Anda di halaman 1dari 16

BAB VIII

KLASIFIKASI TANAH
Oleh Budi Utomo
Settaf Pengajar Geografi Univ. PGRI Palembang

Tujuan
Setelah mengikuti pembelajaran secara rinci mahasiswa diharapkan mampu
memahami sistem klasifikasi tanah PPT (Pusat Penelitian Tanah) Bogor, USDA
(United StatesDepartment of Agriculture) dan FAO/UNESCO .
Deskripsi
Bab ini berisi tenang sistem klasifikasi tanah PPT (Pusat Penelitian Tanah)
Bogor, USDA (United States Department of Agriculture) dan FAO/UNESCO .

A. HAKEKAT KLASIFIKASI
Klasifikasi tanah : pengelompokan tanah berdasarkan sifat dan
karakteristiknya. Tujuan klasifikasi tanah :
1. Mengorganisasi (menata) pengetahuan tentang tanah.
2. Mengetahui hubungan masing-masing individu tanah
3. Memudahkan mengingat sifat-sifat tanah
4. Mengelompokkan tanah untuk tujuan yang lebih praktis
Jenis klasifikasi tanah secara garis besar dibedakan menjadi dua, yaitu :
1. Klasifikasi Tanah Alami : klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat
tanah yang dimilikinya tanpa menghubungkannya dengan tujuan
penggunaan tanah tersebut.
2. Klasifikasi Tanah Teknis : klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat-
sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan tanah untuk penggunaan
tertentu. Contoh untuk kesesuain tanah untuk penggunaan tertentu.
Dalam penyusunan suatu klasifikasi tanah biasanya, digunakan beberapa
ketentuan atau asas yang digunakan sebagai dasar. Hardjowigeno (1993)
menyatakan ada beberapa asas yang digunakan dalam klasifikasi tanah yaitu :
a. Asas genetik (genetic principle)

117
Dalam asas genetik ini, sifat tanah pembeda adalah sifat yang terbentuk
sebagai hasil dari protes pembentukan tanah atau sifat-sifat yang mempengaruhi
pembentukan tanah.
b. Asas sifat pembeda makin bertambah (Principle of accumulating ifferentia)
Dalam asas ini sifat-sifat tanah pembeda semakin bertambah semakin
mendekati kategori yang lebih rendah. Oleh karena itu, pada kategori rendah tanah
tidak hanya dibedakan berdasar sifat-sifat tanah pembeda, tetapi juga digunakan
pembeda yang lebih tinggi.
c. Asas menyeluruh kategori taksonomi (Principle of wholeness of taxonomic
categories)
Setiap individu tanah harus diklasifikasikan pada masing-masing kategori
berdasarkan atas sifat-sifat tanah pembeda yang telah dipilih untuk kategori
tersebut. Setiap sifat pembeda yang telah dipilih harus dapat mengklasifikasikan
semua individu populasi tersebut.
d. Pembatas asas bebas (Ciling of independence principle)
Sifat tanah yang digunakan sebagai pembeda untuk tanah tingkat kategori
tanah, tidak dapat digunakan tapi sebagai faktor pembeda untuk kategori yang
lebih rendah.
B. PPT (PUSAT PENELITIAN TANAH) BOGOR
Sistem klasifikasi tanah dari PPT (Pusat Penelitian Tanah) Bogor yang telah
banyak dikenal di Indonesia adalah Sistem Dudal-Soepraptohardjo (1957). Sistem
ini disusun oleh Dudal (seorang ahli survei dan klasifikasi tanah dari Belgia yang
menganut sistem USDA, diperbantukan pada PPT mulai tahun 1950), dan
Soepraptohardjo (Pimpinan Bagian Pemetaan Tanah PPT Bogor). Selanjutnya
Sistem DS (1957) disempurnakan lagi dengan dikenalnya sistem FAO/UNESCO
(1974) dan sistem Taksonomi Tanah (1975). Perubahan tersebut terutama
menyangkut definisi jenis-jenis tanah dan macam tanah. Dengan perubahan
definisi tersebut maka disamping nama-nama tanah lama yang tetap dipertahankan
dikemukakan nama baru yang kebanyakan mirip dengan nama-nama tanah dari
FAO/UNESCO, sedang horison penciri seeprti yang dikemukakan oleh USDA
ataupun oleh FAO/UNESCO.

