Anda di halaman 1dari 54

LAPORAN

KULIA KERJA LAPANGAN

PERANAN PIMPINAN DALAM MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI

PADA KANTOR BKKBN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

OLEH

BEROLDUS ATAMBEOT

NIM : 42117069

PRODI ADMINISTRASI PUBLIK

FAKULTAS ILMU SOSOIAL DAN POLITIK

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA

KUPANG
2020
LEMBARAN PENGESAHAN

1. Nama Mahasiswa :Bertoldus Atambeot

2. No regis :42117069

3. Judul kegiatan :Peranan Pimpinan Dalam Meningkatkan Kinerja

Pegawai pada Kantor BKKBN Provinsi Nusa Tenggara

Timur

3. Waktu kegiatan :05 november s.d 05 desember 2020

4. Tempat kegiatan :BKKBN Provinsi NTT

Proposal Kuliah Kerja Lapangan (KKL) ini telah diminta dan disetujui oleh:

DosenPendamping Ka. Prodi AP

Paulus A. K. L Ratumakin, S. Fil. M.Si Drs. Frans Nyong, M.Si

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan yang maha Esa atas rahmat, karunia-Nya

sehingga laporan (KKL) dengan judul peran “Pimpinan Dalam Meningkatkan Kinerja

Pegawai Pada Kantor Bkkbn Provinsi Nusa Tenggara Timur” dapat diselesaikan.

Penulis menyadari bahwa penulisan laporan (KKL) ini masih jauh dari kesempurnaan

baik dari segi bahasa dan dari segi sistematika penulisan yang termuat di dalamnya.

Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, saran dan masukan yang bersifat

membangun.

Dengan segenap kerendahan hati, penulis berharap semoga kekurangan yang

ada pada laporanl ini dapat dijadikan bahan pembelajaran untuk penelitian yang lebih

baik di masa yang akan datang, dan semoga laporan (KKL) ini dapat bermanfaat bagi

penulis khususnya dan pembaca pada umumnya.

Akhir kata penulis mengucapkan “banyak berkat dan limpah terimakasih”.

ii
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ..................................................................................i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………...ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN .....................................................................................1

1,1 Latar Belakang .......................................................................................1

1,2 Rumusan Masalah ..................................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian ....................................................................................6

BAB II LANDASAN KONSEPTUAL ...............................................................7

2,1 kepemimpinan .....................................................................................7

BAB III METODE PENELITIAN ....................................................................20

3.1 Lokasi Penelitian ...................................................................................21

3.2 Metode Pengumpulan Data...................................................................21

3.4 Teknik Analisis Data ............................................................................22

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………..23

4.1 Sejarah BKKBN……………………… ………………………………...,24

4.2 Kondisi Geografis………………………………………………………,..31

4.3 Pelaksanaan kegiatan KKL……………………………………………....37

BAB V ANALISIS HASIL KEGIATAN KKL………………………………..39

iii
5.1 Bidang Kerja…………………………………………………………....39

5.2 Peran Pimpinan Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai Pada Kantor

BKKKBN……………………………………………………………….42

BAB Vi PENUTUP……………………………………………………………...44

6.1 Kesimpulan……………………………………………………………..44

6,2 Saran……………………………………………………………………46

DAFTAR PUSTAKA

iv
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemerintah dimanapun di dunia ini mempunyai tiga tugas utama yang

harus dilaksanakan yaitu bahwa setiap pemerintah wajib melindungi,

menertibkan, dan melayani warga negaranya. Di indonesia dan seluruh

tumpah darah indonesia, tugas perlindungan ini harus diberikan tanpa harus

memandang kedudukan dan status warga negara. To regulate the people,

mengandung arti bahwa pemerintah memiliki tugas mengatur dan

mengendalikan rakyat dalam rangka ketertiban umum. Cara yang dilakukan

oleh pemerintah adalah dengan cara mengeluarkan berbagai peraturan

perundang-undangan dan melengkapi segala saran dan prasarana yang

dibutuhkan.

Sebagai suatu kewajiban yang diperintahkan oleh undang-undang

maka pemerintah (melalui pra pejabat-pejabatnya) tidak bisa menolak untuk

memberikan pelayanan publik kepada masyarakat oleh sebab itu tugas utama

mereka adalah melayani segala kebutuhan warga masyarakat, tanpa

pengecualian semakin tinggi kedudukan seorang pejabat maka akan semakin

besar pula tanggung jawabnya memberikan layanan publik. Namun sayangnya

banyak pula pejabat/aparatur negara salah paham dengan posisi dan

kedudukannya mereka yang seolah semakin tinggi jabatan dan kedudukannya

maka akan semakin rendah tanggung jawabnya dan semakin membutuhkan

penghormatan dari rakyat. Inilah paradigma yang harus direformasi bahwa

pejabat pemerintah itu bukan untuk dihormati tetapi untuk melayani

1
masyarakat. Di era otonomi daerah dan pemilihan secara langsung setidaknya

telah memberikan sedikit perubahan itu, para kepala daerah juga telah

mengubah gaya kepemimpinannya, untuk memastikan bahwa masyarakat

telah mendapatkan hak-haknya atas pelayanan publik. Sebagian dari mereka

tidak segan-segan menggantikan pejabat-pejabat yang tidak kompeten di

bidang tertentu atau yang kinerjanya tidak sesuai dengan harapan masyarakat.

Undang-undang pelayanan publik (uu nomor 25 tahun 2009) menjadi

sangat penting untuk diketahui oleh setiap warga masyarakat negara sebab

undang-undang ini memberikan kepastian hukum dalam hubungan antara

masyarakat dengan penyelenggara dalam pelayanan publik, sebagaimana

tertulis pada pasal 2, dengan demikian maka masyarakat dapat memahami

hak-hak atas pelayanan publik sebagaimana di atur dalam undang-undang.

Demikian pula pada pelayanan publik yang dilakukan oleh kantor

BKKBN Provinsi NTT dengan seorang pemimpin yang sebagai pengatur

berjalannya suatu pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dengan

berbagai macam progaram, beberapa diantaranya yaitu, Program KB (keluarga

berencana) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami

istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak

diinginkan, mengatur interval di antara kehamilan, mengontrol waktu saat

kelahiran dalam hubungan suami istri dan menentukan jumlah anak dan

keluarga. Program KB tidak hanya bertujuan untuk mengendalikan laju

pertumbuhan penduduk, melainkan juga untuk memenuhi permintaan

masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi (KR) yang

berkualitas, menurunkan angka kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi

(AKB) serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi untuk membentuk

2
keluarga kecil yang berkualitas di seluruh wilayah indonesia terutama di

Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Aspek pengendalian pertumbuhan penduduk dan kualitas penduduk

dilaksanakan melalui peningkatan ke ikut sertaan dalam berKB yang

mengarah pada penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang, ke ikut sertaan

masyarakat dalam bina keluarga (bina keluarga balita, bina keluarga remaja,

bina keluarga lansia), meningkatkan kemampuan masyarakat dalam

berwirausaha, kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera

(UPPKS).

Dalam rangka penguatan kelembagaan dari jaringan KB diupayakan

pengalihan pemberdayaan para petugas dan pengelolahan program dari

tanggung jawab penuh pemerintah, dalam pengelolahan program KB, secara

bertahap oleh pengolahan masyarakat. Demikian pula pada penanggulangan

masalah program pemberdayaan keluarga diarahkan agar keluargakeluarga

yang mampu melaksanakan peran dan fungsi keluarga dapat semakin

meningkat.

Dalam melaksanakan program-program kependudukan di atas,dinas

kependudukan, dan keluarga berencana harus memiliki sumber daya manusia

yang berkualitas dan bertanggung jawab. Untuk meningkatkan mutu

pelayanan kepada masyarakat dibutuhkan pemimpin dan para pegawai yang

sumber daya manusianya mampu mensosialisasikan program-program

pemerintah kepada masyarakat yang tujuannya untuk mensejahterakan

masyarakat khususnya di Kota Kupang. Sumber daya manusia yang

berkualitas sangat penting dimiliki oleh setiap organisasi termasuk dinas

3
keluarga berencana karena sumber daya manusia merupakan faktor yang

sangat menentukan kemajuan sebuah organisasi/instansi, karena tidak ada

suatu instansi yang dapat tumbuh dan berkembang tanpa unsur manusia

dengan kemampuan manajerial dan moralitas kerja yang memadai. Dan di

setiap instansi/perusahan pimpinan sangat berperan aktif dan dominan dalam

setiap kegiatan, rencana, serta dalam membuat dan mengambil keputusan,

karena pimpinan yang menjadi perencana, pelaku dan penentu terwujudnya

tujuan organisasi.

