“ ADMINISTRASI KURIKULUM “
Di Susun Oleh :
Citra Nadia
NIM : T.MPI.1.2019.012
A. Latar Belakang
Pendidikan, bimbingan, pengajaran, belajar, pembelajaran sering disebut sebagai istilah
teknis yang kegiatan-kegiatannya lebur dalam aktivitas pendidikan. Pendidikan sebagai aktivitas
berarti upaya yang sadar dirancang untuk membantu seseorang atau sekelompok orang dalam
mengembangkan iImu pengetahuan, pandangan hidup, sikap hidup, dan keterampilan hidup baik
yang bersifat manual individual dan sosial penyelenggaraan pendidikan menuntut suatu sistem
pengelolaan yang teratur, terarah dan terencana, karena pendidikan bukanlah suatu pekerjaan
yang dapat dikerjakan secara sembarangan, atau acak-acakan, karena yang dihadapi adalah
makhluk hidup (manusia). Dalam prosesnya, pendidikan berdampak pada kualitas yang
diperoleh, dimana kualitas itu sangat sulit diukur sebagaimana yang dikemukakan oleh Sagala
(2000) bahwa persoalan kualitas amat rumit dan kompleks, bukan hanya konsep kualitas itu amat
relatif tetapi faktor yang terkait begitu kompleks dan tidak sederhana. Dalam proses pendidikan
hubungan timbal balik antara pendidik dan anak didik berkelanjutan ke arah tujuan yang hendak
diwujudkan bersama yaitu tujuan pendidikan atau tujuan proses belajar mengajar dengan hasil
yang berkualitas.
Oleh sebab itu, untuk mencapai hal tersebut tentunya sangat perlu ada managemen yang
mengaturnya. Kompleksitas yang ada dalam proses pendidikan tidaklah sederhana karena
berkaitan dengan pembelajaran, kurikulum, tenaga kependidikan yang profesional, fasilitas,
anggaran dan sebagainya. Dengan adanya administrasi dalam pendidikan maka semua komponen
tersebut di atas dapat diatur dan dikelola sebaik-baiknya. Dalam hal ini seorang kepala sekolah
yang sejatinya adalah seorang top leader mempunyai kewajiban dalam menjalankan administrasi
di lembaga atau sekolah yang dipimpinnya.
Satu komponen yang sangat perlu mendapat perhatian adalah kurikulum. Karena memang
kurikulum merupakan alat yang sangat penting bagi keberhasilan suatu pendidikan. Kurikulum
merupakan suatu system program pembelajaran untuk mencapai tujuan institusional pada
lembaga pendidikan, sehingga kurikulum memegang peran penting dalam mewujudkan sekolah
yang bermutu atau berkualitas. Untuk memperluas pengetahuan kita mengenai administrasi
kurikulum, penulis akan memaparkan sebuah makalah mengenai Ruang Lingkup Administrasi
Kurikulum mudah-mudahan ini dapat menambah wawasan kita mengenai administrasi
kurikulum juga menyadarkan kita untuk meningkatkannya dalam suatu lembaga pendidikan.
B. Rumusan Masalah
a. Apa pengertian administrasi kurikulum?
C. Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui Apa pengertian administrasi kurikulum?
Kata “administrasi” berasal dari bahasa Latin yang terdiri atas kata ad dan ministrare.
Kata ad mempunyai arti yang sama dengan kata to dalam bahasa Inggris, yang berarti “ke” atau
“kepada”. Dan ministrare sama artinya dengan kata to serve atau to conduct yang berarti
“melayani”, “membantu”, atau “mengarahkan”. jadi Administrasi dalam arti sempit yaitu
kegiatan yang meliputi catat-mencatat, surat-menyurat, ketik-mengetik, dan lain-lain yang
berhubungan dengan ketatausahaan. Sedangkan administrasi dalam arti luas adalah sebagai suatu
kegiatan atau usaha untuk membantu, melayani, mengarahkan, atau mengatur semua kegiatan di
dalam mencapai suatu tujuan. Jadi dapat disimpulkan bahwa administrasi adalah rangkaian
kegiatan atau proses yang di lakukan oleh sekelompok orang yang berlangsung dalam suatu
bentuk kerja sama di maksudkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah di tetapkan.