118
Sistem klasifikasi tanah ini, menggunakan 6 kategori yaitu Golongan (Ordo),
Kumpulan (Sub-ordo), Jenis (Great soil group), Macam (Sub group), Rupa
(Famili), dan Seri (Series). Pada kategori golongan dan kumpulan, tanah
dibedakan atas dasar tingkat perkembangan dan susunan horison tanah.
Pemberian nama tanah baru mulai pada kategori Jenis tanah, sehingga nama-nama
tanah pada kategori golongan dan kumpulan tidak dikenal. Pada kategori rendah
(rupa dan seri) penciri utamanya adalah tekstur dan drainase tanah. Salah satu
contoh nama tanah :
Golongan : Dengan perkembangan profil.
Kumpulan : Horison ABC.
Jenis tanah : Latosol.
Macam tanah : Latosol Humic.
Rupa : Latosol Humic, tekstur halus, drainase baik.
Seri : Bogor.
Jenis-jenis Tanah Menurut Sistem Pusat Penelitian Tanah
Nama-nama tanah dalam tingkat jenis dan macam tanah dalam sistem Pusat
Penelitian Tanah yang disempurnakan sangat mirip dengan sistem
FAO/UNESCO. Walapun demikian nama-nama lama yang sudah terkenal tetap
dipertahankan, tetapi menggunakan definisi-definisi baru.
Nama-nama tanah dan definisnya yang disederhanakan :
1) Organosol : Tanah organik (gambut yang tebalnya lebih dari 50 cm.
2) Litosol : Tanah mineral yang tebalnya 20 cm atau kurang. Di bawahnya
terdapat batuan keras yang padu.
3) Rendzina : Tanah dengan epipedon mollik (warna gelap, kandungan bahan
organik lebih 1 %, kejenuhan basa lebih 50 %, dibawahnya terdiri dari batuan
kapur.
4) Grumusol : Tanah dengan kadar liat lebih dari 30 % bersifat mengembang
dan mengkerut. Kalau musim kering tanah keras dan retak-retak karena
mengkerut, kalau basah lengket (mengembang).

119
Tabel 8.1. Padanan nama Tanah menurut berbagai Sistem Klasifikasi
(disederhanakan)

5) Gleisol : Tanah yang selalu jenuh air sehingga berwarna kelabu atau
menunjukkan sifat-sifat hidromorfik lain.
6) Aluvial : Tanah berasal dari endapan baru, berlapis-lapis, bahan organik
jumlahnya berubah tidak teratur dengan kedalaman. Hanya terdapat
epipedon ochrik, histik atau sulfurik, kandungan pasir kurang dari 60 %.
7) Arenosol : Tanah berstektur kasar dari bahan albik yang terdapat pada
kedalaman sekurang-kurangnya 50 cm dari permukaan atau memperlihatkan

