Anda di halaman 1dari 36

TUGAS MATA AJARAN KONSTRUKSI PERKERASAN JALAN I

SEJARAH PERKEMBANGAN JALAN RAYA


DI INDONESIA

Di susun oleh
 Nama : Harri Ismunandar
 Nim : 32101101050
Jurusan / Kelas : Teknik Sipil D3/ 4A

JURUSAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI PONTIANAK

2012 / 2013
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat allah swt. atas segala taufik dan hidayah-Nya, sehingga

Makalah ini dapat saya selesaikan tepat pada waktunya. Tujuan utama pembuatan laporan ini adalah agar lebih

memahami dan mengerti mengenai pelaksanaan dan merencanakan jalan yang hendak di bangun .Dalam

makalah ini masih banyak sekali kekurangan dan kesalahannya, maka untuk itu saya harapkan kepada pembaca

agar dapat memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Dalam pembuatan Makalah ini saya sangat

 berterima kasih kepada Bapak Nizar, ST selaku dosen dalam pengajaran konstruksi pengerasan jalan, dimana

telah banyak memberikan bimbingan serta teori dalam mengenai perkerasan jalan sehingga saya dapat dengan

mudah memahami dan melaksanakan pekerjaan di lapangan.

Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua saya

dan keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungannya kepada saya dalam menjalani suka dan duka dalam

 perkuliahan, khususnya pada waktu pembelajaran ini. Begitu juga dengan semua teman-teman seperjuangan

yang tidak pernah bosan-bosannya memberikan dukungan dan bantuan sehingga semuanya dapat berjalan

dengan lancar. Demikian Makalah ini saya buat agar dapat membarikan manfaat untuk kita semua.

Pontianak, 018 –  04 –  2013

Penyusun,

(………………………)

 NIM : 3201101050
Daftar Isi

Kata Pengantar............................................................................................................

Daftar isi .....................................................................................................................

BAB I . Pendahuluan .................................................................................................

BAB II .Dasar Teori ...................................................................................................

BAB III .Pembahasan ................................................................................................

1.3. Sejarah Pembangunan Jalan Raya di Indonesia ...................................

A. Kelas jalan berdasarkan peruntukannya:...................................................................

B. Kelas jalan berdasarkan sistemnya .............................................................................

C. Kelas jalan berdasarkan fungsinya .............................................................................

D. Kelas jalan menurut statusnya .....................................................................................

E. Kelas jalan dan spesifikasinya berdasarkan penyediaan prasarana jalan................

BAB IV . Penutup ........................................................................................................................

Daftar Pustaka............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

Sejarah Perkembangan Jalan Raya

Sejarah perkembangan jalan raya yang pada mulanya dari berupa bekas jejak  berubah me


njadi jalan
raya modern. Jalan dibuat karena manusia perlu bergerak dan  berpindah-
 pindah dari suatu tempat
ketempat lain untuk  mempertahankan kelangsungan hidupnya. Jejak  jalan tersebut berfungsi
sebgai penuntun arah dan menjadikan  jejak   jalan semakin melebar  dikarenakan
seringa  berpindah-pindahnya mereka.
Kemudian kurang lebih 5000 tahun yang lalu, manusia hidup  berkelompok, untuk 
keperluan tukar menukar  barang  pokok  mereka mulai menggunakan  jalur  jalan secara
tetap yang  berfungsi sebagai jalan  prasarana sosial dan ekonomi. Dari sejarah
 perkembangan  peradaban manusia dan dari berbagai  penemuan para pakar 
transportasi tentang sejarah
 perkembangan  jalan dapatlah diketahui bahwa :

3500 SM. Penemuan ini dipandang sebagai awal dari sejarah keberadaan  jalan 1.J
alan
Pertama yang menggunakan perkerasan ditemukan didaerah Mesopotamia

2. Konstruksi  jalan yang terdiri dari tanah asli dilapisi dengan  batu kapur  dan ditutup dengan  b
atu bata ditemukan diantara Babilonia hingga Mesir yang diperkirakan
dibangun 2500-2568 SM oleh raja Cheope yang berfungsi untuk
mengangkut batu-batu besar dalam membangun Great Pyramid.

3. Permukan jalan yang diperkeras dari batu -batuan ini ditemukan dipulau Crate (Kereta)
Yunani Yang dibuat kurang lebih 1500 SM.

