Anda di halaman 1dari 5

Pengaruh Struktur Tanah Terhadap Pertumbuhan Tanaman

Struktur tanah didefinisikan sebagai penyusunan partikel primer (partikel liat, debu dan
pasir) dan partikel sekunder (gabungan partikel-partikel primer) ke dalam suatu bentuk susunan
tertentu yang disebut agregat dengan ruang pori diantaranya. Definisi tersebut didasari bahwa di
dalam tanah, akar tanaman tumbuh dan memanjang pada ruangan diantara padatan tanah yang
disebut ruang pori tanah. Pergerakan air dan hara tanaman terjadi melewati ruang pori tersebut.
Demikian juga respirasi akar tanaman juga dapat berlangsung karena adanya ruang pori.
Struktur tanah mempengaruhi pertumbuhan tanaman melalui pengaruhnya terhadap
perkembangan akar tanaman dan terhadap proses-proses fisiologi akar tanaman. Proses
fisiologi tanaman yang ditentukan oleh struktur tanah diantaranya absorbsi hara, absorbsi air dan
respirasi. Selain itu struktur tanah juga berperan dalam pergerakan air, pergerakan hara dan
sirkulasi O2 dan CO2 di dalam tanah.

Mekanisme pembentukan
Pembentukan agregat harus terdapat beberapa mekanisme yang mengelompokkan
partikel-partikel ke dalam satu kelompok dan membuat partikel-partikel tersebut benar-benar
terikat, sehingga terbentuklah struktur. Fraksi koloid merupakan kontituen yang aktif, fraksi koloid
merupakan materi perekat dalam pembentukan agregat. Contoh fraksi koloid 1). mineral tanah
liat. Daya kohesif antar partikel liat merupakan gaya perekat penting dalam agregat-agregat
mikro. 2). oksida-oksida koloid dari besi dan mangan 3). koloid materi organik termasuk getah
jasad renik berupa polisakarida, hemiselulosa, levans, serta berbagai polimer alami lainnya.
Mikroorganisme dalam tanah ini termasuk bakteri, jamur, aktinomisetes. Jamur akan membentuk
jaringan perekat yang luas dari filamen lembut yaitu miselia atau hifa. Mikroorganisme mengikat
agregat tanah melalui mekanisme seperti penyerapan, pembungkusan dan penjeratan mekanis.
Agregat terbentuk dengan berbagai cara dan ukuran, agregat makro berukuran > 250
µm, sedangkan agregat mikro < 250 µm. Agregat mikro terbentuk oleh molekul organik (OM)
yang melekat pada liat (Cl) dan kation polivalen (P) untuk membentuk partikel campuran (Cl-P-
OM) yang akan bergabung dengan partikel campuran lainnya (Cl-P-OM) sehingga terbentuk
agregat makro [(Cl-P-OM)x]y. Cara lain dalam pembentukan agregat adalah agregat makro
terbentuk disekitar partikel bahan organik (POM). POM tersebut terdekomposisi oleh
mikroorganisme, dan mikroorganisme mengeluarkan getah yang menyebabkan agregat makro
menjadi lebih stabil dengan agregat mikro di dalamnya. Selain perekat dari sekresi jasad renik,
akar juga mengeluarkan senyawa organik yang berfungsi sebgai perekat untuk menyatukan
partikel-partikel tanah.
Kation seperti Si4+, Fe3+, Al3+ dan Ca2+ menjadi jembatan antara bahan organik tanah
dan partikel liat dalam proses agregasi. Agregat makro terbentuk melalui akumulasi agregat
mikro atau dekomposisi ataupun terpecahnya partikel bahan organik sehingga terbentuk agregat
mikro. Terbentuknya gregat mikro diawali dengan perekatan oleh mineral liat, partikel organik,
dan kation atau merupakan hasil dari agregat makro. Faktor-faktor yang mempengaruhi
terjadinya agregasi tanah digambarkan sebagai berikut:
Klasifikasi struktur tanah
Struktur tanah dapat dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu butir tunggal (single grain)
menunjukkan tidak adanya sementasi partikel. Tanah demikian disebut juga tanah tak
berstruktur yang mengindikasikan tidak adanya sementasi atau flokulasi diantara penyusunnya.
Contoh bentuk struktur tunggal adalah tanah pasiran. Struktur masif adalah bila tanah terikat
rapat pada blok-blok kohesif yang besar. Struktur ini dapat dijumpai pada tanah yang berasal
dari batuan induk dengan kandungan liat tinggi. Diantara dua kondisi tersebut, dijumpai
struktur agregat atau peds yaitu partikel-partikel tanah berhubungan dengan gumpalan-
gumpalan kecil yang setengah stabil. Struktur tanah ini terbentuk dari pelapukan batuan induk
pada karena kondisi pembasahan dan pengeringan yang bergantian, pembekuan dan pencairan,
aktivitas akar tanaman, aktivitas penggalian oleh hewan, maupun aktivitas disruptif lainnya. Pada
literatur fisika tanah lama, struktur butir tunggal dan masif dikelompokkan dalam tanah tak
berstruktur, sehingga dalam pembahasan fisika tanah, struktur tanah diartikan sebagai struktur
tanah agregat atau ped. Struktur ped terbagi ke dalam 4 group yaitu, granular, blocky, prismatik
dan platy (lempeng).

