Anda di halaman 1dari 34

LAPORAN ILMU TANAH HUTAN

BIOMASSA

Disusun oleh :

Akbar Khairu Juhda (1710611310004)


Astri Belinda Nur Asrifa (1710611220008)
Dwi Rita Sari (1710611220018)
Laely Wijayanti (1710611320018)
Marwatul Mukarramah (1710611220040)
Miftahul Anwar (1710611210044)
Riri Aspiya (1710611220070)
Rizki Pratama (F1A015032)
Ro’ie Atsmara Muqorrobin (1710611210072)
Sirul Hayati (1710611220076)
Syahidar Khalid (1710611210078)

PROGRAM STUDI KEHUTANAN

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

BANJARBARU

2018
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha

Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah

melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat

menyelesaikan tugas mata kuliah “Ilmu Tanah Hutan” yakni membuat laporan

makalah dengan judul “Biomassa”.

Laporan ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan

bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.

Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah

berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada

kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu

dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar

kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini.

Akhir kata kami berharap semoga Laporan Ilmu Tanah Hutan ini dapat

memberikan manfaat terhadap pembaca.

Banjarbaru, 5 November 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................ i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Tujuan ............................................................................................................ 2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 3
2.1. Biomassa .................................................................................................. 3
2.2. Faktor Yang Mempengaruhi Kadar Biomassa Tanaman ................ Error!
Bookmark not defined.
2.3. Pemanfaatan Biomassa ............................ Error! Bookmark not defined.
2.4. Biomassa Serasah .................................... Error! Bookmark not defined.
BAB III METODE PRAKTIKUM ...................................................................... 7
3.1. Waktu Dan Tempat ...................................................................................... 7
3.2. Alat Dan Bahan ............................................................................................ 7
3.3. Cara Kerja..................................................................................................... 7
3.4. Metode Perhitungan ..................................................................................... 9
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................ 10
4.1. Hasil............................................................................................................ 10
4.2. Pembahasan ................................................................................................ 12
BAB V PENUTUP ............................................................................................... 16
5.1. Kesimpulan ................................................................................................. 16
5.2. Saran ........................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 17
LAMPIRAN ......................................................................................................... 22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah hutan terjaga kesuburannya disebabkan oleh bahan-bahan tanaman

yang jatuh, mati dan diuraikan oleh organisme. Daun, ranting, cabang maupun

batang merupakan bahan yang apabila terdekompisisi akan termineralisasi menjadi

unsur yang siap digunakan oleh tanaman. Faktor fisik kemikal lingkungan yang

mempengaruhi proses dekomposisi adalah lingkungan organisme pengurai,

kelembabahn, aerasi, Ph dan temperatur.

Tanah hutan terjaga kesuburannya dipengaruhi oleh berbagai macam

faktor,salah satunya adalah bagian-bagian tanaman yang jatuh ke tanah, mati, dan

diuraikanoleh organisme. Daun, ranting, cabang, buah, maupun batang merupakan

bahan yangapabila terdekomposisi akan tereleminasi menjadi unsur yang siap

digunakan olehtanaman. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju dekomposisi tanah

antara lain adalahlingkungan organisme pengurai, kelembaban, aerasi, pH tanah,

dan juga temperaturatau suhu. (Cahyono, 1998)

Horison O adalah lapisan seresah bahan tumbuhan, terdiri atas bagian-

bagianyang tampak masih utuh, sebagian terdekomposisi, dan lengkap

terdekomposisi.Horison ini menumpang di permukaan tubuh tanah mineral (Simon,

1988).

