Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH HUKUM TATA NEGARA

BAB OTONOMI DAERAH

Laporan ini Disusun untuk Memenuhi Tugas


Mata Kuliah HUKUM TATA NEGARA

Disusun Oleh :

1. MOH. MAHADIR PRASETIYA (21313041)


2. ADINDA RAHMADITA (21313031)

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SUNAN BONANG
JL. DR.WAHIDIN SUDIROHUSODO NO. 798, SIDOREJO, KEC. TUBAN
KABUPATEN TUBAN
JAWA TIMUR
2022
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melihpahkan rahmat ddan karunia-Nya, Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Kewirausahaan dengan Judul “OTONOMI
DAERAH”

Kami menyadari bahwa dalam penulisan ini tidak terlepas dari bantuan banyak pihak
yang dengan tulus memberikan doa, saran ,dan kritik sehingga makalah ini dapat
terselesaikan.

Kami juga menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dikarenakan
terbatasnya pengalaman dan penegetahuan yang kami miliki , Oleh karena itu kami
mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun dari
berbagai pihak, Akhinya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
perkembagan dunia pendidikan.

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL...............................................................................................................i

KATA PENGANTAR...............................................................................................................ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................iii
Tuban,24 MEI 2022
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. LATAR BELAKANG....................................................................................................1
B. RUMUSAN MASALAH................................................................................................8
PENULIS
C. TUJUAN.........................................................................................................................8

BAB II METODE PENELITIAN............................................................................................9

A. METODE PENELITIAN................................................................................................9
B. SUMBER DATA............................................................................................................9

BAB III PEMBAHASAN.......................................................................................................10

BAB IV PENUTUP.................................................................................................................13

A. KESIMPULAN.............................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Otonomi daerah merupakan suatu bentuk respon dari pemerintah atas berbagai tuntutan
masyarakat terhadap tatanan penyelenggraan Negara dan Pemerintahan. Hal ini merupakan
suatu sinyal bahwa telah berkembangnya kehidupan berdemokrasi dalam suatu Negara,
karena kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan pelayanan yang lebih baik dan responsif.
Salah satu alternative untuk mewujudkan pelayanan yang baik dan responsive adalah melalui
otonomi daerah. Dengan adanya perubahan lingkungan strategis dalam sistem pemerintahan
daerah di Indonesia, dan diberlakukannya UndangUndang Nomor 22 tahun 1999, hal ini
memberi kesempatan kepada daerah baik propinsi maupun kabupaten /kota mempunyai
kewenangan dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyatakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku. Otonomi daerah merupakan proses desentralisasi kewenangan yang
semula berada di pusat, kemudian diberikan kepada daerah secara utuh, dengan tujuan agar
pemerintah daerah dapat memberikan pelayanan lebih dekat kepada masyarakat, dapat
mempercepat pertumbuhan ekonomi daerah, serta meningkatkan kesejateraan masyarakat,
dan mempercepat proses demokratisasi. Yang menjadi prinsip dalam penyelengaraan
otonomi daerah yaitu demokratisasi, peran serta masyarakat, pemerataan, dankeadilan, serta
memperhatiakan potensi dan keanegaraman daerah. Hal yang mendasar dalam pelaksanaan
otonomi daerah adalah mendorong untuk memberdayakan masyarakat, menumbuhkan
prakarsa dan kreatifitas, meningkatkan peran serta masyarakat, serta mengembangkan peran
dan fungsi DPRD. Pemberian kewenangan tersebut diikuti dengan perimbangan keuangan
antara pusat dan daerah. Prinsip- Prinsip Otonomi Daerah Prinsip-prinsip pelaksanaan
otonomi daerah yang dijadikan pedoman dalam penyelenggaraan pemerintah daerah adalah:
1. Penyelenggaraan OTODA dilaksanakan dengan memperhatikan aspek demokrasi,
keadilan, pemerataan, serta potensi dan keanekargaman daerah.
2. Pelaksanaan OTODA didasarkan pada otonomi luas, nyata, dan bertanggungjawab.
3. Luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten dan daerah kota, pelaksanaan
OTODA yang luas dan utuh diletakkan pada daerah kabupaten dan daerah kota,
sedangkan propinsi merupakan otonomi yang terbatas.

