Di susun oleh
Nama : Harri Ismunandar
Nim : 32101101050
Jurusan / Kelas : Teknik Sipil D3/ 4A
2012 / 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat allah swt. atas segala taufik dan hidayah-Nya, sehingga
Makalah ini dapat saya selesaikan tepat pada waktunya. Tujuan utama pembuatan laporan ini adalah agar lebih
memahami dan mengerti mengenai pelaksanaan dan merencanakan jalan yang hendak di bangun .Dalam
makalah ini masih banyak sekali kekurangan dan kesalahannya, maka untuk itu saya harapkan kepada pembaca
agar dapat memberikan kritik dan saran yang sifatnya membangun. Dalam pembuatan Makalah ini saya sangat
berterima kasih kepada Bapak Nizar, ST selaku dosen dalam pengajaran konstruksi pengerasan jalan, dimana
telah banyak memberikan bimbingan serta teori dalam mengenai perkerasan jalan sehingga saya dapat dengan
Tidak lupa juga saya ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada kedua orang tua saya
dan keluarga yang selalu memberikan doa dan dukungannya kepada saya dalam menjalani suka dan duka dalam
perkuliahan, khususnya pada waktu pembelajaran ini. Begitu juga dengan semua teman-teman seperjuangan
yang tidak pernah bosan-bosannya memberikan dukungan dan bantuan sehingga semuanya dapat berjalan
dengan lancar. Demikian Makalah ini saya buat agar dapat membarikan manfaat untuk kita semua.
Pontianak, 018 – 04 – 2013
Penyusun,
(………………………)
NIM : 3201101050
Daftar Isi
Kata Pengantar............................................................................................................
Daftar Pustaka............................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
3500 SM. Penemuan ini dipandang sebagai awal dari sejarah keberadaan jalan 1.J
alan
Pertama yang menggunakan perkerasan ditemukan didaerah Mesopotamia
2. Konstruksi jalan yang terdiri dari tanah asli dilapisi dengan batu kapur dan ditutup dengan b
atu bata ditemukan diantara Babilonia hingga Mesir yang diperkirakan
dibangun 2500-2568 SM oleh raja Cheope yang berfungsi untuk
mengangkut batu-batu besar dalam membangun Great Pyramid.
3. Permukan jalan yang diperkeras dari batu -batuan ini ditemukan dipulau Crate (Kereta)
Yunani Yang dibuat kurang lebih 1500 SM.
Menuju jalan modern pada masa Kekaisaran Romawi yang mengalami kejayaan dalam memban
gunjalan pada tahun 753 476 SM.
Hal tersebut berdasarkan atas berbagai penemuan antara lain :
a. Penemuan danau aspal Trinidad oleh Sir Walter Religh Tahun 1595, dimana dengan bahan temu
an
b. Pierre Marie Jereme Tresaquet dari Perancis memperkenalkan konstruksi jalan dari
batu pecah padaperiode th1718-1796.
d. Tahun 1815 Jhon london Mc adams memperkenakan prinsip tumpang tindih atau konstr
uksi Makadam.
DASAR TEORI
2
Sumber: Wikimedia (Koleksi Museum Tropen)
Gambar-1. Suasana Jalan Raya Pos di
Kampung Cibabat, Jawa Timur.
1
Toer, P. A. (2005). Dari Lentera Dipantara. Dalam P. A. Toer, Jalan Raya Pos, Jalan
2
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/2/2a/COLLECTIE_TROPENMUSEUM_De_Groot
e_Postweg_bij_Kampong_Tjibabat_West-Java_TMnr_10007756.jpg
Sejarah Perkembangan Jalan Raya di Indonesia 2
3
Sumber: Wikimedia
Gambar-2. Jalur Jalan Raya Pos (De Groote Postweg) saat dibangun pada tahun 1809.
Tidak banyak literatur yang menulis secara rinci sejarah pembuatan berikut spesifikasi
teknis Jalan Raya Pos. Akan tetapi bila menilik dari fungsi dan waktu pembuatan, dapat
diperkirakan jalan tersebut menggunakan metode Telford-Macadam atau paling tidak
mendekati teknik tersebut. Metode tersebut ditemukan pada akhir abad ke-18 di Eropa.