1
1.2 Tujuan

1. Agar mahasiswa mengetahui biomassa lantai hutan

2. Agar mahasiswa mengetahui perlapisan lantai hutan dan tingkat dekomposisinya

3. Agar mahasiswa mengatahui karakteristik tanah dan lantai hutan apabila

dibandingkan dengan tanah pertanian

4. Agar mahasiswa dapat mengetahui cara pengambilan contoh tanah yang tepat

dan mewakili satuan tanah teruji

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Biomassa
Estimasi biomassa di atas permukaan tanah dapat dilakukan dengan dua

pendekatan yaitu: (i) pendekatan langsung dengan membuat persamaan allometrik;

dan (ii) pendekatan tidak langsung, dengan menggunanai biomassa expansion

factot: Meskipun terdapat keuntungan dan kekurangan dari

masingmasingpendekatan, tetapi harus diperhatikan bahwa pendekatan tidak

langsung didasarkan padafaktor yang dikembangkan pada tingkat tegakan dari

hutan dengan kanopi yang tertutup(rapat) dan tidak dapat digunakan untuk

membuat estimasi dari pohon secara individu(IPCc, 2003).

Biomassa didefinisikan sebagai total jumlah materi hidup di atas permukaan

pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan luas

(Brown 1997). Biomassa vegetasi merupakan berat bahan vegetasi hidup yang

terdiri dari bagian atas dan bagian bawah permukaan tanah pada suatu waktu

tertentu. Biomassa hutan dapat digunakan untuk menduga potensi serapan karbon

yang tersimpan dalam vegetasi hutan karena 50% biomassa tersusun oleh karbon

(Darussalam, 2011).

Serasah merupakan salah satu komponen di dalam hutan yang juga dapat

menyimpan karbon. Serasah didefinisikan sebagai bahan organik mati yang berada

di atas tanah mineral. Kualitas serasah ditentukan dengan melihat morfologinya

terutama yang berasal dari daun yang gugur untuk mengasumsikan kecepatan

dekomposisinya. Kecepatan pelapukan daun ditentukan oleh warna, sifatnya ketika

diremas dan kelenturannya. Warna daun kering coklat, daun tetap lemas bila

3
diremas, bila dikibaskan daun tetap lentur berarti daun tersebut cepat lapuk. Apabila

warna daun kering kehitaman, bila diremas pecah dengan sisi-sisi yang tajam dan

bila dikibaskan kaku maka daun tersebut lambat lapuk. Kualitas serasah yang

beragam akan menentukan tingkat penutupan permukaan tanah oleh serasah.

Kualitas serasah berkaitan dengan kecepatan pelapukan serasah (dekomposisi).

Semakin lambat lapuk maka keberadaan serasah di permukaan tanah menjadi lebih

lama (Yustian, dan Donhi , 2010).

Biomassa lantai hutan merupakan bahan- bahan organik berupa daun,

ranting, cabang, buah, bunga, batang maupun fauna yang jatuh di lantai hutan.

Bahan-bahan tersebut apabila terdekomposisi oleh mikroorganisme akan

termineralisasi menjadi unsur-unsur yang siap digunakan oleh tanaman. Biomassa

lantai hutan terbagi dalam tiga lapisan, yaitu: litter, fermentasi/ forna, dan humus.

Berdasarkan pengamatan horizon tanah yang dibuat pada lantai hutan mangrove di

plot pengamatan, didapatkan kedalaman masing masing lapisan (Siarudin dan

Rachman, 2008).

Biomassa dan kandungan karbon tanaman dipengaruhi beberapa faktor,

terutama jenis tanaman dan kualitas lahan. Alih fungsi lahan hutan menjadi

peruntukan yang bernilai ekonomi lebih tinggi tidak hanya menyebabkan

berkurangnya tutupan lahan hutan, akan tetapi alih fungsi lahan hutan seperti

pertanian ekstensif, perkebunan dan pertambangan juga dapat menurunkan kualitas

lahan dan pada akhirnya akan menurunkan kemampuan tanaman dalam menyerap

dan menyimpan karbon (Oktavianto, 2015).

4
Biomassa merupakan bahan yang potensial untuk menghasilkan berbagai

produk yang bermanfaat melalui suatu proses konversi baik secara fisik, kimiawi,

biologis, ataupun enzimatis. Selain digunakan untuk tujuan primer seperti serat,

bahan pangan, pakan ternak, minyak nabati, bahan bangunan dan sebagainya,

biomassa juga digunakan sebagai bahan energi (bahan bakar). Umumnya yang

digunakan sebagai bahan bakar adalah biomassa yang nilai ekonomisnya rendah

atau merupakan limbah setelah diambil produk primernya. (ESDMMAG, 2012).

