Analisis Semiotika
Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Metodologi Penelitian Komunikasi
Disusun Oleh :
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada
waktunya. Sholawat serta salam tak lupa pula kami limpah curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan
akhirat kepada seluruh umat manusia.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Metodologi
Penelitian Komunikasi. Makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai
Analisis Semiotika bagi para pembaca dan juga bagi penyusun. Kami menyadari, makalah
yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, Kelompok 8 menerima
segala kritik dan saran yang membangun sebagai koreksi untuk lebih baik dalam penyusunan
berikutnya.
Wassalamualaikum Wr.Wb.
Kelompok 8
PEMBAHASAN
A. Pengertian Analisis Semiotika
Istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani “Semeion”, yang berarti “tanda” atau
“seme” yang berarti penafsiran tanda. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda (sign).
Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut
tanda. Dan tanda tidak terbatas pada benda (Zoest 1993). Kata semiotika diturunkan dari
bahasa Inggris, yaitu semiotics. Nama lain semiotika adalah semiology. Keduanya memiliki
arti yang sama, yaitu sebagai ilmu tentang tanda. Baik semiotika atau semiology berasal dari
bahasa Yunani, yaitu semeion, yang berarti tanda. Secara terminologis, semiotik dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa
seluruh kebudayaan sebagai tanda (Sobur 2001).
Pierce dalam (Zoest 1993), mendefinisikan semiotika sebagai studi tentang tanda dan
segala sesuatu yang berhubungan dengannya, yaitu cara berfungsinya, hubungannya dengan
tandatanda lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya.
Tidak berbeda halnya dengan Zoest, Fiske juga mendefinisikan semiotika sebagai studi
tentang pertanda dan makna dari sebuah sistem tanda, ilmu tentang tanda, dan bagaimana
makna dibangun dalam ‘teks’ media. atau dengan kata lain studi tentang bagaimana tanda
dari jenis karya apapun dalam masyarakat yang mengomunikasikan makna.(Fiske 2007)
Pembahasan pokok pada teori Saussure yang terpenting adalah prinsip yang mengatakan
bahwa bahasa adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian, yaitu
signifier (penanda) dan signified (petanda). Tanda merupakan kesatuan dari suatu bentuk
penanda (signifer) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda
adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Jadi, penanda adalah aspek
material dari bahasa : apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca.
Sedangkan petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep.
Konsep Saussure tentang tanda menunjuk ke otonomi relatif bahasa dalam kaitannya
dengan realitas. Meski demikian, bahkan secara lebih mendasar Saussure mengungkap suatu
hal yang bagi kebanyakan orang modern menjadi prinsip yang paling berpengaruh dalam
teori lingustknya: bahwa hubungan antara penanda dan yang ditandakan (petanda) bersifat
sebarang atau berubah-ubah. Berdasarkan prinsip ini, struktur bahasa tidak lagi dianggap
muncul dalam etimologi dan filologi, tetapi bisa ditangkap dengan sangat baik melalui cara
bagaimana bahasa itu mengutarakan (yaitu konfigurasi linguistik tertentu atau totalitas)
perubahan. Karena itu, pandangan “nomeklaturis” menjadi landasan linguistik yang sama
sekali tidak mencukupi.
Tujuan analisis semiotika adalah untuk menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang
tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Pemikiran pengguna tanda merupakan
hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial dimana pengguna tanda (Wibowo 2013).
Semiotika menunjukkan bahwa manusia tak berkomunikasi secara langsung, seperti lewat
sarana telepati. Komunikasi bukanlah sekadar perkara orang dapat memikirkan sesuatu dan
orang lain memahaminya secara langsung dan sempurna. Komunikasi manusia melibatkan
sesuatu untuk merepresentasikan atau menyajikan sesuatu yang lain (Sobur 2004).
Tanda merupakan bagian dari ilmu semiotika yang menandai sesuatu hal atau keadaan
untuk menerangkan atau memberitahukan objek kepada subjek. Dalam hal ini tanda
selalu menunjukkan pada sesuatu hal yang nyata, misalnya, benda, kejadian, tulisan,
bahasa, tindakan, peristiwa, dan bentuk-bentuk tanda lainnya.
b) Lambang
Lambang adalah sesuatu hal atau keadaan yang memimpin pemahaman si subjek
kepada objek. Hubungan antara subjek dan objek terselip adanya pengertian sertaan.
Suatu lambang selalu dikaitkan dengan tanda-tanda yang sudah diberi sifat-sifat kultural,
situasional, dan kondisional. Lambang adalah tanda yang bermakna dinamis, khusus,
subjektif, kias, dan majas. Dalam karya sastra, baik yang berupa puisi, cerita rekaan
maupun drama, terdapat berbagai macam lambang, antara lain: lambang warna, lambang
benda, lambang bunyi, lambang suasana, lambang nada, dan lambang visualisasi
imajinatif yang ditimbulkan dari tata wajah atau tipografi.
c) Isyarat
Isyarat adalah sesuatu hal atau keadaan yang diberikan oleh si subjek kepada objek.
Dalam keadaan ini si subjek selalu berbuat sesuatu untuk memberitahukan kepada si
objek yang diberi isyarat pada waktu itu juga. Jadi, isyarat selalu bersifat temporal
(kewaktuan). Apabila ditangguhkan pemakaiannya, isyarat akan berubah menjadi tanda
atau perlambang. Ketiganya (tanda, lambang, dan isyarat) terdapat nuansa, yakni
perbedaan yang sangat kecil mengenai bahasa, warna dan sebagainya.
E. Jenis-jenis semiotika
Menurut Hoed (Sobur 2006), terdapat dua jenis kajian semiotika, yaitu sebagai berikut:
a. Semiotika Komunikasi
Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu
diantara nya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi yaitu pengirim,
penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang
dibicarakan).
b. Semiotika Signifikasi
Semiotika signifikasi menekankan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu
konteks tertentu. Pada jenis yang kedua ini tidak dipersoalkan adanya tujuan
berkomunikasi sebaliknya yang di utamakan adalah segi pemahaman suatu tanda
sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih di perhatikan daripada proses
komunikasinya.
Sedangkan menurut (Pateda 2001), terdapat sembilan macam semiotik yaitu sebagai berikut:
Amir Piliang, Yasraf. 2003. Hipersemiotika Tafsir Cultural Studie Atas Matinya Makna.
Yogyakarta: Jalasutra.
Fiske, John. 2007. Cultural and Communication Studies : Sebuah Pengantar Paling
Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.
Littlejohn, Staphen W, and Karen A Foss. 2009. Teori Komunikasi Theories of Human
Communication. 9th ed. Jakarta: Salemba Humanika.
Sobur, Alek. 2001. Analisis Teks: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika, Dan Analisis Framing. Bandung: Remaja.
———. 2006. Semiotika Komunikasi, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisa
Wacana , Dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2013. Semiotika Komunikasi; Aplikasi Praktis Bagi
Penelitian Dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.
Zoest, Aart Van. 1993. Semiotika: Tentang Tanda, Cara Kerjanya Dan Apa Yang Kita
Lakukan Dengannya. Jakarta: Yayasan Sumber Agung.