Anda di halaman 1dari 9

Sekilas Pemahaman Teori Interaksionisme Simbolik Dalam Antropologi

SEKILAS PEMAHAMAN TEORI INTERAKSIONISME


SIMBOLIK DALAM ANTROPOLOGI
Wa Ode Sifatu
Antropologi FISIP Unhalu Kendari
Anduonou, Jalan M.T Haryono, Kendari, Sulawesi Tenggara
waodesifatu@yahoo.co.id

Abstrak
Teori merupakan alat yang memiliki fungsi untuk menjelaskan fakta yang sudah
diketahui dan membuka celah pemandangan yang baru yang dapat mengantar kita
menemukan fakta-fakta baru. Teori menstimulasi ide-ide baru, memudahkan
untuk mengajukan pertanyaan baru untuk menuntun pekerjaan lapangan. Isu teori
merupakan metode untuk melihat peran dan cara menempatkan teori dalam
penelitian antropologi yang dikenal dengan istilah kerangka teori dalam desain
penelitian. Bagi karya etnografi yang sudah dihasilkan antropolog dapat dilihat
dari asumsi-asumsi, pertanyaan-pertanyaan, bukti-bukti, fakta-fakta, dan temuan-
temuan yang terbangun dari karya etnografi tersebut. Kemudian karya etnografi
sebagai hasil keterangan informan yang dikaji, hasil pengamatan, analisis peneliti
yang terintegrasi dengan konsep-konsep atau teori-teori yang dibangun peneliti.
Hal ini dibangun juga dari diskusi sejumlah karya etnografi, cara pandang dan
perspektif, serta sentiment-sentimen peneliti sendiri. Salah satu perspektif yang
mempengaruhi perjalanan teori dalam antropologi adalah Interaksionisme
Simbolik.

Kata Kunci : interaksionisme, etnografi, ide baru

Pendahuluan penganutnya dikembangkan untuk


Interaksionisme Simbolik menganalisis tindakan bersama (joint
bersumber dari pendapat seorang ahli action) sebagai sebuah upaya kooperatif
filsafat sosial: George H. Mead (1863- dan kreatif.
1931), mengenai Mind, Self, and Society. Kesepakatan sosial dan kendali
Kemudian berkembang dalam bidang sosial tidak pernah lengkap, konflik antara
Sosiologi di IOWA dengan tokohnya adalah individu dengan kelompok, dan antara
Manford H. Kuhn (1911-1963), dalam kelompok dengan kelompok merupakan
dalam Antropologi yang tokohnya adalah sesuatu yang selalu menyatu dalam
John H. Blumer (1900-1987). Mead kehidupan manusia sehari-hari, karena
mendeskripsikan mengenai dialektika setiap individu juga selalu memerankan
antara individu dan orang lain, orang lain. Interaksi manusia yang
mengemukakan bahwa diri sebagai bagian menciptakan kesadaran bahwa manusia
dari internalisasi orang lain, merupakan harus memerankan orang lain tersebut, para
subjek yang bertujuan sebagai kendali penganut interaksionisme simbolik
dalam masyarakat/kelompok tertentu. Peran menganalogikan kehidupan sosial itu
diri oleh setiap individu digunakan untuk sebagai panggung drama (Berger, 1976;
memanipulasi simbol-simbol kelompok Blummer, 1969, dan Goffman, 1959).
dalam rangka menciptakan kehidupan sosial Goffman memperlakukan rumah sakit
yang teratur, muncullah istilah yang disebut sebagai ruang sosial yang berfungsi sebagai
interaksionisme simbolik yang oleh para penjaga manusia berpenyakit mental secara
Forum Ilmiah Vol 11 Nomer 1 Januari 2014 6
Sekilas Pemahaman Teori Interaksionisme Simbolik Dalam Antropologi