1
4. Pelaksanaan OTODA harus sesuai dengan konstitusi negara, sehingga tetap
terjamin hubungan yang serasi antara pusat, dan daerah serta antar daerah.
5. Pelaksanaan OTODA harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom, dan
oleh karenanya dalam daerah kabupaten dan kota tidak ada lagi wilayah
administrasi. Demikian pula kawasan-kawasan khusus yang dibina oleh
pemerintah atau pihak lain, seperti bahan otorita, kawasan pelabuhan, kawasan
perumahan, kawasan industri, kawasan pekebunan, kawasan pertambangan,
kawasan kehutanan , kawasan perkantoran baru, kawasan pariwisata, berlaku
ketentuan daerah otonom.
6. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan dan fungsi badan
legislatif daerah, baik fungsi legislasi, fungsi pengawasan maupun fungsi anggaran
atas penyelengaraan pemerintah daerah.
7. Pelaksanaan azas dekonsentrasi diletakan pada daerah provinsi dalam
kedudukannya sebagai wilayah administrasi untuk meletakan pelaksanaan
kewenangan pemerintahan tertentu yang dilimpahkan kepada gubernur sebagai
wakil pemerintah.
8. Pelaksanaan azas tugas pembantuan dimungkinkan, tidak hanya dari pemeritah
kepada daerah, tetapi juga dari pemerintah daerah dan daerah kepada desa yang
disertai dengan pembiayaan, sarana dan prasarana, serta sumber daya manusia
dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan mempertanggungjawabkan kepada
yang menugaskan.
Hakikat otonomi adalah mengembangkan manusia-manusia Indonesia yang otonom,
yang memberikan keleluasaan bagi terkuaknya potensipotensi terbaik yang dimiliki oleh
setiap individu secara optimal. Individu-individu yang otonom menjadi modal dasar bagi
perwujudan otonomi daerah yang hakiki. Oleh karena itu, penguatan otonomi daerah harus
membuka kesempatan yang sama dan seluas-luasnya bagi setiap pelaku dalam rambu-rambu
yang disepakati bersama sebagai jaminan terselenggarakannya socia order. Di luar itu, pada
prinsipnya tidak boleh ada pembatasan, khususnya dalam mobilitaas faktor-faktor produksi.
Otonomi juga memberikan peluang bagi persaingan sehat antardaerah, tentu saja dengan
jaringjaring pengaman, bagi tercapainya persyaratan minimum bagi daerah-daerah yang
dipandang masih belum mampu menyejajarkan diri dalam suatu level of playing
field. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, yang dimaksud dengan otonomi daerah
adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah

2
tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Definisi ini
masih bisa diperdebatkan. Apakah peraturan perundang-undangan yang berlaku justru
membingkai hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri; ataukah justru peraturan perundang-undangannya yang harus
menyesuaikan diri dengan hakikat dari otonomi itu sendiri. Untuk menghilangkan kerancuan
atas persepsi di atas kiranya perlu untuk memahami hakikat atau makna filosofis dari prinsip
keotonomian. Individu-individu yang yang otonom merupakan modal dasar bagi perwujudan
otonomi daerah yang hakiki. Oleh karena itu, penguatan otonomi daerah harus membuka
kesempatan yang sama dan seluas-luasnya bagi setiap pelaku dalam rambu-rambu yang
disepakati bersama sebagai jaminan terselenggaranya social order. Di luar itu, pada
prinsipnya tidak boleh ada pembatasan, khususnya dalam mobilitas faktor-faktor produksi.
Otonomi daerah adalah suatu keadaan yang memungkinkan daerah dapat mengaktualisasikan
segala potensi terbaik yang dimilikinya secara optimal. Untuk mewujudkan keadaan tersebut,
berlaku proposisi bahwa pada dasarnya setiap persoalan sepatutnya diserahkan kepada daerah
untuk mengidentifikasikan, merumuskan, dan memecahkannya, kecuali untuk persoalan-
persoalan yang memang tidak mungkin diselesaikan oleh daerah itu sendiri dalam perspektif
keutuhan negara-bangsa. Bukan sebaliknya, yaitu proposisi bahwa seluruh persoalan pada
dasarnya harus diserahkan kepada pemerintah pusat, kecuali untuk persoalan-persoalan
tertentu yang telah dapat ditangani oleh daerah. Dalam penyelenggaraan pemerintahan di
daerah dikenal adanya tiga sistem otonomi, yaitu:
a. Sistem Otonomi Materiil Merupakan kewenangan-kewenangan daerah otonom yang
dilimpahkan secara eksplisit disebutkan satu-persatu (biasanya diatur dalam Undang-
Undang Pembentukan Daerah Otonom), sedangkan kewenangan daerah otonom
adalah kewenangan yang di luar kewenangan pemerintah pusat.
b. Sistem Otonomi Formil Yaitu suatu sistem otonomi, dimana yang diatur adalah
kewenangan-kewenangan pemerintah pusat (seperti pertahanan keamanan, politik
internasional, peradilan dan moneter fiskal dan kewenangan lainnya). Sedangkan
kewenangan daerah otonom adalah kewenangan yang di luar kewenangan
pemerintah pusat.
c. Sistem Otonomi Riil Merupakan kewenangan-kewenangan daerah otonom yang
dilimpahkan oleh pemerintah pusat, disesuaikan dengan kemampuan nyata dari
otonom yang bersangkutran (seperti sumber daya manusia, pendapatan daerah).
Disamping ketiga sistem di atas, dikenal juga apa yang disebut sebagai sistem residu.
Dalam sistem ini secara utuh telah ditentukan terlebih dahulu tugas-tugas yang menjadi

3
wewenang pemerintah pusat, sedangkan sisanya menjadi urusan rumah tangga daerah.
Kebaikan dari sistem ini terletak pada saat timbulnya keperluan-keperluan baru, pemerintah
daerah dapat dengan cepat mengambil keputusan dan tindakan yang dipandang perlu, tanpa
menunggu perintah dari pemerintah pusat. Menurut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974,
otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus
rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Sedangkan menurut Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004, otonomi daerah adalah
kewenangan yang diberikan pada daerah untuk mengatur dan mengurus kepentingan
masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat. Ketentuan
ini menggambarkan bahwa otonomi daerah itu merupakan wewenang dari daerah. Dalam
bahasa hukum, wewenang tidak sama dengan kekuasaan (macht), dalam hukum, wewenang
berarti hak dan kewajiban. Dalam kaitannya dengan otonomi daerah, hak mengandung
pengertian untuk mengatur sendiri (selfregele) dan mengelola sendiri (selfbesturen).
Sedangkan kewajiban secara horizontal berarti kekuasaan untuk menyelenggarakan
pemerintahan sebagaimana mestinya. Secara vertikal berarti kekuasaan untuk menjalankan
pemerintahan dalam satu tertib ikatan pemerintahan negara secara keseluruhan. Dasar
fundamental untuk melaksanakan otonomi daerah di Indonesia yaitu:
1. Negara Kesatuan Pemerintah pusat yang mempunyai wewenang utama dan pertama
untuk memerintah.
2. Bentuk Republik Wewenang pemerintah dari pemerintah pusat berasal dari rakyat
melalui MPR dan DPR.
3. Kedaulatan Kedaulatan di tangan rakyat melalui proses perwakilan.
Penyerahan wewenang dari pemerintah pusat pada hakekatnya adalah penyelenggaraan
pemerintah daerah bukan penyerahan kedaulatan, yakni bukan hanya penyerahan tugas dan
tanggung jawab saja tetapi juga mencakup tanggung jawab personal aparat, peralatan dan
penganggaran yang mendukungnya. Sehingga otonomi daerah bukan hanya diartikan sebagai
proses akumulasi politik berupa pelimpahan wewenang pembangunan dan pemerintahan
tetapi juga berkaitan dengan sumber-sumber keuangan yang ada pada berbagai tingkatan
daerah. Sehingga yang perlu ditegakkan oleh pemnerintah pusat adalah aspek pembiayaan.
Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan dan memajukan
perekonomian daerah yang pada dasarnya tergantung tiga misi utama pelaksanaan otonomi
daerah dan desentralisasi fiskal yaitu:
1. Meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat.
2. Menciptakan efesiensi dan efektifitas pengeluaran sumberdaya daerah.