Biomassa berfungsi sebagai: penyedia sumber karbon untuk energi,

dengan teknologi modern dalam pengkonversiannya dapat menjaga emisi pada

tingkat yang rendah. mendorong percepatan rehabilitasi lahan terdegradasi dan

perlindungan tata air. digunakan untuk menyediakan berbagai vector energi, baik

panas, listrik atau bahan bakar kendaraan (Hassbullah, 2015).

Serasah merupakan salah satu komponen di dalam hutan yang juga

dapat menyimpan karbon. Serasah didefinisikan sebagai bahan organik mati

yang berada di atas tanah mineral. Kualitas serasah ditentukan dengan melihat

morfologinya terutama yang berasal dari daun yang gugur untuk

mengasumsikan kecepatan dekomposisinya. Kecepatan pelapukan daun

ditentukan oleh warna, sifatnya ketika diremas dan kelenturannya. Warna daun

kering coklat, daun tetap lemas bila diremas, bila dikibaskan daun tetap lentur

berarti daun tersebut cepat lapuk. Apabila warna daun kering kehitaman, bila

diremas pecah dengan sisi-sisi yang tajam dan bila dikibaskan kaku maka

daun tersebut lambat lapuk. Kualitas serasah yang beragam akan menentukan

tingkat penutupan permukaan tanah oleh serasah. Kualitas serasah berkaitan

5
dengan kecepatan pelapukan serasah (dekomposisi). Semakin lambat lapuk maka

keberadaan serasah di permukaan tanah menjadi lebih lama (Yogi, 2015).

6
BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Waktu Dan Tempat


Praktikum dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 27 Oktober 2018 di

Arboretum Fakultas Kehutanan, Universitas Lambung Mangkurat.

3.2. Alat Dan Bahan


1. Kawat kuadratik ukuran 50 cm x 50 cm

2. Pisau atau chetok

3. Kertas sampul atau kertas amplop

4. Alat tulis

3.3. Cara Kerja


1. Meletakkan kawat kuadtratik berukuran 50 cm x 50 cm pada lamtai hutan

yang masih utuh atau belum rusak.

2. Mengiris batas sampel seresah dengan hati-hati menggunakan pisau atau

gunting.

3. Mengambil lapisan L (liter) pada bagian atas lantai hutan tanpa merusak

keadaan dibawahnya, dengan mempunyai ciri-ciri: seresah yang baru

jatuh, kandungan air masih tinggi, bentuk masih utuh, warna kehijauan dan

kecoklatan, serta daun masih agak segar. Pisahkan lapisan L (apabila

7
mungkin) antara daun, tangkai/dahan, bunga/buah dan lain-lain dalam

kantong terpisah yang sudah diberi label yntuk membedakan.

4. Mengambil bagian F1 (fermentasi tahap 1) dengan mempunyai ciri-ciri:

berupa seresah yang mulai terdekomposisi, bentuk seresah asli masih

kelihatan, dan warna kecoklatan, serta masih merupakan satuan seresah

tunggal/tidak saling lengket. Pisahkan lapisan F1 (jika mungkin) antara

daun, dan tangkai/dahan, serta bunga/ buah dan lain-lain dalam kantong

terpisah yang juga sudah diberi label.

5. Mengambil bagian F2 (fermentasi tahap 2) dengan mempunyai ciri-ciri:

berupa seresah yang telah terdekomposisi lanjut, dan mempunyai warna

kecoklatan, serta seresah yang satu menempel pada seresah yang

lain/saling lengket. Pisahkan lapisan F2 (jika mungkin) mulai daun,

tangkai/dahan, bunga/buah dan lain-lain kantong terpisah yang berlabel.