khusus, mendeskripsikan, mendetail manusia ingin menciptakan penafsiran


kehidupan sehari-hari, orang-orang terasing mereka sendiri tentang sebuah kenyataan
itu (baik yang dirawat maupun yang sosial akibat dari interaksi-interaksi
merawat), dengan maksud untuk memahami sebelumnya. Atas dasar penafsiran itulah
perilaku yang menjadi paksaan manusia masuk ke dalam jenis-jenis
organisasional. hubungan sosial tertentu yang dikenal
Kesimpulan Goffman bahwa setiap dengan sebuah kegiatan antar pribadi.
manusia sebagai subjek pelaku senantiasa Dari kegiatan antar pribadi
dapat menaklukkan sistem yang dibuat muncullah konsensus dalam kadar tertentu
untuk memagari tindakan sosialnya. Pada mengenai apa yang sedang terjadi dan siapa
dasarnya tindakan sosial terjadi dari yang memainkan peran tertentu dalam
interaksi-interaksi kongkrit yang melibatkan drama itu. Kegiatan ini tidak harus
subjek pelaku untuk melakukan respon menghasilkan persetujuan karena setiap diri
terhadap aturan-aturan (rules) yang ada. memiliki pandangan sendiri mengenai
Setiap manusia berelasi dengan sesamanya sesuatu yang sedang terjadi (Blummer,
dalam rangka membagi makna, tindakannya 1969). Setiap individu melihat kenyataan
akan bertolak dari peranannya sebagai sosial adalah suatu fakta objektif yang harus
orang perorang atau subjek bebas dengan diperhitungkan dengan sikap-sikap dan
segenap motif dan instrumen pembentuk kepercayaan-kepercayaan orang lain. setiap
maknanya sendiri. Subjek pelaku bebas individu harus menginterpretasikan sikap-
merespon terhadap segala yang tampak sikap itu agar dapat melaksanakan
(seeming) dan mengartikan gejala-gejala hubungan-hubungan rutin dengan orang
(being) atau juga memaknai segala lain. setiap individu tidak perlu sama sekali
kebenaran itu sendiri. menerima pandangan-pandangan orang
Gambaran itu, diantaranya dapat lain, karena ia bukan bagian dari hubungan-
dilihat pada relasi face to face atau hubungan yang membentuk penafsiran-
perjumpaan dalam kehidupan sosial sehari- penafsiran standar tentang kenyataan sosial.
hari. Tindakan sosial dapat dipahami lebih Makna-makna sosial adalah hasil-
pada bagaimana orang menciptakan dan hasil kelompok yang dialami bersama
mempergunakan makna-makna, daripada secara luas yang dicapai dengan kerjasama
bagaimana petunjuk, norma, dan nilai-nilai melalui seleksi atas ciri-ciri dunia eksternal
kultural menyediakan penjelasan-penjelasan yang dapat dianggap bermakna. Bertolak
atas makna tindakan tersebut (Blummer, dari kenyataan tersebut maka ruang
1969; Goffman, 1974; 247-300, dan spontanitas individu cukup membuat
Sutrisno, 2003:64). Para penganut metafor yang sesuai untuk kehidupan sosial,
interaksionisme simbolik menyadari yaitu merupakan sebuah permainan (game)
keberadaan adat kebiasaan, peran-peran, daripada sekedar main-main (plays). Para
dan institusi-institusi sosial yang individu bebas bertindak dan bekerjasama
membentuk aturan-aturan sosial; tetapi dalam aturan-aturan yang longgar. Mereka
keberadaan aturan-aturan sosial itu pada tidak harus membuat garis-garis yang pasti
taraf tertentu akan kabur dan tidak mampu atau sikap-sikap yang telah ditentukan
memerinci aturan-aturan sosial itu sendiri. sebelumnya, karena sebagai subjek pelaku
Aturan-aturan sosial tersebut hanya manusia senantiasa dapat menaklukkan
merupakan kerangka kerja yang memberi sistem yang dibuat untuk memagari
ruang setiap individu untuk berinteraksi dan tindakan sosialnya (Blummer, 1969;
menghadap persoalan-persoalan yang ada. Goffman, 1974, dan Mead, 1934).
Interaksionisme simbolik percaya bahwa
Forum Ilmiah Vol 11 Nomer 1 Januari 2014 7
Sekilas Pemahaman Teori Interaksionisme Simbolik Dalam Antropologi

Walau demikian harus diakui Pendekatan interaksionisme


bahwa aturan-aturan dan norma-norma itu simbolik yang merupakan salah satu ranah
justru seringkali dilawan oleh subjek pelaku mikro sosial akan memaksa penganutnya
secara aktif, kreatif, bahkan manipulatif berusaha untuk mengamati secara penuh
dalam menghadapi lingkungannya yang dan intens tindakan sosial pelaku subjek,
terekspresi dalam tindakan sosialnya. tema-tema seperti konflik politik, pilihan
Dengan demikian, tindakan sosial subjek kebijakan, pertumbuhan gerakan sosial,
pelaku, di satu sisi bisa menciptakan sistem dinamika organisasi, trend perkembangan
sosial, tetapi sisi lain juga melawan sistem dalam dunia kesenian. Tema-tema tersebut
sosial yang telah tercipta sebelumnya. Hal tidak akan terungkap secara terinci dan
ini terjadi, karena sebagai subjek pelaku komprehensif tanpa mengamati secara
(manusia) senantiasa berusaha untuk langsung proses yang dilakukan subjek
memanipulasi keteraturan normatif. Sejalan pelaku. Hal itu dilakukan untuk melihat
dengan hal ini dalam kehidupan sehari-hari hubungan-hubungan antar peran yang
terdapat gambaran perbenturan dan saling dilakukan masing-masing aktor dalam
tarik menarik antara aturan-aturan normatif memerankan interaksi sosialnya. Demikian
dengan pragmatik, norma dengan tindakan, juga implikasi metodologis, mengkaji
serta ide dengan tindakan sosial (Bailey tindkaan sosial subjek pelaku (individu-
dalam Syaifuddin, 2005:175-180). individu) dalam ruang sosial terhadap
Perbenturan tarik menarik antara aturan- aktivitas sehari-hari dibutuhkan metode
aturan normatif dengan pragmatik, norma pengumpulan data lapangan dengan
dengan tindakan, serta ide dengan tindakan intensitas yang tinggi dari si peneliti, yaitu
sosial itulah yang menjadi bahan diskusi pengamatan terlibat.
dan ranah kajian dalam antropologi. Pendekatan interaksionisme
Implikasi atas peran sentral subjek simbolik termasuk perspektif mikro
pelaku dalam pendekatan interaksionisme mempelajari tindakan manusia meskipun
simbolik pada dasarnya memuat sejumlah bertolak dari akar yang berbeda ternyata
perspektif, sebagai contoh perhatian khusus juga mengalami persentuhan-persentuhan
pada manusia yang memanfaatkan ruang dengan sejumlah perspektif lain.
sosial melalui membaca situasi dan diantaranya ketika membangun diskusi
berinteraksi dapat membangun diskusi antara peran dan tindakan akan bersentuhan
tentang situasi dan konteks perilaku dalam dengan model analisis fungsional, teori
merespon arena permainan sosial, selain itu tindakan voluntaristik, serta keteraturan
member implikasi pula pada hubungan sosial Parsons (1949, 1951, 1966). Ketika
antara makna (situasi) dan pelaku subjek menempatkan posisi aktor atau setting
yang terekpresi melalui aksi, pemberian dalam melakukan tindakan sosial,
arti, dan representasi diri dari identitas interaksionisme simbolik bersentuhan
masing-masing individu, akan terlihat dengan pemikiran konsep waktu ruang dan
adanya peran semiotika dalam interaksi strukturisasi Anthony Gidden (1979, 1981,
(verbal), karena masing-masing subjek 1984, dan 2000). Ketika aktor (agen)
pelaku mengartikan konteks dan situasi berusaha mendefinisikan dirinya dalam
secara berbeda-beda. Sejumlah situasi dan ruang sosial dan struktural, interaksionisme
konteks tersebut memuat aspek ritual dalam simbolik bersentuhan dengan konsep
institusi sosial yang akan mengarah pada habitus dan ranah Bourdieu (1977 dan
elaborasi dalam tradisi Durkheimian 1983).
(Astono dan Soembogo, 2005;73-85). Peneliti mencoba empati terhadap
pokok materi, subjek, pengalamannya, dan
Forum Ilmiah Vol 11 Nomer 1 Januari 2014 8
Sekilas Pemahaman Teori Interaksionisme Simbolik Dalam Antropologi

berusaha memahami nilai dari tiap orang (sebagaimana yang dimaksudkan kaum
melalui pengamatan dan wawancara. fungsionalis struktural), tidak pula
Pengamatan utama dalam antropologi disebabkan oleh kekuatan dalam
adalah pengamatan terlibat, “amat penting”, (sebagaimana yang dimaksud oleh kaum
melihat orang-orang sebagai kreatif, reduksionis psikologis), tetapi didasarkan
inovatif dalam situasi yang tidak dapat pada pemaknaaan atas sesuatu yang
diramalkan oleh masyarakat dan diri dihadapinya lewat proses yang oleh
dipandang sebagai proses, yang bukan Blummer disebut self-indication.
struktur untuk membekukan proses adalah Proses self-indication adalah proses
untuk menghilangkan intisasi hubungan komunikasi pada diri individu yang dimulai
sosial. dari memulai sesuatu, menilainya, memberi
Interaksionisme Simbolik berbijak makna, dan memutuskan untuk bertindak
pada tiga premis bahwa : berdasarkan makna tersebut. Proses self-
1. Manusia bertindak terhadap sesuatu indication terjadi dalam konteks sosial
berdasarkan makna yang ada pada dimana individu mengantisipasi tindakan-
sesuatu itu bagi mereka. tindakan orang lain dan menyesuaikan
2. Makna tersebut berasal atau muncul dari tindakannya sebagai dia memaknakan
interaksi sosial seseorang dengan orang tindakan itu. Interaksi manusia dijembanti
lain. oleh simbol-simbol, oleh penafsiran, dan
3. Makna tersebut disempurnakan melalui oleh kepastian makna dari tindakan orang
proses penafsiran pada saat proses lain, bukan hanya sekedar saling bereaksi
interaksi sosial berlangsung. sebagaimana model stimulus-respons.
Sesuatu/objek ini tidak mempunyai Teori interaksionisme simbolik
makna instrinksik, karena makna yang bertolak pada tiga asumsi :
dikenakan pada sesuatu ini lebih merupakan 1. Komunikasi terjadi lewat pembentukan
produk interaksi simbolis, diberi istilah seperangkat simbol yang disepakati
realitas sosial berupa fenomena alam, bersama, simbol-simbol yang dibagi
fenomena artifisial, tindakan seseorang bersama.
verbal/non-verbal, dan apa saja yang patut 2. Konsep self dibentuk lewat proses
dimaknakan. Realitas sosial, hubungan komunikasi.
sesuatu dan makna tidak inheren tetapi 3. Aktivitas sosial terjadi lewat proses
volunteristik, Blummer berpendapat bahwa pengambilan dan pembentukan peran
terlebih dahulu actor melakukan sosial kita bisa mendapatkan
serangkaian kegiatan olah mental : memilih, pemahaman yang paling mendasar dari
memeriksa, mengelompokkan, teori ini dengan cara mempelajati kata-
membandingkan, memprediksi, dan kata kunci di bawah ini dan bagaimana
mentransformasi makna dalam kaitan kata-kata tersebut dipahami secara
dengan situasi, posisi, dan arah bersama-sama.
tindakannya. Pemberian makna tidak Dari ketiga asumsi tersebut terdapat
didasarkan pada makna normatif (yang sejumlah kata kunci seperti :
telah dibakukan sebelumnya), tetapi hasil I : merupakan bagian aktif dari diri kita
dari proses olah mental yang terus-menerus yang mampu menciptakan sebuah
disempurnakan seiring dengan fungsi perilaku.
instrumentalnya, yaitu sebagai pengarahan Me : bagian yang secara sosial
dan pembentukan tindakan dan sikap aktor menunjukkan refleksi dari diri kita,
atas sesuatu tersebut. Tindakan manusia menyediakan seperangkat control
tidak disebabkan oleh kekuatan luar social terhadap perilaku I.
Forum Ilmiah Vol 11 Nomer 1 Januari 2014 9
Sekilas Pemahaman Teori Interaksionisme Simbolik Dalam Antropologi

Self : merupakan kombinasi dari Me dan I. Symbol : representasi dari sesuatu untuk
Self merupakan proses dan bukan sesuatu yang lainnya.
merupakan struktur. Perilaku I dan Significant Symbol : simbol yang memiliki
Me menjelaskan the self, sebagai makna yang telah disepakati bersama.
refleksi dari orang lain. Mind : secara sosial, merupakan proses
Self-Indication : pengalaman dan umpan yang berhubungan dengan tingkah laku
balik dari perilaku I dan penilaian Me dimana seseorang mampu melakukan
terhadap I. Dilihat dari sudut pandang tindakan dan bahkan mampu menciptakan
peran sosial pihak lain. Selanjutnya lingkungannya atau menciptakan objek-
Me akan memberikan arah perilaku objek dalam lingkungannya.
yang seharusnya akan dilakukan I Pemikiran Mead tentang
selanjutnya. Interaksionisme Simbolik tidak dpat dipisah
Generalized Other : ciri khas dari anggota dari pemikiran tentang budya. Michael M.
masyarakat atau kebudayaan tertentu. J. Fischer 2007 Culture and Cultural
Specific Other : gambaran spesifik tentang Analysis as Experimental Systems
seseorang yang berada diluar The Cultural Anthropology: Feb 2007: 22,I;
Self. Academic Research Library pg. I
Role Taking : merupakan proses empati Michael M. J. Fischer berasal dari
dimana kita menempatkan seseorang Massachusetts Institute of Tecnology,
pada tempat orang lain, tempat yang menyatakan tujuh ciri budaya yaitu (1)
lain. hubungan-hubungan antara manusia yang
Play : sebuah aktivitas dimana anak-anak telah diperdebatkan sejak tahun 1848; (2)
memainkan dua peran sekaligus keseluruhan komplek yang dinyatakan pada
yakni sebagai The Self dan juga tahun 1870; (3) keseluruhan bagian-bagian
sebagai The Other, dimana dirinya yang tidak dapat dirubah tanpa
tidak lagi mengenal The Self. mempengaruhi bagian-bagian yang lain
Game : interaksi dimana seorang anak dinyatakan pada tahun 1914; (4) melalui
mampu memainkan The Other yang kekuasaan dan bentuk-bentuk simbol
terlibat didalam aktivitas ini, anak tangga kekuasaan pada tahun 1930; (5)
tersebut merupakan The Self, akan berbagai segi dan pelaksaannya berciri
tetapi dia tidak dapat mengenalinya serba dinegosiasikan pada tahun 1960; (6)
lewat sudut pandang yang lain, ditransformasikan oleh posisi-posisi
dengan demikian, perilaku bukan alternatif, bentuk-bentuk pengorganisasian
merupakan respon akan tetapi dan dipengaruhi oleh sistem-sistem
termasuk ke dalam proses simbolik pada tahun 1980; (7) sebagaimana
interpretatif. Individu mampu dinyatakan berkenaan dengan bangkitnya
mendeskripsikan The Self (jika ilmu-ilmu teknologi baru, media, dan
terjadi) lewat interaksinya dengan hubungan-hubungan bioteknikal pada tahun
orang lain. 2005.
Gesture (non-symbolic) interaction : Awalnya budaya dirumuskan tanpa
tindakan spontan yang timbul akibat dibeda-bedakan dan pengertiannya tidak
respon yang bersifat reflex (misal, saling berhubungan, seperti halnya karya
menarik tangan secara spontan kita seni, media, gaya hidup, agama, orientasi
merasakan tangan yang terbakar). nilai, ideologi, impian, pandangan
Symbolic Interaction : interpretasi terhadap mengenai dunia, jiwa/nyawa/harapan, dan
simbol. sebagainya, karena rumusannya seperti itu
menjadikan ilmu sosial itu pincang,
Forum Ilmiah Vol 11 Nomer 1 Januari 2014 10
Sekilas Pemahaman Teori Interaksionisme Simbolik Dalam Antropologi

