PENDAHULUAN
Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi,
benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu
tidak boleh dilakukan secara asal-asalan (Didin dan Hendri, 2003:1). Mulai dari
urusan terkecil seperti mengatur urusan Rumah Tangga sampai dengan urusan
terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara semua itu diperlukan pengaturan
yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen agar tujuan yang
hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efisien dan efektif.
I.3 Tujuan
1. Untuk memahami pengertian Manajemen Pendidikan Islam
1
Manajemen Pendidikan dalam Perspektif Islam | Copy Right © 2011 Brilly El-Rasheed
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen Pendidikan Islam
1. Definisi Manajemen
Manajemen adalah suatu hal penting yang menyentuh , mempengaruhi dan
bahkan merasuki hampir seluruh aspek kehidupan manusia layaknya darah dan
Raga. Juga dapat dimengerti bahwa dengan Manajemen , Manusia mampu
mengenali kemampuannya berikut kelebihan dan kekurangannya sendiri.
Manejmen menunjukkan cara – cara yang lebih efektif dan efisien dalam
pelaksanaan suatu pekerjaan.2 Siagian (1978) menyebutkan manajemen adalah
kemampuan dan keterampilan untuk memperoleh sesuatu hasil dalam rangka
pencapaian tujuan melalui kegiatan – kegiatan orang lain.3 Manajemen sering
diartikan sebagai ilmu , kita dan profesi. Dikatakan sebagai ilmu oleh Luther
Gulick karena Manajemen dipandang sebagai suatu bidang Pengetahuan yanag
secara sistematik berusaha memahami mengapa dan bagaimana orang bekerja
sama ini lebih bermanfaat bagi kemanusiaan.
Manajemen telah memenuhi prasyarat sebagai bidang ilmu pengetahuan
karena telah dipelajari dalam kurun waktu yang lama dan memiliki serangkaian
teori yang perlu diuji dan dikembangakan dalam praktek manjerial pada lingkup
organisasi. Sebagai ilmu pengetahuan, manejmen juga bersifat universal dan
mempergunakan kerangka ilmu pengetahuan yang sistematis mencakup kaidah –
kaidah, prinsip –prinsip, dan konsep – konsep yang cenderung benar dalam semua
situasi manajerial.4 Hal ini menunjukkan bahwa ilmu pengetahuan Manajemen
dapat diterapkan dalam setiap organisasi Baik pemerintah , pendidikan , sekolah,
keagamaan, sosial, dan sebagainya. Manajemen dibutuhkan oleh setiap organisasi,
jika seorang manajer mempunyai pengetahuan tentang manajemen dan
2
Sulistyorini, M.Pdi, Manejemen Pendidikan Islam (konsep, strategi dan aplikasi), (Yogyakarta :
TERAS, Juni 2009) hlm 7
3
Marno, Triyo Supriyatno. Manajemen dan kepemimpinan Pendidikan Islam, (Bandung : PT.
Refika Aditama, september 2008) hlm 1
4
Handoko, Manajemen Personalia dan sumber daya Manusia , (Yogyakarta : BPFE, 1996) hlm 6
mengetahui bagaimana menerapkannya, maka dia akan dapat melaksanakan
fungsi – fungsi manajerial secara efektif dan efisien.5
5
Sulistyorini., Op. cit., hlm 8
6
Ibid.,hlm 13
7
Made Pidarta, Manajemen Pendidikan Indonesia,( Jakarta : PT Bina Aksara,1988) hlm 4
8
Sulistyorini., Op. cit., hlm 13
9
Mujammil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam : Strategi baru Pengelolaan lembaga
Pendidikan Islam, (Jakarta : Erlangga, 2007) hlm 11
Pengertian manajemen pendidikan Islam juga dijabarkan oleh beberapa pihak.
Menurut menurut Prof Dr Mujamil Qomar, manajemen pendidikan Islam adalah
suatu proses pengelolaan lembaga pendidikan Islam secara islami. Cara ini dengan
menyiasati sumber-sumber belajar dan hal-hal lain yang terkait untuk mencapai
tujuan pendidikan Islam secara efektif dan efisien.
Sedangkan pengertian manajemen pendidikan Islam menurut Ramayulis
(2008:260) adalah proses pemanfaatan semua sumber daya yang dimiliki umat
Islam, lembaga pendidikan atau lainnya. Manajemen pendidikan Islam tentu
menjadi ilmu yang bergerak dengan pedoman Islam, dengan begitu ilmu ini
memiliki karakteristik tersendiri yang bernuansa islami.
Menurut Prof Dr Mujamil Qomar, istilah Islam itu dapat dimaknai sebagai
Islam wahyu atau Islam budaya. Islam wahyu meliputi Alquran dan hadist-hadist
nabi maupun hadist qudsi. Sementara itu, Islam budaya meliputi ungkapan
sahabat, pemahaman ulama, pemahaman cendekiawan muslim dan budaya umat
Islam. 10
11
Muhammad Ali al Shabuni , Shafwat al Tafsir, Jilid IV, (Beirut : Dar al Fikr, tt) hlm 355
12
Al Bukhari dalam al Jami’ah al Shahih al – Mukhtashar I/33
mendidik kita agar mengedepankan pertimbangan profesional dalam menentukan
pegawai yang diamanahi suatu pekerjaan atau tanggung jawab, terlebih dalam
perkara yang menyangkut persoalan orang banyak.