Deskripsi kualitatif struktur tanah


Deskripsi profil tanah merupakan bagian dari survey dan pemetaan tanah, termasuk di
dalamnya karakterisasi secara kualitatif struktur tanah dalam hal bentuk, ukuran dan derajad
kemantapan. Ukuran kualitatif struktur tanah tersebut dapat diringkas sebagai berikut:
1. Tipe Struktur
a) Tipe lempeng (platy); agregat (ped)nya mempunyai ukuran horizontal lebih besar dari ukuran
vertikal.
b) Tipe Tiang, ukuran agregat vertikal lebih dari horizontal, bentuknya masih dibedakan lagi atas
tipe primsatik yang ujungnya bersegi dan tipe columner yang ujungnya membulat.
c) Tipe Gumpal (Blocky); ukuran agregat vertikal horizontal sama besar, bentuknya masih
dibedakan lagi berdasar ujung-ujungnya atas gumpal bersudut dan gumpal membulat.
d) Tipe remah (crumb kruimel), berbentuk butir- butir tanah yang saling mengikat seperti irisan roti.
e) Tipe granular (granulaer), berbentuk butir-butir lepas.
f) Tipe berbutir tunggal (single grain), tidak membentuk agregat tanah.
g) Tipe pejal (masif), merupakan kesatuan ikatan partikel-partikel tanah yang mampat.

2. Ukuran struktur

3. Kemantapan struktur:
a) Lemah (weak, W)., pembentukan agregat cukup stabil, dapat dihancurkan dengan sedikit
menekan agregat yang bersangkutan.
b) Sedang (moderate, M), pembentukan agregat relatif stabil, hanya dapat dihancurkan dengan
tekanan yang sedang.
c) Kuat (strong, S), pembentukan agregat relatif stabil, hanya dapat dihancurkan dengan tekanan
yang cukup kuat.
Diskripsi kualitatif struktur tanah tersebut sangat berarti dalam pemahaman genesis tanah,
namun tidak ada arti objektif dalam menerjemahkan deskripsi kualitatif tersebut ke dalam
karakteristik kuantitatif struktur tanah dan hubungannya dengan morphologi dan sifat hidrologis
tanah.

Rintangan mekanik dan pertumbuhan akar


Perkembangan dan pertumbuhan akar tanaman juga ditentukan oleh struktur tanah. Akar
tanaman dapat tumbuh dengan bebas pada ukuran pori tanah lebih besar 100 µm. Tanaman
gandum dengan diameter akar aksial antara 300 – 700 µm dan akar sekunder 100 – 300 µm
akan tumbuh dan berkembang pada tanah dengan ukuran pori lebih besar dari diameter akar
tersebut. Apabila pertumbuhan akar tanaman menjumpai ukuran pori tanah yang lebih kecil dari
diameter akarnya, maka akar tersebut akan meningkatkan tekanan tumbuhnya untuk
memperbesar ukuran pori tanah, atau tanaman memperkecil diameter akarnya sehingga lebih
kecil dari diameter pori tersebut. Namun pada umumnya akar tanaman akan memperbesar
diameter akar dengan memperbesar sel korteks sedangkan ukuran sttele relatif tetap. Namun
tanaman mempunyai ukuran tumbuh yang maksimum apabila menjumpai rintangan. Apabila
rintangan mekanik yang terdapat dalam tanah lebih besar dari tekanan tumbuh maksimum akar,
maka pertumbuhan akar tersebut akan terhenti. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa
tekanan maksimum akar berbagai tanaman bervariasi antara 0.9 – 1.3 Mpa.

