MANAJEMEN ORGANISASI
Di Susun Oleh :
Kelompok 10 :
Een Nurwana
NIM: T.MPI.1.2020.014
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa. Berkat rahmat dan
karunia-Nya, penulis menyusun Makalah yang berjudul “Implementasi Manajemen
Organisasi Pemerintah di Indonesia”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Erda Heryanti ,S.Ag M.Pd.i yang
sudah mempercayakan tugas ini kepada penulis, sehingga sangat membantu penulis untuk
memperdalam pengetahuan pada bidang studi yang sedang ditekuni.
Penulis menyadari bahwa penyusunan ini masih jauh dari sempurna karena
pengalaman dan pengetahuan penulis yang terbatas. Oleh karena itu, saran dan kritik dari
semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan di masa mendatang.
Penulis
i
DAFTAR ISI
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................... 3
A. Pengertian Organisasi………………........................................................................... 3
B. Implementasi Manajemen Organisasi Pemerintah di Indonesia ……………………..5
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tuntutan masyarakat tentang terwujudnya masyarakat yang Civil Society
(masyarakat madani) merupakan tuntutan yang harus dipenuhi oleh pemerintah Indonesia
sekarang ini. Tuntutan ini menjadi semakin mendesak setelah pintu tirani kekuasaan
terbuka lebar, yang memungkinkan seluruh rakyat Indonesia melihat dengan jelas hakekat
kekuasaan. Hakekat kekuasaan negara tersebut adalah kekuasaan yang diperoleh dari
rakyat dan pertanggung jawaban atas kekuasaan tersebut juga kepada rakyat. Sebagai
pihak yang telah diberikan kekuasaan oleh rakyat, tentulah pihak pemerintah harus
memberikan out put yang terbaik buat rakyat. Sekarang sudah saatnya pemerintah
mengembalikan hak-hak politik masyarakat yang selama ini dikekang oleh pemerintah
yang berkuasa dengan demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat.
Senada dengan perubahan di dalam manajemen pemerintahan, muncul paradigma
baru dalam pengelolaan aset, dimana pengelolaan kabupaten/kota harus dilaksanakan
secara profesional selayaknya perusahaan yang berbentuk holding company. Dengan
paradigma tersebut, pengelolaan daerah termasuk aset-aset pemda bisa dilakukan secara
benar dan optimal. Aset pemda baik berupa Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) maupun
kekayaan alam lainnya seperti pertambangan, kehutanan, perikanan harus dikelola seperti
pengelolaan perusahaan swasta. Fokus utama pengelolaan adalah optimalisasi profit,
disamping aspek sosial sebagai public good tetap harus diperhatikan dari sisi yang lain.
Pengelolaan aset secara profesional ini mengarah pada privatisasi, karena dengan
privatisasi, pengelolaan aset pemda benar-benar dapat dioptimalkan
Disamping itu sistem pemerintahan yang sentralistik mengakibatkan lambannya
proses penetapan kebijakan publik yang dibutuhkan oleh masyarakat. Daerah tidak mau
membuat kebijakan publik yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat karena harus
menunggu petunjuk dari pemerintah pusat. Meskipun turun petunjuk dari pemerintah
pusat, tetapi hal tersebut sudah "out of date" sudah tidak cocok dengan kebutuhan.
Kondisi ini akan menambah rasa ketidak puasan.
1
2
B. Rumusan Masalah
a. Apakah Organisasi Manajemen Pemerintahan ?
b. Bagaimana Implementasi Manajemen Organisasi Pemerintah di Indonesia ?
C. Rumusan Masalah
a. Untuk mengetahui Apakah Organisasi Manajemen Pemerintahan
b. Untuk mengetahui Bagaimana Implementasi Manajemen Organisasi Pemerintah di
Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
1
Alisjahbana. Materi Kuliah Dasar-dasar Manajemen Aset. ITS Surabaya. 2006.
3
4
baik, sehingga berbagai persoalan yang dihadapi dapat diselesaikan secara efektif dan
efisien.