6. Qs. Al – Shaff : 2 – 3
13
Imron Fauzi, Manajemen Pendidikan ala Rasulullah, (Jogjakarta : Ar-ruzz Media, 2012) hlm 73
Artinya : 2. Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan
sesuatu yang tidak kamu kerjakan?
Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang
tidak kamu kerjakan.
Ayat ini menyentuh Persoalan kesesuaian antara perkataan dengan perbuatan
yang sekarang populer dengan istilah konsistensi. Sikap konsistensi bagi manajer
adalah suatu keharusan sebab dia adalah pemimpin yang dianut oleh
bawahannya.14
Rasulullah saw. bersabda dalam sebuah Hadis yang diriwayatkan Imam Thabrani
(Jalaluddin Abd’ ar-Rahman, tt: 122); “Sesungguhnya Allah sangat mencintai orang yang
jika melakukan sesuatu pekerjaan, dilakukan secara Itqan (tepat, terarah, jelas dan
tuntas)”. (H.R Thabrani)
Arah pekerjaan yang jelas, landasan yang mantap, dan cara-cara mendapatkannya yang
transparan merupakan ama perbuatan yang dicintai Allah swt.. Sebenarnya, manajemen
dalam mengatur segala sesuatu agar dilakukan dengan baik, tepat, dan tuntas
merupakan hal yang disyariatkan dalam ajaran Islam (Hafiduddin & Hendri, 2003:
22).
Demikian pula dalam Hadis riwayat Imam Muslim dari Abi Ya’la (Yahya Ibn Syarifuddin,
Tt: Hadits ke 17), Rasulullah saw. bersabda: “Allah swt. Mewajibkan kepada kita untuk
berlaku ihsan dalam segala sesuatu” (H.R Muslim)
Kata ihsan bermakna ‘melakukan sesuatu secara maksimal dan optimal’. Tidak boleh
seorang Muslim melakukan sesuatu tanpa perencanaan, tanpa adanya pemikiran, dan
tanpa adanya penelitian, kecuali sesuatu yang sifatnya emergency. Akan tetapi, pada
umumnya dari hal yang kecil hingga hal yang besar, harus dilakukan secara ihsan, secara
optimal, secara baik, benar dan tuntas (Hafiduddin & Hendri, 2003: 2).
Demikian pula ketika kita melakukan sesuatu itu dengan benar, baik, terencana, dan
terorganisasi dengan rapi, maka kita akan terhindar dari keragu-raguan dalam
memutuskan sesuatu atau dalam mengerjakan sesuatu. Kita tidak boleh melakukan
sesuatu yang didasarkan pada keragu-raguan.
Sesuatu yang didasarkan pada keragu-raguan biasanya akan melahirkan hasil yang tidak
optimal dan mungkin akhirnya tidak bermanfaat. Oleh karena itu, dalam Hadis riwayat
Imam Tirmidzi dan Nasa’i, Rasulullah saw. bersabda: “Tinggalkan oleh engkau perbuatan
yang meragukan, menuju perbuatan yang tidak meragukan” (H.R. Tirmidzi dan Nasa’i).
Perbuatan yang tidak ada manfaatnya adalah sama dengan perbuatan yang tidak pernah
direncankan. Jika perbuatan itu tidak pernah direncanakan, maka tidak termasuk dalam
kategori manajemen yang baik.
Artinya : 7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan
.melihat (balasan)nya
7. Dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan
melihat (balasan)nya pula.
Dia lah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan
sebahagian kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk mengujimu
tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu Amat cepat
siksaan-Nya dan Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
Qs. At –Thur : 21
Artinya : Dan orang-orang yang beriman, dan yang anak cucu mereka mengikuti
mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan
17
Ibid., hlm 29
mereka[1426], dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka.
tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakan
Qs. Al Muddatstsir : 38
,Artinya : Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya
BAB III
KESIMPULAN
Bila Para Manajer dalam pendidikan Islam telah bisa melaksanakan tugasnya
dengan tepat seuai dengan fungsi manajemen di atas, terhindar dari semua
ungkupan sumir yang menyatakan bahwa lembaga pendidikan Islam dikelola
dengan manajemen yang asal-asalan tanpa tujuan yang tepat. Maka tidak akan ada
lagi lembaga pendidikan Islam yang ketinggalan Zaman, tidak teroganisir dengan
rapi, dan tidak memiliki sisten kontrol yang sesuai.
Daftar Pustaka
Fauzi, I. ( 2012). Manajemen Pendidikan ala Rasulullah. Jogjakarta: Ar-ruzz
Media.