4
3. Memberdayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk berpartisipasi dalam
proses pembangunan. Model otonomi Indonesia adalah otonomi yang menitik-
beratkan pada “kemandirian daerah”.

Pada model ini tidak mempertimbangkan sama sekali aspek-aspek politis yang
melingkupinya. Kemandirian yang ada adalah pada penekanan, pengembangan dan
pemenuhan sumber daya ekonomi. Artinya kemandirian daerah menginginkan agar daerah
dapat menggali, memenuhi dan mengelola perekonomian sendiri tanpa campur tangn terlalu
jauh dari pemerintah pusat. Agar tidak terjadi campur tangan yang besar dalam hal tata rumah
tangga daerah, maka diperlukan adanya kemandirian politis. Artinya daerah juga harus
mempunyai daya tawar politis yang tinggi untuk menentukan arah kebijakan daerah secara
mandiri, sampai pula pada tindakan dan partisipasi politik warga daerah pada daerahnya

pelaksanaan otonomi daerah pada hakekatnya merupakan upaya dalam rangka


meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara melaksanakan pembangunan sesuai
dengan kehendak & kepentingan masyarakat. Sehubungan dengan hakekat otonomi daerah
tersebut yang berkaitan dengan pelimpahan wewenang pengambilan keputusan kebijakan,
pengelolaan dana publik & pengaturan kegiatan dalam penyelenggaraan pemerintah &
pelayanan masyarakat maka peranan data keuangan daerah sangat diperlukan untuk
mengidentifikasi sumber-sumber pembiayaan daerah.

Tujuan utama dilaksanakannya kebijakan otonomi daerah adalah membebaskan


pemerintah pusat dari urusan yang tidak seharusnya menjadi pikiran pemerintah pusat.
Dengan demikian pusat berkesempatan mempelajari, memahami, merespon berbagai
kecenderungan global dan mengambil manfaat daripadanya. Pada saat yang sama pemerintah
pusat diharapkan lebih mampu berkonsentrasi pada perumusan kebijakan makro (luas atau
yang bersifat umum dan mendasar) nasional yang bersifat strategis. Di lain pihak,
dengan desentralisasi daerah akan mengalami proses pemberdayaan yang optimal.
kemampuan prakarsa dan kreativitas pemerintah daerah akan terpacu, sehingga
kemampuannya dalam mengatasi berbagai masalah yang terjadi di daerah akan semakin kuat.
Menurut Mardiasmo (Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah) adalah: Untuk
meningkatkan pelayanan publik (public service) dam memajukan perekonomian daerah. Pada
dasarnya terdapat tiga misi utama pelaksanaan otonomi daerah & desentralisasi
fiskal, yaitu:

a. Meningkatkan kualitas & kuantitas pelayanan publik & kesejahteraan masyarakat.

5
b. Memberdayakan & menciptakan ruang bagi masyarakat (publik) untuk berpartisipasi
dalam proses pembangunan.
c. Menciptakan efisiensi & efektivitas pengelolaan sumber daya daerah.