Secara etimologis, kurikulum berasal dari bahasa Yunani, yaitu curir yang artinya pelari,
dan curare yang berarti tempat berpacu. Jadi istilah kurikulum berasal dari dunia olah raga pada
zaman Romawi Kuno di Yunani, yang mengandung pengertian suatu jarak yang harus di tempuh
oleh pelari dari garis srart sampai garis finish.Dalam bahasa Arab, kata kurikulum biasa di
ungkapkan dengan manhaj yang berarti jalan yang terang yang dilalui oleh manusia pada
berbagai bidang kehidupan manusia. Sedangkan kurikulum pendidikan (manhaj al-dirasah)
dalam Qamus Tarbiyah adalah seperangkat perencanaan dan media yang dijadikan acuan oleh
lembaga pendidikan dalam mewujudkan tujuan-tujuan pendidikan. 1
Jadi dapat di simpulkan kurikulum adalah sebagai sebuah dokumen perencanaan yang
berisi tentang tujuan yang harus dicapai, isi materi dan pengalaman belajar yang harus dilakukan
siswa, strategi dan cara yang dapat dikembangkan, evaluasi yang dirancang untuk
mengumpulkan informasi tentang pencapaian tujuan, serta implementasi dari dokumen yang di
rancang dalam bentuk nyata. Dengan demikian, pengembangan kurikulum meliputi penyusunan
dokumen, implementasi dokumen serta evaluasi dokumen yang telah disusun.
1
Hamalik, Oemar. 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Administrasi kurikulum merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan
diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara continue terhadap
situasi belajar mengajar secara efektif dan efisien demi membantu tercapainya tujuan pendidikan
yang telah ditetapkan. Pada tingkat sekolah apapun, yang menjadi tugas utama kepala sekolah
adalah menjamin adanya program pengajaran yang baik bagi murid-murid.Karena pada dasarnya
pengelolaan atau manajemen pendidikan fokus segala usahanya adalah terletak pada Praktek
Belajar mengajar (PBM).Hal ini nampak jelas bahwa pada hakikatnya segala upaya dan kegiatan
yang dilaksanakan didalam sekolah atau lembaga pendidikan senantiasa diarahkan pada
suksesnya PBM. Dalam proses pendidikan perlu dilaksanakan administrasi kurikulum agar
perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kurikulum berjalan lebih efektif, efisien, dan optimal
dalam memberdayakan berbagai sumber belajar, pengalaman belajar, maupun komponen
kurikulum.2
Manajemen kurikulum adalah sebagai suatu sistem pengelolaan kurikulum yang
kooperatif komprehensif sistematis dan sistematik dalam rangka mewujudkan ketercapaian
tujuan kurikulum. Oleh karena itu, otonomi yang diberikan pada lembaga pendidikan atau
sekolah dalam mengelola kurikulum secara mandiri dengan memprioritaskan kebutuhan dan
ketercapaian sasaran dalam visi dan misi lembaga pendidikan atau sekolah tidak mengabaikan
kebijaksanaan nasional yang telah ditetapkan.
Dan hubungan sekolah dengan masyarakat perlu dikelola secara produktif agar
masyarakat merasa memiliki sekolah. Sehingga terbentuk sinerjik antara sekolah dengan
masyarakat untuk mewujudkan program-program sekolah. Dengan demikian keterlibatan
masyarakat dalam manajemen kurikulum dimaksudkan agar dapat memahami, membantu dan
mengontrol implementasi kurikulum, sehingga lembaga pendidikan atau sekolah selain dituntut
kooperatif juga mampu mandiri dalam mengidentifikasi kebutuhan kurikulum, mendesain
kurikulum, menentukan prioritas kurikulum, melaksanakan pembelajaran, menilai kurikulum,
mengendalikan serta melaporkan sumber dan hasil kurikulum baik kepada masyarakat maupun
pada pemerintah.
2
Hamalik, Oemar. 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
B. Fungsi Administrasi Kurikulum
Menurut Oteng Sutisna, administrasi dapat dikatakan sebagai keseluruhan proses (seperti
pengambilan keputusan, perencanaan, organisasi, koordinasi, komunikasi, pengawasan,
penilaian) yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang bersifat manajerial
dengan maksud melayani kepentingan anak didik.3
Hal tersebut nampak jelas bahwa pada hakikatnya segala upaya dan kegiatan yang dilaksanakn di
sekolah/lembaga pendidikan diarahakan pada suksesnya PBM (Proses Belajar Mengajar).
Dengan demikian, tujuan utama dari administrasi ialah mengorganisasikan dan mengoperasikan
tugas sekolah sehingga pengajaran dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Paparan tentang fungsi administrasi pendidikan terutama dalam konteks administrasi kurikulum
di sekolah perlu dimulai dari tinjauan tentang tujuan pendidikan. Hal ini disebabkan .oleh adanya
prinsip bahwa pada dasarnya administrasi ini dimaksudkan.untuk pencapaian tujuan pendidikan.