120
ciri-ciri mirip horison argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi
syarat karena tekstur teralu kasar. Tidak mempunyai horison penciri kecuali
epipedon ochrik.
8) Andosol : Tanah-tanah yang umumnya berwarna hitam (epipedon mollik
atau umbrik dan mempunyai horison kambik; bulk density) kerapatan lindak
kurang dari 0.85 gr/cm3; banyak mengandung bahan amorf, atau lebih dari 60
% terdiri dari abu vuklanik vitrik, cinders, atau bahan pryroklasik lain.
9) Latosol : Tanah dengan kadar liat lebih dari 60 %, remah sampai gumpal,
gembur, warna seragam dengan batas-batas horison yang kabur, solum dalam
(lebih dari 150 cm),kejenuhan basa kurang dari 50 %, umumnya
mempunyai epipedon umbrik dan horison kambik.
10) Brunizem : Seperti Latosol, tetapi kejenuhan basa lebih dari 50 %.
11) Kambisol : Tanah dengan horison kambik, atau epipedon umbrik, atau
mollik. Tidak ada gejala-gejala hidromorfik (pengaruh air).
12) Nitosol : Tanah dengan penumbunan liat (horison argilik). Dari horison
penimbunan liat maksimum ke horison-horison dibawahnya, kadar liat kurang
dari 20 %. Mempunyai sifat ortosik (Kapasitas Tukar Kation kurang dari 24
me/100 gr liat).
13) Podsolik : Tanah dengan horison penimbunan liat (horison argilik), dan
kejenuhan basa kurang dari 50 %. Tidak mempunyai horison albik.
14) Mediteran : Seperti tanah Podsolik mempunyai horison argilik tetapi
kejenuhan basa lebih dari 50 %.
15) Planosol : Tanah dengan horison albik yang terletak di atas horison dengan
permeabilitas lambat (misalnya horison argilik atau natrik yang
memperlihatkan perubahan tekstur nyata, adanya liat berat atau
pragipan, dan memperlihatkan ciri-ciri hidromorfik sekurang-kurangnya pada
sebagaian dari horison albik.
16) Podsol : Tanah hosison penimbunan besi, Al oksida dan bahan oraganik (=
horison spodik). Mempunyai horison albik.
17) Oksisol : Tanah dengan pelapukan lanjut dan mempunyai horison oksik,
yaitu horison dengan kandungan mineral mudah lapuk rendah, fraksi liat

121
dengan aktifitas rendah, Kapasitas Tukar Kation rendah (kurang dari 16
me/100 gr liat). Tanah ini juga mempunyai batas-batas horison yang tidak
jelas.
C. KLASIFIKASI TANAH SISEM USDA (UNITED STATES
DEPARTMENT OF AGRICULTURE)
Salah satu sistem klasifikasi tanah yang telah dikembangkan Amerika Serikat
dikenal dengan nama: Soil Taxonomy (USDA, 1975; Soil Survey Satff, 1999;
2003). Sistem klasifikasi ini menggunakan enam (6) kateori, yaitu:
1. Ordo (Order)
2. Subordo (Sub-Order)
3. Grup (Great group)
4. Sub-grup (Subgroup)
5. Famili (Family)
6. Seri.
Ciri Pembeda Setiap Kategori:
Kategori Ordo Tanah:
Ordo tanah dibedakan berdasarkan ada tidaknya horison penciri serta jenis
(sifat) dari horison penciri tersebut. Sebagai contoh: suatu tanah yang memiliki
horison argilik dan berkejenuhan basa lebih besar dari 35% termasuk ordo Alfisol.
Sedangkan tanah lain yang memiliki horison argilik tetapi berkejenuhan basa
kurang dari 35% termasuk ordo Ultisol. Contoh tata nama tanah kategori Ordo:
Ultisol. (Keterangan: tanah memiliki horison argilik dan berkejenuhan basa
kurang dari 35% serta telah mengalami perkembangan tanah tingkat akhir =
Ultus). Nama ordo tanah Ultisol pada tata nama untuk kategori sub ordo akan
digunakan singkatan dari nama ordo tersebut, yaitu: Ult merupakan singkatan dari
ordo Ultisol).
Kategori Sub-ordo Tanah:
Sub-ordo tanah dibedakan berdasarkan perbedaan genetik tanah, misalnya:
ada tidaknya sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan pengaruh: (1) air, (2)
regim kelembaban, (3) bahan iduk utama, dan (4) vegetasi. Sedangkan pembeda
sub-ordo untuk tanah ordo histosol (tanah organik) adalah tingkat pelapukan dari