Kemudian tujuan otonomi daerah menurut penjelasan Undang-undang No 32 tahun


2004 pada intinya hampir sama, yaitu otonomi daerah diarahkan untuk memacu pemerataan
pembangunan & hasil-hasilnya, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menggalakkan prakarsa
& peran serta aktif masyarakat secara nyata, dinamis, & bertanggung jawab sehingga
emperkuat persatuan & kesatuan bangsa, mengurangi beban pemerintah pusat & campur
tangan di daerah yang akan memberikan peluang untuk koordinasi tingkat lokal. Berdasarkan
enjelasan Undang-Undang No. 32 tahun 2004, prinsip penyelenggaraan otonomi daerah
adalah sebagai berikut :

a. Penyelenggaraan otonomi daerah dilaksanakan dengan aspek keadilan, demokrasi,


pemerataan serta potensi & keaneka ragaman daerah
b. Pelaksanaan otonomi daerah dilandasi pada otonomi luas, nyata & bertanggung
jawab.
c. Pelaksanaan otonomi daerah yang luas & utuh diletakkan pada daerah & daerah
kota, sedangkan otonomi provinsi merupakan otonomi yang terbatas.
d. Pelaksanaan otonomi harus selaras konstitusi negara sehingga tetap terjamin
hubungan yang serasi antara pusat & daerah.
e. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan kemandirian daerah
abupaten & derah kota tidak lagi wilayah administrasi. Begitu juga di kawasan-
kawasan khusus yang dibina oleh pemerintah.
f. Pelaksanaan otonomi daerah harus lebih meningkatkan peranan & fungsi badan
legislatif daerah baik sebagai fungsi pengawasan, fungsi legislatif, mempunyai
fungsi anggaran atas penyelenggaraan otonomi daerah
g. Pelaksanaan dekonsentrasi diletakkan pada daerah propinsi dalam kedudukan
sebagai wilayah administrasi untuk melaksanakan kewenangan pemerintah tertentu
dilimpahkan kepada gubernur sebagai wakil pemerintah.
h. Pelaksanaan asas tugas pembantuan dimungkinkan tidak hanya di pemerintah daerah
dan daerah kepada desa yang disertai pembiayaan, sarana dan pra sarana serta
sumber daya manusia dengan kewajiban melaporkan pelaksanaan dan
mempertanggung jawabkan kepada yang menugaskan.
Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai hak:

6
a. mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahannya
b. memilih pimpinan daerah
c. mengelola aparatur daerah
d. mengelola kekayaan daerah
e. memungut pajak daerah dan retribusi daerah
f. mendapatkan bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya
yang berada di daerah
g. mendapatkan sumber-sumber pendapatan lain yang sah dan
h. mendapatkan hak lainnya yang diatur dalam Peraturan perundang undangan.
Dalam menyelenggarakan otonomi, daerah mempunyai kewajiban:
a. melindungi masyarakat, menjaga persatuan, kesatuan dan kerukunan nasional, serta
keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia
b. meningkatkan kualitas kehidupan, masyarakat;
c. mengembangkan kehidupan demokrasi
d. mewujudkan keadilan dan pemerataan
e. meningkatkan pelayanan dasar pendidikan
f. menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan
g. menyediakan fasilitas sosial dan fasilitas umum yang layak
h. mengembangkan sistem jaminan sosial
i. menyusun perencanaan dan tata ruang daerah
j. mengembangkan sumber daya produktif di daerah
k. melestarikan lingkungan hidup
l. mengelola administrasi kependudukan
m. melestarikan nilai sosial budaya
n. membentuk dan menerapkan peraturan perundangundangan sesuai dengan
kewenangannya; dan
o. kewajiban lain yang diatur dalam peraturan perundang undangan.
Pengawasan terhadap Pelaksanaan Otonomi Daerah Pengawasan yang dianut menurut
undang-undang no 32 tahun 2004 meliputi dua bentuk pengawasan yakni pengawasan atas
pelaksanaan urusan pemerintah di daerah dan engawasan terhadap peraturan daerah dan
peraturan kepala daerah. Pengawasan ini dilaksanakan oleh aparat pengawas intern
pemerintah. Hasil pembinaan dan pengawasan tersebut digunakan sebagai bahan pembinaan
selanjutnya oleh pemerintah dan dapat digunakan sebagai bahan pemeriksaan oleh Badan
Pemeriksa Keuangan. Pembinaan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah adalah upaya