Tujuan itu dicapai dengan melalui serangkaian usaha, mulai dari perencanaan sampai
melaksanakan evaluasi terhadap usaha tersebut. Pada dasarnya fungsi administrasi merupakan
proses pencapaian tujuan melalui serangkaian usaha tersebut.
a. Perencanaan Kurikulum
Perencanaan kurikulum adalah proses komprehensif ketika pihak yang terkait merumuskan
tujuan dari pendidikan, bagaimana tujuan tersebut dilakukan melalui situasi belajar mengajar,
dengan mempertimbangkan kepantasan dan keefektifan tujuan (ends) dan alat (means) belajar
(Baine, 1986). Tanpa perencanaan kurikulum yang sistematis, berbagai pengalaman belajar tidak
akan saling berhubungan dan kurang mempunyai tujuan. Perencanaan kurikulum yang baik
3
Suryosubroto, B. 2010. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT RINEKA CIPTA
diperlukan untuk mengembangkan pengalaman pendidikan secara kontinyu, untuk mencapai
tujuan pendidikan itu sendiri.
Dari definisi perencanaan di atas menekankan bagaimana pentingnya dari sebuah perencanaan,
perencanaan yang di rancang dengan baik serta didukung dengan kegiatan yang dilaksanakan
dengan baik maka tujuan akan tercapai sesuai yang, diharapkan.
b. Pengorganisasian Kurikulum
Organisasi kurikulum sangat erat berhubungan dengan tujuan pendidikan yang hendak
dicapai karena pola-pola yang berbedaakan mengakibatkan isi dan cara penyampaianpelajaran
berbeda pula (Prof. Dr. Nasution, Hal.80).4
Kurikulum ini menyajikan segala bahan pelajaran dalam berbagai macam mata
pelajaran (subjects) yang terpisah-pisah satu sama lain, seakan-akan ada batas pemisah antara
mata pelajaran yang satu dengan yang lain juga antara suatu kelas dengan kelas yang lain.
Subject atau mata pelajaran yang dimaksud adalah hasil pengalaman umat manusia
sepanjang masa, atau kebudayaan dan pengetahuan yang dikumpulkan oleh umat manusia
sejak dulu kala. Bahan ini lalu disusun secara logis dan sistematis, disederhanakan dan
disajikan kepada anak-anak di sekolah sebagai mata pelajaran setelah disesuaikan dengan usia
dan kematangan murid-murid. Dalam subjecl curriculum ini, anak-anak dipaksakan
mempelajari pengalaman umat manusia yang lampau, yang tidak selalu bertalian erat dengan
pengalaman anak itu sendiri. Curriculum yang subject- centered ini terutama ditujukan kepada
4
Suryosubroto, B. 2010. Manajemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: PT RINEKA CIPTA
pembentukan intelektual dan kurang mengutamakan pembentukan pribadi anak sebagai
keseluruhan.
5) Kurikulum ini telah dipaai berabad-abad lamanya dan sudah menjadi tradisi
1. Kurikulum ini memberikan mata pelajaran yang lepas-lepas, yang tidak berhubungan satu
dengan yang lain.
2. Kurikulum ini tidak memperhatikan masalah-masalah sosial yang dihadapi anak-anak
dalamkehidupannya sehari-hari.
3. Kurikulumini menyampaikan pengalaman manusia yang lampau dalam bentuk yang
sistematis dan logis. Sesuatu yang logis tidak selalu psikologis ditinjau dari segi minat dan
perkembangan anak.
4. Tujuan kurikulum ini terlampau terbatas.
5. Kurikulum ini kurang menegmbangkan kemampuan berpikir.
6. Kurikulum ini cenderung menjadi statis dan ketinggalan zaman
b. Correlated Curriculum
5
Syaodih dan Nana Sukmadinata. 2000. Pengembangan kurikulum : teori dan praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Pada dasarnya organisasi kurikulum ini menghendaki agar mata pelajaran itu satu
sama lain ada hubungan, bersangkut paut (icorrelated), walaupun mungkin batas-batas yang
satu dengan yang lain masih dipertahankan.
Prinsip berhubungan satu sama lain (korelasi) ini dapat dilaksanakan dengan beberapa cara:
Adapun ciri-ciri dari kurikulum korelasi ini menurut Zainal Arifin, antara lain:
(a) adanya korelasi antar mata pelajaran, (b) adanya upaya untuk menyesuaikan mata
pelajaran dengan masalah kehidupan sehari-hari, termasuk kebutuhan dan minat peserta didik,
(c) tujuan kurikulum adalah untuk menguasai pengetahuan, (d) pelayanan perbedaan
individual masih sangat terbatas, (e) dalam proses pembelajaran, guru banyak berperan aktif,
(f) peran peserta didik mulai diaktifkan, dan (g) penilaian lebih difokuskan kepada domain
cognitive, kendatipun domain lain sudah mulai dikembangkan.