Untuk itu Pimpinan Kantor BKKBN Provisi Nusa Tenggara Timur

harus mempunyai sumber daya manusia yang memiliki potensi kerja yang

berkualitas agar semua pergerakan juga tujuan Keluarga harapan dapat

tercapai dengan baik mau dalam jangka panjang ataupun jangka menengah

berdasarkan peraturan UU.No 25 Tahun 2009. Kehadiran dan ketepatan waktu

pelayanan adalah bukti dari hasil kerja pegawai juga sebagai tanggung jawab

pimpinan dalam memimpim para pegawai pada kantor BKKBN Provinsi Nusa

Tenggara Timur.

Sumber daya yang berkualitas sangat penting dimiliki oleh setiap

organisasi termasuk Dinas BKKBN Provinsi Nusa Tenggara Timur, karena

sumber daya manusia merupakan faktor yang sangat menentukan kemajuan

suatu organisasi/instansi terutama bagi pembangunan penduduk yang

berkualitas.

Konsep perilaku organisasi yang harus dimiliki oleh setiap aparatur

pemerintah dalam peningkatan prestasi kerja pegawai, khususnya pada

BKKBN Provinsi NTT. Dalam hal ini penanaman pemahaman nilai-nilai

4
perilaku organisasi dengan baik kepada setiap aparatur pemerintah akan dapat

menunjang sekali didalam proses peningkatan prestasi kerja terhadap pegawai,

untuk itu pemahaman perilaku organisasi perlu ditanamkan pada setiap

pegawai, agar prestasi kerja dan dalam pencapaian serta pelaksanaan tugas

dapat terlaksanakan dengan baik serta tujuan yang telah ditetapkan dapat

tercapai dengan baik.

Pegawai memiliki sifat dan tingkah laku atau perilaku yang beda, oleh

karena itu, tugas pimpinan untuk mengetahui perilaku pegawainya, yang

kemudian dapat diarahkan untuk bekerja sesuai dengan kemampuan dan

perilaku setiap pegawai. Hal tersebut dapat memotivasi pegawai untuk

melakukan hal-hal yang menjadi tanggung jawabnya dapat meningkatkan

prestasi kerja yang tinggi, demikian juga prestasi kerja pegawai pada BKKBN

Provinsi Nusa Tenggara Timur, dapat dicapai melalui perilaku organisasi yang

dipraktekan oleh pimpinan dalam melaksanakan tugasnya.

Prestasi kerja itu sendiri merupakan hasil kerja yang dapat dicapai oleh

seseorang atau sekelompok orang dalam organisasi, sesuai dengan

kewenangan dan tanggung jawab masing-masing, dalam upaya mencapai

tujuan dan organisasi bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan

sesuai dengan moral maupun etika dalam mewujudkan sasaran, tujuan, misi,

dan visi organisasi.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas maka penulis tertarik

membuat laporan KKL (Kuliah Kerja Lapangan) mengenai prestasi kerja

pegawai, maka penulis mengambil judul “PERANAN PIMPINAN DALAM

5
MENINGKATKAN KINERJA PEGAWAI PADA KANTOR BKKBN PROVINSI

NUSA TENGGARA TIMUR”

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah serta untuk

memperjelas permasalahan yang dihadapi, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah: bagaimana Peranan Pimpinan dalam Meningkatkan

Kinerja Pegawai pada Kantor BKKBN Provinsi Nusa Tenggara Timur

1.3 Tujuan KKL

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk Mengetahui

Peranan Pimpinan Dalam Meningkatkan Kinerja Pegawai pada Kantor

BKKBN Provinsi Nusa Tenggara Timur

1.4 Manfaat KKL

1. Bagi penulis akan berguna dalam mengembangkan wawasan dan

pemahaman tentang Peran Pimpinan Dalam Meningkatkan Prestasi

Kerja Pegawai Pada BKKBN Provinsi Nusa Tenggara Timur.

2. Bagi kegunaan praktis, memberikan sumbangan pemikiran dan

informasi serta solusi terhadap Peran Dalam Meningkatkan Prestasi

Kerja Pegawai Pada BKKBN Provinsi Nusa Tenggara Timur.

6
BAB II

LANDASAN KONSEPTUAL

2.1 Kepemimpinan

Masalah kepemimpinan telah muncul bersamaan dengan dimulainya

sejarah manusia, yaitu sejak manusia menyadari pentingnya hidup

berkelompok untuk mencapai tujuan bersama. Mereka membutuhkan

seseorang atau beberapa orang yang mempunyai kelebihankelebihan dari pada

yang lain, terlepas dalam bentuk apa kelompok manusia tersebut dibentuk. Hal

ini tidak dapat dipungkiri karena manusia selalu mempunyai keterbatasan dan

kelebihankelebihan tertentu. Kepemimpinan sebagai suatu kegiatan untuk

mempengaruhi perilaku orang-orang agar bekerja bersama-sama menuju suatu

tujuan tertentu yang mereka inginkan bersama.

Dengan kata lain, kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi

kelompok untuk mencapai tujuan kelompok tersebut. Dari berbagai pendapat

yang dirumuskan para ahli dapat diketahui bahwa konsep sipemimpinan itu

sendiri hampir sebanyak dengan jumlah orang yang ingin.mendefinisikannya,

sehingga hal itu lebih merupakan konsep berdasarkan pengalaman.

Hampir sebagian besar pendefinisian kepemimpinan memiliki titik

kesamaan kata kunci yakni “suatu proses mempengaruhi”. Akan tetapi kita

7
menemukan bahwa konseptualisasi kepemimpinan dalam banyak hal berbeda.

Perbedaan dalam hal “siapa yang mempergunakan pengaruh, tujuan dari upaya

mempengaruhi, cara-cara menggunakan pengaruh tersebut”.

Stephen P. Robbins (Badeni, 2004:2) mengemukakan, leadership as

the ability to influence a group toward the achievement of goals bahwa

kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai kemampuan sesorang untuk

memengaruhi suatu kelompok ke arah tercapainya tujuan. Kepemimpinan

diartikan sebagai proses mempengaruhi dan mengarahkan berbagai tugas yang

berhubungan dengan aktivitas anggota kelompok. Kepemimpinan juga

diartikan sebagai kemampuan mempengaruhi berbagai strategi dan tujuan,

kemampuan mempengaruhi komitmen dan ketaatan terhadap tugas untuk

mencapai tujuan bersama dan kemampuan mempengaruhi kelompok agar

mengidentifikasi, memelihara dan mengembangkan budaya organisasi. Unsur-

unsur kepemimpinan menurut Stogdill diantaranya adalah:

1. Adanya keterlibatan anggota organisasi sebagai pengikut.

2. Distribusi kekuasaan di antara pemimpin dengan anggota organisasi.

3. Legitimasi diberikan kepada pengikut.

4. Pemimpin mempengaruhi pengikut melalui berbagai cara.

Kepemimpinan adalah aktivitas untuk mempengaruhi perilaku orang

lain agar mereka mau diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu,

kepemimpinan diartikan sebagai kemampuan menggerakkan atau memotivasi

sejumlah orang agar secara serentak melakukan kegiatan yang sama dan

terarah pada pencapaian tujuannya. Kepemimpinan juga merupakan proses

menggerakkan grup atau kelompok dalam arah yang sama tanpa paksaan.

8
Dari pengertian di atas, maka pemimpin pada hakikatnya merupakan

seorang yang mempunyai kemampuan untuk menggerakkan orang lain

sekaligus mampu mempengaruhi orang tersebut untuk melakukan sesuatu

sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Pemimpin yang dimaksud dalam

kajian ini adalah Kepala BKKBN Kota Kupang. Seorang pemimpin harus

memiliki kemampuan memimpin secara profesional dengan menggunakan

peran-peran yang menurutnya dipandang efektif dalam pcngelolaan organisasi

atau unit kerja yang dipimpinnya.

Mengenai sebab-musabab munculnya pemimpin telah dikemukakan

berbagai pandangan dan pendapat yang mana pendapat tersebut berupa teori

yang dapat dibenarkan secara ilmiah, ilmu pengetahuan atau secara praktek.

Munculnya pemimpin dikemukan dalam beberapa teori dan Seorang

pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya

mempunyai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori

tentang kepemimpinan antara lain: Menurut George R. Terry (Badeni,

2014:142) mengemukakan sejumlah teori kepemimpinan, yaitu:

1.1.1 Teori Otokratis

Kepemimpinan menurut teori ini didasarkan atas perintah-perintah,

paksaan, dan tindakan-tindakan yang arbiter (sebagai wasit). Ia melakukan

pengawasan yang ketat agar semua pekerjaan berlangsung secara efisien.

Kepemimpinannya berorientasi pada struktur organisasi dan tugas-tugas.