4. Diwilayah Babilonia ditemukan permukaan jalan yang dibuat berlapis-


lapis yaitu dari lapisan tanah dasar  yang diatasnya disusun lapisan
 batu-batu  besar,  batu  beronjol dicampur  mortar,  batu kerikil dan kemudian ditutup dengan
 batu Plat.

Menuju jalan modern  pada masa Kekaisaran Romawi yang mengalami kejayaan dalam memban
gunjalan  pada tahun 753 476 SM.
Hal tersebut  berdasarkan atas  berbagai  penemuan antara lain :

a. Penemuan danau aspal Trinidad oleh Sir Walter Religh Tahun 1595, dimana dengan bahan temu
an
 b. Pierre Marie Jereme Tresaquet dari Perancis memperkenalkan konstruksi  jalan dari
 batu  pecah padaperiode th1718-1796.

c. Metode  perinsip desak diperkenalkan oleh orang


Scotlandia yaitu pada tahun 1790 yaitu Thomas
Telford, yaitu suatu
konstruksi  perkerasan  jalan yang dibuat menurut  jembatan lengkung dari  batu
 belah, serta menambahkan susunan  batu –  batu kecil diatasnya.

d. Tahun 1815 Jhon london Mc adams memperkenakan  prinsip tumpang tindih atau konstr 
uksi Makadam.

e. Penemuan mesin penggilas (stom roller) ditemukan th 1860 oleh Lemoine.


http://azwaruddin.blogspot.com/2009/07/sejarah-perkembangan-jalan-raya.html
BAB II

DASAR TEORI

Sejarah Perkembangan Pembangunan Jalan Raya di Indonesia

Perkembangan  Jalan  dalam  Peradaban  Manusia 


Jalan raya yang  pada hakikatnya dibangun untuk  memenuhi kebutuhan manusia, mulai
dibangun seiring dengan keberadaan manusia sendiri. Jalan pada awalnya hanya berupa jejak 
manusia yang  berkeliling ke daerah sekitar  untuk  mencari kebutuhan hidup. Jejak  ini
 berfungsi sebagai  penuntun arah  bagi manusia. Seiring dengan  bertambahnya  jumlah
manusia, manusia melakukan aktivitas untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya secara
 berkelompok. Perpindahan secara  berkelompok  ini kemudian menghasilkan  jejak  dengan
 jumlah yang lebih  banyak. Selain itu,  jalan yang  juga  berfungsi sebagai  petunjuk  arah
membuat  jejak-jejak  kaki lebih sering dilalui oleh orang, sehingga  jejak-jejak  kaki ini
kemudian berubah menjadi  jalan setapak, yang  belum rata. Seiring dengan berkembangnya
sarana transportasi sederhana, seperti kuda, mulai dibuat jalan yang lebih rata.
Sementara  bangsa Romawi mulai membangun  jalan dengan  pengaturan lapisan yang
lebih baik dan perencanaan yang lebih matang, pembangunan jalan di Indonesia berkembang
sedikit demi sedikit walaupun belum dibangun dengan perkerasan dan perencanaan yang baik 
seperti bangsa Romawi.
Pada ranah internasional,  pada tahun 1595, ditemukan danau aspal Trinidad oleh Sir 
Walter  Religh. Bahan temuan ini mengawali sejarah teknologi  perkerasan yang digunakan
untuk  lapisan  permukaan  jalan. Pada tahun 1764,  Pierre  Marie  Jereme Tresaquet  dari
Perancis memperkenalkan konstruksi jalan dengan pendekatan ilmiah. Konstruksi jalan yang
direncanakan meliputi lapisan bawah berupa batuan besar  yang dilapisi oleh kerikil sebagai
lapisan atas. Lapisan bawah ini didasarkan pada teori bangsa Romawi, yaitu lapisan bawah
tersebut digunakan untuk mentransfer  berat jalan itu sendiri dan berat beban yang melaluinya
ke  permukaan tanah. Selain itu, lapisan  bawah ini dapat melindungi tanah dari deformasi
karena berat yang dibebankan padanya dibuat merata.
Jalan  Raya Pos (D e Groote Postweg) 
1
Pembangunan — tepatnya  pelebaran  — Jalan Raya Pos (De Groote  Postweg) oleh
 perintah Gubernur-Jenderal (Maarschalk  en Gouverneur  Generaal) Herman Willem
Daendels merupakan salah satu karya yang  paling fenomenal di Indonesia. Jalan raya yang
 panjangnya lebih kurang mencapai 1.000-km ini melintasi  berbagai kota  penting di  pulau
Jawa, terutama pusat-pusat  pemerintahan maupun kerajaan di masa itu, yaitu dari Anyer di
Banten hingga Panarukan di Jawa Timur. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa jalan ini
menjadi  jalan raya nasional  pertama di Indonesia. Melalui sistem kerja  paksa, seluruh rute
 jalan raya tersebut dapat diselesaikan dalam tempo 1 (satu) tahun saja, yaitu  pada tahun
1
1809. Pembangunan dilaksanakan dengan membagi seluruh ruas  jalan ke dalam  berpuluh-
 puluh segmen, yaitu dengan cara menugaskan setiap kepala  pemerintahan setempat untuk 
 bertanggung jawab atas keterbangunnya Jalan Raya Pos itu di wilayah mereka. Pengerahan
 besar-besaran jumlah tenaga kerja dilakukan karena terdapat ancaman dari Daendels untuk 
membunuh  para pekerja maupun mandor termasuk kepala pemerintahan setempat bila target
 pembangunan tidak tercapai.
Tujuan pembangunan  jalan ini lebih ditekankan pada fungsi strategi militer  pemerintah
Hindia-Belanda yaitu mempertahankan  pulau Jawa dari serangan Inggris Raya. Dengan
adanya jalur transportasi ini, pemerintah Hindia-Belanda berharap:
1) mobilisasi bantuan militer saat musuh menyerang menjadi lebih cepat;
2) dapat mengontrol pergerakan orang-orang pribumi dengan adanya patroli-patroli militer;
3) mempersingkat waktu tempuh komoditas perkebunan hasil sistem tanam paksa (cuultur-
 stelsel) dari tempat  produksi hingga  pelabuhan ekspor, sehingga  barang ekspor  tidak 
rusak dan tidak  jatuh harganya di pasaran; dan
4)  perkembangan informasi yang terjadi begitu cepat dapat diketahui dengan segera melalui
 jasa pengiriman kabar/surat.

