Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

Analisis Semiotika

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Metodologi Penelitian Komunikasi

Dosen Pengampu : Dedy Riyadin Saputro M.I.Kom

Disusun Oleh :

- Luthfiyah Agustin Ambar Sary 2017102103


- Manthiq Widaty 2017102126
- Muhamad Husni Mubarok 2017102107

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI PROF. K.H. SAIFUDDIN ZUHRI
PURWOKERTO
2022
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan limpahan rahmat, taufik,
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tepat pada
waktunya. Sholawat serta salam tak lupa pula kami limpah curahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan jalan kebaikan dan kebenaran di dunia dan
akhirat kepada seluruh umat manusia.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas kelompok mata kuliah Metodologi
Penelitian Komunikasi. Makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai
Analisis Semiotika bagi para pembaca dan juga bagi penyusun. Kami menyadari, makalah
yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, Kelompok 8 menerima
segala kritik dan saran yang membangun sebagai koreksi untuk lebih baik dalam penyusunan
berikutnya.

Wassalamualaikum Wr.Wb.

Purwokerto, 19 September 2022

Kelompok 8
PEMBAHASAN
A. Pengertian Analisis Semiotika

Istilah semiotika berasal dari bahasa Yunani “Semeion”, yang berarti “tanda” atau
“seme” yang berarti penafsiran tanda. Semiotika adalah ilmu yang mempelajari tanda (sign).
Dalam pandangan Zoest, segala sesuatu yang dapat diamati atau dibuat teramati dapat disebut
tanda. Dan tanda tidak terbatas pada benda (Zoest 1993). Kata semiotika diturunkan dari
bahasa Inggris, yaitu semiotics. Nama lain semiotika adalah semiology. Keduanya memiliki
arti yang sama, yaitu sebagai ilmu tentang tanda. Baik semiotika atau semiology berasal dari
bahasa Yunani, yaitu semeion, yang berarti tanda. Secara terminologis, semiotik dapat
didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari sederetan luas objek-objek, peristiwa-peristiwa
seluruh kebudayaan sebagai tanda (Sobur 2001).

Semiotika adalah sebuah cabang keilmuan yang memperlihatkan pengaruh semakin


penting sejak empat dekade yang lalu, tidak saja sebagai metode kajian (decoding), akan
tetapi juga sebagai metode penciptaan (encoding). Semiotika telah berkembang menjadi
sebuah model atau paradigma bagi berbagai bidang keilmuan yang sangat luas, yang
menciptakan cabang-cabang semiotika khusus, diantaranya adalah semiotika binatang (zoo
semiotics), semiotika kedokteran (medical semiotic), semiotika arsitektur, semiotika seni,
semiotika fashion, semiotika film, semiotika sastra, semiotika televisi, dan termasuk
semiotika desain (Amir Piliang 2003).

Pierce dalam (Zoest 1993), mendefinisikan semiotika sebagai studi tentang tanda dan
segala sesuatu yang berhubungan dengannya, yaitu cara berfungsinya, hubungannya dengan
tandatanda lain, pengirimannya dan penerimaannya oleh mereka yang mempergunakannya.
Tidak berbeda halnya dengan Zoest, Fiske juga mendefinisikan semiotika sebagai studi
tentang pertanda dan makna dari sebuah sistem tanda, ilmu tentang tanda, dan bagaimana
makna dibangun dalam ‘teks’ media. atau dengan kata lain studi tentang bagaimana tanda
dari jenis karya apapun dalam masyarakat yang mengomunikasikan makna.(Fiske 2007)

Semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda


memrepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan, kondisi diluar tanda-tanda itu
sendiri.Semiotik menjadi salah satu kajian yang bahkan menjadi tradisi dalam teori
komunikasi. Tradisi semiotik terdiri atas sekumpulan teori tentang bagaimana tanda-tanda
merepresentasikan benda, ide, keadaan, situasi, perasaan dan kondisi di luar tanda-tanda itu
sendiri. Menurut Littlejohn, (Littlejohn and Foss 2009) dalam bukunya Teori Komunikasi
Theories of Human Communication edisi 9, Semiotik bertujuan untuk mengetahui makna-
makna yang terkandung dalam sebuah tanda atau menafsirkan makna tersebut sehingga
diketahui bagaimana komunikator mengkonstruksi pesan.

B. Teori Semiotika Menurut Ferdinand de Saussure

Semiotika yang didefinisikan oleh Saussure di dalam Course n General Linguistic,


sebagai ilmu yang mengkaji tentang tanda sebagai bagian dari kehidupan sosial. Implisit
dalam definisi ini adalah prinsip, bahwa semiotika sangat menyandarkan dirinya pada aturan
main (rule) atau kode sosial (social code) yang berlaku dalam masyarakat, sehingga tanda
dapat dipahami maknanya secara kolektif (Amir Piliang 2003). Ada sistem tanda (sign
system) dan ada sistem sosial (social system) yang keduanya saling berkaitan. Dalam hal ini,
Saussure berbicara mengenai konvesi sosial (social konvenction) yang mengatur penggunaan
tanda secara sosial, yaitu pemilihan pengkombinasian dan penggunaan tanda-tanda dengan
cara 13 tertentu sehingga ia mempunyai makna dan nilai sosial (Sobur 2006).

Pembahasan pokok pada teori Saussure yang terpenting adalah prinsip yang mengatakan
bahwa bahasa adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian, yaitu
signifier (penanda) dan signified (petanda). Tanda merupakan kesatuan dari suatu bentuk
penanda (signifer) dengan sebuah ide atau petanda (signified). Dengan kata lain, penanda
adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Jadi, penanda adalah aspek
material dari bahasa : apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca.
Sedangkan petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep.

Dalam berkomunikasi, seseorang menggunakan tanda untuk mengirim makna tentang


objek dan orang lain akan menginterpretasikan tanda tersebut. Tanda terdiri dari dua elemen
tanda (signifier, dan signified). Signifier (penanda) adalah elemen fisik dari tanda dapat
berupa tanda, kata, image, atau suara. Sedangkan signified (petanda) adalah menunjukkan
konsep mutlak yang mendekat pada tanda fisik yang ada. Sementara proses signifikasi
menunjukkan antara tanda dengan realitas aksternal yang disebut referent. Saussure
memaknai “objek” sebagai referent dan menyebutkannya sebagai unsur tambahan dalam
proses penandaan. Contoh: ketika orang menyebut kata “anjing” (signifier) dengan nada
mengumpat maka hal tersebut.

Konsep Saussure tentang tanda menunjuk ke otonomi relatif bahasa dalam kaitannya
dengan realitas. Meski demikian, bahkan secara lebih mendasar Saussure mengungkap suatu
hal yang bagi kebanyakan orang modern menjadi prinsip yang paling berpengaruh dalam
teori lingustknya: bahwa hubungan antara penanda dan yang ditandakan (petanda) bersifat
sebarang atau berubah-ubah. Berdasarkan prinsip ini, struktur bahasa tidak lagi dianggap
muncul dalam etimologi dan filologi, tetapi bisa ditangkap dengan sangat baik melalui cara
bagaimana bahasa itu mengutarakan (yaitu konfigurasi linguistik tertentu atau totalitas)
perubahan. Karena itu, pandangan “nomeklaturis” menjadi landasan linguistik yang sama
sekali tidak mencukupi.