Suplai oksigen ke dalam tanah


Struktur tanah juga mempengaruhi respirasi akar tanaman melalui aerasi tanah yaitu
sirkulasi udara di dalam tanah untuk penyediaan O2 dan pengeluaran CO2 . Aerasi tanah
merupakan hasil masuknya oksigen dari udara melalui ruang pori tanah ke dalam air tanah untuk
menggantikan oksigen yang digunakan oleh tanaman serta jasad renik dalam tanah, dan
keluarnya karbon dioksida yang dihasilkan jasad renik dalam tanah ke atmosfer.

Kondisi anaerob di dalam tanah


Kondisi anaerob di dalam tanah akan terjadi jika konsumsi oksigen untuk respirasi akar
tanaman dan biota tanah lebih tinggi dibandingkan masuknya oksigen dari udara melalui ruang
pori tanah. Sehingga ukuran dan susunan ruang pori tanah akan berpengaruh terhadap aerasi
yang buruk tersebut.
Kondisi aerasi yang buruk dipercepat dengan masuknya air ke dalam ruang pori tanah.
Telah diketahui bahwa difusi oksigen di dalam air 104 lebih lambat dibandingkan dengan
kecepatannya bergerak dalam udara bebas. Keadaan demikian akan menyebabkan oksigen
yang masuk ke dalam tanah sangat rendah, selain pengeluaran karbon dioksida yang lambat,
maka menimbulkan akumulasi CO2 di dalam tanah yang berpengaruh terhadap pertumbuhan
tanaman. Kegiatan respirasi akar tanaman ditentukan oleh konsentrasi O2 didaerah perakaran,
konsentrasi oksigen 14 % diketahui telah menghambat respirasi akar tanaman.
Dalam konsisi anaerob, nitrate akan berubah menjadi nitrit kemudian berubah menjadi
N2 yang akan menguap ke atmosfer. Mangan (Mn3+) akan berubah menjadi mangan (Mn2+), besi
ferri (Fe3+) akan berubah menjadi ferro (Fe2+), dan sulfat menjadi sulfit. Mangan (Mn2+) dan ferro
(Fe2+) mempunyai sifat yang mudah larut. Pada kondisi anaerob juga sering terjadi akumulasi
gas ethylene, konsentrasi gas ethylene akan menghambat perpanjangan akar, aktivitas kambium
dan menurunkan akumulasi biomassa. Selain gas ethylene yang meningkat, kondisi anaerob
tanah juga menghasilkan persenyawaan H2S dan nitrit yang bersifat racun dan dapat mematikan
akar tanaman.

Struktur tanah dan Infiltrasi


Infiltrasi adalah proses masuknya air ke dalam tanah, baik dari air hujan maupun irigasi
dari permukaan tanah, aliran air ini bisa ke arah vertikal maupun ke arah samping (horizontal).
Infiltrasi merupakan proses yang sangat penting karena menentukan jumlah limpasan
permukaan yang mempengaruhi jumlah tanah tererosi dan pengisian kembali air dalam profil
tanah.
Kharakteristik yang mempengaruhi infiltrasi secara langsung oleh struktur tanah adalah
porositas tanah. Porositas menentukan kapasitas simpanan selain mempengaruhi aliran air,
infiltrasi akan cenderung naik sebanding dengan porositas tanah. Meningkatnya kandungan
bahan organik dalam tanah juga akan meningkatkan kapasitas infiltrasi, melalui perubahan
porositas tanah akibat penambahan bahan organik.
Pori-pori tanah harus cukup untuk dapat mengalirkan air sehingga dapat memungkinkan
terjadinya infiltrasi. Pori-pori tanah dapat diklasifikasikan menjadi pori makro (> 0.075 mm),
mesopori dan mikropori (< 0.03 mm). Dengan masuknya air karena infiltrasi, maka aliran
permukaan akan menjadi lebih kecil, sehingga erosi tanah dapat dikurangi.

Anda mungkin juga menyukai