7
yang dilakukan oleh pemerintah dan/atau gubernurselaku wakil pemerintah di daerah untuk
mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi daerah. Dalam rangka pembinaan
oleh pemerintah, menteri dan pimpinan lembega pemerintah non-departemen melakukan
pembinaan sesuai dengan fungsi dan kewenangan masing-masing yang dikoordinasikan oleh
Mmenteri Dalam Negeri untuk pembinaan dan pengawasan provinsi, serta oleh gubernur
untuk pembinaan dan pengawasan kabupaten / kota. Dalam hal pengawasan terhadap
rancangan peraturan daerah dan perataturan kepala daerah, pemerintah melakukan dua cara
sebagai berikut:
1. Pengawasan terhadap rancangan perda yang mengatur pajak daerah, retribusi daerah,
APBD, dan RUTR, sebelum disyahkan oleh kepala daerah terlebih dahulu dievaluasi
oleh
Menteri Dalam Negeri untuk Raperda Provinsi, dan oleh gubernur terhadap Raperda
Kabupaten/Kota. Mekanisme ini dilakukan agar pengaturan tentang hal-hal tersebut
dapat mencapai daya guna dan hasil guna yang optimal.
2. Pengawasan terhadap semua peraturan daerah di luar yang termuat di atas, peraturan
daerah wajib disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri untuk provinsi dan gubernur
untuk kabuapten/kota, untuk memperoleh klarifikasi terhadap peraturan daerah yang
bertentangan dengan kepentingan umum dan/atau peraturan lain yang lebih tinggi dan
sebab itu dapat dibatalkan sesuai mekanisme yang berlaku.
Dalam rangka mengoptimalkan fungsi pembinaan dan pengawasan, pemerintah dapat
menerapkan sanksi kepada penyelenggara pemerintahan daerah apabila ditemukan adanya
penyimpangan dan pelanggaran. Sanksi yang dimaksud antara lain berupa penataan kembali
suatu daerah otonom, pembatalan pengangkatan pejabat, penangguhan dan pembatalan
berlakunya suatu kebijakan yang ditetapkan daerah, sanksi pidana yang diproses sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan otonomi daerah ?
2. Apa tujuan penyelenggaraan otonomi daerah ?
C. TUJUAN
Maksud dan tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui apa itu otonomi daerah
2. Mngetahui tujuan diselenggaraknya otonomi daerah

8
BAB II

METODE PENELITIAN

A. METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian
deskriptif kualitatif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia,
suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada
masa sekarang (Nazir, 1998:63). Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat
deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,
sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang di selidiki. Penelitian deskriptif mempelajari
masalah-masalah dalam masyarakat, serta tata cara yang berlaku dalam masyarakat dengan
situasi-situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap,
pandangan-pandangan serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh
dari suatu fenomena. Dalam metode deskriptif dapat diteliti masalah normatif bersamasama
dengan masalah status dan sekaligus membuat perbandinganperbandingan antar fenomena.
Studi demikian dinamakan secara umum sebagai studi atau penelitian deskriptif yang
dilakukan pada waktu sekarang atau sekurang-kurangnya jangka waktu yang masih
terjangkau dalam ingatan responden (Nazir, 1998: 65).
B. SUMBER DATA

Sumber data bersumber dari pengumpulan, analisa, dan kesimpulan dari data yang ada
menggunakan metode normatif