C. Tujuan Menggunakan Semiotika

Tujuan analisis semiotika adalah untuk menemukan makna tanda termasuk hal-hal yang
tersembunyi dibalik sebuah tanda (teks, iklan, berita). Pemikiran pengguna tanda merupakan
hasil pengaruh dari berbagai konstruksi sosial dimana pengguna tanda (Wibowo 2013).
Semiotika menunjukkan bahwa manusia tak berkomunikasi secara langsung, seperti lewat
sarana telepati. Komunikasi bukanlah sekadar perkara orang dapat memikirkan sesuatu dan
orang lain memahaminya secara langsung dan sempurna. Komunikasi manusia melibatkan
sesuatu untuk merepresentasikan atau menyajikan sesuatu yang lain (Sobur 2004).

D. Komponen Dasar Semiotika


a) Tanda

Tanda merupakan bagian dari ilmu semiotika yang menandai sesuatu hal atau keadaan
untuk menerangkan atau memberitahukan objek kepada subjek. Dalam hal ini tanda
selalu menunjukkan pada sesuatu hal yang nyata, misalnya, benda, kejadian, tulisan,
bahasa, tindakan, peristiwa, dan bentuk-bentuk tanda lainnya.

b) Lambang

Lambang adalah sesuatu hal atau keadaan yang memimpin pemahaman si subjek
kepada objek. Hubungan antara subjek dan objek terselip adanya pengertian sertaan.
Suatu lambang selalu dikaitkan dengan tanda-tanda yang sudah diberi sifat-sifat kultural,
situasional, dan kondisional. Lambang adalah tanda yang bermakna dinamis, khusus,
subjektif, kias, dan majas. Dalam karya sastra, baik yang berupa puisi, cerita rekaan
maupun drama, terdapat berbagai macam lambang, antara lain: lambang warna, lambang
benda, lambang bunyi, lambang suasana, lambang nada, dan lambang visualisasi
imajinatif yang ditimbulkan dari tata wajah atau tipografi.

c) Isyarat
Isyarat adalah sesuatu hal atau keadaan yang diberikan oleh si subjek kepada objek.
Dalam keadaan ini si subjek selalu berbuat sesuatu untuk memberitahukan kepada si
objek yang diberi isyarat pada waktu itu juga. Jadi, isyarat selalu bersifat temporal
(kewaktuan). Apabila ditangguhkan pemakaiannya, isyarat akan berubah menjadi tanda
atau perlambang. Ketiganya (tanda, lambang, dan isyarat) terdapat nuansa, yakni
perbedaan yang sangat kecil mengenai bahasa, warna dan sebagainya.

E. Jenis-jenis semiotika

Menurut Hoed (Sobur 2006), terdapat dua jenis kajian semiotika, yaitu sebagai berikut:

a. Semiotika Komunikasi

Semiotika komunikasi menekankan pada teori tentang produksi tanda yang salah satu
diantara nya mengasumsikan adanya enam faktor dalam komunikasi yaitu pengirim,
penerima kode (sistem tanda), pesan, saluran komunikasi, dan acuan (hal yang
dibicarakan).

b. Semiotika Signifikasi

Semiotika signifikasi menekankan pada teori tanda dan pemahamannya dalam suatu
konteks tertentu. Pada jenis yang kedua ini tidak dipersoalkan adanya tujuan
berkomunikasi sebaliknya yang di utamakan adalah segi pemahaman suatu tanda
sehingga proses kognisinya pada penerima tanda lebih di perhatikan daripada proses
komunikasinya.

Sedangkan menurut (Pateda 2001), terdapat sembilan macam semiotik yaitu sebagai berikut:

a) Semiotik Analitik, yaitu semiotik yang menganalisis sistem tanda. Semiotik


berobjekan tanda dan penganalisisnya menjadi ide, objek, dan makna. Ide dapat
dikaitkan sebagai lambang, sedangkan makna adalah beban yang terdapat dalam
lambang yang mengacu kepada objek tertentu.
b) Semiotik Deskriptif, yaitu semiotik yang memperhatikan sistem tanda yang dapat kita
alami sekarang, meskipun ada tanda yang sejak dahulu tetap seperti yang disaksikan
sekarang. Misalnya, langit yang mendung menandakan bahwa hujan tidak lama lagi
akan turun, dari dahulu hingga sekarang tetap saja seperti itu. Demikian pula jika
ombak memutih di tengah laut, itu menandakan bahwa laut berombak besar. Namun,
dengan majunya ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni, telah banyak tanda yang
diciptakan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhannya.
c) Semiotik Fauna (Zoo Semiotik), yaitu semiotik yang khusus memperhatikan sistem
tanda yang dihasilkan oleh hewan. Hewan biasanya menghasilkan tanda untuk
berkomunikasi antara sesamanya, tetapi juga sering menghasilkan tanda yang dapat
ditafsirkan oleh manusia. Misalnya, seekor ayam betina yang berkotek-kotek
menandakan ayam itu telah bertelur atau ada sesuatu yang ia takuti. Tanda-tanda yang
dihasilkan oleh hewan seperti ini, menjadi perhatian orang yang bergerak dalam
bidang semiotik faunal.
d) Semiotik Kultural, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang berlaku
dalam kebudayaan tertentu. Telah diketahui bahwa masyarakat sebagai makhluk
sosial memiliki sistem budaya tertentu yang telah turun temurun dipertahankan dan
dihormati. Budaya yang terdapat dalam masyarakat yang juga merupakan sistem itu,
menggunakan tanda-tanda tertentu yang membedakannya dengan masyarakat yang
lain.
e) Semiotik Naratif, yaitu semiotik yang menelaah sistem tanda dalam narasi yang
berwujud mitos dan cerita lisan (Folklore). Telah diketahui bahwa mitos dan cerita
lisan, ada diantaranya memiliki nilai kultural tinggi.
f) Semiotik Natural, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan
oleh alam. Air sungai keruh menandakan di hulu telah turun hujan, dan daun pohon-
pohonan yang menguning lalu gugur. Alam yang tidak bersahabat dengan manusia,
misalnya banjir atau tanah longsor, sebenarnya memberikan tanda kepada manusia
bahwa manusia telah merusak alam.
g) Semiotik Normatif, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dibuat
oleh manusia yang berwujud norma-norma, misalnya rambu-rambu lalu lintas. Di
ruang kereta api sering dijumpai tanda yang bermakna dilarang merokok.
h) Semiotik Sosial, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang dihasilkan
oleh manusia yang berwujud lambang, baik lambang berwujud kata maupun lambang
berwujud kata dalam satuan yang disebut kalimat. Dengan kata lain, semiotik sosial
menelaah sistem tanda yang terdapat dalam bahasa.
i) Semiotik Struktural, yaitu semiotik yang khusus menelaah sistem tanda yang
dimanifestasikan melalui struktur bahasa.
DAFTAR PUSTAKA

Amir Piliang, Yasraf. 2003. Hipersemiotika Tafsir Cultural Studie Atas Matinya Makna.
Yogyakarta: Jalasutra.

Fiske, John. 2007. Cultural and Communication Studies : Sebuah Pengantar Paling
Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra.

Littlejohn, Staphen W, and Karen A Foss. 2009. Teori Komunikasi Theories of Human
Communication. 9th ed. Jakarta: Salemba Humanika.

Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Sobur, Alek. 2001. Analisis Teks: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis
Semiotika, Dan Analisis Framing. Bandung: Remaja.

———. 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

———. 2006. Semiotika Komunikasi, Analisis Teks Media Suatu Pengantar Untuk Analisa
Wacana , Dan Analisis Framing. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu. 2013. Semiotika Komunikasi; Aplikasi Praktis Bagi
Penelitian Dan Skripsi Komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media.

Zoest, Aart Van. 1993. Semiotika: Tentang Tanda, Cara Kerjanya Dan Apa Yang Kita
Lakukan Dengannya. Jakarta: Yayasan Sumber Agung.

Anda mungkin juga menyukai