Beberapa literatur menyatakan, jalan ini dibangun tanpa perencanaan yang terlalu teknis, baik
secara geometris maupun metode perkerasan yang akan digunakan.
Thomas Telford (1757-1834) yang berkebangsaan Inggris menciptakan konstruksi
perkerasan jalan dengan menggunakan prinsip berdesak-desakannya batu seperti pada
jembatan lengkung karena ia memang ahli jembatan lengkung dari batu. Kemiripan jalan
yang ia rancang dengan jembatan lengkung adalah penampang jalan bila dilihat secara
melintang. Saat jalan (lengkungan) menerima beban, maka konstruksi lengkung (seolah)
melendut searah gaya/beban. Saat itu terjadi, batu-batu menjadi terdesak dan saling merapat
sehingga konstruksi menjadi lebih kokoh. Namun, perkerasan ini dirasakan kurang praktis
dan memakan waktu yang cukup banyak karena batu-batu yang digunakan harus disusun
dengan tangan satu per-satu.
3
http://upload.wikimedia.org/wikipedia/commons/thumb/f/f7/Java_Great_Post_Road.svg/2000px-
Java_Great_Post_Road.svg.png
Sejarah Perkembangan Jalan Raya di Indonesia 3
berukuran 3 — dan batu dengan ukuran terkecil berada di permukaan perkerasan. McAdam
juga membuat permukaan jalan lebih tinggi dari lingkungan sekelilingnya, sehingga air dapat
mengalir dan tidak merusak permukaan jalan. Keunggulan perkerasan jalan metode ini
adalah dapat dibuat dengan bantuan dengan mesin sehingga metode ini dianggap sangat
berhasil. Kedua metode perkerasan tersebut selanjutnya lazim digunakan bersamaan pada
sebuah konstruksi jalan raya. Oleh karena itu, kemudian dikenal metode perkerasan jalan
Telford-Macadam seperti tersebut di atas. Kata Macadam berasal dari nama McAdam.
Sejarah Perkembangan Jalan Raya di Indonesia 4
Pada awal abad ke-20 saat kendaraan bermotor mulai banyak dimiliki masyarakat, timbul
pemikiran untuk membangun jalan raya yang lebih menyamankan dan aman. Kendaraan
dengan mesin yang dapat melaju lebih kencang memberikan guncangan yang lebih keras dan
ini sangat tidak nyaman bagi para pengendara saat berjalan pada jalan raya yang ada, hal ini
yang kemudian melahirkan metode perkerasan baru. Di Barat, konstruksi jalan raya telah
dikaji secara mendalam dimana mereka mulai memperhatikan seperti:
1) perhitungan tebal perkerasan;
2) konstruksi perkerasan dan lapisan penutup;
3) perencanaan geometris.
Teknologi ini segera menyebar ke seluruh dunia bersamaan dengan penjajahan maupun
kolonialisme yang terjadi di sebagian besar wilayah dunia, termasuk Indonesia di bawah
penjajahan Belanda. Bentuk konstruksi perkerasan jalan raya yang lazim bahkan hingga saat
ini adalah seperti gambar di bawah ini.
A1
A2
B1
B2
C
Keterangan:
A : Lapisan Penutup/Aspalan
A1 : Lapisan Penutup (Surface)
A2 : Lapisan Pengikat (Binder)
B : Perkerasan
B1 : Perkerasan Atas (Base)
B2 : Perkerasan Bawah (Sub-Base)
C : Tanah Dasar (Sub-Grade)
Sejarah Perkembangan Jalan Raya di Indonesia 5
(statisch onbepaald) bertingkat banyak. Perbedaan kondisi tersebut dengan konstruksi statis
tertentu — misalnya pada jembatan gelagar
— adalah:
a) pada konstruksi statis tertentu pembagian kekuatan-kekuatan (momen-momen dan gaya-
gaya) dari muatan pada bagian-bagian konstruksi dan pandemen tidak bergantung pada
kekuatan dan ukuran (E dan I) bagian/batang konstruksi tersebut, sehingga perhitungan
menjadi lebih sederhana; sementara
b) pada konstruksi statis tidak tertentu pembagian kekuatan dari muatan pada bagian
konstruksi dan pandemen tergantung pada kekuatan dan ukuran (E dan I) dari bagian
konstruksi tersebut, sehingga perhitungan menjadi rumit.