1. Kurikulum ini tidak menggunakan bahan yang langsung berhubungan dengan kebutuhan dan
minat anak-anak serta dengan masalah-masalah yang hangat yang dihadapi murid- murid
dalam kehidupannya sehari-hari
6
Syaodih dan Nana Sukmadinata. 2000. Pengembangan kurikulum : teori dan praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
2. Kurikulum ini tidak memberi pengetahuan yang sistematis serta mendalam mengenai
berbagai mata pelajaran
3. Guru sering tidak menguasai pendekatan inter disiplin.
c. Integrated Curriculum
3. Kurikulum ini memungkinkan hubungan yang erat antara sekolah dengan masyarakat
d. Pengarahan Kurikulum
Pengarahan diartikan sebagai suatu usaha untuk menjaga agar apa yang telah
direncanakan dapat berjalan seperti yang dikehendaki. Suharsimi Arikunto (1988)
memberikan definisi pengarahan sebagai penjelasan, petunjuk, serta pertimbangan dan
7
Syaodih dan Nana Sukmadinata. 2000. Pengembangan kurikulum : teori dan praktik. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
bimbingan terhadap para petugas yang terlibat, baik secara struktural maupun fungsional agar
pelaksanaan tugas dapat berjalan dengan lancar.
e. Pengkoordinasian Kurikulum
f. Evaluasi Kurikulum
Pada umumnya guru, kepala sekolah, dan murid pada khususnya harus melakukan
penilaian tentang seberapa jauh tujuan yang telah ditetapkan dapat tercapai, serta mengetahui
kekuatan dan kelemahan program yang dilaksanakan. Secara lebih rinci maksud penilaian
adalah untuk: a), memperoleh dasar bagi pertimbangan apakah pada akhir suatu periode kerja
tersebut berhasil, b), menjamin cara bekerja yang efektif dan efisien, c), memperoleh fakta-
fakta tentang kesukaran-kesukaran dan untuk menghindarkan situasi yang dapat merusak,
serta d), memajukan kesanggupan para guru dan orang tua murid dalam mengembangkan
organisasi sekolah.
9
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2008. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Desain instruksional adalah suatu perencanaan pengajaran yang menggunakan
pendekatan sistem, atau pengajaran dianggap sebagai sistem yang terdiri dari komponen-
komponen yang saling berinteraksi dan saling berhubungan satu sama lain, untuk
mencapai suatu tujuan.
2. Melaksanakan pengajaran, termasuk strategi pengelolaan kelas
Strategi merupakan pola umum rentetan kegiatan yang harus dilakukan untuk
mencapai tujuan tertentu. Sanjaya (2007:164) menjelaskan pengelolaan kelas adalah
keterampilan guru menciptakan dan memelihara kondisi belajar yang optimal dan
mengembalikannya manakala terjadi hal-hal yang dapat mengganggu suasana belajar
mengajar. Pengelolaan kelas disini menurut Gunawan (1996) bisa berupa strategi fisikal
dan nonfisikal.10
3. Mengevaluasi hasil belajar
Salah satu aspek pokok dalam pengelolaan kegiatan belajar mengajar adalah
mengevaluasi sejauh mana terjadinya prestasi belajar siswa melalui latar belakang serta
faktor-faktor lain yang mungkin mempengaruhinya. Wand and Brown dalam Wayan
Nurkancana (1986:1) mengatakan evaluation refer to the act or process to determining
the value of something. Evaluasi adalah suatu tindakan atau suatu proses untuk
menentukan nilai sesuatu.
4. Kegiatan yang berhubungan dengan tugas peserta didik atau siswa
Demi suksesnya proses belajar mengajar, seorang siswa atau peserta didik harus
kreatif dalam menyusun jadwal, kapan waktu belajar dan kapan waktu untuk bermain
atau bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.
10
Tim Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia. 2008. Manajemen Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
c) Penyusunan jadwal ulangan dan ujian.
D. Implementasi Kurikulum
Sebagus apapun desain atau rancangan kurikulum yang dimiliki, keberhasilannya sangat
tergantung pada guru. Kurikulum yang sederhanapun apabila gurunya memiliki
kemampuan, semangat dan dedikasi yang tinggi, hasilnya akan lebih baik dari desain
kurikulum yang hebat tetapi kemampuan, semangat dan dedikasi gurunya rendah.