tindakan-tindakan sosial terreduksi muncul Quakers sebagaimana Tylor dan


terhadap kemurnian pemahaman sarjana-sarjana lain serta para pembaharu
kebudayaan secara keseluruhan. Hal ini yang menentang legitimasi agama dan
akan menyebabkan rumusan budaya kerajaan. Reformasi itu diikuti di dunia lain,
menjadi konsep yang berbahaya, karena seperti di India, dunia Islam, Cina, Amerika
kebudayaan terdiri dari banyak segi Serikat, dan dimana-mana, yang kemudian
kehidupan manusia. Tantangan analisa dikenal dengan istilah “alternative
kebudayaan adalah untuk mengembangkan modernities” (Gaonkar, 2001). Bersamaan
alat-alat mediasi untuk membantu agar dengan pandangan para penganut reformasi
dapat melihat perbedaan-perbedaan politik ekonomi, termasuk Chartists,
kemampuan manusia dalam menjangkau Abolitionists, St. Simon, Comte, Proudhon,
kebahagiaan hidup berupa kebutuhan akan Marx, dan sebagainya yang mengemukakan
kekuasaan, tuntutan-tuntutan dan perspektif kritik dan gerakan organisasi politik untuk
yang bersifat filosofi. membentuk kembali materi-materi
Fisher mengemukakan pendapatnya lingkungan dan infrastruktur bentuk-bentuk
tentang sistem eksperimental sebagai kebudayaan. Berbagai artikulasi abad ke-
pengembangan dalam studi keilmuan 19 ini, mengembangkan metoda-metoda
(sebagaimana Hans- Jorg Rheinberger’s tentang kebudayaan dalam sosiologi
mengemukakan dalam tulisannya yang klasikal, yaitu antropologi sosial Inggris,
berjudul: Toward a History of Epistemic antropologi kebudayaan Amerika Serikat,
Things [1997]) sebagai cara berfikir strukturalisme Perancis, postsrukturalisme,
tentang bagaimana pandangan dalam ilmu dan pertimbangan-pertimbangan mengenai
antropologi dan sosial telah melibatkannya “alternative modernities”
sebagai alat analisa tentang budaya. Ilmu Pandangan mata yang berharga dari
sosial modern menggunakan istilah budaya para etnografer pada awal dan pertengahan
yang berakar dalam kesejarahan yang abad ke-20 telah sukses dalam meletakkan
muncul dengan tumbangnya regim peta perbandingan filosofikal dari logika-
legitimasi agama dan aristokrasi yang logika kebudayaan dan implikasi-implikasi
feudal dan patrimonial serta berbagai sosial mereka dan berbagai masalah
penderitaan atas adanya perbedaan historikal dari Trobriands, Nuer, Azande,
pandangan antara dunia pertama yang Yoruba, Ndembu, Navacho, Kwakiutl,
menganggap kebudayaan berlaku secara Shavante, Arante, Walpiri, dan sebagainya.
universal berhadapan dengan pandangan Logika kebudayaan di sini dipakai untuk
dunia ke tiga tentang kebudayaan yang menciptakan pengertian-pengertian
tidak universal. struktural dari variasi kebudayaan dan
Menurut sejarah antropologi, Sir E. implikasi sosial mereka dalam domain yang
B. Tylor merumuskan “budaya atau berbeda termasuk dalam pertukaran teori
kebudayaan merupakan keseluruhan yang dan kekerabatan, organisasi politik dan
kompleks termasuk pengetahuan, kosmologi, dan peran para hakim tentang
kepercayaan, seni, moral, hukum, adat hubungan-hubungan perorangan, pidato
kebiasaan, dan kemampuan-kemampuan umum, dan gaya interaksi sosial melalui
dan kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan bahasa, bahaya ekonomi dan kekuasaan
oleh manusia sebagai anggota masyarakat.” informal, peran-peran jender dan kompleks
Pandangan Tylor bertentangan dengan psikodinamika, dan penstrukturan
Fisher walaupun Tylor telah pengetahuan dan kesadaran melalui
mengemukakan tentang produksi estetika, grammar bahasa dan kerangka kebudayaan.
pengetahuan, dan moral. Pada abad ke-19 Karya etnografi klasik ini dikonstruksi
Forum Ilmiah Vol 11 Nomer 1 Januari 2014 11
Sekilas Pemahaman Teori Interaksionisme Simbolik Dalam Antropologi

sebagai pemotretan secara sinkronik dari dalam ilmu sosial modern dan konstruksi
satu preiode waktu (sekitar 18 bulan) yang antropologikal terhadap istilah budaya,
membutuhkan rekontekstualisasi historis bangkit secara nyata dalam reformulasi
melalui pengkajian kembali dan antar generasi para pembanding-
mempelajari arsip-arsip. Dari klasik pembanding besar abad ke-19 dan pekerja-
berubah menghadapi bentuk-bentuk baru pekerja lapangan melalui wawancara
modernisasi yang membawa pada mendalam abad ke-20.
pemikiran global yang lebih besar menjadi Walaupun ilmu pengetahuan,
interaksi polisentrik. Etika multikultural teknologi, literasi atau kemampuan
yang baru mempengaruhi tuntutan dimana membaca dan menulis, karya sastra, agama,
kebudayaan-kebudayaan satu dengan yang dan kapitalisme sejak Marx dan Tylor telah
lainnya saling mempengaruhi dalam menjadi pusat diskusi tentang budaya, pusat
jaringan transnasional dan global dalam debat, gambaran tentang metafor, dan
ilmu pengetahuan. Kebudayaan analogi epistemik dari suatu ilmu
didefinisikan sebagai suatu konsep pengetahuan yang menonjol pada masanya
metodologi atau alat pengkajian dan dan penyusunan kembali metodologikal
menjadi alat terbaik untuk memahami konsep budaya sudah bergeser abad lalu
pentahapan sejarah dari kekhususan dan dan pertengahan yang melapisinya sebagai
perbedaan yang dirumuskan kembali dalam suatu perangkat pandangan dan
seri sistem eksperimental yang kelengkapannya yang mendorong kegiatan
berhubungan dengan suatu pola perilaku pengembangan tentang konsep budaya.
terhadap sistem-sisten eksperimental dari Foucoult mengacu Quetelet dan
suatu ilmu-ilmu alamiah yang diikuti Durkheim, melihat institusi dan aktivitas
realita-realita baru yang dapat dilihat dan (seperti koleksi dari statistik-statistik sosial)
dihubungkan sebagai parameter yang subyek-subyek mendisiplin dirinya melalui
berubah. Berpikir secara konsep metodologi pemikirannya yang dilakukan berulang
dari budaya sebagaimana sistem secara konstan dan subyektivitas sebagai
eksperimental yang menyatakan bahwa alat-alat yang menyatakan dapat mengatur
terdapat sesuatu dalam ekperimental dan populasi dan menyatakan bahwa seseorang
sistematikanya. harus bertempat tinggal dan akan
Ilmu sosial memperhitungkan meninggal dunia, seseorang harus
kebangkitan budaya dari ruang intermediasi dibebaskan, dan seseorang harus
dan interaksional, kedua hubungan subyek dikendalikan. Agamben memperbaharui
dan institusional, yang dikendalikan oleh isyu moral abad ke 18 dan 19, pertengahan
kepentingan tertentu. Obyek-obyek, teori- abad 20 oleh Carl Schmidt (ancaman
teori, dan teknik-teknik berubah ke dalam terhadap demokrasi liberal melalui kotak
fokus fidelitas atau ketulusan dalam suara yang merusaknya) dan Walter
menangkap secara visual dan mendeskripsi Benjamin (fantasi-fantasi, ideologi-
modalitas sebagaimana kita merumuskan ideologi, dan sejarah-sejarah yang dihantui
berbagai konsep-konsep kebudayaan. oleh obyek-obyek industri dan komersial).
Geneologi alternatif dapat dikonstruksi Agamben membuat pusat dari dasar regim-
dalam sebuah kata (cultura as a Latin future regim pemerintahan kontemporer termasuk
participle of what comes into being rather demokrasi liberal, tidak termasuk tempat
than what is), sebagaimana dapat digunakan tinggal sementara (kamp-kamp konsentrasi
untuk kemanusiaan (Glambattista Vico’s 18 yang diprakarsai dalam perang-perang
th-century notion of culture as that which is Boer, mencapai kejahatan penuhnya dalam
knowable because created by man). Tetapi Nazi, menjadi merutinkan kamp-kamp
Forum Ilmiah Vol 11 Nomer 1 Januari 2014 12
Sekilas Pemahaman Teori Interaksionisme Simbolik Dalam Antropologi