Sumber: Wikipedia
Gambar-5. Contoh potongan melintang
perkerasan jalan tipikal di Amerika Serikat
Sejarah Perkembangan Jalan Raya di Indonesia 6
Tahap ke-3 : mengembangkan rumus-rumus teoretis tersebut di atas dengan percobaan
yang intensif di laboratorium sehingga menghasilkan rumus/persamaan
analitis yang dilengkapi dengan rumus empiris laboratorium.
Pada tahun 1980-an diperkenalkan perkerasan jalan dengan aspal emulsi dan butas, tetapi
dalam pelaksanaan atau pemakaian aspal butas terdapat permasalahan dalam hal variasi kadar
aspalnya yang kemudian disempurnakan pada tahun 1990 dengan teknologi beton mastik.
Perkembangan konstruksi perkerasan jalan menggunakan aspal panas (hot mix) mulai
berkembang di Indonesia pada tahun 1975, kemudian disusul dengan jenis yang lain seperti
aspal beton (asphalt concrete/AC) dan lain-lain. Teknik-teknik tersebut kebanyakan hanya
mengembangkan jenis lapisan penutup tempat dimana muatan/beban langsung
bersinggungan. Perkembangan dan inovasi tersebut dilakukan demi menjaga keamanan dan
kenyamanan pengguna jalan sekaligus diharapkan dapat mereduksi biaya pembuatan maupun
perawatan (maintenance).
Konstruksi perkerasan menggunakan semen sebagai bahan pengikat telah ditemukan
pada tahun 1828 di London tetapi konstruksi perkerasan ini baru mulai berkembang pada
awal 1900-an. Konstruksi perkerasan menggunakan semen atau concrete pavement mulai
dipergunakan di Indonesia secara besar-besaran pada awal tahun 1970 yaitu pada
pembangunan Jalan Tol Prof. Sediyatmo. Metode ini selain menghasilkan jalan yang relatif
tahan terhadap air — musuh utama aspal — juga dapat dikerjakan dalam waktu yang cukup
singkat.
Secara umum perkembangan konstruksi perkerasan di Indonesia mulai berkembang pesat
sejak tahun 1970 dimana mulai diperkenalkannya pembangunan perkerasan jalan sesuai
dengan fungsinya. Sementara perencanaan geometrik jalan seperti sekarang ini baru dikenal
sekitar pertengahan tahun 1960 dan baru berkembang dengan cukup pesat sejak tahun 1980.
Klasifikasi Jalan: Kelas dan Fungsi Jalan
Dalam perkembangannya pada abad ke-21 ini, jalan tidak hanya dipandang sebagai
prasarana distribusi dan komunikasi. Jalan memiliki andil yang sangat besar dalam
mengantarkan manusia ke keadaan yang kita sebut era modern ini. Studi khusus mengenai
jalan berikut perlindungannya diatur dalam peraturan-peraturan maupun perundang-undangan
resmi pemerintahan sehingga dapat berfungsi sebagaimana mestinya.
Jalan-jalan yang ada, tentu saja tidak memiliki fungsi dan spesifikasi yang sama antara
jalan yang satu dengan yang lainnya. Masing-masing memiliki fungsi dan spesifikasi
tersendiri. Tiap jalan diklasifikasi menurut ketentuan klasifikasi tertentu.
Sejarah Perkembangan Jalan Raya di Indonesia 7
Berikut Tabel Pengelompokan Kelas Jalan berdasarkan seluruh klasifikasi.
Sejarah Perkembangan Jalan Raya di Indonesia 8
Sistem Jaringan Jalan Sekunder: Sistem jaringan yang berperan melayani distribusi
barang dan jasa untuk masyarakat di kawasan perkotaan.
Berikut tabel pengelompokannya:
Dimensi maksimum dan MST kendaraan bermotor yang
harus mampu ditampung
Kelas Jalan Fungsi Jalan
Lebar Panjang Tinggi MST
(mm) (mm) (mm) Ton
Draft RUU final tentang LALU-LINTAS dan ANGKUTAN-JALAN ps. 19 (Mei 2009)
Arteri dan
I 2.500 18.000 4.200 10
Kolektor
Melebihi Melebihi
Khusus Arteri 4.200 Melebihi 10
2.500 12.000
Catatan:
*Dalam keadaan tertentu daya dukung jalan (MST) kelas III dapat ditetapkan lebih
rendah dari 8 ton (ps 19 ayat (3) RUU LL & AJ.
