Anda di halaman 1dari 7

TUGAS GEOLOGI TEKNIK

KLASIFIKASI TANAH MENURUT UNESCO / FAO

Oleh :
MAS RISANG
MAS NANDO
MAS JATU
SAVA SINTYA LARASATI 115.160.028
DHIKA SATRIA PRATAMA

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL
“VETERAN” YOGYAKARTA
2018
KLASIFIKASI TANAH MENURUT UNESCO/FAO

Sistem klasifikasi tanah ini dibuat dalam rangka pembuatan peta tanah
dunia dengan skala 1 : 5.000.000. Peta tanah ini terdiri dari 12 peta tanah.
Sistem ini terdiri dari 2 kategori. Kategori pertama setara dengan great soil
group, dan kategori kedua setara dengan sub group dalam Taksonomi Tanah
(USDA).
Untuk pengklasifikasian, digunakan horison-horison penciri yang
sebagian diambil dari kriteria-kriteria horison penciri pada Taksonomi Tanah
dan sebagian dari sistem klasifikasi tanah ini. Nama-nama tanah diambil dari
nama-nama tanah klasik yang sudah terkenal dari Rusia, eropa barat, Kanada,
Amerika Serikat dan beberapa nama baru yang khusus dikembangkan untuk
tujuan ini. Tampaknya dari nama-nama tanah tersebut bahwa sistem ini
merupakan komromi dari berbagai sistem dengan tujuan agar diterima oleh
semua pakar di dunia.
Beberapa nama dan sifat tanah dalam kategori “great group” menurut
sistem FAO/UNESCO sebagai berikut :
1. Fluvisol
Tanah-tanah berasal dari endapan baru, hanya mempunyai horison penciri
ochrik, umbrik, histik atau sulfurik, bahan organik menurun tidak teratur
dengan kedalaman, berlapis-lapis.
2. Gleysol
Tanah dengan sifat-sifat hidromorfik (dipengaruhi air sehingga
berwarnakelabu, gley dan lain-lain), hanya mempunyai epipedon ochrik,
histik,horison kambik, kalsik atau gipsik.
3. Regosol
Tanah yang hanya mempunyai epipedon ochrik. Tidak termasuk bahan
endapan baru, tidak menunjukkan sifat-sifat hidromorfik, tidak bersifat
mengembang dan mengkerut, tidak didominasi bahan amorf. Bila bertekstur
pasir, tidak memenuhi syarat untuk Arenosol.
4. Lithosol
Tanah yang tebalnya hanya 10 cm atau kurang, di bawahnya terdapat
lapisan batuan yang padu.
5. Arenosol
Tanah dengan tekstur kasar (pasir), terdiri dari bahan albik yang terdapat
pada kedalaman 50 cm atau lebih, mempunyai sifat-sifat sebagai horison
argilik, kambik atau oksik, tetapi tidak memenuhi syarat karena tekstur yang
kasar tersebut. Tidak mempunyai horison penciri lain kecuali epipedon
ochrik. Tidak terdapat sifat hidromorfik, tidak berkadar garam tinggi.
6. Rendzina
Tanah dengan epipedon mollik yang terdapat langsung di atas batuan
kapur.
7. Ranker
Tanah dengan epipedon umbrik yang tebalnya kurang dari 25 cm. Tidak
ada horison penciri lain.
8. Andosol
Tanah dengan epipedon mollik atau umbrik atau ochrik dan horison
kambik, serta mempunyai bulk density kurang dari 0,85 g/cc dan didominasi
bahan amorf, atau lebih dari 60 % terdiri dari bahan vulkanik vitrik, cinder,
atau pyroklastik vitrik yang lain.
9. Vertisol
Tanah dengan kandungan liat 30 % atau lebih, mempunyai sifat
mengembang dan mengkerut. Kalau kering tanah menjadi keras, dan retak-
retak karena mengkerut, kalau basah mengembang dan lengket.
10. Solonet
Tanah dengan horison natrik. Tidak mempunyai horison albik dengan
sifat-sifat hidromorfik dan tidak terdapat perubahan tekstur yang tiba - tiba.
11. Yermosol
Tanah yang terdapat di daerah beriklim arid (sangat kering), mempunyai
epipedon ochrik yang sangat lemah, dan horison kambik, argilik, kalsik atau
gipsik.
12. Xerolsol
Seperti Yermosol tetapi epipedon ochrik sedikit lebih berkembang.
13. Kastanozem
Tanah dengan epipedon mollik berwarna coklat (kroma > 2), tebal 15
cmatau lebih, horison kalsik atau gipsik atau horison yang banyak
mengandung bahan kapur halus.
14. Chernozem
Tanah dengan epipedon mollik berwarna hitam (kroma < 2) yang
tebalnya 15 cm atau lebih. Sifat-sifat lain seperti Kastanozem.
15. Phaeozem
Tanah dengan epipedon mollik, tidak mempunyai horison kalsik, gipsik,
tidak mempunyai horison yang banyak mengandung kapur halus.
16. Greyzem
Tanah dengan epipedon mollik yang berwarna hitam (kroma < 2), tebal
15 cm atau lebih, terdapat selaput (bleached coating) pada permukaan struktur
tanah.
17. Cambisol
Tanah dengan horison kambik dan epipedon ochrik atau umbrik, horison
kalsik atau gipsik. Horison kambik mungkin tidak ada bila mempunyai
epipedon umbrik yang tebalnya lebih dari 25 cm.
18. Luvisol
Tanah dengan horison argillik dan mempunyai KB 50 % atau lebih.
Tidak mempunyai epipedon mollik.
19. Podzoluvisol
Tanah dengan horison argillik, dan batas horison eluviasi dengan Horison
di bawahnya terputus-putus (terdapat lidah-lidah horison eluviasi =
tonguing).
20. Podsol
Tanah dengan horison spodik. Biasanya dengan horison albik.
21. Planosol
Tanah dengan horison albik di atas horison yang mempunyai
permeabilitas lambat misalnya horison argillik atau natrik dengan perubahan
tekstur yang tiba-tiba, lapisan liat berat, atau fragipan. Menunjukkan sifat
hidromorfik paling sedikit pada sebagian horison albik.
22. Acrisol
Tanah dengan horison argillik dan mempunyai KB kurang dari 50 %.
Tidak terdapat epipedon mollik.
23. Nitosol
Tanah dengan horison argillik, dan kandungan liat tidak menurun lebih
dari 20 % pada horison-horison di daerah horison penimbunan liat
maksimum. Tidak terdapat epipedon mollik.
24. Ferrasol
Tanah dengan horison oksik, KTK (NH4Cl) lebih 1,5 me/100 g liat.
Tidak terdapat epipedon umbrik.
25. Histosol
Tanah dengan epipedon histik yang tebalnya 40 cm atau lebih.
Dalam tingkat sub group nama tanah terdiri dari dua patah kata seperti halnya
sistem Taksonomi Tanah, dimana kata kedua menunjukkan nama great group,
sedangkan kata pertama menunjukkan sifat utama dari sub group tersebut.
Contoh :
Great group: Fluvisol
Sub group: Claseric Fulvisol
Great group: Regosol
Sub group: Humic Regosol
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN KLASIFIKASI
TANAH MENURUT UNESCO / FAO

Kelebihan Klasifikasi Tanah Menurut UNESCO / FAO


 Dapat diterima oleh semua pihak karena menggunakan perpaduan antara
klasifikasi dari UNESCO / FAO sendiri dan dari USDA.
 Mempunyai ciri khas, karena dalam pengklasifikasiannya berdasarkan
horison-horison penciri dan kriteria horisonnya.
 Nama-nama tanah sebagian diambil dari nama-nama klasik yang sudah
terkanal didaerah Eropa, Rusia, Kanada, dan Amerika. Sehingga namanya
sudah bersifat umum.
 Cocok untuk peta berskala 1:5.000.000.

Kekurangan Klasifikasi Tanah Menurut UNESCO / FAO


 Sistem ini lebih tepat disebut sebagai suatu sistem satuan tanah daripada
suatu sistem klasifikasi tanah karena tidak disertai dengan pembagian
kategori yang lebih terperinci hanya subgroup dan greatgroup.
 Dalam penamaan tidak secara langsung orang dapat mengetahui sifat tanah
tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Buol, S.W; F.D. Hole, and R.J. Mc.Cracken. 1980. Soil Genesis and
Classification. Ames: The IOWA State University Press,
Darmawijaya. 1990. Ilmu tanah, Jakarta : Tiga Serangkai.
Driessen, P.M and R. Dudal. 1989.1Major Soil of the World. Amsterdam.:
Agricultural University Wageningen.
Foth, Henry. D.1988. Dasar-dasar Ilmu Tanah.Yogyakarta : Gajah Mada
University Press.
Hardjowigeno, S. 2003. Klasifikasi Tanah dan Pedogenesis. Jakarta Jakarta :
CV. Akademika Pressindo,
Mul, M.S. 2007. Analisis Tanah, air dan jaringan tanaman.Jakarta : Rieneka
Cipta.

Anda mungkin juga menyukai