Sukmadinata (2007:119) menegaskan beberapa hal yang harus dimiliki oleh setiap guru
dalam pelaksanaan kurikulum, antara lain :
1. Pemahaman esensi dari tujuan-tujuan yang ingin dicapai dalam kurikulum,
2. Kemampuan untuk menjabarkan tujuan-tujuan kurikulum tersebut menjadi tujuan-
tujuan yang lebih spesifik, dan
3. Kemampuan untuk menerjemahkan tujuan-tujuan khusus kepada kegiatan
pembelajaran.11
Disamping itu, menurut Asnawir (2004:224) seorang guru juga harus memiliki
sepuluh kompetensi dalam mengajar, yaitu :
a. Menguasai bahan,
b. Mengelola program belajar – mengajar,
c. Mengelola kelas,
d. Menggunakan media atau sumber belajar,
e. Menguasai landasan kependidikan,
f. Mengelola interaksi belajar – mengajar,
g. Menilai prestasi belajar – mengajar,
h. Mengenal fungsi dan layanan bimbingan dan konseling,
i. Mengenal dan menyelenggarakan administrasi sekolah, dan
j. Memahami dan menafsirkan hasil penelitian guna keperluan pengajaran.
Dengan demikian para guru harus mampu menguasai materi pelajaran, pengetahuan cara
mengajar dan pengetahuan tentang tingkah laku individu. Selain itu guru juga harus mampu
menghargai profesinya serta harus terampil dalam berperilaku.
11
Hamalik, Oemar. 2010. Manajemen Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosdakarya.
Mengutip pernyataan Asnawir (2004:227) bahwa, dalam pelaksanaan kurikulum ada tiga
tahap kegiatan yang harus dilakukan, yaitu; 1. Persiapan, 2. Pelaksanaan pengajaran, dan 3.
Penutupan. Ketiga kegiatan tersebut adalah sebagai uraian berikut :
1. Persiapan
Tahap ini dilakukan oleh guru sebelum kegiatan mengajar dimulai yakni pada
saat membuka pelajaran. Sanjaya (2007:162) berpendapat bahwa membuka pelajaran
atau set induction adalah usaha yang dilakukan oleh guru dalam kegiatan pengajaran
untuk menciptakan prakondisi bagi siswa, agar mental maupun perhatian terpusat pada
pengalaman yang disajikan sehingga materi dan bahan pelajaran mudah dikuasai. Hal
tersebut bisa berupa pengucapan salam, membangun suasana akrab sehingga siswa
merasa dekat, melakukan interaksi yang menyenangkan, dan lain sebagainya.
2. Pelaksanaan
Keberhasilan suatu kurikulum dapat diukur dari sejauh mana siswa dapat
menguasai materi pelajaran yang tertuang di dalam kurikulum. Untuk itu, Asnawir
(2004:228) mengelompokkan kegiatan pelaksanaan pengajaran kepada tiga bagian,
yaitu :
a. Pendahuluan, dimana guru berusaha untuk mengarahkan perhatian siswa untuk
masuk ke pokok bahasan,
b. Pelajaran inti, merupakan interaksi belajar mengajar yang terjadi antara guru
dengan siswa dalam membahas pokok bahasan, dan
c. Evaluasi, kegiatan ini dilakukan oleh guru setelah selesai pelajaran inti. Seperti
mengajukan pertanyaan atau meminta siswa untuk membuat ringkasan tentang
pokok bahasan yang telah di pelajari.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Administrasi kurikulum di sekolah merupakan kegiatan yang sangat penting di antara
kegiatan-kegiatan administrasi lainnya. Kurikulum dengan diiringi tatalaksana yang baik, tepat
dan cermat akan mampu membuahkan hasil pendidikan yang baik pula. Kecakapan mengelola,
menata, dan melaksanakan kurikulum tidak hanya menjadi kebutuhan dan tanggung jawab guru,
juga dirasakan sangat perlu bagi para pengelola lembaga pendidikan yang bersangkutan.
Ruang lingkup administrasi kurikulum meliputi perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian
kegiatan kurikulum. Pada tingkat sekolah kegiatan kurikulum lebih mengutamakan untuk
merealisasikan dan merelevansikan antara kurikulum nasional (standar kompetensi/kompetensi
dasar) dengan kebutuhan daerah dan kondisi sekolah yang bersangkutan, sehingga kurikulum
tersebut merupakan kurikulum yang integritas dengan peserta didik maupun dengan lingkungan.
B. Saran
Kami sebagai penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
kedepannya kami akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan
sumber-sumber yang lebih banyak yang dapat dipertanggung jawabkan. Kami sangat menerima
saran dan kritikan dari pembaca untuk membuat makalah ini lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA