerintah Republik Filipina. Bangsa Moro menerima Undang-Undang Nasional
karena jelas undang-undang tersebut berasal dari Barat dan sulit bertentangan
dengan ajaran Islam. Sistem sekolah yang menetapkan kurikulum yang sama
tanpa membedakan perbedaan agama dan budaya membuat bangsa Moro malas
untuk belajar di sekolah yang didirikan oleh pemerintah. Adanya trauma dan
kebencian yang mendalam pada bangsa Moro atas program perpindahan yang
dilakukan oleh pemerintah Filipina ke wilayah mereka di Mindanao,
Majul menegaskan bahwa perang ini seperti ada benang merah dan
kelanjutan dari perang Salib antara kekuasaan Islam dengan Eropa. Menarik
studi yang dilakukan George C. Decassa, seorang rohaniwan (pendeta)
Katolik Filipina, dalam disertasinya yang berhasil dipertahankan di Universitas
Gregoriana Roma Italia, tentang gerakan jihad fisabilliah penduduk Muslim
Filipina Selatan, Menurut Decassa, makna yang terkandung dalam kata umat
bisa sangat ideologis dan bernuansa politis, tergantung pada kondisi dan sisi
pandangnya. Salah satu tantangan terberat yang dialami umat muslim Filipina
sejak zaman kesultanan sampai perjanjian traktat Paris.
Jajahan Amerika saat mengawali ekspansi dan kolonialisasi di wilayah
Selatan Filipina menampilkan gerak langkah seperti bersahabat dan dapat
dipercaya akan janji-janjinya. Hal ini diperkuat dengan ditandatanganinya traktat
Bates tanggal 20 Agustus 1898 M, yang isinya Amerika bertekad akan
memberikan kebebasan beragama, kebebasan menyampaikan aspirasi dan
meningkat tarap pendidikan bangsa Moro. Islam di Filipina berkembang
disebarkan oleh da’i pengembara di kawasan Filipina Selatan, M. Seorang tabib
dan ulama Arab bernama Karimul Makhdum dan Raja Baguinda tercatat sebagai
orang pertama yang menyebarkan ajaran Islam di kepulauan. Selain itu juga
melalui jalur perdagangan dan politik.
Umat Islam Filipina yang kemudian dikenal dengan bangsa Moro, pada
akhirnya menghadapi berbagai hambatan baik pada masa kolonial maupun pasca
kemerdekaan. Bila direntang ke belakang, perjuangan bangsa Moro dapat dibagi
menjadi tiga fase: Pertama, Moro berjuang melawan penguasa Spanyol selama
lebih dari 375 tahun (1521-1898). Kedua, Moro berusaha bebas dari kolonialisme
Amerika selama 47 tahun (1898-1946). Ketiga, Moro melawan pemerintah
Filipina (1970-sekarang).
Minimal ada tiga alasan yang menjadi penyebab sulitnya bangsa Moro
berintegrasi secara penuh kepada pemerintah Republik Filipina. Pertama, bangsa
Moro sulit menerima Undang-Undang Nasional karena jelas undang-undang
tersebut berasal dari Barat dan Katolik dan bertentangan dengan ajaran Islam.
Kedua, sistem sekolah yang menetapkan kurikulum yang sama tanpa
membedakan perbedaan agama dan kultur membuat bangsa Moro malas untuk
belajar di sekolah yang didirikan oleh pemerintah.
Ketiga, adanya trauma dan kebencian yang mendalam pada bangsa Moro
atas program perpindahan penduduk yang dilakukan oleh pemerintah Filipina ke
wilayah mereka di Mindanao, karena program ini telah mengubah mereka dari
mayoritas menjadi minoritas di segala bidang kehidupan.Islam sampai ke
Myanmar atau yang dulu sebelum 1972 disebut Burma, melalui beberapa
jalan. Pedagang Arab sudah mulai datang dan menetap di sepanjang garis
pantai Myanmar selama abad 1 H (Abad VII M), atau sesudahnya. Awalnya
para pedagang Arab ini menempati wilayah di kawasan sekitar pantai
Arakan, baru kemudian ke arah Selatan. Para saudagar Arab yang beragama
Islam ini mendarat di delta Sungai Ayeyarwady, Semenanjung Tanintharyi,
dan Daerah Rakhin. Tahun-tahun berikutnya, para pedagang India dan
Melayu telah efektif dalam menyebarkan Islam. Kedatangan umat Islam ini
dicatat oleh orang-orang China, Eropa, dan Persia. Para pelaut Muslim telah
datang ke Myanmar pada abad ke 9 M. Para pengelana dari China pada
tahun 860 M menemukan daerah koloni Persia di perbatasan Yunnan.
Seorang pelancong Persia, Ibnu Khordabheh, pelancong Arab abad IX,
Sulaiman, dan pelancong Persia abad X, Ibnu Al-Faqih, dalam tulisantulisan
mereka telah menyebut tentang daerah Burma Selatan 1 .