2
Sumber: Wikimedia (Koleksi Museum Tropen)
Gambar-1. Suasana Jalan Raya Pos di
 Kampung Cibabat, Jawa Timur.

1
Toer, P. A. (2005). Dari Lentera Dipantara. Dalam P. A. Toer, Jalan Raya Pos, Jalan
2
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/2a/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_De_Groot
e_Postweg_bij_Kampong_Tjibabat_West-Java_TMnr_10007756.jpg
Sejarah Perkembangan Jalan Raya di Indonesia 2
3
Sumber: Wikimedia
Gambar-2.  Jalur  Jalan Raya Pos (De Groote Postweg) saat dibangun pada tahun 1809.
Tidak  banyak  literatur  yang menulis secara rinci sejarah pembuatan  berikut spesifikasi
teknis Jalan Raya Pos. Akan tetapi  bila menilik  dari fungsi dan waktu  pembuatan, dapat
diperkirakan  jalan tersebut menggunakan metode Telford-Macadam atau  paling tidak 
mendekati teknik  tersebut. Metode tersebut ditemukan  pada akhir  abad ke-18 di Eropa.
Beberapa literatur menyatakan, jalan ini dibangun tanpa perencanaan yang terlalu teknis, baik 
secara geometris maupun metode perkerasan yang akan digunakan.
Thomas Telford  (1757-1834) yang  berkebangsaan Inggris menciptakan konstruksi
 perkerasan  jalan dengan menggunakan  prinsip  berdesak-desakannya  batu seperti  pada
 jembatan lengkung karena ia memang ahli  jembatan lengkung dari  batu. Kemiripan  jalan
yang ia rancang dengan  jembatan lengkung adalah  penampang  jalan  bila dilihat secara
melintang. Saat  jalan (lengkungan) menerima  beban, maka konstruksi lengkung (seolah)
melendut searah gaya/beban. Saat itu terjadi, batu-batu menjadi terdesak dan saling merapat
sehingga konstruksi menjadi lebih kokoh.  Namun,  perkerasan ini dirasakan kurang  praktis
dan memakan waktu yang cukup  banyak  karena  batu-batu yang digunakan harus disusun
dengan tangan satu per-satu.