Pemimpin tersebut pada dasarnya selalu mau berperan sebagai pemain orkes

tunggal dan berambisi untuk merajai situasi. Oleh karena itu dia disebut

sebagai otokrat keras. Adapun ciri-ciri khasnya antara lain :

9
a. Dia memberikan perintah-perintah yang dipaksakan dan harus

dipatuhi.

b. Dia menentukan policy/kebijakan untuk semua pihak tanpa

berkonsultasi dengan para anggota.

c. Dia tidak pernah memberikan informasi mendetail tentang rencana-

rencana yang akan datang, akan tetapi cuma memberitahukan pada

setiap anggota kelompoknya langkah langkah segera yang harus

mereka lakukan.

d. Dia memberikan pujian atau kritik pribadi terhadap setiap anggota

kelompoknya dengan inisiatif sendiri.

Sikapnya selalu menjauhi kelompoknya (menyisihkan diri) sebab ia

menganggap diri sendiri sangat istimewa atau eksklusif. Ringkasnya, ia ibarat

sebuah sistem pemanas kuno, yang memberikan energinya tanpa

mempertimbangkan iklim emosional lingkungannnya.

1.1.2 Teori Psikologis

Teori ini menyatakan bahwa fungsi seorang pemimpin adalah

memunculkan dan mengembangkan sistem motivasi terbaik, untuk

merangsang kesediaan bekerja dari para pengikut dan anak buah. Pemimpin

merangsang bawahan agar mereka mau bekerja guna mencapai sasaran-

sasaran organisatoris maupun untuk memenuhi tujuan-tujuan pribadi. Maka

kepemimpinan yang mampu memotivasi orang lain akan mementingkan

aspek-aspek psikologis manusia seperti pengakuan (recognizing), martabat,

status sosial, kepastian emosional, memeperhatikan keinginan dan kebutuhan

pegawai, kegairahan kerja, minat, suasana hati dan lain-lain.

10
1.1.3 Teori Sosiologis

Kepemimpinan dianggap sebagai usaha-usaha untuk melancarkan antar

relasi dalam organisasi, dan sebagai usaha untuk menyelesaikan setiap konflik

organisatoris antara para pengikutnya, agar tercapai kerja sama yang baik.

Pemimpin menetapkan tujuan-tujuan, dengan menyertakan para pengikut

dalam pengambilan keputusan terakhir. Selanjutnya juga mengidentifikasi

tujuan, dan kerap kali memberikan petunjuk yang diperlukan bagi para

pengikut untuk melakukan setiap tindakan yang berkaitan dengan kepentingan

kelompok. Setiap anggota mengetahui hasil apa, keyakinan apa, dan kelakuan

apa yang diharapkan dari mereka oleh pemimpin dan kelompoknya. Pemimpin

diharapkan dapat mengambil tindakantindakan korektif apabila terdapat

kepincangan-kepincangan dan penyimpanganpenyimpangan dalam organisasi.

1.1.4 Teori Suportif

Menurut teori ini, para pengikut harus berusaha sekuat mungkin dan

bekerja dengan penuh gairah, sedang pemimpin akan membimbing dengan

sebaik-baiknya melalui policy tertentu. Untuk maksud ini pemimpin perlu

menciptakan suatu lingkungan kerja yang menyenangkan dan bisa membantu

mempertebal keinginan setiap pengikutnya untuk melaksanakan pekerjaan

sebaik mungkin, sanggup bekerja sama dengan pihak lain, mau

mengembangkan bakat dan keterampilannya dan menyadari benar keinginan

sendirir untuk maju.

1.1.5 Teori “Laissez Faire”

Kepemimpinan ini ditampilkan oleh seorang tokoh “ketua dewan”

yang sebenarnya tidak becus mengurus dan dia menyerahkan semua tanggung

11
jawab serta pekerjaan kepada bawahan atau kepada semua anggotanya. Dia

adalah seorang “ketua” yang bertindak sebagai simbol dengan berbagai

macam hiasan atau ornamen yang yang mentereng. Biasanya ia tidak memiliki

keterampilan teknis. Sedangkan kedudukan sebagai pemimpin (direktur, ketua

dewan, kepala, komandan dan lain-lain) dimungkinkan oleh sistem nepotisme,

atau lewat praktik penyuapan. Dia mempunyai sedikit keterampilan teknis

namun disebabkan oleh karakternya yang lemah, tidak berpendirian serta tidak

berprinsip, maka semua hal itu menyebabkan tidak adanya kewibawaan juga

tidak ada kontrol. Dia tidak mampu mengkoordinasikan semua jenis

pekerjaan, tidak berdaya menciptakan suasana yang koperatif. Sehingga

lembaga atau perusahaan menjadi kacau balau, kocar-kacir, dan pada

hakikatnya organisasinya mirip dengan seekor “belut tanpa kepala”.

Pendeknya, pemimpin Laissez Faire itu pada intinya bukanlah seorang

pemimpin dalam pengertian yang sebenarnya. Semua anggota yang

“dipimpinnnya” bersikap santai-santai dan bermotto “lebih baik tidak usah

bekerja saja”. Mereka menunjukkan sikap acuh tak acuh. Sehingga kelompok

tersebut praktis menjadi tidak terbimbing dan tidak terkontrol.

1.1.6 Teori Perilaku Pribadi

Kepemimpinan jenis ini akan muncul berdasarkan kualitas-kualitas

pribadi atau pola kelakuan para pemimpinnya. Teori ini menyatakan bahwa

seorang pemimpin itu selalu berkelakuan kurang lebih sama, yaitu ia tidak

melakukan tindakan-tindakan yang identik sama dalam setiap situsi yang

dihadapi. Dengan kata lain dia harus bersikap fleksibel, luwes, bijaksana,

“tahu gelagat”, dan mempunyai daya lenting yang tinggi karena dia harus

mampu mengambil langkah-langkah yang paling tepat untuk suatu masalah.

12
Sedangkan masalah social itu tidak akan pernah identik sama di dalam

runtunan waktu yang berbeda.

1.1.7 Teori Situasi

Teori ini menjelaskan bahwa harus terdapat daya lenting yang

tinggi/luwes pada pemimpin untuk menyesuaikan diri terhadap tuntutan

situasi, lingkungan sekitar dan zamannya. Faktor lingkungan ini harus

dijadikan tantangan untuk diatasi. Maka pemimpin itu harus mampu

menyelasaikan krisis (perang, revolusi, dan lain-lain) yang penuh pergolakan

dan ancaman masalah-masalah aktual. Sebab permasalahan-permasalahan

hidup dan saat-saat bahaya, selalu akan memunculkan satu tipe kepemimpinan

yang relevan bagi masa itu. Dalam hal ini, kepemimpinan harus bersifat multi-

dimensional serba bisa tanpa serba terampil agar ia mampu melibatkan diri

dan menyesuaikan diri terhadap masyarakat dan dunia bisnis yang cepat

berubah. Teori ini beranggapan bahwa kepemimpinan itu terdiri atas tiga

elemen dasar, yaitu pemimpin, pengikut, situasi. Maka situasi dianggap

sebagai elemen paling penting karena memiliki paling banyak variable dan

kemungkinan yang bisa terjadi.

1.1.8 Teori Humanistik/Populastik

Fungsi kepemimpinan menurut teori ini adalah merealisir kebebasan

manusia dan memenuhi segenap kebutuhan insani yang dicapai melalui

interaksi pemimpin dengan rakyat. Untuk melakukan hal ini perlu adanya

organisasi yang baik dan pemimpin yang baik, yang mau memperhatikan

kepentingan dan kebutuhan rakyat. Organisasi tersebut juga berperan sebagai

sarana untuk melakukan kontrol sosial, agar pemerintah melakukan tugas dan

13
fungsinya dengan baik serta memperhatikan kemampuan serta potensi rakyat.

Semua itu dapat dilaksanakan melalui interaksi dan kerja sama yang baik

antara pemerintah dan rakyat dengan memperhatikan kepentingan masing-

masing. Pada teori ini, ada tiga variabel pokok yang harus diperhatikan, yaitu

sebagai berikut:

a. Kepemimpinan yang cocok dan memperhatikan hati nurani rakyat

dengan segenap harapan, kebutuhan dan kemampuannya.

b. Organisasi yang disusun dengan baik agar bisa relevan dengan

kepentingan rakyat di samping kebutuhan pemerintah.

c. Interaksi yang akrab dan harmonis antara pemerintah dan rakyat untuk

menggalang persatuan dan kesatuan/cohesiness serta hidup damai

bersama. Fokus dari teori ini ialah rakyat dengan segenap harapan dan

kebutuhan harus diperhatikan dan pemerintah mau mendengar suara

hati nurani rakyat agar tercapai Negara yang makmur, adil dan

sejahtera bagi setiap warga Negara dan individu.

Kepemimpinan mungkin hanya terbentuk dalam suatu lingkungan

yang secara dinamis melibatkan hubungan di antara sejumlah orang.