Jalan Arteri: Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan utama yang memiliki ciri
perjalanan jarak jauh, kecepatan rata-rata tinggi dan jumlah jalan masuk dibatasi
secara berdaya guna.
Jalan Kolektor: Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan pengumpul dengan
ciri perjalanan jarak sedang, kecepatan rata-rata sedang dan jumlah jalan masuk
dibatasi.
Jalan Lokal: Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri
perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah dan jumlah jalan tidak dibatasi.
Jalan Lingkungan: Jalan umum yang berfungsi melayani angkutan lingkungan dengan
ciri perjalanan jarak dekat, dan kecepatan rata-rata rendah.
Berikut tabel pengelompokannya
Spesifikasi Jalan
Lebar
Kelas Jumlah
Diperuntukkan Pengendalian Persimpangan lajur atau
Jalan Lajur Median Pagar
bagi lalu lintas akses sebidang jal ur
Minimum
minimum
Jalan
Terkontrol Tidak ada 2 lajur per 3,50 m Median Pagar
Bebas
Umum, penuh arah per lajur Rumija
Hambatan
menerus,
berjarak jauh
Jalan 2 lajur per 3,50 m
Terbatas Ada Median -
Raya arah per lajur
2 lajur
Jalan Umum, Jalur Min
Tidak diatur Ada untuk 2 - -
Sedang berjarak sedang 7,00 m
arah
11
d. Jalan kelas khusus, yaitu jalan arteri yang dapat dilalui Kendaraan Bermotor dengan
ukuran lebar melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter, ukuran panjang melebihi
18.000 (delapan belas ribu) milimeter, ukuran paling tinggi 4.200 (empat ribu dua
ratus) milimeter, dan muatan sumbu terberat lebih dari 10 (sepuluh) ton.
3) Dalam keadaan tertentu daya dukung jalan kelas III sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf c dapat ditetapkan muatan sumbu terberat kurang dari 8 (delapan) ton.
4) Kelas jalan berdasarkan spesifikasi penyediaan prasarana jalan diatur sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang jalan.
5) Ketentuan lebih lanjut mengenai jalan kelas khusus sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf d diatur dengan peraturan pemerintah.
Pasal 20
1) Penetapan kelas jalan pada setiap ruas jalan dilakukan oleh:
a. pemerintah, untuk jalan nasional;
b. pemerintah provinsi, untuk jalan provinsi;
c. pemerintah kabupaten, untuk jalan kabupaten; atau
d. pemerintah kota, untuk jalan kota.
2) Kelas jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dinyatakan dengan Rambu Lalu Lintas.
3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pengelompokan kelas jalan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 19 dan tata cara penetapan kelas jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) diatur dengan peraturan pemerintah.
Daftar Pustaka
Referensi
Siregar, M. L. (2010). Fungsi dan Peranan Jalan Klasifikasi Jalan. Kuliah II Mata Ajaran
Teknik Jalan Raya. Depok: Departemen Teknik Sipil, FTUI.
Soedarsono. (1993). Sejarah dan Fungsi Jalan. Dalam Soedarsono, Konstruksi Jalan Raya
(hal. 1-9). Jakarta: Badan Penerbit Departemen Pekerjaan Umum.
Toer, P. A. (2005). Dari Lentera Dipantara. Dalam P. A. Toer, Jalan Raya Pos, Jalan
Daendels (hal. 5). Jakarta: Lentera Dipantara.
Wikipedia, T. (2010, Desember 28). History of Road Transport: New construction methods in
the 18th and 19th centuries. Dipetik Februari 11, 2010, dari Wikipedia:
http://en.wikipedia.org/wiki/History_of_road_transport
Wikipedia, T. (2009, November 12). Klasifikasi Jalan. Dipetik Februari 5, 2010, dari
Wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Klasifikasi_jalan
Wikipedia, T. (2010, Februari 7). Road: Construction. Dipetik Februari 11, 2010, dari
Wikipedia: http://en.wikipedia.org/wiki/Road