Perubahan yang terjadi pada manajemen pemerintahan daerah dipengaruhi oleh
banyak faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal, namun demikian ada tiga
faktor dominan Wasistiono (2001) yang perlu dipertimbangkan yaitu faktor struktural,
faktor fungsional dan faktor kultural. Sejalan dengan demokrasi dan paradigma
Reinventing Government akan terjadi perubahan hubungan struktural antara pemerintah
pusat dengan pemerintah daerah. Daerah akan diberi kebebasan dan kewenangan yang
lebih luas. Hal tersebut dengan sendirinya menuntut kesiapan daerah untuk mengatur dan
mengelola urusan rumah tangganya sendiri secara lebih leluasa. Birokrasi diposisikan
sebagai pihak yang bersikap netral (public service neutrality) sehingga nantinya lebih
banyak menjadi pelaksana dari berbagai kebijakan publik yang diputuskan oleh partai
politik yang memenangkan pemilu. Perubahan besar pada manajemen pemerintahan
terjadi dengan adanya konsep Regom dari David Osborne (1999) yang menawarkan
perlunya transpormasi semangat kewirausahaan pada sektor publik, yang intinya
mengurangi peranan pemerintah dengan cara memberdayakan masyarakat serta
menjadikan sektor pemerintah lebih efisien. Di antara berbagai pembaharuan manajemen
pemerintahan, saat ini yang banyak digunakan adalah pendapat Osborne melalui
paradigma Reinventing Government. Untuk melaksanakan konsep Regom ada lima
strategi yang perlu diterapkan yaitu: The core Strategy, The Consequences Strategy, The
Customer Strategy, The Control Strategy, dan The Kulture Strategy. Ke lima strategi
tersebut perlu digunakan untuk meningkatkan kinerja sektor publik agar menjadi lebih
baik.2
Didalamnya terdapat metodologi untuk mengubah secara mendasar organisasi
pemerintah pada semua tingkatan baik tingkat pusat, tingkat regional maupun tingkat
lokal. Strategi tersebut juga menunjukkan bahwa pemerintahan yang berpusat pada
masyarakat mungkin untuk dilaksanakan sejalan dengan konsep pembangunan yang
berpusat pada rakyat (people centered development). Seiring dengan meningkatnya
kesadaran masyarakat akan hak dan kewajiban sebagai warga Negara dan warga
masyarakat diperlukan perubahan strategi pemberian pelayanan kepada masyarakat, salah
satu strategi yang penting adalah memberdayakan dinas daerah. Pemberdayaan dinas
daerah merupakan prasyarat mutlak agar otonomi daerah dapat dilaksanakan secara nyata
2
Istianto Bambang. Demokratisasi Birokrasi. Penerbit Mitra wacana media. Jakarta.2011.
5
untuk menentukan kekuatan dan kelemahan (faktor internal) serta kesempatan dan
ancaman (faktor eksternal) dalam organisasi. Analisis SWOT diperlukan dalam
organisasi pemerintah daerah untuk menentukan strategi terbaik agar mencapai tujuan
organisasi secara ekonomis, efisien, dan efektif.
b. Implementasi Strategi
Implementasi strategi mensyaratkan pemerintah daerah untuk menetapkan tujuan
tahunan, membuat kebijakan, dan mengalokasikan sumber daya sehingga strategi yang
telah diformulasikan dapat dijalankan. Implementasi strategi termasuk mengembangkan
budaya yang mendukung strategi, menciptakan struktur organisasi yang efektif,
mengembangkan dan memberdayakan sistem informasi, menghubungkan kinerja pegawai
dengan kinerja organisasi, dan menyiapkan anggaran. Proses penyiapan anggaran
(penganggaran) di pemerintah daerah merupakan proses yang paling dominan dan sarat
muatan politik. Implementasi strategi seringkali disebut tahap pelaksanaan dalam
manajemen strategis. Suksesnya implementasi strategi terletak pada kemampuan
pemerintah untuk memotivasi pegawai.4
c. Evaluasi Strategi
Evaluasi strategi adalah tahap final dalam manajemen strategis. Pemerintah daerah
sangat ingin mengetahui kapan strategi tidak dapat berjalan seperti yang diharapkan.