Kongkritnya, seorang hanya biasa mengklaim dirinya sebagai seorang

pemimpin jika ia memiliki sejumlah pengikut. Selanjutnya antara para

pemimpin dan pengikutnya terjalin ikatan emosional dan rasional menyangkut

kesamaan nilai yang ingin disebar dan ditanam serta kesamaan tujuan yang

ingin dicapai. Walupun dalam realitasnya sang pemimpinlah yang biasanya

memperkenalkan atau bahkan merumuskan nilai dan tujuan. Dalam

14
kepemimpinan ada beberapa unsur dan karakter yang sangat menentukan

untuk pencapaian tujuan suatu organisasi.

Menurut Gibb (Sri Rahmi, 2014:99), ada empat elemen utama dalam

kepemimpinan yang saling berkaitan satu sama lain, yaitu Pemimpin yang

menampilkan kepribadian pemimpin, Kelompok, Pengikut yang muncul

dengan berbagai kebutuhannya, sikap serta masalah-masalahnya, dan situasi

yang meliputi keadaan fisik dan tugas kelompok.

Blake dan Mounton (Sri Rahmi, 2014:134), menawarkan enam elemen

yang dianggapnya dapat menggambarkan efektifnya suatu kepemimpinan.

Tiga elemen pertama berkaitan dengan bagaimana seorang pemimpin

menggerakkan pengaruhnya terhadap dunia luar, yaitu Initiative, Inquiry dan

Advokasi. Tiga elemen yang lainnya yaitu, Conflict Solving, Decision

making, dan Criticque. Berhubungan dengan bagaimana memanfaatkan

sumber daya yang tersedia dalam organisasi untuk dapat mencapai hasil yang

benar. Adapun penjelasannya yaitu sebagai berikut:

1. Inisiatif.

Seorang pemimpin akan mengambil inisiatif apabila ia melakukan

suatu aktivitas tertentu, memulai sesuatu yang baru atau

menghentikan sesuatu yang dikerjakan.

2. Inquiry (menyelidiki).

Pemimpin membutuhkan yang komprehensif mengenai bidang yang

menjadi tanggung jawabnya. Oleh karena itu, ia perlu mempelajari

latar belakang dari suatu masalah, prosedur-prosedur yang harus

15
ditempuh, dan tentang orang-orang yang terlibat dalam pekerjaan yang

di bidanginya.

3. Advocacy (Dukungan atau Dorongan).

Aspek memberi dorongan dan dukungan sangat penting bagi

kepemimpinan seseorang karena sering timbul keraguan atau kesulitan

mengambil keputusan di antar para eksekutif dalam oraganisasi atau

karena adanya ide yang baik tetapi yang bersangkutan kurang mampu

untuk mempertahankannya.

4. Cinflict Solving (memecahkan Masalah).

Apabila timbul masalah atu konflik dalam organisasi, maka sudah

menjadi kewajiban pemimpin untuk menyelesaikannya. Ia perlu

mencari sumber dari konflik tersebut, dan menyelesaikannya dengan

musyawarah untuk mufakat.

5. Decision Making (Pengambilan Keputusan).

Keputusan yang dibuat hendaknya keputusan yang baik, tidak

mengecewakan, tidak membuat frustasi, yaitu keputusan yang dapat

memberi keuntungan bagi banyak orang.

6. Critique (Kritik).

Kritik disini sebagai proses mengevaluasi, menilai dan jika sesuatu

yang telah diperbuat itu baik adanya maka tindakan serupa untuk

masa-masa mendatang mungkin sebaiknya tetap dijalankan. Ada 3

fungsi kepemimpinan, di antaranya:

1. Fungsi Interpersonal (The Interpersonal Roles)

16
Fungsi ini dapat ditingkatkan melalui jabatan formal yang dimiliki oleh

seorang pemimpin dan antara pemimpin dengan orang lain. Fungsi

interpersonal terbagi menjadi 3, yaitu :.

a. Sebagai Simbol Organisasi (Figurehead).

Kegiatan yang dilakukan dalam menjalankan fungsi

sebagai simbol organisasi umumnya bersifat resmi, seperti

menjamu makan siang pelanggan.

b. Sebagai Pemimpin (Leader).

Seorang pemimpin menjalankan fungsinya dengan

menggunakan pengaruhnya untuk memotivasi dan mendorong

karyawannya untuk meningkatkan prestasi kerja sehingga

tujuan organisasi dapat tercapai dengan maksimal.

c. Sebagai Penghubung (Liaison).

Seorang pemimpin juga berfungsi sebagai penghubung

dengan orang diluar lingkungannya, disamping ia juga harus

dapat berfungsi sebagai penghubung antara manajer dalam

berbagai level dengan bawahannya.

2. Fungsi Informasional (The Informational Roles)

Seringkali pemimpin harus menghabiskan banyak waktu dalam

urusan menerima dan menyebarkan informasi. Ada tiga fungsi

pemimpin disini, yaitu :

a. Sebagai Pengawas (Monitor).

17
Untuk mendapatkan informasi yang valid, pemimpin

harus melakukan pengamatan dan pemeriksaan secara kontinyu

terhadap lingkungannya, yakni terhadap bawahan, atasan, dan

selalu menjalin hubungan dengan pihak luar.

b. Sebagai Penyebar (Disseminator).

Pemimpin juga harus mampu menyebarkan informasi

kepada pihakpihak yang memerlukannya.

c. Sebagai Juru Bicara (Spokesperson).

Sebagai juru bicara, pemimpin berfungsi untuk

menyediakan informasi bagi pihak luar.

3. Fungsi Pembuat Keputusan (The Decisional Roles)

Ada empat fungsi pemimpin yang berkaitan dengan keputusan,

yaitu:

a. Sebagai Pengusaha (Entrepreneurial).

Pemimpin harus mampu memprakarsai pengembangan

proyek dan menyusun sumber daya yang diperlukan. Oleh

karena itu pemimpin harus memiliki sikap proaktif.

b. Sebagai Penghalau Gangguan (Disturbance Handler).

Pemimpin sebagai penghalau gangguan harus bersikap

reaktif terhadap masalah dan tekanan situasi.

c. Sebagai Pembagi Sumber Dana (Resource Allocator).

18
Disini pemimpin harus dapat memutuskan kemana saja

sumber dana akan di distribusikan ke bagian-bagian dari

organisasinya. Sumber dana ini mencakup uang, waktu,

perbekalan, tenaga kerja dan reputasi.

d. Sebagai Pelaku Negosiasi (Negotiator).

Seorang pemimpin harus mampu melakukan negosiasi

pada setiap tingkatan, baik dengan bawahan, atasan maupun

pihak luar. Organisasi yang berhasil dalam mencapai tujuannya

serta mampu memenuhi tanggung jawab sosialnya akan sangat

tergantung pada para manajernya (pimpinannya). Apabila

manajer mampu melaksanakan fungsi-fungsinya dengan baik,

sangat mungkin organisasi tersebut akan dapat mencapai

sasarannya.

Suatu organisasi membutuhkan pemimpin yang efektif, yang

mempunyai kemampuan mempengaruhi perilaku anggotanya atau anak

buahnya. Jadi, seorang pemimpin atau kepala suatu organisasi akan

diakui sebagai seorang pemimpin apabila ia dapat mempunyai

pengaruh dan mampu mengarahkan bawahannya ke arah pencapaian

tujuan organisasi Henry Mintzberg (Badeni, 2004:6). Sebagaimana

fungsi pemimpin yang perlu dilakukan para pemimpin, mereka

memiliki tiga peran utama menurut Henry Mintzberg (Badeni, 2004:2)

yang biasanya dijalankan oleh pimpinan dalam meningkatkan suatu

kinerja atau manajemen dalam suatu organisasi.

19
BAB III

METODE KULIAH KERJA LAPANGAN

3.1 Jadwal Waktu Praktik Kerja Lapangan

Waktu pelaksanaan PKL dilakukan kurang lebih 1 bulan. Di bagian

Sekertariatan Direktoran BKKBN. Dalam pelaksanaan KKL, ada beberapa

tahap yang harus dilalui oleh peserta KKL, yaitu:

1. Tahap Pelaksanaan KKL

Praktikan melakasanakan KKL terhitung pada 01 November

2020 sampai tangal 30 November 2020, dengan waktu kerja lima hari

dalam seminggu.

NO HARI WAKTU PELAKSANAAN KKL

1 SENIN -

2 SELASA -

20
3 RABU -

4 KAMIS -

5 JUMAT -

Pada saat pelaksanaan KKL berlansung, peserta KKL berkewajiban

untuk:

a. Hadir setiap hari

b. Istirahat makan siang

c. Pulang pada jam yang telah ditentukan oleh kantor

d. Apabilan ada kepentingan dan harus meninggalkan kantor

harus meminta izin terdahulu.

e. Berpakaian sopan dengan menggunakan kemeja putih dan

celana kain panjang yang berwarna hitam

f. Tetap perhatikan protocol kesehatan.