2.2 Bagaimana tanggapan masyarakat fhilipina dan Myanmar tentang islam


Bangsa Moro adalah bangsa yang penuh kebanggaan dengan sejarah
gemilang Ketika suku-suku di Filipina masih hidup dalam kelompok kecil, orang
Moro sudah sanggup membangun kerajaan. Langkah pertama dimulai dengan
datangnya orang Islam di Mindanao pada awal abad ke 14. Di Pulau Sulu
penyebar Islam pertama bernama Masha’ika tahun 1365, kedua Syarif Makhdin
tahun 1381,ketiga Raja Bagindo seorang bangsawan Minangkabau datang
bersama pengikutnya tahun 1390 dan beliau diangkat sebagai raja setempat. Syarif
Abu Bakar datang pada tahun 1434 dan seorang arab dari Palembang dan diangkat
sebagai raja dan mulailah kesultanan Sulu dan beliaulah yang pertama mendirikan
pemerintahan Islam di sana.Di bawah pemerintahan syarif Abu Bakar (1434-1465
M) hamper seluruh Filipina dikuasai Islam. Syarif Muhammad bin Ali datang dari
Johor tahun 1486 M dan dinobatkan menjadi raja di Mindanao dengan gelar
Sultan Mangendanao.Melalui jalur dagang Islam menyebar di utara. Pada tahun
1521 sebuah pemukiman Islam berdiri di Manila dan sebuah lagi di Tondo.Dari
sini dapat dilihat bahwa telah terjadi asimilasi. Berbagai suku dan bangsadatang
ke Filipina waktu itu. Seperti adanya bangsa Arab datang, bangsa Melayu,
sehingga dapat dipastikan bahwa terjadi pembauran budaya yang diikat dengan
satu kepercayaan yaitu Islam. Masyarakat Moro di Filipina Selatan merupakan
minoritas dan terkontsetrasi. Mereka telah mengalami proses proses peminoritasan
dengan semakin gencarnya perluasan militer, politik dan ekonomi secar berturut-
turut oleh penguasa spanyol, Amerika, dan Republik Filipina. Pada Tahun 1948
Jumlah masyarakat Moro di Filipina selatan telah menjadi kurang dari separoh (38
%) dan pada tahun 1970 telah menjadi 21 %. Faktor utama penurunan jumlah ini
adalah karena migrasi terencana dan besar-besaran dari bagian utara Filipina ke
tanah Moro akibatnya hanya masyarakat Moro menjadi semakin terjepit dan
terisolasi. Tahun 1987 menjadi 9,4 % dari 40,7 juta penduduk yakni sekitar 5 juta
orang. Kemudian pada tahun 1990 menjadi 8,5 % dari total penduduk 66 juta
yaitu berkisar 5-6 juta jiwa. Mereka tidak siap menghadapi persaingan di hampir
semua bidang, apalagi lahan perekonomian tradisional merekapun terpaksa ikut
diperebutkan. Upaya pemerintah Amerika Serikat yang kemudian dilanjutkan
pemerintah Republik Pilipina untuk mengintegrasikan masyarakat Moro melalui
elite muslim ternyata tidak berhasil. Kecendrungan untuk menganak-emaskan
kelompok kecil ini tidak membuka saluran bagi masyarakat muslim secasra
keseluruhan. Akibatnya elit tersebut justru kehilangan kepercayaan dikalangan
masyarakat Moro yang memicu terjadinya komplik internal dikalangan
masyarakat Moro. Meskipun terdapat perpecahan dikalangan Moro.
Kebangkitan Islam terus digaungkan oleh dua kelompok yang sama-sama
mengatasnamakan umat Islam Filipina. Kelompok pertama berpandangan radikal,
dipegang oleh para anggota Moro National Liberation Front (MNLF) yang
merupakan minoritas di kalangan penduduk muslim. Kelompok kedua