122
bahan organik pembentuknya: fibris, hemis, dan safris.
Contoh tata nama tanah kategori Sub Ordo: Udult. (Keterangan: tanah berordo
Ultisol yang memiliki regim kelembaban yang selalu lembab dan tidak pernah
kering yang disebut: Udus, sehingga digunakan singkatan kata penciri
kelembaban ini yaitu: Ud. Kata Ud ditambahkan pada nama Ordo tanahUltisol
yang telah disingkat Ult, menjadi kata untuk tata nama kategori sub-ordo, yaitu:
Udult).
Kategori Great Group Tanah:
Great Group tanah dibedakan berdasarkan perbedaan: (1) jenis, (2) tingkat
perkembangan, (3) susunan horison, (4) kejenuhan basa, (5) regi suhu, dan (6)
kelembaban, serta (7) ada tidaknya lapisan-lapisan penciri lain, seperti: plinthite,
fragipan, dan duripan. Contoh tata nama tanah kategori Great Group: Fragiudult.
(Keterangan: tanah tersebut memiliki lapisan padas yang rapuh yang disebut
Fragipan, sehingga ditambahkan singkatan kata dari Fragipan, yaitu: Fragi. Kata
Fragi ditambahkan pada Sub Ordo: Udult, menjadi kata untuk tata nama kategori
great group, yaitu: Fragiudult)
Kategori Sub Group Tanah:
Sub Group tanah dibedakan berdasarkan: (1) sifat inti dari great group dan
diberi nama Typic, (2) sifat-sifat tanah peralihan ke: (a) great group lain, (b) sub
ordo lain, dan (c) ordo lain, serta (d) ke bukan tanah. Contoh tata nama tanah
kategori Sub Group: Aquic Fragiudult. (keterangan: tanah tersebut memiliki sifat
peralihan ke sub ordo Aquult karena kadang-kadang adanya pengaruh air,
sehingga termasuk sub group Aquic). Kategori Famili Tanah: Famili tanah
dibedakan berdasarkan sifat-sifat tanah yang penting untuk pertanian dan atau
engineering, meliputi sifat tanah: (1) sebaran besar butir, (2) susunan mineral liat,
(3) regim temperatur pada kedalaman 50 cm.Contoh tata nama tanah pada
kategori Famili: Aquic Fragiudult, berliat halus, kaolinitik, isohipertermik.
(keterangan: Penciri Famili dari tanah ini adalah: (1) susunan besar butir adalah
berliat halus, (2) susunan mineral liat adalah didominasi oleh mineral liat kaolinit,
(3) regim temperatur adalah isohipertermik, yaitu suhu tanah lebih dari 22 derajat

123
celsius dengan perbedaan suhu tanah musim panas dengan musim dingin kurang
dari 5 derajat celsius).
Kategori Seri Tanah:
Seri tanah dibedakan berdasarkan: (1) jenis dan susunan horison, (2) warna,
(3) tekstur, (4) struktur, (5) konsistensi, (6) reaksi tanah dari masing-masing
horison, (7) sifat-sifat kimia tanah lainnya, dan (8) sifat-sifat mineral dari masing-
masing horison. Penetapan pertama kali kategori Seri tanah dapat digunakan nama
lokasi tersebut sebagai penciri seri. Contoh tata nama tanah pada kategori Seri:
Aquic Fragiudult, berliat halus, kaolinitik, isohipertermik, Sitiung.
(Keterangan: Sitiung merupakan lokasi pertama kali ditemukan tanah pada
kategori Seri tersebut).
Sistem klasifikasi tanah ini berbeda dengan sistem yang sudah ada
sebelumnya. Sistem klasifikasi ini memiliki keistimewaan terutama dalam hal:
1. Penamaan atau Tata Nama atau cara penamaan.
2. Definisi-definisi horison penciri.
3. Beberapa sifat penciri lainnya.Sistem klasifikasi tanah terbaru ini
memberikan Penamaan Tanah berdasarkan sifat utama dari tanah tersebut.
Menurut Hardjowigeno (1992) terdapat 10 ordo tanah dalam sistem
Taksonomi Tanah USDA 1975 dengan disertai singkatan nama ordo tersebut,
adalah sebagai berikiut:
1. Alfisol --> disingkat: Alf
2. Aridisol --> disingkat: Id
3. Entisol --> disingkat: Ent
4. Histosol --> disingkat: Ist
5. Inceptisol --> disingkat: Ept
6. Mollisol --> disingkat: Oll
7. Oxisol --> disingkat: Ox
8. Spodosol --> disingkat: Od
9. Ultisol --> disingkat: Ult
10. Vertisol --> disingkat: Ert