Gambar-3.  Bentuk  penampang melintang  perkerasan metode Telford.


Pada saat yang  bersamaan, tepatnya  pada tahun 1815,  pria Skotlandia,  John  London
 McAdam (1756-1836) memperkenalkan konstruksi perkerasan jalan dengan prinsip tumpang 
tindih menggunakan  batu-batu  pecah. Konstruksi ini terdiri dari gradasi ukuran tumpukan
 batuan, yang  berada di dasar   perkerasan adalah  batu dengan ukuran yang terbesar  — 

3
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f7/Java_Great_Post_Road.svg/2000px-
Java_Great_Post_Road.svg.png
Sejarah Perkembangan Jalan Raya di Indonesia 3
 berukuran 3 — dan  batu dengan ukuran terkecil  berada di  permukaan  perkerasan. McAdam
 juga membuat permukaan jalan lebih tinggi dari lingkungan sekelilingnya, sehingga air dapat
mengalir  dan tidak  merusak  permukaan  jalan. Keunggulan  perkerasan  jalan metode ini
adalah dapat dibuat dengan  bantuan dengan mesin sehingga metode ini dianggap sangat
 berhasil. Kedua metode  perkerasan tersebut selanjutnya lazim digunakan  bersamaan  pada
sebuah konstruksi  jalan raya. Oleh karena itu, kemudian dikenal metode  perkerasan  jalan
Telford-Macadam seperti tersebut di atas. Kata Macadam berasal dari nama McAdam.

Gambar-4.  Bentuk  penampang melintang  perkerasan metode Macadam.


Dengan sistem  perkerasan  jalan seperti ini,  pengguna  jalan seperti  para  penunggang
kuda, kereta kuda, kendaraan militer, maupun gerobak  pengangkut  barang dapat  bergerak 
dengan lebih leluasa. Setelah terbangunnya Jalan Raya Pos yang  juga terkadang dikenal
dengan Jalan Daendels ini,  perjalanan darat Surabaya-Batavia yang sebelumnya harus
ditempuh dalam waktu 40 (empat puluh) hari bisa dicapai dalam waktu 7 (tujuh) hari saja.

Er a Baru  Metode Perkerasan  Jalan  Raya 


Sejak  tahun 1830-an dimana kereta api dan infrastrukturnya dibangun dimana-mana — 
termasuk  di Pulau Jawa (lihat gambar-2) — sistem  perkerasan  jalan raya dengan metode
 perkerasan ini tetap dikenal hingga ditemukannya kendaraan seperti sepeda maupun
kendaraan bermotor  pada akhir abad ke-19.

Gambar-4. Jalur kereta api (warna merah) Hindia-Belanda di Pulau Jawa yang berkembang  pesat 


 pada tahun 1893 yang menghubungkan kota Jakarta/Batavia-Bogor/Buitenzorg-Bandung-Cilacap-
Yogyakarta-Surakarta-Surabaya-Probolinggo.

Sejarah Perkembangan Jalan Raya di Indonesia 4
Pada awal abad ke-20 saat kendaraan bermotor mulai banyak dimiliki masyarakat, timbul
 pemikiran untuk  membangun  jalan raya yang lebih menyamankan dan aman. Kendaraan
dengan mesin yang dapat melaju lebih kencang memberikan guncangan yang lebih keras dan
ini sangat tidak nyaman bagi para pengendara saat berjalan pada jalan raya yang ada, hal ini
yang kemudian melahirkan metode  perkerasan  baru. Di Barat, konstruksi  jalan raya telah
dikaji secara mendalam dimana mereka mulai memperhatikan seperti:
1)  perhitungan tebal perkerasan;
2) konstruksi perkerasan dan lapisan penutup;
3)  perencanaan geometris.
Teknologi ini segera menyebar ke seluruh dunia bersamaan dengan  penjajahan maupun
kolonialisme yang terjadi di sebagian  besar  wilayah dunia, termasuk  Indonesia di  bawah
 penjajahan Belanda. Bentuk  konstruksi perkerasan jalan raya yang lazim bahkan hingga saat
ini adalah seperti gambar di bawah ini.

A1

A2

B1

B2

C
Keterangan:
A : Lapisan Penutup/Aspalan
A1 : Lapisan Penutup (Surface)
A2 : Lapisan Pengikat (Binder)
B : Perkerasan
B1 : Perkerasan Atas (Base)
B2 : Perkerasan Bawah (Sub-Base)
C : Tanah Dasar (Sub-Grade)

Konstruksi perkerasan berlapis-lapis seperti ini dikenal dengan konstruksi sandwich atau


kue lapis, merupakan suatu konstruksi  plaat  elastis yang terletak  pada suatu landasan yang
elastis  pula (tanah dasar). Konstruksi seperti ini termasuk sistem konstruksi statis tak tentu

Sejarah Perkembangan Jalan Raya di Indonesia 5
(statisch onbepaald) bertingkat  banyak. Perbedaan kondisi tersebut dengan konstruksi statis
tertentu — misalnya pada jembatan gelagar 
 — adalah:
a)  pada konstruksi statis tertentu pembagian kekuatan-kekuatan (momen-momen dan gaya-
gaya) dari muatan pada bagian-bagian konstruksi dan pandemen tidak bergantung  pada
kekuatan dan ukuran (E dan I) bagian/batang konstruksi tersebut, sehingga  perhitungan
menjadi lebih sederhana; sementara
 b)  pada konstruksi statis tidak  tertentu  pembagian kekuatan dari muatan  pada  bagian
konstruksi dan  pandemen tergantung  pada kekuatan dan ukuran (E dan I) dari  bagian
konstruksi tersebut, sehingga perhitungan menjadi rumit.

Sumber: Wikipedia
Gambar-5. Contoh potongan melintang 
 perkerasan jalan tipikal di Amerika Serikat 

Perkembangan  M etode Perkerasan  Jalan  Raya di  Indonesia 

Selanjutnya,  perkembangan cara  perhitungan tebal konstruksi  perkerasan di Indonesia


dapat dibagi dalam tiga tahap, yaitu
Tahap ke-1 : menitikberatkan kepada  pengalaman-pengalaman di lapangan, sehingga
rumus/perhitungan yang diperoleh adalah rumus-rumus empiris;
Tahap ke-2 : menitikberatkan kepada teori dan analisis meski hanya merupakan teori
 pendekatan yang dilengkapi dengan  pengalaman; rumus yang diperoleh
adalah rumus-rumus teoretis yang dilengkapi dengan koefisien-koefisien
hasil pengalaman untuk keperluan praktik disertai pula dengan grafik atau
nomogram;

Sejarah Perkembangan Jalan Raya di Indonesia 6
Tahap ke-3 : mengembangkan rumus-rumus teoretis tersebut di atas dengan percobaan
yang intensif  di laboratorium sehingga menghasilkan rumus/persamaan
analitis yang dilengkapi dengan rumus empiris laboratorium.
Pada tahun 1980-an diperkenalkan perkerasan jalan dengan aspal emulsi dan butas, tetapi
dalam pelaksanaan atau pemakaian aspal butas terdapat permasalahan dalam hal variasi kadar 
aspalnya yang kemudian disempurnakan  pada tahun 1990 dengan teknologi  beton mastik.
Perkembangan konstruksi  perkerasan  jalan menggunakan aspal  panas (hot  mix) mulai
 berkembang di Indonesia pada tahun 1975, kemudian disusul dengan jenis yang lain seperti
aspal  beton (asphalt  concrete/AC) dan lain-lain. Teknik-teknik  tersebut kebanyakan hanya
mengembangkan  jenis lapisan  penutup tempat dimana muatan/beban langsung
 bersinggungan. Perkembangan dan inovasi tersebut dilakukan demi menjaga keamanan dan
kenyamanan pengguna jalan sekaligus diharapkan dapat mereduksi biaya pembuatan maupun
 perawatan (maintenance).
Konstruksi  perkerasan menggunakan semen sebagai  bahan  pengikat telah ditemukan
 pada tahun 1828 di London tetapi konstruksi  perkerasan ini  baru mulai  berkembang  pada
awal 1900-an. Konstruksi  perkerasan menggunakan semen atau concrete  pavement  mulai
dipergunakan di Indonesia secara  besar-besaran  pada awal tahun 1970 yaitu  pada
 pembangunan Jalan Tol Prof. Sediyatmo. Metode ini selain menghasilkan jalan yang relatif 
tahan terhadap air  — musuh utama aspal —  juga dapat dikerjakan dalam waktu yang cukup
singkat.
Secara umum perkembangan konstruksi perkerasan di Indonesia mulai berkembang pesat
sejak  tahun 1970 dimana mulai diperkenalkannya  pembangunan  perkerasan  jalan sesuai
dengan fungsinya. Sementara perencanaan geometrik  jalan seperti sekarang ini baru dikenal
sekitar  pertengahan tahun 1960 dan baru berkembang dengan cukup pesat sejak tahun 1980.
Klasifikasi  Jalan:  Kelas dan  Fungsi  Jalan 
Dalam  perkembangannya  pada abad ke-21 ini,  jalan tidak  hanya dipandang sebagai
 prasarana distribusi dan komunikasi. Jalan memiliki andil yang sangat  besar  dalam
mengantarkan manusia ke keadaan yang kita sebut era modern ini. Studi khusus mengenai
 jalan berikut perlindungannya diatur dalam peraturan-peraturan maupun perundang-undangan
resmi pemerintahan sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Jalan-jalan yang ada, tentu saja tidak memiliki fungsi dan spesifikasi yang sama antara
 jalan yang satu dengan yang lainnya. Masing-masing memiliki fungsi dan spesifikasi
tersendiri. Tiap jalan diklasifikasi menurut ketentuan klasifikasi tertentu.