3.2 Teknik\metode pengumpulan data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini, maka

digunakan instrument pengumpulan data berupa wawancara, observasi

dokumentasi, penjelasan diantarannya, yaitu :

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan

untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui percakapan-

percakapan dan berhadapan muka dengan orang yang dapat

memberikan keterangan kepada peneliti. Wawancara yang diajukan

sifatnya tertutup, sehingga informan dapat memperoleh gambaran

21
kenyataan tentang peran pemimpin yang diterapkan oleh Kepala

BKKBN Provinsi NTT dalam meningkatkan kinerja pegawai.

2. Observasi

Yaitu melakukan pengamatan langsung terhadap subyek penelitian

3. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data melalui dokumentasi dimaksudkan

untuk memperoleh data yang dapat mendukung penelitian, atau

sebagai pelengkap yang berkaitan dengan obyek dan subyek penelitian

melalui pencatatan dokumen-dokumen, arsip-arsip dan bahan-bahan

kepustakaan yang terkait dengan penelitian ini.

3.3 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam kegiatan ini adalah analisis

deskriptif. Berdasarkan analisis deskriptif, data yang telah diperoleh disajikan

apa adanya selanjutnya dianalisis menggunakan analisis model interaktif untuk

mendapatkan gambaran mengenai fakta yang ada.Penelitian ini tidak

dimaksudkan untuk mencari hubungan antara dua variabel atau lebih, sehingga

data yang sudah diperoleh disajikan apa adanya.

22
BAB IV

DESKRIPSI LOKASI KKL

4.1 Sejarah BKKBN

4.1.1 Periode Perintisan (1950-An – 1966)

Organisasi keluarga berencana dimulai dari pembentukan Perkumpulan

Keluarga Berencana pada tanggal 23 Desember 1957 di gedung Ikatan Dokter

Indonesia. Nama perkumpulan itu sendiri berkembang menjadi Perkumpulan

Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) atau Indonesia Planned Parenthood

Federation (IPPF). PKBI memperjuangkan terwujudnya keluarga- keluarga

yang sejahtera melalui 3 macam usaha pelayanan yaitu mengatur kehamilan

atau menjarangkan kehamilan, mengobati kemandulan serta memberi nasihat

perkawinan.Pada tahun 1967, PKBI diakui sebagai badan hukum oleh

Departemen Kehakiman. Kelahiran Orde Baru pada waktu itu menyebabkan

perkembangan pesat usaha penerangan dan pelayanan KB di seluruh wilayah

tanah air.Dengan lahirnya Orde Baru pada bulan maret 1966 masalah

23
kependudukan menjadi fokus perhatian pemerintah yang meninjaunya dari

berbagai perspektif. Perubahan politik berupa kelahiran Orde Baru tersebut

berpengaruh pada perkembangan keluarga berencana di Indonesia. Setelah

simposium Kontrasepsi di Bandung pada bulan Januari 1967 dan Kongres

Nasional I PKBI di Jakarta pada tanggal 25 Februari 1967.

4.1.2 Periode Keterlibatan Pemerintah Dalam Program Kb Nasional

Di dalam Kongres Nasional I PKBI di Jakarta dikeluarkan pernyataan

sebagai berikut:

1. PKBI menyatakan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada

pemerintah yang telah mengambil kebijaksanaan mengenai keluarga

berencana yang akan dijadikan program pemerintah

2. PKBI mengharapkan agar Keluarga Berencana sebagai Program

Pemerintah segera dilaksanakan.

3. PKBI sanggup untuk membantu pemerintah dalam melaksanakan

program KB sampai di pelosok-pelosok supaya faedahnya dapat

dirasakan seluruh lapisan masyarakat.

Pada tahun 1967 Presiden Soeharto menandatangani Deklarasi

Kependudukan Dunia yang berisikan kesadaran betapa pentingnya

menentukan atau merencanakan jumlah anak, dan menjarangkan kelahiran

dalam keluarga sebagai hak asasi manusia.

Pada tanggal 16 Agustus 1967 di depan Sidang DPRGR, Presiden

Soeharto pada pidatonya “Oleh karena itu kita harus menaruh perhatian secara

serius mengenai usaha-usaha pembatasan kelahiran, dengan konsepsi keluarga

24
berencana yang dapat dibenarkan oleh moral agama dan moral Pancasila”.

Sebagai tindak lanjut dari Pidato Presiden tersebut, Menkesra membentuk

Panitia Ad Hoc yang bertugas mempelajari kemungkinan program KB

dijadikan Program Nasional.Selanjutnya pada tanggal 7 September 1968

Presiden mengeluarkan Instruksi Presiden No. 26 tahun 1968 kepada Menteri

Kesejahteraan Rakyat, yang isinya antara lain:

1. Membimbing, mengkoordinir serta mengawasi segala aspirasi yang

ada di dalam masyarakat di bidang Keluarga Berencana.

2. Mengusahakan segala terbentuknya suatu Badan atau Lembaga yang

dapat menghimpun segala kegiatan di bidang Keluarga Berencana,

serta terdiri atas unsur Pemerintah dan masyarakat.

Berdasarkan Instruksi Presiden tersebut Menkesra pada tanggal 11

Oktober 1968 mengeluarkan Surat Keputusan No. 35/KPTS/Kesra/X/1968

tentang Pembentukan Tim yang akan mengadakan persiapan bagi

Pembentukan Lembaga Keluarga Berencana. Setelah melalui pertemuan-

pertemuan Menkesra dengan beberapa menteri lainnya serta tokoh-tokoh

masyarakat yang terlibat dalam usaha KB, Maka pada tanggal 17 Oktober

1968 dibentuk Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN) dengan Surat

Keputusan No. 36/KPTS/Kesra/X/1968. Lembanga ini statusnya adalah

sebagai Lembaga Semi Pemerintah.

4.1.3 Periode Pelita I (1969-1974)

Periode ini mulai dibentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) berdasarkan Keppres No. 8 Tahun 1970 dan sebagai

Kepala BKKBN adalah dr. Suwardjo Suryaningrat. Dua tahun kemudian, pada

25
tahun 1972 keluar Keppres No. 33 Tahun 1972 sebagai penyempurnaan

Organisasi dan tata kerja BKKBN yang ada. Status badan ini berubah menjadi

Lembaga Pemerintah Non Departemen yang berkedudukan langsung dibawah

Presiden.Untuk melaksanakan program keluarga berencana di masyarakat

dikembangkan berbagai pendekatan yang disesuaikan dengan kebutuhan

program dan situasi serta kondisi masyarakat. Pada Periode Pelita I

dikembangkan Periode Klinik (Clinical Approach) karena pada awal program,

tantangan terhadap ide keluarga berencana (KB) masih sangat kuat, untuk itu

pendekatan melalui kesehatan yang paling tepat.

4.1.4 Periode Pelita II (1974-1979)

Kedudukan BKKBN dalam Keppres No. 38 Tahun 1978 adalah

sebagai lembaga pemerintah non-departemen yang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada PresidenTugas pokoknya adalah mempersiapkan

kebijaksanaan umum dan mengkoordinasikan pelaksanaan program KB

nasional dan kependudukan yang mendukungnya, baik di tingkat pusat

maupun di tingkat daerah serta mengkoordinasikan penyelenggaraan

pelaksanaan di lapangan.Periode ini pembinaan dan pendekatan program yang

semula berorientasi pada kesehatan ini mulai dipadukan dengan sector-sektor

pembangunan lainnya, yang dikenal dengan Pendekatan Integratif (Beyond

Family Planning). Dalam kaitan ini pada tahun 1973- 1975 sudah mulai

dirintis Pendidikan Kependudukan sebagai pilot project.

4.1.5 Periode Pelita III (1979-1984)

Periode ini dilakukan pendekatan Kemasyarakatan (partisipatif) yang

didorong peranan dan tanggung jawab masyarakat melalui organisasi/institusi

26
masyarakat dan pemuka masyarakat, yang bertujuan untuk membina dan

mempertahankan peserta KB yang sudah ada serta meningkatkan jumlah

peserta KB baru. Pada masa periode ini juga dikembangkan strategi

operasional yang baru yang disebut Panca Karya dan Catur Bhava Utama yang

bertujuan mempertajam segmentasi sehingga diharapkan dapat mempercepat

penurunan fertilitas. Pada periode ini muncul juga strategi baru yang

memadukan KIE dan pelayanan kontrasepsi yang merupakan bentuk “Mass

Campaign” yang dinamakan “Safari KB Senyum Terpadu”.

4.1.6 Periode Pelita IV (1983-1988)

Pada masa Kabinet Pembangunan IV ini dilantik Prof. Dr. Haryono

Suyono sebagai Kepala BKKBN menggantikan dr. Suwardjono Suryaningrat

yang dilantik sebagai Menteri Kesehatan. Pada masa ini juga muncul

pendekatan baru antara lain melalui Pendekatan koordinasi aktif,

penyelenggaraan KB oleh pemerintah dan masyarakat lebih disinkronkan

pelaksanaannya melalui koordinasi aktif tersebut ditingkatkan menjadi

koordinasi aktif dengan peran ganda, yaitu selain sebagai dinamisator juga

sebagai fasilitator. Disamping itu, dikembangkan pula strategi pembagian

wilayah guna mengimbangi laju kecepatan program.Pada periode ini juga

secara resmi KB Mandiri mulai dicanangkan pada tanggal 28 Januari 1987

oleh Presiden Soeharto dalam acara penerimaan peserta KB Lestari di Taman

Mini Indonesia Indah. Program KB Mandiri dipopulerkan dengan kampanye

LIngkaran Biru (LIBI) yang bertujuan memperkenalkan tempat-tempat

pelayanan dengan logo.

27
4.1.7 Periode Pelita V (1988-1993)

Pada masa Pelita V, Kepala BKKBN masih dijabat oleh Prof. Dr.

Haryono Suyono. Pada periode ini gerakan KB terus berupaya meningkatkan

kualitas petugas dan sumberdaya manusia dan pelayanan KB. Oleh karena itu,

kemudian diluncurkan strategi baru yaitu Kampanye Lingkaran Emas

(LIMAS). Jenis kontrasepsi yang ditawarkan pada LIBI masih sangat terbatas,

maka untuk pelayanan KB LIMAS ini ditawarkan lebih banyak lagi jenis

kontrasepsi, yaitu ada 16 jenis kontrepsi.Pada periode ini ditetapkan UU No.

10 Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan

Keluarga Sejahtera, dan Garis- Garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1993

khususnya sub sector Keluarga Sejahtera dan Kependudukan, maka

kebijaksanaan dan strategi gerakan KB nasional diadakan untuk mewujudkan

keluarga Kecil yang sejahtera melalui penundaan usia perkawinan,

penjarangan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga dan peningkatan

kesejahteraan keluarga.

4.1.8 Periode Pelita VI (1993-1998)

Pada Pelita VI dikenalkan pendekatan baru yaitu “Pendekatan

Keluarga” yang bertujuan untuk menggalakan partisipasi masyarakat dalam

gerakan KB nasional. Dalam Kabinet Pembangunan VI sejak tanggal 19 Maret

1993 sampai dengan 19 Maret 1998, Prof. Dr. Haryono Suyono ditetapkan

sebagai Menteri Negara Kependudukan/Kepala BKKBN, sebagai awal

dibentuknya BKKBN setingkat Kementerian.Pada tangal 16 Maret 1998, Prof.

Dr. Haryono Suyono diangkat menjadi Menteri Koordinator Bidang

Kesejahteraan Rakyat dan Pengentasan Kemiskinan merangkap sebagai

28
Kepala BKKBN. Dua bulan berselang dengan terjadinya gerakan reformasi,

maka Kabinet Pembangunan VI mengalami perubahan menjadi Kabinet

Reformasi Pembangunan Pada tanggal 21 Mei 1998, Prof. Haryono Suyono

menjadi Menteri Koordinator Bidang Kesra dan Pengentasan Kemiskinan,

sedangkan Kepala BKKBN dijabat oleh Prof. Dr. Ida Bagus Oka sekaligus

menjadi Menteri Kependudukan.

4.1.9 Periode Pasca Reformasi

Dari butir-butir arahan GBHN Tahun 1999 dan perundang-undangan

yang telah ada, Program Keluarga Berencana Nasional merupakan salah satu

program untuk meningkatkan kualitas penduduk, mutu sumber daya manusia,

kesehatan dan kesejahteraan sosial yang selama ini dilaksanakan melalui

pengaturan kelahiran, pendewasaan usia perkawinan, peningkatan ketahanan

keluarga dan kesejahteraan keluarga. Arahan GBHN ini kemudian dijabarkan

lebih lanjut dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) yang telah

ditetapkan sebagai Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2000.Sejalan dengan era

desentralisasi, eksistensi program dan kelembagaan keluarga berencana

nasional di daerah mengalami masa- masa kritis. Sesuai dengan Keppres

Nomor 103 Tahun 2001, yang kemudian diubah menjadi.

Keppres Nomor 09 Tahun 2004 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi,

Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Pemerintah Non

Departemen menyatakan bahwa sebagian urusan di bidang keluarga berencana

diserahkan kepada pemerintah kabupaten dan kota selambat-lambatnya

Desember 2003. Hal ini sejalan dengan esensi UU Nomor 22 Tahun 1999

(telah diubah menjadi Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004)

29
Dengan demikian tahun 2004 merupakan tahun pertama Keluarga

Berencana Nasional dalam era desentralisasi.Undang-Undang Nomor 52

Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan

Keluarga, yang telah disahkan pada tanggal 29 Oktober 2009, berimplikasi

terhadap perubahan kelembagaan, visi, dan misi BKKBN. Undang-Undang

tersebut mengamanatkan perubahan kelembagaan BKKBN yang semula

adalah Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional menjadi Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Visi BKKBN adalah

“Penduduk Tumbuh Seimbang 2015” dengan misi “mewujudkan

pembangunan yang berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga

kecil bahagia sejahtera”. Untuk mencapai visi dan misi tersebut, BKKBN

mempunyai tugas dan fungsi untuk melaksanakan pengendalian penduduk dan

penyelenggaraan keluarga berencana sebagaimana diamanatkan dalam Pasal

56 Undang- Undang tersebut di atas. Dalam rangka pengendalian penduduk

dan penyelenggaraan keluarga berencana di daerah, pemerintah daerah

membentuk Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Daerah yang

selanjutnya disingkat BKKBD di tingkat provinsi dan kabupaten dan kota

yang dalam melaksanakan tugas dan fungsinya memiliki hubungan fungsional

dengan BKKBN (pasal 54 ayat 1 dan 2).Peran dan fungsi baru BKKBN

diperkuat dengan adanya Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2013 tentang

Perubahan Ketujuh Atas Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tentang

Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja

Lembaga Pemerintah Non Kementerian; Peraturan Kepala BKKBN Nomor

82/PER/B5/2011 tentang Organisasi dan Tata Kerja Perwakilan Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi dan Peraturan

30
Kepala BKKBN Nomor 92/PER/B5/2011 tentang Organisasi Tata Kerja Balai

Pendidikan dan Pelatihan Kependudukan dan Keluarga Berencana, sehingga

perlu dilakukan perubahan/penyesuaian terhadap Renstra BKKBN tentang

Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Tahun 2010-

2014 meliputi penyesuaian untuk beberapa kegiatan prioritas dan indikator

kinerjanya.

Pasca Reformasi Kepala BKKBN telah mengalami beberapa

pergantian: Pada Periode Kabinet Persatuan Indonesia, Kepala BKKBN

dirangkap oleh Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan yang dijabat oleh

Khofifah Indar Parawansa.Setelah itu digantikan oleh Prof. Dr. Yaumil C.

Agoes Achir pada tahun 2001 dan meninggal dunia pada akhir 2003 akibat

penyakit kanker dan yang kemudian terjadi kekosongan.Pada tanggal 10

November 2003, Kepala Litbangkes Departemen Kesehatan dr. Sumarjati

Arjoso, SKM dilantik menjadi Kepala BKKBN oleh Menteri Kesehatan

Ahmad Sujudi sampai beliau memasuki masa pensiun pada tahun

2006.Setelah itu digantikan oleh Dr. Sugiri Syarief, MPA yang dilantik

sebagai Kepala BKKBN pada tanggal 24 Nopember 2006.Sebagai tindak

lanjut dari UU 52/2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan

Pembangunan Keluarha Sejahtera, di mana BKKBN kemudian

direstrukturisasi menjadi badan kependudukan, bukan lagi badan koordinasi,

maka pada tanggal 27 September 2011 Kepala BKKBN, Dr. dr. Sugiri Syarief,

MPA akhirnya dilantik sebagai Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana (BKKBN).Pada tanggal 13 Juni 2013 akhirnya Presiden Susilo

Bambang Yudhoyono menetapkan mantan Wakil Menteri Pendidikan dan

Kebudayaan Prof. Fasli Jalal sebagai Kepala Badan Kependudukan dan

31
Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Pada tanggal 26 Mei 2015 Presiden

RI Joko Widodo menetapkan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga

Berencana Nasional (BKKBN) yang baru yaitu dr. Surya Chandra Surapaty,

MPH, Ph.D, yang dilantik oleh Menteri Kesehatan Prof. Nila F. Moeloek.

4.2 Kondisi Geografis

Batas Luas Wilayah Kantor BKKBN provinsi NTT

• Sebelah Utara berbatasan dengan Kantor Walikota Kupang

• Sebelah Selatan berbatasan dengan kantor Dinas Kesehatan

Kota Kupang

• Sebelah timur berbatasan dengan SMA Negri 2 Kota Kupang

• Sebelah Barat berbatasan dengan Kantor Pol PP Kota Kupang.

4.2.1 Deskripsi Tugas Pokok Dan Fungsi Biro-Biro Bkkbn

1. Biro Keuangan dan Badan Milik Negara

2. Melaksanakan koordinasi pelaksanaan anggaran, pengelolaaan

perbendaharaan dan akuntansi, barang milik negara, serta

sarana program

4.2.2 Bagian Pelaksana Anggaran

Melaksanakan penyiapan koordinasi pelaksanaan anggaran

pengendalian penduduk, keluarga berencana dan kesehatan reproduksi,

keluarga sejahtera dan pemberdayaan keluarga, advokasi, pengggerakan, dan

informasi serta penunjang.

32
Fungsi Jabatan

1. Penyimpanan pelaksanaan pengelolaan perbendaharaan

2. Penyiapan pelaksanaan pengelolaan akuntansi

3. Penyiapan pelaksanaan verivikasi keuangan

4. Mewakili pimpinan untuk melaksanakan kegiatan yang berkaitan

dengan bidang pengelolaan keuangan dan Barang Milik Negara

5. Mengkoordinasi penyipanan bahan Laporan AkuntabilitasKinerja

Inastansi Pemerintah (LAKIP)

4.2.3 Bagian Barang Milik Negara

Melaksanakan perencanaan kebutuhan, penata usahaan, dan evaluasi

pengelolaan barang milik negara.

Fungsi Jabatan

1. Penyiapan perencanaan kebutuhan barang milik negara

2. Pelaksanaan penatausahaan barang milik negara

3. Mewakili atasan untuk melaksanakan tugas terkait dengan

bidang pengelolaan barang milik negara

4. Mengkoordinasi penyipanan bahan Laporan Akuntabilitas Kinerja

Inastansi Pemerintah (LAKIP)

5. Pembinaan dan pengembangan bawahan

4.2.4 Bagian Pengelolaan Sarana dan Prasarana

33
Melaksanakan perencanaan kebutuhan, penatausahaan, dan evaluasi

pengelolaan sarana program.

Fungsi Jabatan

1. Penyiapan perencanaan kebutuhan alat dan obat kontrasepsi

2. Pelaksanaan penatausahaan pengelolaan sarana program

3. Pelaksanaan evaluasi pengelolaan sarana program

4. Melakukan pembinaan dan sosialisasi program Jaminan Ketersediaan

Kontrasepsi

5. Mewakili atasan untuk mengikuti pertemuan, seminar, kunjungan

terkait dengan bidangPengelolaan Sarana Program

6. Mengkoordinasi penyiapan bahan Laporan Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintas (LAKIP)

7. Pembinaan dan pengembangan bawahan

Struktur organisasii Perwakilan Badan Kependudukan dan

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Struktur organisai adalah suatu susunan komponen-komponen atau

unit-unit kerja dalam sebuah organisasi. Struktur organisasi menunjukan

bahwa adanya pembagain kerja dan bagaimana fungsi atau kegiatan-kegiatan

berbeda yang dikoordinasikan. Selain itu, struktur organisasi juga menujukan

mengenai spesialisasi-spesialisasi dari pekerjaan, saluran perintah maupun

menyampaikan laporan. Sehingga jika terdapat suatu komponen baik maka

34
akan berpengaruh kepada komponen yang lainnya dan tentunya akan

berpengaruh juga orgaanisasi tersebut.

35
VISI

“Menjadi lembaga yang handal dan dipercaya dalam mewujudkan

penduduk tumbuh seimbang dan keluarga berkualitas.”

MISI

• Mengarus-utamakan pembangunan berwawasan

Kependudukan.

• Menyelenggarakan Keluarga Berencana dan Kesehatan

Reproduksi.

• Memfasilitasi Pembangunan Keluarga.

• Mengembangkan jejaring kemitraan dalam pengelolaan

Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan

Keluarga.

• Membangun dan menerapkan budaya kerja organisasi secara

konsisten.

5 NILAI BKKBN

• Cerdas adalah perilaku untuk mampu bertindak optimal secara

efektif dan efisien dalam menyelesaikan berbagai persoalan

yang dihadapi.

• Tangguh adalah perilaku memiliki semangat pantang menyerah

untuk mencapai tujuan.

36
• Kerjasama adalah perilaku untuk membangun jejaring dengan

prinsip kesetaraan dan saling menguntungkan, percaya,

sinergis, serta menghargai melalui komunikasi yang kondusif

untuk mencapai tujuan bersama.

• Integritas adalah perilaku untuk berbuat jujur, terbuka, dan

konsisten antara pikiran, perkataan dan perbuatan.

• Ikhlas adalah perilaku dalam melaksanakan tugas dan tanggung

jawab dengan tulus dan sungguh-sungguh.

4.3 Pelaksanaan Kegiatan KKL

Kuliah Kerja Lapangan adalah salah satu bentuk belajar praktik yang

merupakan agenda rutin yang dilakukan oleh Program Studi Administrasi

Publik, Fakultas Ilmu Sosial dan Politik, Universitas Katolik Widya Mandira-

Kupang. Kegiatan tersebut diikuti oleh mahasiswa/mahasiswi semester 5 dan

beberapa dosen yang mendampingi. KKL dilakukan bertujuan untuk

menambah pengetahuan dan pengalaman mengenai dunia kerja sehingga

mahasiswa dapat menyelaraskan dengan teori yang sudah didapat ditiap

kunjungan yang dilakukan , selain itu para mahasiswa selanjutnya diberikan

tugas untuk melaporkan hasil kunjungan tersebut dalam bentuk laporan.

37
URAIAN KEGAITAN KULIAH KERJA LAPANGAN DI KANTOR

BKKBN PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR:

No Hari/Tanggal Uraian Kerja

1. Kamis, 05 November 2020 Memperkenalkan diri kepada

para pegawai

2. Jumaat, 06 November 2020 Dibimbing terlebih dahulu sebelum

melakukan tugas-tugas yang

diberikan oleh pembimbing dan

dijelaskan pekerjaan apa saja yang

dilakukan
3. senin, 09 November-Selasa, 17 Menginput laporan realisasi

anggaran. Praktik diminta

November 2020 menginput laporan realisasi

anggaran

BKKBN se-NTT
4. Rabu, 18 November-Jumaat, 20 Membantu pembimbing

membuat laporan realisisasi

November 2020 penyerapan dana alokasi

khusus

BKKBN se-NTT
5 Senin, 23 November-Rabu, 25 diminta pembimbing untuk

November 2020 mengecek

pemyetoran PNBP setiap kabupaten.

BAB V

38
ANALISIS HASIL KEGIATAN KULIA KERJA LAPANGAN (KKL)

5.1 Bidang Kerja

Praktikan melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan di Badan

Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, JL. Sk. Lerik, Kelapa

Lima-Kota Kupang. Praktikan ditempatkan pada bagian keluarga

berencana/kesehatan reproduksi (KBKR) sesuai dengan program studi

praktikan yaitu Administrasi Publik. Pada dasarnya di bagian keuangan ini

deskripsi kerjanya cukup kompleks karena menyangkut penganggaran,

penerimaan dan pengeluaran di suatu lembaga. Namun pada Kuliah Kerja

Lapangan ini, praktikan hanya berfokus pada 4 hal. Adapun pekerjaan yang

dilakukan praktikan selama 1 (satu) bulan sebagai berikut :

1. Menginput laporan realisasi anggaran

2. Membuat laporan realisasi penyerapan dana alokasi khusus sub

bidang kb fisi per menu kegiatan provinsi/kabupaten/kota tahun

2020

3. Memverivikasi laporan pembayaran/ penyetoran PNBP

4. Memverivikasi RUP debuti bidang keluarga berencana dan

kesehatan reproduksi tahun anggaran 2020

5.1.1 Pelaksanaan Kerja

39
Dalam melaksanakan Kuliah Kerja Lapangan di Badan Kependudukan

dan Keluarga Berencana Nasional yang dimulai sejak tanggal 5November

sampai dengan 5 Deember 2020. Kegiatan KKL ini dilaksanakan sesuai hari

kerja yang berlaku pada Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana

Nasional (BKKBN) yaitu hari Senin Hingga Jum’at dengan waktu pukul 08.00

– 14.00 WIB.

Sebelum pelaksanaaan Kuliah kerja Lapangan, praktikan

memperkenalkan diri kepada para pegawai yang berada di bagian Keluarga

Berencana/Kesehatan Reproduksi. Setelah itu, Praktik dibimbing terlebih

dahulu sebelum melakukan tugas-tugas yang diberikan oleh pembimbing.