berpandangan moderat, dipegang oleh warga Muslim yang ingin memprakarsai
berbagai perubahan dalam masyarakat yang lebih luas. Kelompok moderat yang
didukung oleh mayoritas penduduk berusaha mempertahankan diri sebagai
masyarakat Muslim. Mereka mau masuk ke dalam sistem politik Filipina demi
mencapai tujuan-tujuan mereka, dengan menggunakan semua cara-cara legal dan
konstitusional yang ada, termasuk penyebarluasan ide-ide pemikiran,
mengorganisir kelompok-kelompok penekan dan berpartisipasi dalam usaha-
usaha pemerintah untuk menemukan suatu penyelesaian yang damai adil terhadap
Moro. Moro National Liberation Front (MNLF) menggunakan dua strategi yakni
menarik perhatian internasional, khususnya negara-negara Islam – tentang nasib
mereka yang tertindas; menjalankan perang gerilya untuk melemahkan
Pemerintah Filipina. Suasana dan posisi umat Islam di Pilifina mempengaruhi
strategi dan keberlangsungan kegiatan dakwah. Sebuah organisasi Islam yang
berskala Filipina adalah CONVISLAM atau “Converst to Islam”, yang didirikan
pada tahun 1954 secara aktif bergerak untuk kegiatan dakwah. Pada tahun 1981,
Convislam mempelopori sebuah organisasi dakwah yang berskala nasional yang
disebut Islamic Da’wah Council of the Philippines, Inc (Majlis al-Da’wah al-
Islamiyyah al-Philipiniyyah) untuk menjadi payung semua gerakan dan kegiatan
dakwah. Kegiatan-kegiatannya antara lain penerbitan buku-buku Islam, kunjungan
ke cabang-cabang provinsi, menyelenggarakan.
Di samping itu, terdapat banyak sekolah madrasah yang didirikan oleh
organisasi-organisasi Muslim terutama di provinsi-provinsi bagian selatan.
Kemudian seorang tokoh terkenal Muslim Filipina, Peter Gordon Gowing, juga
menyebutkan kelompok dakwah seperti tableegh Marawi City. Mereka ini adalah
Shubba’anol Muslimeen Tableegh of Philippenes, Jama’at Tableegh, dan Islamic
Tableegh of the Philippines. Organisasi-organisasi ini sedikit yang dapat diketahui
karena kurangnya informasi yang lebih jauh mengenai eksistensi dan kegiatannya,
kendati dari sisi distribusi keanggotaannya cukup luas. Hal yang tidak dapat
dilewatkan mengenai organisasi-organisasi yang erat kaitannya dengan
kebangkitan Islam di Filipina walaupun sangat terkait dengan posisi tawar –
menawar antara umat Islam.secara umum dengan pemerintah antara lain lahirnya
Peranan Kementerian Urusan Muslim, yang antara lain bertugas
menyelenggarakan ibadat haji. Demikian pula Bank Amanah, sebuah bank
Muslim yang berhubungan dengan kementerian, dan secra khusus didirikan untuk
melaksanakan ketentuan Islam mengenai larangan riba. Didirikannya bank
semacam ini sungguh merupakan suatu prestasi. Secara umum gambaran
masuknya Islam di Philiphina melalui beberapa fase, dari penjajahan sampai masa
modern.
Konflik antara etnis Rohingya dan mayoritas penduduk Myanmar yang
mayoritas beragama Budha seolah tak berkesudahan. Puluhan ribu warga
Rohingya terlunta-lunta mengungsi ke negara lain, termasuk Indonesia.Di
Myanmar, etnis Rohingya tak diakui sebagai warga negara. Mereka kesulitan
memperoleh akses kesehatan, pendidikan dan perumahan yang layak. Kekerasan
juga terus terjadi