UNBWA jangka panjang orang-orang nachtraglich (post facto) pengakuan dari


Palestina dan kamp-kamp pengungsi dan pengalaman-pengalamannya sebagai
migran di Asia Tenggara, Afrika, dan seorang adolescent: suatu pembentukan
sekarang dipakai sebagai pengendalian kembali ke dalam kode-kode heteroseksual,
imigrasi ke Eropa). Kamp-kamp itu meluas dan memperhatikan perbuatan kaum Nazi
hingga ke Eropa, dengan kondisi yang dalam pernyataan Poitiers (“kita semua
sama di sekitar daerah pinggiran (Afrika memiliki suatu fasisme di kepala kita”
Utara, Eropa Timur, Kepulauan Canary), [Carton, 2004: 25]; lihat juga Agamben
sebagaimana di Eropa (Sangatte, di 1998, 1999, 2005; Bernauer, 2004; Rabber,
Perancis, Campsfield di Oxford Kerajaan 2004). Derrida dan Lyotard lebih eksplisit
Inggris), sebagai kamp-kamp, penjara- tentang legasi-legasi PD II. Lyotad 1979,
penjara, atau daerah-daerah pengendalian The Postmodern Condition (1984), Carton
di Amerika Serikat bagi orang-orang mengemukakan, “kembali antara bab 9,
Amerika Tengah dan pengungsi-pengungsi “narasi-narasi dari legitimasi
Haiti, serta para suksesornya (mereka pemngetahuan”, dan bab 10 “deligitimasi”-
adalah subyek kajian para ahli antropologi pada paragraf yang diabdikan dalam kata
Didier Fassin, Mariella-Pandolfi, dan sambutan rector untuk Heidegger yang
murid-muridnya). Daerah kumuh, bandlieu terkenal buruk tahun 1933, … dan bab baru
dan ghettos, merupakan bentuk-bentuk mulai, “dalam masyarakat kontemporer…
kamp dimana orang-orang biasanya dimana narasi besar telah hilang
diperlakukan sebagai pekerja tidak tetap kredibilitasnya’, “(2004:24)”
dan subyek-subyek biopolitikal (dipelihara Uraian itu tentang abad komputer
hidup tetapi tanpa kesetaraan). dan informasi dimana permainan bahasa
Strukturalis, dan khususnya pos lokal dan aktivitas-aktivitas akan memiliki
strukturalis, membuat model sismbol- kekuatan lebih dari pada idiologi untuk
simbol yang tersusun dan metafora ke mobilisasi massa para universalis yang lalu
dalam rantai metonim-metonim atau (dalam nama sejarah, reason dan
asosiasi-asosiasi yang dimainkan ke luar kemajuan), dan dimana terdapat
secara menyebar, berupa hasil dari suatu ketidaksejajaran diantara permainan bahasa
tindakan, dinamika-dinamika perubahan dan sistem-sistem nilai akan mengancam
bentuk, usaha membuat model, dalam kasus dua abad bahasa yang distandarisasi,
strukturalis, parameter-parameter simbolik agama, pembentukan pendidikan nasional
semantik dari variasi dan transformasi, dan (sebagaimana Perancis dalam imigran
dalam kasus pos strukturalis, ambivalensi muslin Afrika Utara). Hal yang salma
perubahan bentuk dari makna yang menjaga Derida dari pekerjaan pertamannya (Of
teks-teks dalam komunikasi yang labil Grammatology) mengambil dalam
(kecuali pengendalian yang memaksa, “etnocentrisme yang dimanapun dan selalu,
dimana kasus dekonstruksi sensibilitas pos mengendalikan konsep penulisan … dari
strukturalis mengutamakan ketegangan- pre-Socratics ke Heidegger” (1974:3) dan
ketegangan dan tekanan-tekanan yang memperkenalkan citra abu-abu yang akan
bermakna subversi alternatif terhadap hal- berkembang sebagai motif dalam
hal tersebut dan yang dikuasai oleh korpusnya, menegaskan Edmund Jabes,
pengendalian-pengendalian). “Ou est le centre? Sous la cendre” (Where
Pemikiran Foucault mengenai is the center? Under ashes) (Carton,
kekuasaan pendisiplinan dan kelahiran 2004:24; lihat juga Agamben 1998.
suatu klinik boleh jadi memiliki sesuatu Pertanyaan Vichy France, kerja
yang dikerjakan dengan sebuah Freudian nazi, dan ketakutan, kolaborasi tersembunyi
Forum Ilmiah Vol 11 Nomer 1 Januari 2014 13
Sekilas Pemahaman Teori Interaksionisme Simbolik Dalam Antropologi