124
Selanjutnya, sistem klasifikasi tanah ini telah berkembang dari 10 ordo pata
tahun 1975 menjadi 12 ordo tahun 2003 (Rayes, 2007). Kedua-belas ordo tersebut
dibedakan berdasarkan:
(1)ada atau tidaknya horison penciri,
(2)jenis horison penciri, dan
(3)sifat-sifat tanah lain yang merupakan hasil dari proses pembentukan tanah,
meliputi:
3.1 penciri khusus, dan
3.2 penciri lainnya.
Horizon Penciri terdiri dari dua bagian:
(a) horizon atas (permukaan) atau epipedon, dan
(b)horizon bawah atau endopedon.
Epipedon atau horison atas / permukaan penciri dibedakan dalam 8 kategori
(Soil Survey Staff, 2003), yaitu:
(a) epipedon mollik,
(b)epipedon umbrik,
(c) epipedon okrik,
(d)epipedon histik,
(e) epipedon melanik,
(f) epipedon anthropik,
(g)epipedon folistik, dan
(h)epipedon plagen.
Endopedon atau horizon bawah penciri dibedakan menjadi 13 (Soil Survey
Satff, 2003), yiatu:
(a) horizon argilik,
(b)horizon kambik,
(c) horizon kandik,
(d)horizon kalsik,
(e) horizon oksik,
(f) horison gipsik,
(g)horizon petrokalsik,

125
(h)horizon natrik,
(i) horizon plakik,
(j) horizon spodik,
(k)horizon sulfuric,
(l) horizon albik.
Beberapa Sifat Penciri Khusus, adalah:
(a) konkresi,
(b)padas (pan),
(c) fraipan, (duripan),
(d)Plintit,
(e) slickenside,
(f) selaput liat,
(g)kontak litik,
(h)kontak paralithik.
Beberapa Sifat Penciri Lain, adalah:
(a) rezim suhu tanah,
(b)rezim lengas tanah, dan
(c) sifat-sifat tanah Andik.
Rezim suhu tanah dibedakan dalam 3 kategori, yaitu:
(a) mesic: merupakan suhu tanah rata-rata tahunan 8oC s/d 15oC.
(b)thermic: merupakan suhu tanah rata-rata tahunan 15oC s/d 22oC.
(c) hyperthermic: merupakan suhu tanah rata-rata tahunan > 22oC.
Istilah iso (iso-mesic, iso-thermic, iso-hyperthermic) digunakan untuk
menunjukkan perbedaan suhu tanah rata-rata musim panas dan musim dingin <
6oC).
Rezim lengas tanah dibedakan dalam 4 kategori, yaitu: (a) aquic: tanah
hampir selalu jenuh air, sehingga terjadi reduksi dan ditunjukkan oleh adanya
karatan dengan chroma rendah (chroma < 2 dan value < 4). (b) perudic: curah
hujan setiap bulan selalu melebihi evapotranspirasi. (c) udic: tanah tidak pernah
kering selama 90 hari (kumulatif) setiap tahunnya. (d) ustic: tanah setiap tahunnya

