SUKAWATI
Camelia Yuliani Putri1, Muhammad Nalendra Bimantara2 , Putri Nadia Teja3, Firmansya Roi
Situmorang4
Kamis – Kelompok 5
1,2,3,4)
Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper, Kampus IPB
Dramaga, Bogor, 16680
Email: cameliacamelia@apps.ipb.ac.id
TINAJAUN PUSTAKA
Proses Desinfeksi
Desinfeksi merupakan inaktivasi mikroorganisme patogen yang terdapat
dalam air. Semula proses ini bertujuan untuk membunuh mikroorganisme penyebab
penyakit (patogen), baik dari instalasi pengolahan atau yang masuk melalui jaringan
distribusi. Dalam perkembangan selanjutnya tujuan proses desinfeksi berkembang
untuk oksidasi materi organik dan anorganik (Fe, Mn), destruksi bau dan rasa, serta
kontrol terhadap pertumbuhan mikroorganisme. Dari tujuan desinfeksi tersebut, maka
terdapat beberapa macam desinfeksi yang dapat diterapkan untuk pengamanan dalam
air minum antara lain secara fisik yaitu dengan pemanasan (pendidihan), irradiasi
dengan ultraviolet, ion logam dengan menggunakan Cu2+ dan Ag2+, alkali dan asam,
dan dengan bahan kimia pengoksidasi yaitu bromine, klorine, iodine dan ozon
Mikroorganisme tersebut dapat berupa virus, bakteri dan mikroorganisme lain
(Rukmana 2015).
Faktor-Faktor Yang Memengaruhi Kemampan Desinfeksi
Rukmana (2015) menjelaskan kemampuan desinfeksi dipengaruhi beberapa
faktor yaitu konsentrasi desinfektan, waktu kontak, jenis dan jumlah mikroorganisme
dan temperatur. Semakin besar konsentrasi desinfektan semakin besar pula laju
desinfeksinya, sedangkan jenis desinfektan akan menentukan nilai koefisien
pemusnahan spesifik. Waktu kontak adalah waktu yang diperlukan desinfektan untuk
membunuh mikroorganisme. Jenis dan konsentrasi mempengaruhi kemampuan
desinfeksi. Setiap jenis mikroorganisme misalnya bakteri, virus, parasit, mempunyai
kepekaan yang berbeda terhadap desinfektan. Jumlah mikroorganisme yang besar,
terutama yang patogen akan memerlukan dosis desinfektan yang besar pula.
Temperatur mempengaruhi aksi desinfeksi karena meningkatnya temperatur akan
mempercepat kematian mikroorganisme. Dalam perancangan desain unit desinfeksi
digunakan proses klorinasi. Klorinasi adalah proses untuk pengaman terhadap
mikoroorganisme patogen. Pemusnahan patogen dan parasit dengan cara desinfeksi
sangat membantu dalam penurunan wabah penyakibat akibat konsumsi air dan
makanan. Salah satu kasus penggunaan air yang menyebabkan wabah penyakit yaitu
penyakit kolera di London yang disebabkan oleh infeksi bakteri Vibrio cholerae.
Selain klorinasi ada beberapa desinfektan yang dapat mereduksi mikroorganisme
patogen seperit ozon dan klorin dioksida yang berfungsi juga untuk oksidasi zat
organik, mangan, besim dan mengontrol masalah rasa dan warna serta pertumbuhan
alga (Said 2007). Dalam perancangannya keperluan perlengkapan desinfeksi yaitu,
pembubuhan gas klor, bak kaporit, dan bak harus dilindungi dari pengaruh luar dan
tahan terhadap kaporit.