Sejarah Perkembangan Jalan Raya di Indonesia 7
Berikut Tabel Pengelompokan Kelas Jalan berdasarkan seluruh klasifikasi.

No. Pembagian Klasifikasi


A.  berdasarkan Peruntukannya (2) 1. Jalan Umum
2. Jalan Khusus
B.  berdasarkan Sistem (2) 1. Sistem Jaringan Jalan Primer 
2. Sistem Jaringan Jalan Sekunder 
C.  berdasarkan Fungsi (4) 1. Jalan Arteri
2. Jalan Kolektor 
3. Jalan Lokal
4. Jalan Lingkungan
D.  berdasarkan Status (5) 1. Jalan Nasional
2. Jalan Provinsi
3. Jalan Kabupaten
4. Jalan Kota
5. Jalan Desa
E.  berdasarkan Kelas Jalan (5) 1. Jalan Bebas Hambatan (Freeway)
2. Jalan Raya (Highway)
3. Jalan Sedang (Road)
4. Jalan Kecil (Street)

A. Kelas jalan berdasarkan peruntukannya:


Pengelompokan ini dapat diklasifikasi ke dalam dua sistem, yaitu
1) Jalan Umum: jalan yang dapat digunakan oleh publik 
2) Jalan Khusus: jalan yang hanya dapat digunakan oleh pihak dengan kriteria tertentu
sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemilik  jalan tersebut.
Selanjutnya, jalan umum sendiri masih dapat diklasifikasikan ke dalam empat kriteria
 berikut seperti tersebut dalam tabel di atas.
B. Kelas jalan berdasarkan sistemnya
Pengelompokan ini dapat diklasifikasi ke dalam dua sistem, yaitu Sistem  jaringan
 jalan primer dan Sistem jaringan jalan sekunder.
 Sistem Jaringan Jalan Primer: Sistem  jaringan yang memiliki  peranan  pelayanan
distribusi  barang dan  jasa yang  berguna meningkatkan  pengembangan semua
wilayah tingkat nasional dengan menghubungkan semua simpul jasa distribusi atau
dengan kata lain pusat kegiatan.

Sejarah Perkembangan Jalan Raya di Indonesia 8
 Sistem Jaringan Jalan Sekunder: Sistem jaringan yang berperan melayani distribusi
 barang dan jasa untuk masyarakat di kawasan perkotaan.

C. Kelas jalan berdasarkan fungsinya


Klasifikasi ini dikelompokkan ke dalam empat bagian, yaitu kelas jalan I, kelas jalan
II, kelas jalan III, dan kelas jalan khusus.

Berikut tabel pengelompokannya:
Dimensi maksimum dan MST kendaraan bermotor yang
harus mampu ditampung
Kelas Jalan Fungsi Jalan
Lebar Panjang Tinggi MST
(mm) (mm) (mm) Ton
Draft RUU final tentang LALU-LINTAS dan ANGKUTAN-JALAN ps. 19 (Mei 2009)

Arteri dan
I 2.500 18.000 4.200 10
Kolektor 

II Arteri, 2.500 12.000 4.200 8


Kolektor,
Lokal, dan
III Lingkungan 2.100 9.000 3.500 8*

Melebihi Melebihi
Khusus Arteri 4.200 Melebihi 10
2.500 12.000

Catatan:
*Dalam keadaan tertentu daya dukung  jalan (MST) kelas  III  dapat  ditetapkan lebih
rendah dari 8 ton (ps 19 ayat (3) RUU  LL & AJ.

