Anda di halaman 1dari 21

PENGANTAR SOSIOLOGI

KELOMPOK X

teori
interaksionisme
simbolis

UNIVERSITAS
SRIWIJAYA
menurut george harbert mead
anggota-anggota
kelompok x
1. Adisa Dewi Ghassani (07031281924107)
2. Muhammad Hafidz Al (07031281924117)
3. Reza Amelia (07031381924129)
4. Rifa Anugrah (07031181924005)
5. Salsabil Khoirunisa (07031381924219)
sejarah teori interaksionisme simbolis
Teori interaksi simbolik bermula dari
interaksionisme simbolik yang digagas
oleh George Herbert Mead (1863-1931)
yakni sebuah perspektif sosiologi yang
dikembangkan pada kisaran pertengahan abad
20 dan berlanjut menjadi beberapa pendekatan
teoritis yaitu aliran Chicago yang diprakarsai
oleh Herbert Blumer, aliran Iowa yang diprakarsai
oleh Manford Kuhn, dan aliran Indiana yang
diprakarsai oleh Sheldon Stryker.
Pemikiran George yang original sehingga
munculah "The Theoritical Perspective" yang
perkembangannya nanti sebagai cikal bakal Teori
Interaksionisme Simbollik.
George Harbert Mead
Mead tertarik pada interaksi dimana
isyarat non verbal dan makna dari suatu
pesan verbal, akan mempengaruhi pikiran
orang yang sedang berinteraksi yang
dimaknai berdasarkan kesepakatan
bersama oleh semua pihak yang terlibat
dalam suatu interaksi merupakan satu
bentuk simbol yang mempunyai arti yang
sangat penting (a significant symbol).
pengertian teori
interaksionisme simbolis
Secara sederhana, interaksionisme simbolik dapat
dimaknai sebagai suatu hubungan timbal balik
antarpersonal dengan menggunakan simbol- simbol
tertentu yang sudah dipahami artinya.
Ide pokok Teori Interaksionisme Simbolik
Yaitu simbol yang merupakan suatu konsep
mulia yang membedakan manusia dari
binatang yang muncul akibat dari kebutuhan
setiap individu untuk berinteraksi dengan
orang lain yang diawali dengan proses
pemikiran
Konsep yang mendasari Teori Interaksionisme
Simbolik

• TINDAKAN

Perbuatan adalah unit paling inti dalam teori ini, Mead mengemukakan
bahwa stimulus tidak selalu menimbulkan respon otomatis seperti apa
yang diperkirakan oleh aktor, karena stimulus adalah situasi atau
peluang untuk bertindak dan bukannya suatu paksaan
Tahap – tahapnya adalah :
- Implusif
- Persepsi
- Manipulasi
- Konsumsi
• GESTUR
Mead mempunyai pandangan bahwa gestur
merupakan mekanisme dalam perbuatan sosial dan
proses sosial serta gerak organisme pertama yang
bertindak sebagai stimulus yang menghasilkan
respon dari pihak kedua sesuai dengan apa yang
diinginkan.
• SYMBOL
Symbol yang merupakan bagian dari gestur yang hanya
bisa dilakukan dan diinterpretasikan oleh manusia serta
dapat dikatakan sebagai symbol apabila dalam
penyampaiannya dapat dipahami oleh individu lainnya
• PIKIRAN
artinya bahwa antara aksi dan reaksi terdapat suatu proses yang

melibatkan pikiran atau kegiatan mental yang menghasilkan suatu

bahasa isyarat yang disebut dengan symbol, artinya bisa berbentuk

gerak gerik atau gesture tapi juga bisa dalam bentuk sebuah bahasa

FRO
• DIRI (SELF)
Self bukan suatu obyek melainkan suatu proses sadar yang
mempunyai kemampuan untuk berpikir, seperti :

- Mampu memberi jawaban kepada diri sendiri seperti orang lain yang
juga memberi jawaban.
- Mampu memberi jawaban seperti aturan, norma atau hokum yang juga
memberi jawaban padanya.
- Mampu untuk mengambil bagian dalam percakapan sendiri dengan
orang lain.
- Mampu menyadari apa yang sedang dikatakan dan kemampuan untuk
menggunakan kesadaran untuk menentukan apa yang garus dilakukan
pada fase berikutnya.

Diri (Self) mengalami perkembangan melalui proses Sosialisasi, ada tiga


tahap Sosialisasi :
Tahap Sosialisasi :
1. Play Stage (Tahap Bermain)
Dalam fase atau tahapan ini, seorang anak bermain atau
memainkan peran orang – orang yang dianggap penting baginya

Contoh ketika seorang anak laki – laki yang masih kecil suka akan
bermain bola, maka dia meminta dibelikan atribut yang berhubungan
degan bola dan bermain dengan atribut tersebut serta berpura – pura
menjadi pesepak bola seperti idolanya.
2. Game Stage ( Tahap Permainana )
Dimana dalam tahapan ini seorang anak mengambil peran orang lain dan terlibat dalam suatu organisasi yang
lebih tinggi.
Contoh Anak kecil yang suka bola yang tadinya hanya berpura – pura mengambil peran orang lain, maka dalam
tahapan ini anak itu sudah berperan seperti idolanya dalam sebuah team sepak bola anak, dia akan berusaha
untuk mengorganisir teamnya dan bekerjasama dengan teamnya
Tahap Sosialisasi
3. Generalized Others
Dalam fase ini anak-anak mengarah ke tingkah lakunya
berdasarkan standar-standar umum serta norma-norma
yang berlaku dalam masyarakat.

Contoh anak tadi dalam fase ini telah mengambil secara


penuh perannya dalam masyarakat. Dia menjadi pesepak
bola handal dan dalam menjalankan perannya sudah punya
pemikiran dan pertimbangan. Jadi, dalam fase terakhir ini,
seorang anak menilai tindakannya berdasarkan norma yang
berlaku dalam masyarakat.
• I and Me

Inti dari teori George Herbert Mead yang penting adalah konsepnya tentang “I” and “Me”, yaitu dimana diri
seorang manusia sebagai subyek adalah “I” dan diri seorang manusia sebagai obyek adalah “Me”.

“I” adalah aspek diri yang bersifat non-reflektif yang merupakan respon terhadap suatu perilaku spontan tanpa adanya
pertimbangan. Dan ketika didalam aksi dan reaksi terdapat suatu pertimbangan ataupun pemikiran, maka pada saat itu “I”
berubah menjadi “Me”.

Mead mengemukakan bahwa seseorang yang menjadi “Me”, maka dia bertindak berdasarkan pertimbangan terhadap
norma-norma, generalized other, serta harapan-harapan orang lain. Sedangkan “I” adalah ketika terdapat ruang
spontanitas, sehingga muncul tingkah laku spontan dan kreativitas diluar harapan dan norma yang ada.
• Society
(Masyarakat)
Masyarakat dalam ruang lingkup mikro, yaitu organisasi sosial
tempat akal budi (mind) serta diri (self) muncul. Masyarakat
merupakan sebuah teori yang mempunyai inti bahwa manusia
bertindak berdasarkan atas makna – makna, dimana makna tersebut
didapatkan dari interaksi dengan orang lain, serta makna – makna itu
terus berkembang dan disempurnakan pada saat interaksi itu
berlangsung.

.
Kelebihan Teori Interaksionisme Simbolik
1. Menimbulkan Penafsiran
Penafsiran tersebut akan menghasilkan makna tertentu yang memudahkan
proses penyampaian informasi, karena tidak perlu menggunakan kata-kata
yang panjang dan hanya perlu menggunakan sebuah simbol saja.
2. Menyampaikan Makna Khusus
Digunakan untuk menyampaikan makna khusus dan penyampaian ini dilakukan dengan cara
yang sangat halus. Menyampaikan suatu makna memang sebuah hal yang sulit di masyarakat
dan dengan menggunakan simbol, bisa menjadi salah satu solusi terbaik.
3. Menghasilkan Interaksi Positif
Akan menghasilkan sebuah interaksi yang positif dan dengan adanya interaksi akan
menghasilkan sebuah penafsiran bersama.
4 Menertibkan Masyarakat
Dengan adanya simbol-simbol yang digunakan, bisa juga bermanfaat untuk menertibkan
kehidupan masyarakat dan hal ini sudah banyak digunakan diruang-ruang publik diberbagai
daerah atau wilayah.
Kelemahan Teori Interaksionisme Simbolik
1. Pemaknaan Berbeda
Dengan adanya pemaknaan yang berbeda, akan
menimbulkan sebuah perdebatan antar masyarakat dan
perdebatan ini seringkali menjadi salah satu kelemahan dari
interaksionisme simbolik. Simbol yang menghasilkan perbedaan
penafsiran, biasanya akan menghasilkan perdebatan dengan
jangka waktu lama dan hal ini akan mengancam kondisi penduduk
indonesia.

2. Simbol Negatif Memicu Konflik


Banyak simbol yang memicu sebuah konflik seperti
mengacungkan jari tengah yang bermakna penghinaan terhadap
seseorang atau kelompok. Simbol negatif memicu berbagai macam
konflik dan bisa saja menimbulkan perasaan dendam. Hal ini juga
menimbulkan efek proses interaksi sosial yang tidak baik dan ada
banyak konflik yang dihasilkan dari pemaknaan simbol negatif.
Kelemahan Teori Interaksionisme Simbolik
3. Banyak Yang TIdak Paham
Dengan interaksi menggunakan sebuah simbol, akan banyak masyarakat yang tidak paham tentang makna
simbolnya dan hal ini akan mempersulit masyarakat dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Hal ini menjadi salah
satu faktor perubahan sosial yang sering berpengaruh di masyarakat dan sosialisasi mengenai simbol menjadi sebuah
hal yang penting.

4. Mudah Dilanggar
Penggunaan simbol untuk melakukan penertiban di suatu tempat atau wilayah sangat mudah untuk dilanggar
dan simbol memang salah satu cara yang dilakukan untuk menegakkan sebuah aturan, namun penggunaannya
seringkali dilanggar masyarakat. Perlu ada penguatan aturan lain yang membuat simbol menjadi lebih baik
penggunaannya. Aturan memang sebuah hal yang harus ditegakkan dengan tujuan untuk menertibkan kehidupan
masyarakat dan aturan bisa diterapkan dengan berbagai cara.
Contoh Kajian Teori Interaksionisme Simbolik

Ketika kita memaknai Kabayan sebagai orang yang


kampungan, maka kita menganggap pada kenyataannya
Kabayan memang adalah orang yang kampungan. Begitu pula
sebaliknya. Ketika kita menyebut Kabayan tadi dengan bahasa
kampungan, konsekuensinya adalah kita menarik pemaknaan
dari penggunaan bahasa ‘kampungan’ tadi. Kita memperoleh
pemaknaan dari proses negosiasi bahasa tentang kata
‘kampungan’. Makna dari kata ‘kampungan’ tidaklah memiliki
arti sebelum dia mengalami negosiasi di dalam masyarakat
sosial di mana simbolisasi bahasa tersebut hidup. Makna kata
kampungan tidak muncul secara sendiri, tidak muncul secara
alamiah. Pemaknaan dari suatu bahasa pada hakikatnya
terkonstruksi secara sosial
Ada
pertanyaan?
KELOMPOK X
Terima kasih! PENGANTAR SOSIOLOGI
KELOMPOK X

teori
interaksionisme
simbolis
SRIWIJAYA
UNIVERSITAS

menurut george harbert mead

Anda mungkin juga menyukai