9
BAB III
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN OTONOMI DAERAH
Otonomi daerah adalah kewenangan untuk mengatur sendiri kepentingan masyarakat atau
kepentingan untuk membuat aturan guna mengurus daerahnya sendiri.Secara harfiah,
otonomi daerah berasal dari kata otonomi dan daerah. Dalam bahasa Yunani, otonomi berasal
dari kata autos dan namos. Autos berarti sendiri dan namos berarti aturan atau undang-
undang, otonomi bermakna membuat perundang-undangan sendiri (zelfwetgeving) namun
dalam perkembangannya, konsepsi otonomi daerah selain mengandung
arti zelfwetgeving (membuat perda-perda), juga utamanya
mencakup zelfbestuur (pemerintahan sendiri). Sehingga otonomi dapat diartikan sebagai
kewenangan untuk mengatur sendiri atau kewenangan untuk membuat aturan guna mengurus
rumah tangga sendiri. Sedangkan daerah adalah kesatuan masyarakat hukum yang
mempunyai batas-batas wilayah. Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada
acuan hukum, juga sebagai implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan
dengan cara memberikan daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung
jawab, terutama dalam mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang
ada di daerah masing-masing.
Dasar hukum dari otonomi daerah. Penyelenggaraan otonomi daerah sudah diatur dan
disepakati dalam peraturan undang-undang yang telah ada di Indonesia, yaitu:
1. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Revisi dari
Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004)
2. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintahan Pusat dan Pemerintahan Daerah
3. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
4. Ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/2000 tentang Rekomendasi Kebijakan
Pemerintah dalam menyelenggarakan Otonomi Daerah
5. Ketetapan MPR Ri Nomor XV/MPR 1998 tentang Penyelenggaraan Otonomi Daerah,
Pembagian, Pengaturan, dan Pemanfaatan Sumber Daya Alam Nasional yang adil,
dan keseimbangan Keuangan dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, dalam
Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia
6. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dalam Pasal 18 ayat
1-7, Pasal 18 A ayat 1-2, Pasal 18 B ayat 1-2

10
Kemudian Pelaksanaan otonomi daerah merupakan titik fokus yang penting dalam rangka
memperbaiki kesejahteraan rakyat. Pengembangan suatu daerah dapat disesuaikan oleh
pemerintah daerah dengan potensi dan kekhasan daerah masing-masing. Otonomi daerah
diberlakukan di Indonesia melalui Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 60,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3839). Pada tahun 2004, Undang-
Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dianggap tidak sesuai lagi
dengan perkembangan keadaan, ketatanegaraan, dan tuntutan penyelenggaraan otonomi
daerah sehingga digantikan dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437). Selanjutnya, Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah hingga saat ini telah mengalami
beberapa kali perubahan, terakhir kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008
tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844). Ini merupakan kesempatan yang sangat baik bagi
pemerintah daerah untuk membuktikan kemampuannya dalam melaksanakan kewenangan
yang menjadi hak daerah. Maju atau tidaknya suatu daerah sangat ditentukan oleh
kemampuan dan kemauan untuk melaksanakan yaitu pemerintah daerah. Pemerintah daerah
bebas berkreasi dan berekspresi dalam rangka membangun daerahnya, tentu saja dengan tidak
melanggar ketentuan perundang-undangan

B. TUJUAN OTONOMI DAERAH


Adapun tujuan pemberian otonomi daerah adalah sebagai berikut :
1. Peningkatan pelayanan masyarakat yang semakin baik.
2. Pengembangan kehidupan demokrasi.
3. Keadilan nasional.
4. Pemerataan wilayah daerah.
5. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara pusat dan daerah serta antar daerah dalam
rangka keutuhan NKRI.
6. Mendorong pemberdayaaan masyarakat.
7. Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat,
mengembangkan peran dan fungsi Dewan Perwakilan Rakyat Daerah.