4.4 penyebab Myanmar melintas muslim rohingya


Secara umum orang berpendapat, krisis Rohingya di Myanmar adalah
masalah agama. Tetapi menurut Kepala bidang penelitian pada South Asia
Democratic Forum, Siegfried O Wolf, krisis ini lebih bersifat politis dan
ekonomis. Dari sisi geografis, penduduk Rohingya adalah sekelompok penganut
Muslim yang jumlahnya sekitar satu juta orang dan tinggal di negara bagian
Rakhine. Wilayah Rakhine juga ditempati oleh masyarakat yang mayoritas
memeluk agama Budha.Rakhine dikenal sebagai wilayah yang kaya akan sumber
daya alam. Tetapi hal itu menjadi timpang ketika pada kenyataannya tingkat
kemiskinan di sana ternyata tinggi.
Komunitas warga Rakhine merasa didiskriminasi secara budaya, juga
tereksploitasi secara ekonomi dan disingkirkan secara politis oleh pemerintah
pusat, yang didominasi etnis Burma. Dalam konteks spesial ini, Rohingya
dianggap warga Rakhine sebagai saingan tambahan dan ancaman bagi identitas
mereka sendiri. Inilah penyebab utama ketegangan di negara bagian itu, dan telah
mengakibatkan sejumlah konflik senjata antar kedua kelompok," kata Siegfried O
Wolf saat diwawancarai oleh media Jerman Deutsche Welle (DW). Mayoritas
warga Rakhine menilai Rohingya sebagai saingan dalam hal mencari pekerjaan
maupun untuk kesempatan untuk berwirausaha. Dari permasalahan politik, warga
Rakhine merasa jika kaum Rohingya telah mengkhianati mereka lantaran tidak
memberikan suara bagi partai politik mayoritas penduduk setempat. Jadi bisa
dibilang, rasa tidak suka warga Buddha terhadap Rohingya bukan saja masalah
agama, melainkan didorong masalah politis dan ekonomis," kata Wolf.Hal ini
diperburuk oleh sikap pemerintah Myanmar yang bukannya mendorong
rekonsiliasi, tetapi malah mendukung kelompok fundamentalis Budha.Umat
Budha di dunia sendiri mengutuk kekerasan yang dilakukan kelompok garis keras
di Myanmar. Tahun 2014 lalu, Dalai Lama meminta Umat Budha menghentikan
kekerasan di Myanmar dan Sri Lanka. Saya menyerukan kepada umat Buddha di
Myanmar, Sri Lanka, membayangkan wajah Buddha sebelum mereka berbuat
kejahatan. Buddha mengajarkan cinta dan kasih sayang. Jika Buddha ada di sana,
dia akan melindungi muslim dari serangan umat Buddha," pesan Dalai Lama.
Di dalam negeri Myanmar, nyaris tak ada yang membela Muslim Rohingya.
Dunia mengutuk pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi yang diam seribu bahasa
soal penindasan di Rohingya.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Islam di Filipina berkembang disebarkan oleh da’i pengembara di kawasan


Filipina Selatan, M. Seorang tabib dan ulama Arab bernama Karimul Makhdum
dan Raja Baguinda tercatat sebagai orang pertama yang menyebarkan ajaran Islam
di kepulauan. Selain itu juga melalui jalur perdagangan dan politik.
Umat Islam Filipina yang kemudian dikenal dengan bangsa Moro, pada
akhirnya menghadapi berbagai hambatan baik pada masa kolonial maupun pasca
kemerdekaan. Bila direntang ke belakang, perjuangan bangsa Moro dapat dibagi
menjadi tiga fase: Pertama, Moro berjuang melawan penguasa Spanyol selama
lebih dari 375 tahun (1521-1898). Kedua, Moro berusaha bebas dari kolonialisme
Amerika selama 47 tahun (1898-1946). Ketiga, Moro melawan pemerintah
Filipina (1970-sekarang).
Minimal ada tiga alasan yang menjadi penyebab sulitnya bangsa Moro
berintegrasi secara penuh kepada pemerintah Republik Filipina. Pertama, bangsa
Moro sulit menerima Undang-Undang Nasional karena jelas undang-undang
tersebut berasal dari Barat dan Katolik dan bertentangan dengan ajaran Islam.
Kedua, sistem sekolah yang menetapkan kurikulum yang sama tanpa
membedakan perbedaan agama dan kultur membuat bangsa Moro malas untuk
belajar di sekolah yang didirikan oleh pemerintah.
Ketiga, adanya trauma dan kebencian yang mendalam pada bangsa Moro
atas program perpindahan penduduk yang dilakukan oleh pemerintah Filipina ke
wilayah mereka di Mindanao, karena program ini telah mengubah mereka dari
mayoritas menjadi minoritas di segala bidang kehidupan.

3.2. SARAN

Sebagai Makhluk Tuhan Yang Maha Esa kami menyadari bahwa masih
banyak hal-hal yang kami lakukan sebagai kesalahan .Hendaknya kesalahan
tersebut dapat kami perbaiki melalui saran dan kritik yang kami harapkan dari
pembaca dan peserta diskusi .Dan kami ucapkan terima kasih atas partisipasi yang
telah di berikan ,semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua
DAFTAR PUSTAKA

Abd, ghofur.2016.dinamika muslim moro di Filipina selatan dan gerakan sparatis


abu Sayyaf,riau.vol.13.no.2 hal.175-179

Hasaruddin.2019.perkembangan sosial islam di Filipina. Makassar.vol.1.no.1.hal


32-35

Kardiyat wiharyanto,1993.sejarah Myanmar modern,Yogyakarta.Universitas


sanata darma

A.syahraeni, M.Ag,2010.islam di Filipina.vol.10.no 2.hal.195-198

Eggy fajar andalas.2017.kajian budaya dan perubahan sosial,vol.1.no.2 hal.8-19

Anda mungkin juga menyukai