dalam periode selanjutnya yaitu 1980 dan ---------, Encounters. New York: The
1990 secara lambat bekerja melalui suatu Bobbs-Merrill Company, Inc. 1961
tantangan terhadap analisis kebudayaan
yang mengancam budaya sebagaimana --------, Relations in Public. New York:
komunikatif, simbolik, dan politik terbuka, Harper Colophon Books/CN 1972
“kamu mendapatkan apa yang kamu lihat”
tidak dikompromikan oleh makna-makna -------,Frame Analysis. New York: Harper
tersembunyi, ketidakberadaan, dan Colophon Books, Harper & Row,
penipuan diri. Sungguh di sini satu dari Publishers. 1974
akar-akar, atau paling sedikit, resonansi-
resonansi dari kepentingan intensif Mead, John H. Mead, Mind, Sel, and
kepentingan yang berkelanjutan dalam Society: Fron The Standpoint of
pendekatan psikoalaitik ke subyektifitas dan The Social Behaviorist. Chicago:
subyektifikasi (Foucault 2005), retorika University of Chikago Press. 1934
(Derrida, 1998), Feminisme (Cixous, 2004;
Krestiva, 1989, 1995), teknologi (Ronell
1989, 2005), dan ideologi (Rickels 1991,
2002; Zizek, 1991). Tetapi Perancis dan
Eropa tidak hanya merupakan tempat untuk
mendapatkan pengalaman tentang sejarah
kekerasan, kejahatan, dan tekanan tirani
yang membadan dalam topologi kultural
yang disetujui dalam analisa ini, sebagai
ahli antropologi telah menggalinya di
Jepang (Ivy 1995), Indonesia (Siegel 1997,
1998), Sri Lanka (Daniel 1997), dan
Thailand ( Morres 200), diantara pengungsi
(Daniel dan Knudsen 1996), dan banyak
tulisan mengkritik tentang pengkajian Cina
(B. Wang 2004; D. Wang 2004).

Daftar Pustaka
Blumer, Herbert, Symbolic Interactionism.
Berkeley and Los Angeles,
California: University of California
Press. 1986

Fischer, Michael M. J. Culture and Cultural


Analysis as Experimental Systems:
Cultural Anthropology: Feb 2007:
22,I; Academic Research Library.
2007

Goffman, Erving, The Presentation of Self


in Everyday Life. New York:
Doubleday. 1959

Forum Ilmiah Vol 11 Nomer 1 Januari 2014 14

Anda mungkin juga menyukai