11
Secara konseptual, Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan utama yang meliputi: tujuan
politik, tujuan administratif dan tujuan ekonomi. Hal yang ingin diwujudkan melalui tujuan
politik dalam pelaksanaan otonomi daerah adalah upaya untuk mewujudkan demokratisasi
politik melalui partai politik dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Perwujudan tujuan
administratif yang ingin dicapai melalui pelaksanaan otonomi daerah adalah adanya
pembagian urusan pemerintahan antara pusat dan daerah, termasuk sumber keuangan, serta
pembaharuan manajemen birokrasi pemerintahan di daerah. Sedangkan tujuan ekonomi yang
ingin dicapai dalam pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah terwujudnya
peningkatan indeks pembangunan manusia sebagai indikator peningkatan kesejahteraan
masyarakat Indonesia. Asas-asas untuk menyelenggarakan pemerintahan daerah, pada
dasarnya ada empat, yaitu:

1. Sentralisasi, yaitu sistem pemerintahan dimana segala kekuasaan dipusatkan di


pemerintah pusat
2. Desentralisasi, yaitu penyerahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada
daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahannya sendiri
3. Dekonsentrasi, yaitu pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada
gubernur sebagai wakil pemerintah atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.
4. Tugas Pembantuan, yaitu penugasan dari pemerintah kepada daerah atau desa, dari
pemerintah provinsi kepada kabupaten, kota atau desa, dari pemerintah
kabupaten/kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

12
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penyelenggaraan otonomi daerah yang sehat dapat diwujudkan dengan ditentukan oleh
kapasitas yang dimiliki oleh manusia pelaksananya. Dan berarti otonomi daerah hanya dapat
berjalan dengan sebaik-baiknya apabila manusia pelaksananya baik, dalam arti mentalitas
maupun kapasitasnya. Pentingnya manusia pelaksana karena manusia merupakan unsur
dinamis dalam organisasi yang bertindak atau berfunsi sebagai subyek penggerak roda
pemerintahan. Oleh karena itu, kualifikasi mentalitas dan kapasitas manusia yang kurang
memadai dengan sendirinya melahirkan implikasi yang kurang menguntungkan bagi
penyelenggaraan otonomi daerah. Dalam pemerintah daerah terdapat Pemerintah Daerah
yang penyelenggaraann urusan pemerintahan oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD), kemudian Alat-alat perlengkapan daerah, yaitu aparatur atau
pegawai daerah dan terakhir rakyat daerah, yatu sebagai komponen yang merupakan sumber
energi terpenting bagi daerah sebagai organisasi yang bersistem terbuka

13
DAFTAR PUSTAKA

Arum Sutrisni Putri (2019). "Pengertian Otonomi Daerah dan Dasar


Hukumnya". Kompas.com.^ Achmad Fauzi (2019). "Otonomi Daerah Dalam Kerangka
Mewujudkan Pemerintahan Daerah Yang baik". Jurnal Spektrum Hukum. 16 (1):
127. ISSN 1858-0246. ^ "Pengertian Otonomi Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-09-
17. Diakses tanggal 2014-09-18. ^ Selma Intania Hafidha (2020). "Tujuan Otonomi Daerah,
Lengkap dengan Pengertian, Dasar Hukum, dan Prinsipnya". Liputan6.com. Diakses
tanggal 1 Januari 2021. ^ Konsiderans Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah ^ Merakyat.com: Pelayanan Pemerintah Daerah Dalam Arti Luas
^ "Pelaksanaan Otonomi Daerah". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-09-24. Diakses
tanggal 2014-09-18. ^ Hera Fauziah, Mexsasai Indra, Abdul Ghafur (2016). "Aktualisasi
Asas Otonomi Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Otonomi
Daerah". Jurnal Online Mahasiswa Fakultas Hukum. 3 (2): 9-10. ISSN 2355-6781.
http://repository.iainponorogo.ac.id/715/1/BUKU%20HUKUM%20TATA%20NEGARA.pdf

14

Anda mungkin juga menyukai