126
kering lebih dari 90 hari (kumulatif) tetapi kurang dari 180 hari. Pengertian 10
ordo tanah menurut Hardjowigeno (1992) adalah sebagai berikut:
Alfisol:
Tanah yang termasuk ordo Alfisol merupakan tanah-tanah yang terdapat
penimbunan liat di horison bawah (terdapat horison argilik)dan mempunyai
kejenuhan basa tinggi yaitu lebih dari 35% pada kedalaman 180 cm dari
permukaan tanah. Liat yang tertimbun di horison bawah ini berasal dari horison di
atasnya dan tercuci kebawah bersama dengan gerakan air. Padanan dengan sistem
klasifikasi yang lama adalah termasuk tanah Mediteran Merah Kuning, Latosol,
kadang-kadang juga Podzolik Merah Kuning.
Aridisol:
Tanah yang termasuk ordo Aridisol merupakan tanah-tanah yang mempunyai
kelembapan tanah arid (sangat kering). Mempunyai epipedon ochrik, kadang-
kadang dengan horison penciri lain. Padanan dengan klasifikasi lama adalah
termasuk Desert Soil.
Entisol:
Tanah yang termasuk ordo Entisol merupakan tanah-tanah yang masih sangat
muda yaitu baru tingkat permulaan dalam perkembangan. Tidak ada horison
penciri lain kecuali epipedon ochrik, albik atau histik. Kata Ent berarti recent atau
baru. Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial atau
Regosol.
Histosol:
Tanah yang termasuk ordo Histosol merupakan tanah-tanah dengan
kandungan bahan organik lebih dari 20% (untuk tanah bertekstur pasir) atau lebih
dari 30% (untuk tanah bertekstur liat). Lapisan yang mengandung bahan organik
tinggi tersebut tebalnya lebih dari 40 cm. Kata Histos berarti jaringan tanaman.
Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Organik atau
Organosol.
Inceptisol:
Tanah yang termasuk ordo Inceptisol merupakan tanah muda, tetapi lebih
berkembang daripada Entisol. Kata Inceptisol berasal dari kata Inceptum yang

127
berarti permulaan. Umumnya mempunyai horison kambik. Tanah ini belum
berkembang lanjut, sehingga kebanyakan dari tanah ini cukup subur. Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Aluvial, Andosol, Regosol,
Gleihumus, dll.
Mollisol:
Tanah yang termasuk ordo Mollisol merupakan tanah dengan tebal epipedon
lebih dari 18 cm yang berwarna hitam (gelap), kandungan bahan organik lebih
dari 1%, kejenuhan basa lebih dari 50%. Agregasi tanah baik, sehingga tanah
tidak keras bila kering. Kata Mollisol berasal dari kata Mollis yang berarti lunak.
Padanan dengan sistem kalsifikasi lama adalah termasuk tanah Chernozem,
Brunize4m, Rendzina, dll.
Oxisol:
Tanah yang termasuk ordo Oxisol merupakan tanah tua sehingga mineral
mudah lapuk tinggal sedikit. Kandungan liat tinggi tetapi tidak aktif sehingga
kapasitas tukar kation (KTK) rendah, yaitu kurang dari 16 me/100 g liat. Banyak
mengandung oksida-oksida besi atau oksida Al. Berdasarkan pengamatan di
lapang, tanah ini menunjukkan batas-batas horison yang tidak jelas. Padanan
dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Latosol (Latosol Merah &
Latosol Merah Kuning), Lateritik, atau Podzolik Merah Kuning.
Spodosol:
Tanah yang termasuk ordo Spodosol merupakan tanah dengan horison bawah
terjadi penimbunan Fe dan Al-oksida dan humus (horison spodik) sedang,
dilapisan atas terdapat horison eluviasi (pencucian) yang berwarna pucat (albic).
Padanan dengan sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzol.
Ultisol:
Tanah yang termasuk ordo Ultisol merupakan tanah-tanah yang terjadi
penimbunan liat di horison bawah, bersifat masam, kejenuhan basa pada
kedalaman 180 cm dari permukaan tanah kurang dari 35%. Padanan dengan
sistem klasifikasi lama adalah termasuk tanah Podzolik Merah Kuning, Latosol,
dan Hidromorf Kelabu.
Vertisol:

128
Tanah yang termasuk ordo Vertisol merupakan tanah dengan kandungan liat
tinggi (lebih dari 30%) di seluruh horison, mempunyai sifat mengembang dan
mengkerut. Kalau kering tanah mengkerut sehingga tanah pecah-pecah dan keras.
Kalau basah mengembang dan lengket. Padanan dengan sistem klasifikasi lama
adalah termasuk tanah Grumusol atau Margalit.