Praktikan dijelaskan pekerjaan apa saja yang dilakukan di bagian sistem

informasi dn teknologi.

Pekerjaan yang dilaksanakan praktikan pada saat KKL di bagian

KBKR BKKBN adalah sebagai berikut:

1. Menginput Laporan Realsiasi Anggaran

Dalam melaksanakan pekerjaan, praktik diminta untuk

membantu pembimbinng yaitu Pa Adnan Aksa dalam mengniput

laporan realisasi anggaran. Praktik diminta menginput laporan realisasi

anggaran BKKBN se-NTT.laporan realsisasi anggaran BKKBN pada

tahun ini mengalami revisi, karena ada ketidakcocokan data.

Dalam mengerjakan laporan realisasi anggaran Praktik

membutuhkan waktu berminggu-minggu dikarenakan laporan ini

bersifat laporan keseluruhan BKKBN yang ada di NTT selain itu

dalam membuat laporan ini juga harus memiliki tingkat ketelitan yang

40
sangat tinggi dalam menyocokkan SPJ dan SPM dengan jumlah

anggaran yang di berikan.

2. Membuat Laporan Realisasi Penyerapan Dana Alokasi Khusus

Praktikan membantupembimbing membuat laporan realisisasi

penyerapan dana alokasi khusus BKKB se-NTT. Dalam pengerjaanya

Praktik diminta untuk mencari harga satuan dari barang yang telah di

beli atau yang telah dianggarkan. Setelah itu hasil yang di dapatkan

dicocokkan dengan anggaran setiap Kabupaten. Dalam mengerjakan

laporan penyerapan dana alokasi khusus Praktikan dituntut untuk teliti

agar tidak terjadi kesalahan dalam meentukan harga perunit suatu

barang.

3. Memverifikasi Laoran Pembayaran Penyetoran PNBP

Praktik diminta pembimbing untuk mengecek pemyetoran

PNBP setiap kabupaten. PNBP adalah Penerimaan BukanPajak.

Laporan ini dikirim ke BKKBN pusat setiap bulannya oleh satker

perkabupaten. Danpada pertengahan bulan barulah BKKBN pusat

melakukan rekapan atas pelaporan PNBP setap bulannya dari semua

kabupaten.

Untuk mengecek setoran PNBP per kabupaten Praktik

diajarkan dan diberi pengetahuan dngan menggunakan sebuah aplikasi

yaitu aplikasi “SIMPONI”. Aplikasi ini dgunakan oleh semua lembaga

pemakai laporan keuangan untuk mengecek laporan penerimaan bukan

pajak. Dalam pengecekannya PNBP setiap kabupaten kitaharus

terlebih dahulu melakukan login dengan mengggunakan kode dari

41
setiap kaupaten. Setalah login barulah kita dapat mengetahui apakah

setiap kabupaten suah melaporkan PNBnya atau belum.

4. Memverifikasi RUP debuti bidang keluarga berencana dan kesehatan

reproduksi tahun anggran 2020

Praktik iminta salah satu pegawai untuk membantu mengecek

persediaan barang bidang keluarga berencana dan kesehatan

reproduksi. Dalam pekerjaanya Praktik diminta utuk mengecek

persediaan barang kesehatan perunitnya. Tujuan pengecekan ini adala

untuk mengetahui ketersedian barang yang telah habis atau yang telah

di pakai. Serta untuk mengadakan barang di tahun berikutnya.

5.2 Peran pemimpin dalam meningkatkan kinerja pegawai pada kantor

BKKBN.

a. Peran yang bertanggung jawab untuk memotivasi dan

mengarahkan bawahan.

Pemimpin kepala BKKBN Provinsi Nusa Tenggara Timur,

dalam menjalankan perannya sebagai Pemimpin terus melakukan

motivasi terhadap pegawai-pegawai yang ditemuinya dan

mengawasi kemajuan pegawainya serta memberikan pengarahan

yang efektif bagi pegawainya. Kepala BKKBN melakukan

pertemuaan untuk mengaarahkan semua pegawainya agar

menekuni atau bertanggung jawab di bidangnya masing- masing.

42
b. Kepala perwakilan BKKBN Provinsi NTT menanamkan rasa

peduli dalam diri staf agar pelayanan yang di berikan kepada

masyarakat sungguh tepat sasaran dan mendapatkan hasil.

Pelayanan yang diberikan kepada masyarakat dapat berupa

penyulihan/sosialisasi dan kerja sama dengan pihak kesehatan

untuk pemberian berbagai alat kontrasepsi untuk mengendalikan

pertumbuhan penduduk dan perencanaan dalalam keluarga. Hasil

tersebut dicapai dari kerja pegawai dalam melakukan sosialisasi

sehingga pemahaman masyarakat meningkat dan mulai

bertambahnya masyarakat mengikuti program ber-KB.

43
BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Bedasarkan hasil analisa data yang telah dilakukan penulis dalam

penelitian ini khususnya mengenai Peranan Pimpinan Dalam Meningkatkan

Kinerja Pegawai Terhadap Pelayanan Pada Kantor BKKBN Provinsi Nusa

Tenggara Timur. Maka sebagai langkah terakhir yang penulis kerjakan dalam

penulisan laporan ini adalah menarik kesimpulan penelitian sebagai berikut:

1. Cara memimpin kepala BKKBN Provinsi Nusa Tenggara Timur

berdasarkan bukti hasil peningkatan pelayanan yang diadakan di

berbagai kalangan masyarakat mendapatkan hasil yang memuaaskan.

2. Peningkatan kinerja pegawai di keseluruhan bidang kepegawaian

mendapat hasil yang baik.

3. Pegawai kantor mampu bekerja sama dengan bidang-bidang lain,

karena sikap, nilai, norma, dan peraturan di junjung tinggi oleh setiap

pegawai kantor.

44
6.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka ada beberapa masukan atau

saran praktis, yang berisi tentang pernyataan penerapan pengetahuan dari hasil

penelitian yang diperoleh untuk kepentingan prktis, yaitu :

1. Untuk meningkatkan efisiensi BKKBN dalam pelayanan publik perlu

rasionalisasi pegawai dan penataan kembali struktur organisasi dinas

yang ada sekarang yang di sesuaikan berdasarkan tuntutan kebutuhan

tugas dinas.

2. Pengelolaan seluruh bidang BKKBN hanya menekan pada pendekatan

prosedur harus disempurnakan melalui visi, misi, pendekatan, strategi

dan kegiatan operasional agar tercipta kepuasan kerja, kerjasama tim

yang prima, hubungan kerja berdasarkan pendekatan partisipasi dan

kelompok kerja guna dapat mencapai misi organisasi yang efisiensi,

efektif dan berkeadilan kearah yang lebih baik.

3. Dalam pelaksanaan pekerjaan harus ditingkatkan lagi sikap disiplin

para pegawai terhadap waktu pekerjaaan.

4. pemimpin harus memotivasi bawahan untuk dapat bekerja dengan giat

dan tekun.

45
DAFTAR PUSTAKA

Anoki. 1999. Evaluasi Kinerja. Bandung : Alfabeta

Badeni. 2014. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Bandung : Alfabeta

Farzien, Armbela, Dkk. Peran Pemimpin Dalam Pencapaian Kinerja

Pegawai (Studi Pada Badan Kepegawaian Daerah Kota Malang). Jurnal

Administrasi Publik (JAP), Volume 2 No.4

George R. Terry. 2014. Peranan Pemimpin. Bandung : PT. Refika

Aditama Henry Mintzberg. 2004. Peranan Pemimpin. Bandung : PT.

Remaja Rosdakarya Harbani, Pasolong. 2008. Teori Administrasi

Publik. Bandung

https:// ntt.bkkbn.go.id

Juliani, Retno Djohar. 2016. Peran Pemimpin Dalam Meningkatkan Kinerja

Karyawan Melalui Kemampuan Motivasi, Membangun Hubungan yang Efektif,

Merencanakan Dan Menerapkan Perubahan Dalam Organisasi. Majalah Ilmiah

Inspiratif, Volume 1 No.1 Koentjaraningrat. 2005. Manajemen Organisasi. Jakarta

: Mitra Wacana Media

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2007. Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia

Perusahaan. Bandung

Stogdill. 2009. Unsur-unsur Kepemimpinan. Jakarta

46
Sedarmayanti. 2011. Manajemen Sumber Daya Manusia, Reformasi Birokrasi dan

Manajemen Pegawai Negeri Sipil. Bandung : PT. Refika Aditama

Wibowo. 2010. Manajemen Kinerja. Edisi Ketiga. Jakarta : Rajawali Pers

LAMPIRAN:

Gambar 1

Mengimput Data Pegawai Bkkbn Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Gambar 2

Membantu Mengecek persediaan barang bidang keluarga berencana dan

kesehatan reproduksi.

47
48

Anda mungkin juga menyukai