Klorin
Klorin telah lama digunakan sebagai agen disinfektan dalam proses pengolahan air
limbah. Penggunaan klorin bertujuan untuk membunuh mikroorganisme patogen
yang ada dalam air limbah sebelum dibuang ke lingkungan. Klorin dapat digunakan
dalam bentuk gas, cairan, atau tablet dengan konsentrasi yang sesuai. Klorin telah
terbukti efektif dalam membunuh berbagai mikroorganisme patogen seperti bakteri,
virus, dan parasit dalam air limbah. Klorin bekerja dengan cara mengganggu
metabolisme sel mikroorganisme dan merusak material genetiknya. Namun,
efektivitas klorin dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti konsentrasi klorin,
waktu kontak, pH air limbah, serta keberadaan bahan organik dan senyawa lain yang
dapat mengikat klorin. Penggunaan klorin dalam IPAL dapat memiliki dampak
negatif pada lingkungan jika tidak dikelola dengan baik. Klorin yang tidak tercerna
sepenuhnya dalam proses pengolahan air limbah dapat mencemari sumber air, seperti
sungai atau danau, yang menjadi tempat pembuangan akhir. Klorin yang mencemari
lingkungan air dapat berinteraksi dengan senyawa organik dan membentuk senyawa
organoklorin yang persisten dan berpotensi beracun bagi ekosistem air. (Sari dan
Yuniarto 2016)
METODOLOGI
Praktikum Teknik Pengelolaan Limbah Cair dilakukan pada hari Kamis, 4 Mei
2023 pukul 13.00-16.00 WIB yang dilakukan secara di RK B 102/103.Praktikum ini
diawali dengan diskusi di Whatsapp group. Praktikum kali ini direncanakan
rancangan unit desinfeksi menggunakan tipe chlorinasi. Data awal yang digunakan
pada perancangan ini adalah debit puncak dan debit rata-rata air limbah yang masuk
ke dalam unit IPAL. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan aplikasi
Microsoft excel dan desain dari bangunan dilakukan dengan menggunakan autocad.
Langkah-langkah dalam perencanaan desain unit desinfeksi IPAL dapat dilihat pada
Gambar 1.
Mulai
Menyiapkan aplikasi Microsoft Excel dan data berupa debit puncak serta debit rata-rata
air limbah
Dihitung laju pengumpulan klorin maksimum, laju penarikan klorin maksimum, jumlah
container, jumlah unit, rasio penurunan, dan laju aliran air
Ukuran kontak dasar klorin ditentukan berdasarkan dimensi bak, struktur influen, dan
struktur efluen
Selesai
Perhitungan yang dilakukan secara runut berdasarkan diagram alir tersebut dapat
diolah menggunakan rumus yang akan dijelaskan sebagai berikut:
Disediakan tiga klorinator yang dioperasikan secara vakum dengan kapasitas yang
identik. Di bawah kondisi aliran puncak, dua klorinator akan memenuhi permintaan
puncak, dan unit ketiga akan menjadi unit siaga. Unit ini juga dapat digunakan untuk
aplikasi lain-lain. Setiap chlorinator yang ditunjuk akan memberikan diperlukan
sejumlah gas klor ke injektor tempat larutan klor disiapkan. Solusinya diangkut ke
titik aplikasi dan kemudian didispersikan oleh diffuser di saluran sebelum bak kontak.
Diasumsikan bahwa aliran puncak terbagi rata antara dua bak kontak klorin. Sehingga
kapasitas unit klorinator dapat dihitung berdasarkan persamaan (4).
Wmax
Wchlorinator = .........................................................................................
Nchlorinator
(4)
Keterangan :
Wchlorinator : Kapasitas unit klorinator (kg/hari)
Wmax : Laju pemberian klorin maksimum (kg/hari Cl2)
Nchlorinator : Jumlah unit klorinator
Wdesign chlorinator
Rturndown = .................................................................................
Wmin chlorinator
(6)
Keterangan :
Rturndown : Rasio turndown minimum
Wdesign chlorinator : Laju umpan klorin desain (kg/hari Cl2)
Wmin chlorinator : Laju umpan klorin minimum (kg/hari Cl2)
Vtotal
V= .................................................................................................................(11)
Nbak
Keterangan :
V : Volume di setiap bak (m3)
Nbak : Jumlah bak
Dimensi bak
V
A = ........................................................................................................................
H
(12)
Keterangan :
A : Luas permukaan setiap bak (m2)
V : Volume di setiap bak (m3)
H : Kedalaman saluran (m)
Ltotal
L/w Ratio = ....................................................................................................(13)
w
Keterangan :
L/w Ratio : Rasio panjang-lebar keseluruhan
L total : Panjang total (m)
W : Lebar saluran (m)
H
H/w Ratio =
w
...........................................................................................................
(14)
Keterangan :
H/w Ratio : Rasio kedalaman-lebar
H : Kedalaman saluran (m)
W : Lebar saluran (m)
Waktu kontak aktual ketika kedua bak beroperasi pada aliran desain puncak
Vtotal
θcontact = .......................................................................................................
Qp
(16)
Keterangan :
Θcontact : Waktu kontak pada desain jam puncak (menit)
V total : Volume total aktual (m3)
Qp : Jam puncak pada unit sedimentasi sekunder (m3/hari)
Menentukan struktur influen
Menentukan aliran ke setiap bak kontak setelah pembagian aliran yang rata
Qp
Qbasin = ........................................................................................................
Nbasin
(17)
Keterangan :
Qbasin : Debit tiap bak (m3/hari)
Qp : Jam puncak pada unit sedimentasi sekunder (m3/hari)
N basin : Jumlah bak
Hgate =
2 g Cd A (
1 Qbasin 2
)
..............................................................................................(18)
Keterangan :
Hgate : Head loss saat melalui pintu air (m)
G : Percepatan gravitasi (m/detik2)
Qbasin : Debit tiap bak (m3/hari)
( )
2/ 3
1 Qbasin
hweir = x ...................................................................................(19)
2 g Cd L' √ 2 g
Keterangan :
Hweir : Tinggi weir (m)
G : Percepatan gravitasi (m/detik2)
Qbasin : Debit tiap bak (m3/hari)
Pwater = μ VG2.........................................................................................................(22)
Keterangan :
Pwater : Daya air pencampuran (N.m/detik)
Pwater
Pdiffuser = x 100%......................................................................................
Ediffuser
(23)
Keterangan :
Pdiffuser : Daya pencampur hidrolik (N.m/detik)
Pwater : Daya pencampuran air (N.m/detik)
Pdiffuser
horifice = .....................................................................................................(24)
ρgq
Keterangan :
horifice : Tinggi orifice (m)
Pdiffuser : Daya pencampur hidrolik (N.m/detik)
G : Percepatan gravitasi (m/detik2)
Simpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan, perhitungan desinfeksi didapatkan 4 unit
utama dan 1 unit siaga untuk menampung aliran pada saat debit puncak. Kapasitas
unit klorinasi diperoleh per harinya yaitu 171 kg, sedangkan kapasitas desain per
harinya 200 kg sedangloan laju pemberian klorim minimum diperoleh sebesar 12, 5
kg/hari Cl2 .Dimensi chlorine contact basin dirancang dengan menghitung konfigurasi
dan dimensi contact basin yang akan digunakan. Kebutuhan volume bak diperoleh
dari hasil perhitungan berupa Qpuncak sebesar 0.53 m3/detik, waktu contact 20 menit,
jumlah bak 2 unit, volume total (Vtotal) 634,59 m3, serta volume setiap baknya adalah
317.29 m3.
Daftar Pustaka
Droste RL. 1997. Theory and Practice of Water and Wastewater Treatment. New
York (US) : John Wiley & Sons, Inc.
Erikkson E. 2006. Phytotoxicity of grey wastewater evaluated by toxicity test. Urban
Water Journal. 3(3): 13-20.
Hadi W. 2005. Perencanaan Bangunan Pengolahan Air Minum. Surabaya (ID) :
FTSP ITS Surabaya.
Rukmana J. 2015. Aplikasi teknologi membran untuk desinfeksi air. Aplikasi
Teknologi Membran untuk Desinfeksi Air. 2(1): 1-10
Said NI dan Utomo K. 2007. Pengolahan air limbah domestik dengan proses lumpur
aktif yang diisi dengan media bioball. Jurnal Air Indonesia. 3(2): 100-174.
Sari AP, Yuniarto A. 2016. Perencanaan instalasi pengolahan air limbah (IPAL)
industri agar-agar. Jurnal Teknik ITS. 5(2): 92-97.
U.S. EPA (United States Environmental Protection Agency). 1999. Understanding
Variation in Partition Coefficient, Kd, values, Volume II: Review of
Geochemistry and Available Kd Values for Cadmium, Cesium, Chromium, Lead,
Plutonium, Radon, Strontium, Thorium, Tritium (3H), and Uranium. Office of
Radiation and Indoor Air Office of Solid Waste and Emergency Response U.S.
EPA. Washington. DC.
LAMPIRAN
Lampiran 1 data parktikum
Data :
Dosemax 12 g/m3
Doseavg 5 g/m3
SF 1,25 kali
Qp 45690,47 m3/hari
pf 0,001 kg/g
T 18 ◦C
Tth -12,2 ◦C
kg / d /
WF 5 ◦C
SCl2 2 kg/m3
Jumlah
5 unit
injector
Tstorage 15 hari
Lampiran 2 desain fasilitas klorinasi