D. SISITEM KLASIFIKASI FAO/UNESCO


Sistem klasifikasi tanah ini dibuat dalam rangka pembuatan peta tanah dunia
dengan skala 1 : 5.000.000. Peta tanah ini terdiri dari 12 peta tanah. Sistem ini
terdiri dari 2 kategori. Kategori pertama setara dengan great soil group, dan
kategori kedua setara dengan sub group dalam Taksonomi Tanah (USDA).
Untuk pengklasifikasian, digunakan horison-horison penciri yang sebagian
diambil dari kriteria-kriteria horison penciri pada Taksonomi Tanah dan sebagian
dari sistem klasifikasi tanah ini. Nama-nama tanah diambil dari nama-nama tanah
klasik yang sudah terkenal dari Rusia, eropa barat, Kanada, Amerika Serikat dan
beberapa nama baru yang khusus dikembangkan untuk tujuan ini. Tampaknya dari
nama-nama tanah tersebut bahwa sistem ini merupakan komromi dari berbagai
sistem dengan tujuan agar diterima oleh semua pakar di dunia.
Beberapa nama dan sifat tanah dalam kategori “great group” menurut sistem
FAO/UNESCO sebagai berikut :
1) Fluvisol : Tanah-tanah berasal dari endapan baru, hanya mempunyai
horisonpenciri ochrik, umbrik, histik atau sulfurik, bahan organik menurun
tidak teratur dengan kedalaman, berlapis-lapis.
2) Gleysol : Tanah dengan sifat-sifat hidromorfik (dipengaruhi air
sehingga berwarna kelabu, gley dan lain-lain), hanya mempunyai epipedon
ochrik, histik, horison kambik, kalsik atau gipsik.
3) Regosol : Tanah yang hanya mempunyai epipedon ochrik. Tidak
termasuk bahan endapan baru, tidak menunjukkan sifat-sifat hidromorfik,
tidak bersifat mengembang dan mengkerut, tidak didominasi bahan amorf.
Bila bertekstur pasir, tidak memenuhi syarat untuk Arenosol.

129
4) Lithosol : Tanah yang tebalnya hanya 10 cm atau kurang, di bawahnya
terdapat lapisan batuan yang padu.
5) Arenosol : Tanah dengan tekstur kasar (pasir), terdiri dari bahan albik
yang terdapat pada kedalaman 50 cm atau lebih, mempunyai sifat-sifat
sebagai horison argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi syarat
karena tekstur yang kasar tersebut. Tidak mempunyai horison penciri lain
kecuali epipedon ochrik. Tidak terdapat sifat hidromorfik, tidak berkadar
garam tinggi.
6) Rendzina : Tanah dengan epipedon mollik yang terdapat langsung di
atas batuan kapur.
7) Ranker : Tanah dengan epipedon umbrik yang tebalnya kurang dari 25
cm. Tidak ada horison penciri lain.
8) Andosol : Tanah dengan epipedon mollik atau umbrik atau ochrik dan
horison kambik, serta mempunyai bulk density kurang dari 0,85 g/cc dan
didominasi bahan amorf, atau lebih dari 60 % terdiri dari bahan vulkanik
vitrik, cinder, atau pyroklastik vitrik yang lain.
9) Vertisol : Tanah dengan kandungan liat 30 % atau lebih, mempunyai
sifat mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah menjadi keras, dan
retak-retak karena mengkerut, kalau basah mengembang dan lengket.
10) Solonet : Tanah dengan horison natrik. Tidak mempunyai horison
albik dengan sifat-sifat hidromorfik dan tidak terdapat perubahan tekstur yang
tiba-tiba.
11) Yermosol : Tanah yang terdapat di daerah beriklim arid (sangat kering),
mempunyai pipedon ochrik yang sangat lemah, dan horison kambik, argilik,
kalsik atau gipsik.
12) Xerolsol : Seperti Yermosol tetapi epipedon ochrik sedikit lebih
berkembang.
13) Kastanozem : Tanah dengan epipedon mollik berwarna coklat (kroma > 2),
tebal 15 cm atau ebih, horison kalsik atau gipsik atau horison yang banyak
mengandung bahan kapur halus.