6. Mengambil lapisan H (Humus) dengan mempunyai ciri-ciri: berupa

seresah yang telah terdekomposisi sempurna sehingga berbentuk seperti

kompos, bentuk sudah tidak kelihatan lagi, warna kehitaman, dan

mempunyai struktur remah, serta gembur lalu letakkan dalam kantong

terpisah yang berlabel.

7. Menimbang hasil pengambilan lapisan L, F1, F2, dan H yang telah

dibedakan antara daun, tangkai/ dahan, dan bunga/buah sebagai berat

basah.

8. Memasukan lapisan L, F1, F2 dan H ke oven 80ºC selama 2x24 jam sampai

mencapai berat kering mutlak (tidak ada lagi penurunan kadar air).

8
9. Menghitung kadar air, dan biomassa tertentu serta biomassa total dalam

kg/ha.

3.4. Metode Perhitungan

a. Perhitungan Kadar Air


Adapun cara yang dilakukan untuk menghitung kadar air adalah dengan

menggunakan rumus yang dikemukakan oleh (Haygreen dan Bowyer 1989).

Yaitu dengan rumus sebagai berikut:

𝑩𝑩𝒄 − 𝑩𝑲𝒄
𝑲𝑨 (%) = 𝒙 𝟏𝟎𝟎
𝑩𝑲𝒄

Keterangan:

KA(%) : Persentase Kadar air

BBc : Berat basah contoh uji (g)

BKc : Berat kering contoh uji (g)

b. Perhitungan Biomassa
Adapun cara untuk menghitung Biomassa adalah dengan menggunakan rumus

yang dikemukakan oleh (Haygreen dan Bowyer 1989), yaitu dengan rumus

sebagai berikut:

𝑩𝒃
𝐁=
%𝑲𝑨
𝟏 + 𝟏𝟎𝟎

Keterangan:

%KA : Persentase Kadar air

Bb : Berat basah

9
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil

a) Kadar Air:
𝐵𝐵𝑐−𝐵𝐾𝑐
𝐾𝐴 (%) = 𝑥 100%
𝐵𝐾𝑐

11,63−10,73
 L daun = 𝑥 100% = 8,38 %
10,73

62,51−56,96
 F1 Daun = 𝑥 100% = 9,74%
56,96

28,88−26,11
 F1 Batang = 𝑥 100% = 10,60%
26,11

41,63−37,6
 F1 Buah = 𝑥 100% = 10,71%
37,6

82,74−64,04
 F2 Daun = 𝑥 100% = 29,20%
64,04

24,41−7,44
 F2 Batang = 𝑥 100% = 228,09%
7,44

42,49−33,96
 F2 Buah = 𝑥 100% = 25,11%
33,96

184,15−132,96
 Humus = 𝑥 100% = 38,50%
132,96

b) Biomassa:

𝐵𝑏
B=
%𝐾𝐴
1 + 100

11,63
 L daun = 8,38% = 10,71
1+
100

62,51
 F1 Daun = 9,74% = 62,60
1+
100

28,88
 F1 Batang = 10,60% = 28,98
1+
100

10
41,63
 F1 Buah = 10,71% = 41,73
1+
100

82,74
 F2 Daun = 29,20% = 83,03
1+
100

24,41
 F2 Batang = 228,09% = 26,69
1+
100

42,49
 F2 Buah = 25,11% = 42,74
1+
100

184,15
 Humus = 38,50% = 184,55
1+
100

Berat Berat Akumulas Kadar


Lapisan Jenis Biomassa
Basah ( g) Kering (g) i (kg/Ha) Air (%)

L Daun 11,63 g 10,73 g - 8,38% 10,71

Ranting - - - - -

Bunga/buah - - - - -

F1 Daun 62,51 g 56,96 g - 9,74 % 62,6

Batang 28,88 g 26,11 g - 10,6 % 28,98

Buah 41,63 g 37,6 g - 10,71 % 41,73

F2 Daun 82,74 g 64,04 g - 29,2 % 83,03

Batang 24,41 g 7,44 g - 228,09 % 26,09

Buah 42,49 g 33,96 g - 25,11 % 42,74

H Humus 184,15 g 132,96 g - 38,5 % 184,55

11
4.2. Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum dipahami bahwa biomassa serasah merupakan

kumpulan bahan organik seperti daun, ranting pohon, biji , buah serta fauna yang

telah gugur dan jatuh ke permukaan lantai hutan. Hal ini disimpulkan berdasarkan

hasil yang menunjukkan pada tanggal 2 November 2018 atau 1 minggu setelah

membuat petakan pada serasah arboretum Fakultas Kehutanan, Universitas

Lambung Mangkurat. Hal ini sesuai dengan literatur Siregar (2006) biomassa lantai

hutan merupakan bahan-bahan organik berupa daun, ranting, cabang, buah, bunga,

batang maupun fauna yang jatuh dilantai hutan. Bahan-bahan tersebut apabila

terdekomposisi oleh mikroorganisme akan termineralisasi menjadi unsur-unsur

yang siap digunakan oleh tanaman. Biomassa lantai hutan dibagi menjadi tiga

lapisan yaitu: litter, fermentasi/forna, dan humus.

Berdasarkan hasil praktikum diketahui bahwa serasah yang mendominasi di

arboretum adalah Mahoni (Swietenia macrophylla) dan Akasia (Acacia

mangium), serasah yang paling banyak terdapat pada petakan adalah daun, ranting,

dan buah. Hal ini disebabkan karena mahoni dan akasia merupakan organisme

produsen pertama di ekosistem arboretum, sehingga jumlah mahoni dan akasia

lebih banyak dibanding organisme lainnya dan siklus hidup mahoni dan akasia

lebih panjang, yang menyebabkan biomassa pada setiap waktu selalu lebih besar.

Didukung pula oleh luasnya tajuk tanaman mahoni dan akasia yang mampu

mencegah masuknya cahaya ke lantai hutan sehingga mencegah tumbuhnya

tanaman lain. Hal ini sesuai dengan literatur Anhari (2015) yang menyatakan bahwa

pada ekosistem daratan memiliki jumlah organisme produsen lebih banyak

dibandingkan dengan jumlah organisme konsumen pada tiap tingkat trofik, dan

12
siklus hidup organisme produsen pada umumnya lebih panjang, maka biomassa

semua produsen setiap waktu lebih besar, sedangkan biomassa konsumen makin

kecil menuju ke puncak biomassa.

Berdasarkan hasil praktikum dikatakan bahwa serasah yang dikumpulkan

memiliki berat basah yang tinggi dan berkurang pada berat kering setelah

diovenkan. Dimana berdasarkan hasil disimpulkan bahwa berat basah L daun 11,68

g, F1 daun adalah 68,26 gr, F1 batang sebesar 28,88 Serasah yang ada pada lantai

hutan Tri Dharma memiliki banyak manfaat seperti terjadinya siklus hara tertutup,

dan memperbaiki kesuburan tanah arboretum. Hal ini sesuai dengan literatur Anhari

(2015) yang menyatakan bahwa serasah dedaunan yang berasal dari tanaman yang

lebih tinggi menyebabkan terjadinya keseimbangan hara apabila digunakan sebagai

mulsa atau dicampur langsung dengan tanah lapisan olah. Pupuk serasah

merupakan suatu pemanfaatan limbah atau komponen tanaman yang sudah tidak

terpakai. Pupuk ini sering disebut pupuk penutup tanah karena pemanfaatannya

dapat secara langsung yaitu ditutpkan pada permukaan tanah di sekitar tanaman

(mulsa).

Serasah yang ada pada lantai arboretum memiliki banyak manfaat seperti

terjadinya siklus hara tertutup, dan memperbaiki kesuburan tanah arboretum. Hal

ini sesuai dengan literatur Anhari (2015) yang menyatakan bahwa serasah dedaunan

yang berasal dari tanaman yang lebih tinggi menyebabkan terjadinya keseimbangan

hara apabila digunakan sebagai mulsa atau dicampur langsung dengan tanah lapisan

olah. Pupuk serasah merupakan suatu pemanfaatan limbah atau komponen tanaman

yang sudah tidak terpakai. Pupuk ini sering disebut pupuk penutup tanah karena

13
pemanfaatannya dapat secara langsung yaitu ditutpkan pada permukaan tanah di

sekitar tanaman (mulsa).

Serasah yang ada pada lantai arboretum memiliki banyak manfaat seperti

terjadinya siklus hara tertutup, dan memperbaiki kesuburan tanah arboretum. Hal

ini sesuai dengan literatur Anhari (2015) yang menyatakan bahwa serasah dedaunan

yang berasal dari tanaman yang lebih tinggi menyebabkan terjadinya keseimbangan

hara apabila digunakan sebagai mulsa atau dicampur langsung dengan tanah lapisan

olah. Pupuk serasah merupakan suatu pemanfaatan limbah atau komponen tanaman

yang sudah tidak terpakai. Pupuk ini sering disebut pupuk penutup tanah karena

pemanfaatannya dapat secara langsung yaitu ditutpkan pada permukaan tanah di

sekitar tanaman (mulsa).

Berdasarkan hasil praktikum dikatakan bahwa serasah yang dikumpulkan

memiliki berat basah yang tinggi dan berkurang pada berat kering setelah

diovenkan. Dimana berdasarkan hasil disimpulkan bahwa berat basah pada L daun

adalah 11,63 gr, F1 daun sebesar 62,51 gr, F1 batang 28,88 gr, F1 buah sebesar

41,63 gr, F2 daun sebesar 82,74 gr, F2 batang sebesar 24,41 gr, F2 buah sebesar

42,49 gr, dan H sebesar 184,15 gr sedangkan setelah dikeringkan beratnya menjadi

10,73 gr pada L, F1 daun sebesar 56,96 gr, F1 batang sebesar 26,11 gr, F1 buah

sebesar 37,6 gr, F2 daun sebesar 64,04 gr, F2 batang sebesar 7,44 gr, F2 buah 33,96

gr, dal H sebesar 132,96 gr. Hal ini karena kadar air pada serasah hilang dan sudah

berat kering ini dapat dinyatakan sebagai berat konstan dari biomassa yang

didapatkan. Hal ini sesuai dengan literature Hardjanah dan Fadjar (2014) yang

menyatakan bahwa persamaan alometrik berupa fungsi matematika yang

didasarkan pada hubungan berat kering biomassa per pohon. Pengeringan sampel

14
biomassa tanaman dalam oven pada suhu 800 C selama 48 jam atau sampai

mencapai berat kering konstan. Perbandingan antara berat kering dan berat basah

mendapatkan berat biomassa dari contoh uji tersebut.

Serasah yang ada pada lantai arboretum memiliki banyak manfaat seperti

terjadinya siklus hara tertutup, dan memperbaiki kesuburan tanah arboretum. Hal

ini sesuai dengan literatur Anhari (2015) yang menyatakan bahwa serasah dedaunan

yang berasal dari tanaman yang lebih tinggi menyebabkan terjadinya keseimbangan

hara apabila digunakan sebagai mulsa atau dicampur langsung dengan tanah lapisan

olah. Pupuk serasah merupakan suatu pemanfaatan limbah atau komponen tanaman

yang sudah tidak terpakai. Pupuk ini sering disebut pupuk penutup tanah karena

pemanfaatannya dapat secara langsung yaitu ditutpkan pada permukaan tanah di

sekitar tanaman (mulsa).

15
BAB V
PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1) Biomassa didefinisikan sebagai total jumlah materi hidup di atas permukaan

pada suatu pohon dan dinyatakan dengan satuan ton berat kering per satuan

luas .

2) lapisan tanah hutan dibagi menjadi tiga yaitu litter, fragmentasi (fermentasi

1 danfragmentasi 2), dan humus. Tingkatan dekomposisi dipengaruhi oleh

intensitassinar matahari, waktu, iklim, topografi, mikroorganisme, dan

bahan induk.

3) Dalam lahan kehutanan biasanya alami tanpa campur tangan manusia

sehinggaakumulasi seresah stabil sedangkan pada lahan pertanian biasanya

dibutuhkancampur tangan manusia sehingga penggunaan akumulasi seresah

ada yanglangsung dapat digunakan sebagai pupuk.

4) Pengambilan contoh tanah paling baik dilakukan dengan cara tidak terusik,

hal inidikarenakan agar tekstur tanah yang kita amati tidak rusak.

Pengambilan contohtanah dapat dilakukan dengan berbagai metode yang

disesuaikan dengan dengansifat-sifat tanah yang akan kita amati.

5.2. Saran

Sebaiknya dalam melakukan percobaan mengukur biomassa ini

penimbangan berat kering dan berat basah dilakukan dengan teliti agar data yang

diperoleh akurat.

16
DAFTAR PUSTAKA

Anhari, S. 2015. Budidaya Tanaman Kopi. Erlangga: Jakarta.Budiman, Gusti

Hardiansyah dan Herlina Darwati. 2010. Estimasi Biomassa Karbon

Serasah Dan Tanah pada Basal Area Tegakan Meranti Merah (Shorea

Macrophylla) Di Areal Arboretum Universitas Tanjungpura Pontianak.

Universitas Tanjung Pura: Pontianak.

Campbell, N., Reece, J., Mitchell, L. 2008. BIOLOGI. Erlangga. Jakarta

Darussalam, D. 2011. PENDUGAAN POTENSI SERAPAN KARBON PADA

TEGAKAN PINUS DI KPH CIANJUR PERUM PERHUTANI UNIT III

JAWA BARAT DAN BANTEN. Banten Djambatan. Jakarta

Esdmmag. 2012. Biomassa, Bahan Organik Sarat Kegunaan. Media Komunikasi

Kementrian Energi dan Mineral: Jakarta.

Fiqa, P dan Sofiah. 2011. Pendugaan Laju Dekomposisi Dan Produksi Biomassa

Serasah Pada Beberapa Lokasi Di Kebun Raya Purwodadi. UPT Balai

Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Purwodadi

Hanum, C., 2010. Ekologi Tanaman. USU Press, Medan

Hardjanah, A. K dan Fadjar. 2014. Panduan Pengukuran Karbon Tegakan Meranti.

Balai Besar Penelitian Dipterokarpha: Kalimantan Timur.

17
Hassbullah. 2015. Energi Biomassa Biogas DAN Biofuell. Fakultas Teknik Itb:

Bandung.

Heddy, S dan M. Kurniati. 1996. Prinsip-Prinsip Dasar Ekologi, Suatu Bahasan

Tentang Kaidah Ekologi Dan Penerapannya. PT Raja Grafindo Persada,

Jakarta

Hulupi, R Dan Endri. 2013. Pedoman Budi Daya Dan Pemeliharaan

Tanaman Kopi Di Kebun Campur. Agfor: Sulawesi.

Krisnawati., Wahyu, C dan Rinaldi, I. 2012. Model-Model Alelometrik Untuk

Pendugaan Biomassa Pohon. Pusat Penelitian Pengembangan Konservasi

dan Rehabilitas

Monde, A, Sinukaban, N, Murtilaksono dan Panjaitan, N. 2008. Dinamika karbon

(c) akibat alih guna lahan hutan menjadi lahan pertanian. Diakses dari

http://google.com/biomasa/pdf

Notohadiprawiro, Tejoyuwono. 2000. Tanah dan Lingkungan. Pusat Studi Sumber

Daya Lahan, UGM.

Nugroho, L dan Sumardi, I. 2004. Biologi Dasar. Penebar Swadaya. Jakarta

18
Oktavianto, B. 2015. Pendugaan Biomassa Dan Karbon Atas Tanah Pada Tegakan

Pinus Di Lahan Paska Tambang Silika Holcim Educational Forest. Ipb:

Bogor.

Paat, F, J. 2011. Simulasi Biomassa Akar, Batang, Daun Dan Biji Jagung

Hibrida Pada Beberapa Perlakuan Pemberian Nitrogen. Fakultas Pertanian

Universitas Sam Ratulangi: Manado.

Prastowo, B., Elna Karmawati., Rubijo., Siswanto., Chandra Indrawanto dan

Munarso. 2010. Budidaya dan Pasca Panen Kopi: Bogor.

Putri, D. P., E. Arisoesilaningsih dan B. Rahardi. 2008. Significant Role of

Purwodadi Botanical Garden as Plant Litter C-Sink of Excessive CO2 in the

Global Warming Era. Diakses dari http://fisika.brawijaya.ac.id/bss-

ub/PDF%20FILES/BSS_199_1.pdf.

Repository UPI. 2009. Hasil dan Pembahasan Biomassa. Universitas Pendidikan

Indonesia. Bandung

Siarudin, M dan Rachman, E. 2008. Biomassa Lantai Hutan dan jatuhan serasah di

kawasan mangrove blanakan subang. Jawa barat

Siregar, A. Z. 2016. Jenis-Jenis Kopi dan Hama Utamanya. Jurusan Hama Penyakit

Tumbuhan Universitas Sumatera Utara: Medan.

19
Soemartono, S., Nasution, A.H., Soegiri. 1978. Biologi Umum I. Penerbit

Supriadi, H. 2014. Budidaya Tanaman Kopi Untuk Adaptasi Perubahan Iklim.

Balai Penelitian Tanaman Industri: Sukabumi.

Sutaryo, D. 2009. Penghitungan Biomassa. Wetlands International Indonesia

Programme. Bogor

Tampubolon. 2006. Kajian Kebijakan Energi Biomassa Kayu Bakar (Study Of

Fuelwood Biomass Energy Policies). Jurnal Analisis Kebijakan Kehutanan:

Bogor.

Windusari, Y., Nur, A. S., Indra, Y dan Hindia, Z. 2008. Pendugaan Karbon

Biomassa Tumbuhan Bawah dan Serasah di Kawasan Suksesi Alami Pada

Area Pengembangan Talling PT Freeport Indonesia. Universitas Sriwijaya:

Palembang.

Yogi, R. 2015. Kesesuaian Lahan Tanaman Kopi Di Politeknik Pertanian Negeri

Payakumbuh. Jurnal Nasional Ecopedon Jnep Vol. 2 NO. 1 (2015)56-60.

Yusanto Nugroho, 2016. Petunjuk Praktikum Ilmu Tanah. Banjarbaru.

20
Yustian dan donhi. 2010. Prediction of carbon stock in Palembang Pulokerto

swampf'orest: the impact of Turban climate change mitigatton. Palembang

Zahriyah, A. 2010. Evaluasi Kesesuaian Lahan Untuk Tanaman Kopi

Robusta (Coffea Canephora) Pada Bentuk Lahan Asal Volkanis Di

Kecamatan Pasrujambe Kabupaten Lumajang. Universitas Negeri Malang.

Zulkifli, Hilda dan Setiawan, D. 2010. Kandungan Karbon Tersimpan Dalam

Serasah Sebagai Mitigasi Dampak Perubahan Iklim Perkotaan. Universitas

Sriwijaya. Palembang

21
LAMPIRAN

22
Gambar 1. Pengumpulan Bahan Biomassa

23
Gambar 2.Lapisan L ( Liter)

24
Gambar 3 . Bagian Batang F1 ( Fermentasi Tahap 1)

25
Gambar 4. Bagian Daun F1 ( Fermentasi Tahap 1)

26
Gambar 5. Bagian Buah F1 ( Fermentasi Tahap 1)

27
Gambar 6. Bagian Daun F2 ( Fermentasi Tahap 2)

28
Gambar 7. Bagian Batang F2 ( Fermentasi Tahap 2)

29
Gambar 8. Bagian Buah F2 ( Fermentasi Tahap 2)

30
Gambar 9. Bagian Humus

31

Anda mungkin juga menyukai