Berikut merupakan definisi dan fungsi dari pengelompokan jalan di atas:

 Jalan Arteri: Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama yang memiliki ciri
 perjalanan  jarak  jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan  jumlah  jalan masuk  dibatasi
secara berdaya guna.
 Jalan Kolektor: Jalan umum yang  berfungsi melayani angkutan  pengumpul dengan
ciri  perjalanan  jarak  sedang, kecepatan rata-rata sedang dan  jumlah  jalan masuk 
dibatasi.
 Jalan Lokal: Jalan umum yang  berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri
 perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan tidak dibatasi.
 Jalan Lingkungan: Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan
ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.

Sejarah Perkemb  Jala  Raya di Indonesia 9


D. Kelas jalan menurut statusnya
Klasifikasi ini dapat dikelompokkan ke dalam lima jalan, yaitu Jalan Nasional, Jalan
Provinsi, Jalan Kabupaten, Jalan Kota, dan Jalan Desa.
 Jalan Nasional: Jalan arteri dan jalan kolektor  yang ada dalam sistem  jaringan jalan
 primer yang menghubungkan antar-ibukota provinsi, dan jalan strategis nasional, serta
 jalan tol.
 Jalan Provinsi: Jalan kolektor  dalam sistem  jaringan  jalan  primer  yang
menghubungkan ibukota provinsi dengan ibukota kabupaten/kota, atau antar ibukota
kabupaten/kota, dan jalan strategis provinsi.
 Jalan Kabupaten: Jalan lokal dalam sistem jaringan jalan primer yang tidak termasuk 
Jalan  Nasional maupun Jalan Provinsi, yang menghubungkan ibukota kabupaten
dengan ibukota kecamatan, antar-ibukota kecamatan, ibukota kabupaten dengan pusat
kegiatan lokal, antarpusat kegiatan lokal, serta  jalan umum dalam sistem  jaringan
 jalan sekunder dalam wilayah kabupaten, dan jalan strategis kabupaten.
 Jalan Kota: Jalan umum dalam sistem jaringan jalan sekunder yang menghubungkan
antarpusat  pelayanan dalam kota, menghubungkan  pusat  pelayanan dengan  persil,
menghubungkan antar-persil, serta menghubungkan antarpusat  permukiman yang
 berada di dalam kota.
 Jalan Desa: Jalan umum yang menghubungkan kawasan dan atau antar  permukiman
di dalam desa, serta jalan lingkungan.

E. Kelas jalan dan spesifikasinya berdasarkan penyediaan prasarana jalan.


Pengaturan jalan dalam pengelompokan kelas jalan ini mengikuti peraturan LLAJ.

Berikut tabel pengelompokannya
Spesifikasi  Jalan 
Lebar 
Kelas  Jumlah 
Diperuntukkan  Pengendalian  Persimpangan  lajur  atau 
Jalan  Lajur  Median  Pagar 
bagi  lalu lintas  akses  sebidang   jal ur 
Minimum 
minimum 

Jalan 
Terkontrol Tidak ada 2 lajur  per  3,50 m Median Pagar 
Bebas 
Umum,  penuh arah  per lajur  Rumija
Hambatan 
menerus,
 berjarak  jauh
Jalan  2 lajur  per  3,50 m
Terbatas Ada Median -
Raya  arah  per lajur 

2 lajur 
Jalan  Umum, Jalur Min
Tidak diatur  Ada untuk 2 - -
Sedang   berjarak sedang 7,00 m
arah

Sejarah Perkemb  Jala  Raya di Indonesia 10


Spesifikasi  Jalan 
Lebar 
Kelas  Jumlah 
Diperuntukkan  Pengendalian  Persimpangan  lajur  atau 
Jalan  Lajur  M edian  Pagar 
bagi  lalu lintas  akses  sebidang   jalur 
Minimum 
minimum 
2 lajur 
Jalan  Umum, Tidak diatur  Ada Jalur Min - -
untuk 2
Kecil  setempat 5,50 m
arah