130
14) Chernozem : Tanah dengan epipedon mollik berwarna hitam (kroma < 2)
yang tebalnya 15 cm atau lebih. Sdifat-sifat lain seperti Kastanozem.
15) Phaeozem : Tanah dengan epipedon mollik, tidak mempunyai horison
kalsik, gipsik, tidak mempunyai horison yang banyak mengandung kapur
halus.
16) Greyzem : Tanah dengan epipedon mollik yang berwarna hitam (kroma
< 2), tebal 15 cm atau lebih, terdapat selaput (bleached coating) pada
permukaan struktur tanah.
17) Cambisol : Tanah dengan horison kambik dan epipedon ochrik atau
umbrik, horison kalsik atau gipsik. Horison kambik mungkin tidak ada bila
mempunyai epipedon umbrik yang tebalnya lebih dari 25 cm.
18) Luvisol : Tanah dengan horison argillik dan mempunyai KB 50 % atau
lebih. Tidak mempunyai epipedon mollik.
19) Podzoluvisol : Tanah dengan horison argillik, dan batas horison eluviasi
dengan horison di bawahnya terputus-putus (terdapat lidah-lidah horison
eluviasi = tonguing).
20) Podsol : Tanah dengan horison spodik. Biasanya dengan horison
albik.
21) Planosol : Tanah dengan horison albik di atas horison yang mempunyai
permeabilitas lambat misalnya horison argillik atau natrik dengan perubahan
tekstur yang tiba-tiba, lapisan liat berat, atau fragipan. Menunjukkan sifat
hidromorfik paling sedikit pada sebagian horison albik.
22) Acrisol : Tanah dengan horison argillik dan mempunyai KB kurang
dari 50 %. Tidak terdapat epipedon mollik.
23) Nitosol : Tanah dengan horison argillik, dan kandungan liat tidak
menurun lebih dari 20 % pada horison-horison di daerah horison penimbunan
liat maksimum. Tidak terdapat epipedon mollik.
24) Ferrasol : Tanah dengan horison oksik, KTK (NH4Cl) lebih 1,5 me/100
g liat. Tidak terdapat epipedon umbrik.
25) Histosol : Tanah dengan epipedon histik yang tebalnya 40 cm atau
lebih.

131
Dalam tingkat sub group nama tanah terdiri dari dua patah kata seeprti halnya
sistem Taksonomi Tanah, dimana kata kedua menunjukkan nama great group,
sedangkan kata pertama menunjukkan sifat utama dari sub group tersebut.
Contoh :
Great group : Fluvisol
Sub group : Claseric Fulvisol
Great group : Regosol
Sub group : Humic Regosol
Tes Formatif
1. Apa yang dimaksud dengan klasifikasi tanah dan apa tujuan
pengklasifikasian tanah?
2. Apa bedanya jenis klasifikasi teknis dengan klasifikasi alami?
3. Sebutkan dan beri contoh penamaannya 6 kategori sistem klasifikasi tanah
yang dibuat oleh PPT (Pusat Penelitian Tanah) Bogor?
4. Sebutkan 11 (sebelas) ordo sebagai faktor pembeda dalam sistem
klasifikasi tanah yang dibuat oleh sistem taksonomi USDA?
Referensi
1. Brady, NS. 1974. The Nature An Propertes Of Soil. New York: Macmillan
Publishing Company
2. Braver, LD. 1974. Soil Physics. New York: John Willey And Sons Inc.
3. Hanafiah, K.L. 2010. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada.
4. Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Jakarta: Mediyatama Sarana Perkasa.
5. Lindert, P.H. 2000. Shifting Ground: The Changing Agricultural Soils of
China and Indonesia. London : The MIT Press Cambridge
6. Schaetzl, R.J dan Anderson, S. 2005. Soils : Genesis and Geomorphology.
New York : Cambridge University Press.
7. Sutanto, R. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Yogyakarta: Penerbit Kanisius
8. Yunianto, T. 2009. Ilmu Tanah. Yogyakarta: Fakultas Geografi UGM

132

Anda mungkin juga menyukai