Evaluasi strategi adalah alat utama untuk mendapatkan informasi tersebut. Tiga aktivitas
dasar evaluasi strategi adalah: (a) meninjau ulang faktor internal dan eksternal yang
menjadi dasar strategi saat ini; (b) mengukur kinerja; (c) mengambil tindakan korektif.
Untuk mendorong pencapain strategi yang telah diformulasikan sebaiknya diterapkan
sistem penilaian kinerja di organisasi pemerintah daerah dengan menerapkan mekanisme
penghargaan dan sanksi.
Sesuai amanat UUD 1945, pemerintah daerah berwenang untuk mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Desentralisasi pengelolaan pemerintahan daerah yang disertai adanya otonomi yang luas
dan tata kelola pemerintahan yang mengacu pada konsep kewirausahaan mendorong
pentingnya manajemen strategis pada pengelolaan pemerintah daerah. Manajemen
strategis berfungsi sebagai sistem pengendalian manajemen dalam suatu organisasi.
4
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Utama, Jakarta,1998
7
Manajemen strategis di pemerintah daerah merupakan salah satu cara terbaik untuk
menciptakan tata kelola pemerintahan yang baik. Dengan menggunakan manajemen
strategis, pemerintah daerah dapat membuat perencanaan strategis dengan memperhatikan
berbagai faktor, baik itu faktor yang mendukung kinerja pemerintah maupun faktor yang
menghambat kinerja pemerintah. Salah satu metode yang dapat digunakan umtuk
mengimplementasikan manajemen strategis adalah analisis SWOT. Analisis SWOT
merupakan salah satu alat manajemen strategis untuk menentukan kekuatan dan
kelemahan (faktor internal) serta kesempatan dan ancaman (faktor eksternal) yang
terdapat di pemerintah daerah. Analisis SWOT diperlukan di pemerintah daerah untuk
menentukan strategi terbaik agar tujuan organisasi dapat tercapai secara ekonomis,
efisien, dan efektif. Sehingga kinerja pemerintah daerah dapat memenuhi indikator
kinerja value for money.5
5
Miriam Budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia Utama, Jakarta,1998
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Paradigma tradisional ini menyebabkan pemerintah tidak bisa lagi berpikir jernih
untuk meningkatkan mutu kerjanya, karena sudah dililit oleh aktivitas-aktivitas rutin
untuk melayani kebutuhan masyarakat. Agar pemerintah tidak lagi terjerat dengan
kegiatan rutin sebagai pelayan masyarakat, maka pemerintah perlu memikirkan untuk
menyerahkan tugas-tugas pelayanan tersebut kepada masyarakat. Pemerintah yang
banyak melaksanakan tugas pelayanan akan semakin memberikan peluang kepada
gagalnya atau lemahnya mutu pekerjaan, maka dalam kondisi ini akan lebih baik jika
pemerintah menyerahkan urusan tersebut kepada swasta dan pemerintah hanya
menetapkan peraturan-peraturan yang akan dilaksanakan oleh pihak swasta.
Sifat pemerintahan yang selalu berusaha untuk menghabiskan dana, tanpa perlu
memikirkan bagaimana mendapatkan dana tersebut perlu dirobah. Karena sumber dana
pemerintah makin berkurang, biaya yang dibutuhkan untuk membiayai berbagai program
pemerintah semakin tinggi. Untuk itu instansi pemerintah harus mampu menghasilkan
dana untuk membiayai berbagai programnya.
Pemerintah selama ini cenderung untuk menyelesaikan suatu masalah setelah masalah
menjadi masalah besar. Setelah menjadi masalah besar, maka pemerintah akan kesulitan
untuk mengatasi, baik dari segi kerumitan maupun pembiayaan. Untuk itu perlu tindakan
pencegahan terhadap timbulnya suatu masalah.
8
DAFTAR PUSTAKA