Pengaturan Kelas Jalan  oleh  Pemerintah 


Ketentuan lebih lanjut mengenai  pengelompokan kelas  jalan sudah diatur  oleh
 pemerintah. Tata cara pengaturan kelas jalan ini terdapat di dalam perundang-undangan, yaitu
 pada UU No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Ini terdapat pada bagian
kedua mengenai ruang lalu lintas, paragraf satu, pasal 19 dan pasal 20 yang berbunyi:
 Pasal  19
1) Jalan dikelompokkan dalam beberapa kelas berdasarkan:
a. Fungsi dan intensitas Lalu Lintas guna kepentingan pengaturan penggunaan Jalan dan
Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan
 b. Daya dukung untuk  menerima muatan sumbu terberat dan dimensi Kendaraan
Bermotor.
2) Pengelompokan Jalan menurut kelas Jalan sebagaimana dimaksud  pada ayat (1) terdiri
atas:
a. Jalan kelas I, yaitu  jalan arteri dan kolektor  yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor 
dengan ukuran lebar  tidak  melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran
 panjang tidak  melebihi 18.000 (delapan  belas ribu) milimeter, ukuran  paling tinggi
4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 10 (sepuluh) ton;
 b. Jalan kelas II, yaitu  jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui
Kendaraan Bermotor  dengan ukuran lebar  tidak  melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus)
milimeter, ukuran  panjang tidak  melebihi 12.000 (dua  belas ribu) milimeter, ukuran
 paling tinggi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8
(delapan) ton;
c. Jalan kelas III, yaitu  jalan arteri, kolektor, lokal, dan lingkungan yang dapat dilalui
Kendaraan Bermotor  dengan ukuran lebar  tidak  melebihi 2.100 (dua ribu seratus)
milimeter, ukuran  panjang tidak  melebihi 9.000 (sembilan ribu) milimeter, ukuran
 paling tinggi 3.500 (tiga ribu lima ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat 8
(delapan) ton;

11
d. Jalan kelas khusus, yaitu  jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor  dengan
ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran  panjang melebihi
18.000 (delapan  belas ribu) milimeter, ukuran  paling tinggi 4.200 (empat ribu dua
ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 (sepuluh) ton.
3) Dalam keadaan tertentu daya dukung jalan kelas III sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c dapat ditetapkan muatan sumbu terberat kurang dari 8 (delapan) ton.
4) Kelas  jalan  berdasarkan spesifikasi  penyediaan  prasarana  jalan diatur  sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang jalan.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jalan kelas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d diatur dengan peraturan pemerintah.

 Pasal 20
1) Penetapan kelas jalan pada setiap ruas jalan dilakukan oleh:
a.  pemerintah, untuk  jalan nasional;
 b.  pemerintah provinsi, untuk  jalan provinsi;
c.  pemerintah kabupaten, untuk  jalan kabupaten; atau
d.  pemerintah kota, untuk  jalan kota.
2) Kelas jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelompokan kelas jalan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 dan tata cara penetapan kelas jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diatur dengan peraturan pemerintah.
Daftar Pustaka

Referensi
Siregar, M. L. (2010). Fungsi dan Peranan Jalan Klasifikasi Jalan. Kuliah II  Mata Ajaran
Teknik  Jalan Raya. Depok: Departemen Teknik Sipil, FTUI.
Soedarsono. (1993). Sejarah dan Fungsi Jalan. Dalam Soedarsono, Konstruksi Jalan Raya
(hal. 1-9). Jakarta: Badan Penerbit Departemen Pekerjaan Umum.
Toer, P. A. (2005). Dari Lentera Dipantara. Dalam P. A. Toer, Jalan Raya Pos, Jalan
 Daendels (hal. 5). Jakarta: Lentera Dipantara.
Wikipedia, T. (2010, Desember 28). History of  Road Transport: New construction methods in
the 18th and 19th centuries. Dipetik Februari 11, 2010, dari Wikipedia:
http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_road_transport
Wikipedia, T. (2009, November 12). Klasifikasi Jalan. Dipetik Februari 5, 2010, dari
Wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_jalan
Wikipedia, T. (2010, Februari 7). Road: Construction. Dipetik Februari 11, 2010, dari
Wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Road

Anda mungkin juga menyukai